Resident Evil [Black Shadow]

By Ayu Noctlight & Lightning Shun.


Percakapan :

■[...]■ : Robot Voice

"..." : Pembicaraan tokoh.

'...' : Pembicaraan dalam hati/batin.


Timeline:

Resident evil 6 namun awal bab setelah kejadian Marahawa-School ending Ricky Tozawa Report.


[Action]

[Part :2 ] : [Keingin Tahuan]


Ricky nampak mengawasi sekitar, sembari memotret sekitar. Nampaknya Terra yakin jika Ricky memiliki pekerjaan sebagai Orang Jurnalis atau Fotografer. Namun gadis itu tak bertanya lebih lanjut dan fokus mengawasi keadaan sampai mereka bisa menyamperi sebuah Hellikopter penyelamat. Tak banyak yang diungkapkan Terra setidaknya dia sudah lega karna memasuki area aman melihat Ibu sama Anak, Juga Ricky sudah aman karna para tentara bisa menjaga mereka.

Ia juga tak terlalu ambil pusing tatapan waspada, sekaligus mengancam yang muncul dari para tentara sekitarnya, dimana keberadaanya, mengenakan baju formal seragam sekolah, dan menenteng senjata-laras panjang besi dengan santai. Didunia Terra ia bisa dengan bebas memegang senjata itu dengan bebas apa-lagi, ia mengenakan seragam mahasiswa tempur AlcameHunter yang membuatnya Sah secara hukum didunianya tapi tentu saja pandangan itu berbeda 100 kali-lipat disini. Terra bisa saja ditangkap tapi ia mengabaikan tanggapan semua orang memilih tenang.

"Siapa gadis ini,"

"Bagaimana bisa gadis yang masih sekolah membawa senapan besi sebesar itu, didepan Army tampa undang-undang,"

"Apa kita mengabari Captain Chirs, mungkin kita bisa menahanya untuk disidik,"

"Kita harus membawanya,"

Suara kecil para opsir terdengar antusias, dan ingin membawa Terra kemarkas. Membuat ia menghelah nafas, nampaknya ia harus menghindari mereka sekarang karna dia butuh mencari alasan kenapa ia hadir kedunia ini.

"Terra sebentar lagi, Hellikopter akan terbang kepengungsian masuklah,"Ucap Ricky memandang sosok Terra dipintu ko-pit, sementara Terra hanya berdiri didepanya.

"Berikan ponselmu, mungkin aku bisa menghubungimu kapan-kapan,"Ucap Terra. "Bisa berikan ponselmu, aku akan menghubungimu lagi,"Ucap Terra sembari tersenyum.

Ricky memandang bingung namun sebuah senyum miring lalu mengeluarkan ponselnya, dan memberikan pada Terra, lalu Terra menerima ponsel layar sentuh, ia hanya membolak-balik layarnya saja, tampa disadari semua orang ia mengoprasikan sesuatu di perangkat ViVi.

■[Pembaruan baru terpasang, gelombang identitas privasi biodata akan tersambung, Nama : Ricky Tozawa]■

Dengan begitu mereka bisa saling berhubung dengan gelombang Netro-dari Vivi, yang menciptakan sebuah perangkat yang membuat mereka terhubung, mungkin nanti ia membutuhkan saranya. "Ini aku kembalikan nanti aku akan menghubungimu, aku ada urusan kita akan bertemu lagi jika urusanku sudah selesai,"

Terra mengembalikan ponsel itu lalu berbalik cepat meninggalkan area Hellikopter, sembari berbisik 'sampai jumpa' tampa bisa dicegah oleh Ricky, sebaliknya sambil menenteng senapan dipundaknya, dan menghindari Para Army lain yang mencoba menahanya, benar-benar memakan waktu yang tak sedikit ia harus menganalisa semua ini namun jika dia ditahan maka tak ada yang bisa dia lakukan mencari sebab kenapa dia datang kedunia ini.

