disclaimer: karakter yang digunakan bukanlah kepunyaan saya
warning: POV-Benda mati. SuLay. boyxboy. minim-dialog. mungkin membosankan. AU. Berusaha nge-fluff. Panjang sepanjang jalan kenangan.
.
OxxxO
..
Ah...
.
Subuh keempat belas di bulan Februari.
.
Itu berarti, ini adalah tanggal 14 Februari.
Hari yang spesial, kata mereka.
.
Mereka yang kumaksud disini adalah para murid Shinwa High School, baik jenisnya laki-laki atau perempuan, yang suka berseliweran dan menimbulkan polusi suara setiap mereka lewat di depanku.
Suara derap langkah yang saling bersahut-sahutan, lengkingan tawa yang menggema, atau ketika mereka dengan santainya menyandar seenaknya padaku.
Sebal.
Aku sebal. Dan lebih menyebalkannya lagi—mereka suka sekali mengabaikanku. Mereka tidak pernah mengapresiasi diriku yang selalu berdiri disini.
Mereka tidak tahu saja kalau aku ini adalah bagian saksi sejarah sekolah elit ini berdiri. Aku sudah diletakan disini semenjak... semenjak...eum, ya pokoknya semenjak itu lah. Sudah lama sekali. Aku tidak ingat.
Mungkin sudah belasan, atau bahkan puluhan tahun yang lalu.
Huft.
Dan murid-murid ini, mereka tidak ada hormat-hormatnya sama sekali dengan sesepuh seperti aku! Mereka seolah hanya menganggapku angin lalu!
Lagi-lagi, huft.
Tapi meskipun aku ini sudah tua renta, tetapi jiwaku masih menyimpan semangat masa muda yang tinggi lho.
Lihat saja disekelilingku, diantara yang lainnya, aku adalah yang paling duluan bangun. Sementara mereka masih terlelap, aku sudah siaga berdiri di sini. Huahahaha. Antusias, bahkan mungkin kelewat antusias, membiarkan diriku menikmati subuh di sekolah dengan keheningan dan kedamaiannya yang khas.
Aku pun mencoba mengendus udara, dan mendesah senang karenanya. Udara yang dingin dan menusuk, yang tentunya belum 'dikotori' oleh suara bising-bising muda muda murid sekolah Shinwa memberikanku sebuah kedamaian sendiri.
Bicara soal udara, ah, lagi-lagi aku diingatkan bahwa ini adalah hari keempat belas di bulan Februari. Empat belas Februari yang sering disebut sebagai hari yang spesial.
Hmm... aku masih belum paham apa yang spesial sebenarnya. 14 Februari tidak ada bedanya dengan hari-hari yang lain, bahkan aroma dan rasa udara yang kuhirup hari ini dengan kemarin pun terasa sama. Tapi mereka—aku sering mencuri dengar, omong-omong—berkata bahwa hari ini adalah hari cinta.
Hari cinta yang... ah, biasa saja menurutku.
Yang pasti, 14 Februari biasanya selalu didominasi oleh warna-warna seperti warna merah dan merah muda disana-sini, kado-kado berbentuk hati, dan cokelat-cokelat yang sepertinya lezat. Sayang tak ada satu pun dari mereka yang bermurah hati ingin memberiku cokelat. Mereka lebih suka memberikan hadiah-hadiah warna merah muda mereka itu kepada pemilikku.
.
Ya, pemilikku.
.
Pemilik loker 01.
Kim Joonmyun.
.
Kim Joonmyun, pemilikku yang super duper tampan. Kulitnya yang putih bersih bagai tumpukan salju di musim dingin. Hidungnya yang setajam perosotan. Bibir merah delimanya yang ketika melengkungan senyum, mampu meluluhlantakan kewarasan jiwa dan raga.
Kalau saja aku bukan benda mati, aku pasti juga akan takluk pada pesonanya.
Siapa yang tidak terpikat dengan manusia seganteng Kim Joonmyun?