Terra mengeram kesal saat melihat empat Army, ternyata berhasil mencarinya, dan dengan protokol keamanan, ia diminta untuk ikut unit helli untuk disidik, membawa senjata yang ditenteng sembarang di depan opsir army rupanya membawanya dalam masalah baru. Dengan terpaksa ia meminta Vivi mengeluarkan bom gas pelumpuh sementara, membuat army itu tak bisa mengerakan tubuh atau suara sama sekali. Bom itu memang didisain untuk musuh dan tubuh Terra sangat tahan terhadap efeknya.

"Maafkan aku, tapi aku tak mau ikut dengan kalian lagi pula aku tak ada masalah dengan unit kalian,"Ucap Terra spontan lalu bergerak meraih tubuh salah satu tentara dan membuatnya menerima lototan tajam. "Aku tak tertarik mengambil senjatamu atau amunisimu, tapi meminjam ini,"Ucap Terra memberi senyuman mengenggam Radio-walke dari tubuh Tentara itu.

■[Pembaruan baru terpasang, gelombang identitas privasi Himpunan markas akan tersambung, BSSA CORTP]■

Terra mengetuk sebentar benda itu untuk memindai gelombang radio yang bisa terhubung pada markas pusat BSSA walkie tampa diketahui orang, dengan bantuan Vivi chip pintar yang tertanam ditubuhnya hal ini bukan tidak mungkin, Vivi adalah android pintar terkecil dan memiliki jangkauan terbesar didunia-nya, Rupa Vivi adalah semacam Chip yang ditanam ditulang rusuk manusia, dan memiliki banyak akses untuk penggunanya yang bisa memakainya seumur hidupnya.

Ketika Chip itu tertanam pada tulang-rusuk manusia, secara 30 persen Vivi menjangkau saraf, seperti. Menjadikan mata pengguna dapat menjadi kamera, atau merekam Vidio dari mata sendiri, dapat dikendalikan oleh pikiran. Bisa memunculkan barang dan menyimpan barang mengubahnya menjadi partikel hologram melalui inventory Virtual layak dalam sebuah game yang diwujudkan dengan nyata, dan kemampuan lainya adalah sistem Hack, bisa juga menganalisa sebuah berkas, laporan, pendeteksi gelombang dan dan masih banyak keungulanya, sayangnya chip itu tak biasa didapatkan dengan mudah untuk semua kalangan manusia didunianya.

■{Hei apa kau menemukan gadis itu}■

Terra tertarik kedunia hayalnya setelah mendengar, sebuah panggilan dari Walkie, ia terdiam mendengarkan semua tampa bicara, tak disangka kemunculanya diarea Halikopter kepenyelamat tadi justru membuat dia menjadi orang yang dicari semua team guna diselidik.

■{Kemungkinan besar dia bisa diselidik, atau kita mewaspadainya}■

■{Dia seorang gadis berambut hitam, mengenakan seragam sekolah, dan menenteng senjata}■

■{Captain Chirs sudah diberitahu memberi perintah pada kita menemukanya}■

■{Dihimbau jika menemukanya kalian membawanya kemarkas dalam keadaan hidup-hidup}■

Apa jangan-jangan mereka merasa jika keberadaan Terra mencurigakan, dan kini masalah bertambah buruk niatnya untuk menolong Ricky, ibu dan anak tadi harus berakhir menjadikanya sebagai List yang dicari Salah satu BSSA.

"Astaga ini buruk! Bisa-bisanya kalian mencariku dan BSSA semua unit juga ikut-ikutan menandai keberadaanku, memangnya aku salah apa,"Desis Terra namun ia hanya mendapat keheningan, dikarnakan dia sendiri yang melumpuhkan para army yang terkapar dan mempelototinya.

"..."

"Untuk unit 201, 2315,2341, kami mohon untuk mengecek kondisi team Alpa, saat saya sampai saya menemukan keempat orang mengalami kelumpuhan dan mereka tak bisa bergerak,"Ucap Terra mengaktifkan sambungan sos, dan melaporkan keberadaanya, agar BSSA lainya bisa datang menjemput keempatnya, Terra khawatir jika dia meninggalkan mereka seperti ini akan mengundang Mahluk semacam anjing, atau orang pengguna topeng yang akan membunuh mereka dengan brutal.

Setelah berusaha meyakinkan keberadaan pasti mereka, Terra memutuskan mengembalikan Radio-Walke itu pada Army, ia juga menunggu team yang menjemput ketempanya, memasang kursor senjata dimana ia bisa menjaga tubuh mereka dari mahluk Bow. Setelah beberapa jam menunggu beberapa team berhasil menemukan lokasi pastinya, dan Terra memutuskan kabur dari sana menjauhi mereka yang langsung sibuk dengan tubuh para tentara yang kondisinya masih lumpuh dalam 2 atau 3 jam kedepan.


[Kembali dimasa sebelum ini terjadi]

"Wah Game horror?!,"Ucap Terra memandang cetus. Menatap temanya dengan pandangan tak berminat rasa antusias sang teman. Saat ini dia ditarik dari rungan informasinya keruang staff khusus mereka yang dapat mencuri waktu untuk pray sejenak.

"Ayolah kondisi aman terkendali lagi pula disana ada Lina, suaranya sangat keras jika dia berteriak memanggil kita,"Ucap pemuda itu memberi tatapan anak anjing pada Terra.

"Baiklah...Baiklah,"Ucap Terra menghelah nafas saat ditarik duduk disofa empuk staff didepanya muncul layar hollogram tv, dan juga sebuah sinar hijau memunculkan consoel memadat dihadapanya

Ruang Staff sengaja dibuat tidak terlalu besar corak tembok berwarna merah, sofa Panjang sudut putih yang nyaman, dan sebuah meja Hollogram mesin yang bisa memunculkan sesuatu jika diminta.

Ruangan ini sengaja menggunakan barang Hollogram yang mudah memadat atau bisa menghilang, agar awet dan menjaga kerusakan, benda itu akan muncul jika dipanggil. Selain mudah membersikan ruangan.

"Well kau mau game apa kali ini Rei? Nightmare the series, Fatal Frame, atau Koyaki, The Mur-,"Ucap mengucapkan nama-nama game kesukaan temanya sembari Terra menatap pemuda bernama Rai namun langsung dipotong oleh rekanya.

"Tidak semuaya, Sayang,"Ucapnya tersenyum semangat. "Kali ini bukan [game daftar] game Solo yang harus kita mainkan secara bergantian, tapi Co-op bisa main berdua,"Ucapnya semangat makin besar.

"Lalu game apa yang ingin kau coba?,"

"Resident evil 6 Sayang,"Ucapnya dengan semangat dan lalu mengarahkan sebuah joy stik player dua ditanganya ke Terra.

"Eh?,"


Terra tak mengatakan apa-pun ia memutuskan diam saat layar mereka terbuka dengan panel nama Game dihadapanya, beberapa peraturan memainkanya dan sebagai player pertama harus memainkan intro dimana sosok agent bernama 'Leon Scoot Kennedy berusaha menyelamatkan rekanya yang berada dimasa keritis, melewati sosok-sosok mengerikan zombie, dan monster-monster mengerikan.

Setelah tutorial selesai dilakukan Rai mengklik 'Pengaturan' system permainan agar bisa dimainkan berdua. Dan setelah itu mereka dihadapkan dengan empat- chapters posisi dari orang berbeda dengan cerita yang saling berhubung. Sejujurnya untuk Resident evil 6, Terra tak begitu tahu bahkan endingnya, terakhir kali ia memainkan Resident evil 5 namun itu sudah bertahun-tahun lalu, dia mulai melupakanya, tapi dia sempat membeli jilit Buku komik ditoko buku-lama, yang berjudul [Resident Evil : Marhawa Desire] yang alurnya diambil sebelum Resident evil 6, membuat ia sedikit merasa penasaran dengan jalan cerita Resident evil 6.


Chap 1 : Leon Scoot kennedy & Helena Haper

Chap 2 : Chirs Redfield & Piers Nivans

Chap 3 : Sherry Birkin & Jack Wasker

Chap 4 : Ada Wong and Code : AGENT


"Baiklah yang mana menurutmu yang akan kita mainkan Terra,"Tanyanya bersemangat menunjuk satu-satu chap yang diisi dua orang, membuat Terra tertuju pada Chap yang terisi oleh : Chirs dan Nivans.