Kurasa, jika aku manusia, aku tak akan ada bedanya dengan deretan gadis-gadis yang suka terkikik dan berbisik bisik genit setiap kali pemilikku itu lewat di hadapan mereka. Berisik, mereka itu. Bahkan mereka masih suka bergumam, terkadang juga memekik, di balik punggung Joonmyun ketika pemilikku itu berdiri di hadapanku, membuka tubuhku—hell yeah, gadis-gadis, Kim Joonmyun lebih suka menyentuhku daripada kalian, HAHAHA, ehem—dan mengambil barang-barang yang ia letakan di dalam tubuhku ke tas ranselnya sebelum ia masuk ke kelas.
Ya ya ya, aku tahu kok pemilikku itu memang mempesona. Dia yang memiliki barisan panjang penggemar sama sekali tidak mengejutkanku.
Dan di hari ini nanti, nanti ketika sang surya benar-benar telah meninggalkan singgasananya—aku bertaruh, tubuhku mulai akan disesaki oleh barang-barang pemberian penggemar Joonmyun.
Mereka dengan segala cara liciknya akan berusaha membuka lubang kunci yang ada di dada kiriku kemudian meletakan hadiah mereka di dalam sana, dan pergi begitu saja. Entah dengan jepitan rambut, atau kunci cadangan, atau benda-benda lain yang memang sengaja mereka bawa untuk membobolku.
Penggemar-penggemar Joonmyun itu memang mengerikan.
Mataku teralihkan saat aku menangkap sekelebat tumpukan... rambut, kurasa, berwarna hitam dari gerbang sekolah yang bahkan belum dibuka. Heh, darimana ia bisa masuk? Apa ia mengendap-endap masuk ke sekolah? Atau jangan-jangan ia maling?! Tidaaak, aku harus memberitahu penjaga sekolah sekarang juga! Tapi bagaimana caranya, aku kan tidak bisa pergi kemana-mana. Dan yang terpenting, aku tidak bisa bicara juga.
Sial.
Eh... tapi ketakutanku langsung sirna di detik itu, saat aku bisa melihat lebih jelas siapa penyusup itu.
Laki-laki, mengenakan sebuah syal berwarna merah yang sengaja ia lilitkan di sekitar leher jenjangnya. Diantara sela syalnya, aku bisa menangkap badge kelas tiga yang sama seperti kepunyaan Joonmyun, tetapi badge kelas 3B yang justru tersemat di almamternya. Kelas yang berbeda dengan Joonmyun, karena aku tahu benar pemilikku yang super tampan itu menempati kelas 3A.
Oalah. Ternyata dia juga murid sekolah ini, hufft... setidaknya aku bisa bernafas lega.
Aku sempatkan melirik jam dinding di ujung koridor yang masih bisa kulihat dari tempatku berdiri— masih pukul lima pagi lebih lima belas kok. Sedangkan kelas kan masuk pukul 07.30, kenapa dia repot-repot datang sepagi ini? Apa dia ingin mengamankan tempat duduk di belakang karena ada ulangan? (Pssttt, aku tahu murid murid disini sering melakukan kelicikan seperti itu) Atau jangan-jangan, jam wekernya rusak?
Eh, tunggu.
Dia tiba-tiba saja berdiri di hadapanku, dengan mendekap sebuah kotak persegi panjang bergambar kelinci yang aku yakin itu buatan sendiri. Dia meremas-remas kotak itu dan makin mendekapnya ke dada. Dia ini sebenarnya kenapa sih? Kenapa dia seperti tampak ketakutan sekali? Bhkan aku pikir, dia hampir menangis saat ini juga. Atau—
Oh.
Oke, aku mengerti.
Dia ingin memberikan hadiah—yang tengah ia dekap erat-erat di dada itu—pada Joonmyun. Wow, aku cukup terkejut.
Joonmyun ternyata punya seekor—maaf, seorang penggemar laki-laki.
Tapi dia sama saja. Sama-sama mengerikannya dengan penggemar Joonmyun yang lain, maksudku—apa kau tidak lihat dia menyusup masuk ke sekolah sepagi ini hanya untuk memberikan pemilikku sebuah hadiah di hari valentine, huh?!
Sekali lagi aku katakan, penggemar Joomyun memang mengerikan.