"Umm...bagaimana kalau Chap [Chirs & Nivans], kurasa menarik,"Ucap Terra spontan dan Rai setuju tampa komentar, mereka mulai memainkan secara otomatis Rai menggunakan Chirs dan Terra mengunakan Nivans.

Sepanjang permainan Baik Rai dan Terra disugukan dengan jalan cerita yang lumayan menantang, banyak permainan Action yang terlatih hal ini cukup baru dimana Terra sudah memainkan game pendahulunya yang terkesan sepi, dan horror dan kalau digame ini menunjukan team ini terlatih dan bisa menyelesaikan semua rintangan.

Chirs Redfield yang digunakan Rai sangat mendominasi permainan, ia sangat jago dalam melawan Zombie, memiliki reflex yang cepat, serangan memiliki damage tinggi, sementara Piers Nivans memiliki akurasi serang luas karna menjadi pengguna snipers, keduanya duo cover yang keren menurut Terra dalam segi strategi Terra menyukai Piers karna memiliki basic yang sama denganya yaitu penguna Senapan.


Setelah beberapa jam berlalu membuat cerita mulai terkuak dan sampai ending klimaks dimana battel terakhir, membuat Terra dan Rai mengerang sangat kecewa. Pertarungan itu membuat dampak yang sangat buruk bagi Chirs dan alpa Team, banyak alpa Team gugur dan yang dikesalkan Rai adalah Piers Nivans harus kehilangan tanganya dan meninggal ujung-ujungnya memutuskan bekorban menyelamatkan Chirs dimenit-menit terakhir.

"WHAY KENAPA ENDINGNYA SEPERTI ITU, ADA KEMUNGKINAN KEDUANYA BISA SELAMAT! WHAAAAY TAK ADAKAH ALTERNATIF ENDIIIING!,"Racau Rai menatap wajah Rustasi Chirs yang menatap mata hari sore dengan penuh kesedihan.

"Terkadang itulah perang, kita harus mengorbankan sesuatu demi menyelamatkan hidup orang lain,"Ucap Terra terkikik lembut, meski hanya sebuah game, mungkin jika ada diposisi Nivans ia akan melakukan hal yang sama, karna semua bisa terjadi dimedan tempur.

Pekerjaan Terra sebagai Prajurit sekaligus murid AlcemiaHunter membuat dia terkadang harus diturunkan dimisi berbahaya. Mengefakuasi orang-orang dari perang, menjadi oprator team, atau membunuh target bukan lagi hal baru baginya.

Terra sedikit bersimpatik pada hal yang Piers lakukan mengambil resiko itu untuk itu bukanlah hal yang bisa dianggap muda. Usai memainkan game itu Terra memutuskan kembali keruang control ia tak mau ada masalah karna itu tugasnya, namun ketika melewati lorong, pandangan matanya nampak berkunang-kunang padahal semua baik-baik saja.

Terra

Sebuah panggilan dari sebuah suara yang familiar, dan entah kenapa pandanganya berubah menjadi latar putih akibat sebuah flast-bom yang tak dikenal.

Terra

Bersamaan suara itu terdengar membuatnya kehilangan kesadaran, dan tau tahu sudah berdiri tampa tahu apa-apa di Shanghai cina yang menyeramkan.


Terra memperbaiki amunisinya, menyiapkan sniper andalanya didada gadis itu berjalan melewati kota mati, sesekali ia melihat kondisi langit yang gelap gulita ia yakin akibat kekacawan ini, Terra mencoba bergerak cepat dengan kondisi sekarang tak menutup kemungkinan ia untuk diserang oleh para usanak, bow atau zombie pintar yang mungkin ia temukan.

"Apa boleh buat kita harus memindai gelombang radio terdekat, Vivi?,"Perintahnya pada Vivi dengan tatapan menatap kedepan.

■[Access, saya terima]■


◇Kendari◇

■ Rabu-28-maret-2018 ■