Dari posisinya kini, aku bisa melihat lebih jelas wajah laki-laki itu. Rambutnya hitam, dengan poni pendek yang dibuat sedikit curly membingkai wajah, dan bibirnya—oke, dia sedikit menggeser posisi Joonmyun sebagai pemilik bibir terindah versiku. Dia punya bibir yang berwarna lumayan merekah untuk laki-laki, dan bibir bawahnya lebih plump daripada kepunyaan Joonmyun.
Astaga, aku menarik konklusi bahwa pria dihadapanku ini nyatanya cukup manis untuk dipandang. Dan—TUNGGU DULU. HOLY MOLY. Dia kan...
"Luhan bilang aku harus segera menyatakan perasaanku padamu sebelum kita lulus dan aku menyesal nantinya," suara jernih lelaki itu mengisi udara. Aku suka suaranya, lembut dan renyah. "Tapi.. aku masih belum berani, jadi untuk saat ini aku akan memberikan cokelat ini diam-diam padamu,"
aku melihatnya menutup mata dan menarik nafas dalam-dalam, sebelum kelopak itu kembali terbuka, "Eum, semoga kau suka, Joomyun. Ini adalah cokelat buatanku, aku sengaja membuatkannya dengan bentuk kelinci, aku tahu kau menyukai hewan hewan menggemaskan itu—" Yeah benar anak muda, pemilikku itu memang suka hal hal berbau kelinci. Kau memang penggemar Joomyun yang berdedikasi, "Ugh, bodohnya aku yang baru bisa mengatakan ini di depan lokermu dan bukan padamu langsung. Maaf aku masih jadi pengecut, aku berjanji suatu saat nanti aku akan mengungkapnnya padamu... tapi tidak sekarang,"
Ia lagi-lagi menghela nafas panjang, "Yeah, intinya semoga kau suka,"
Ia mengeluarkan sebuah jepit rambut—hah, dia menggunakannya di rumah atau apa? Lalu memasukan benda kecil dan panjang itu ke dalam lubang kunci yang tersemat di sisi tubuhku. Ia lantas memutar-muta—aww hei, ini geliiii—dan setelah ia berhasil membuka tubuhku, ia bergegas memasukan kotak cokelatnya itu ke dalam sana, beserta sebuah catatan kecil yang ia letakan di atasnya kemudian. Ia kembali menutup tubuhku yang kemudian langsung terkunci otomatis dan melenggang pergi begitu saja, dengan pipinya yang sedikit bersemu kemerahan. Manisnyaaaa, dia pasti malu berat.
.
Begitu ia telah berbelok di ujung koridor, aku baru ingat nama lelaki itu.
.
Dia Zhang Yixing.
.
Darimana aku tahu, kau bertanya?
Tentu saja aku tahu...
.
Karena lelaki yang menyukai Joonmyun ini, si Zhang Yixing ini, nyatanya adalah seseorang yang sedang disukai oleh pemilikku itu.
.
Iya.
Sebenarnya Kim Joomyun yang super duper tampan juga diam-diam sedang memendam rasa pada si Zhang Yixing yang kini berubah menjadi penggemar rahasia Joonmyun.
.
Hahaha, mereka bodoh sekali bukan?
.
Tapi sepertinya kisah lucu ini cukup menarik untuk disimak.
Apa kedua orang itu akhirnya menyadari perasaan mereka satu sama lain atau tidak.
.
Disini, aku loker 01 milik Kim Joonmyun, akan menjadi saksi bisu kisah cinta paling lucu sejagat Shinwa High School ini.
.
.
Loker 01
Kim Joonmyun x Zhang Yixing
.
.
OxxxO
.
.
"Ternyata jatuh cinta itu menggelikan ya..."
Hingga pagi menjelang pukul 07.30, 15 menit sebelum bel berisik yang berada ujung koridor berdering—jangan bilang padanya aku mengatainya berisik, oke? Dia sebenarnya salah satu temanku—tubuhku sudah diisi oleh sekitar 7 buah hadiah dari penggemar-penggemar Joonmyun. Mereka kebanyakan adalah perempuan, cantik-cantik pula. si Zhang Yixing adalah satu satunya makhluk berbatang yang menyinggahkan hadiahnya kemari.
Sayangnya pemilikku sampai sekarang belum menampakkan batang hidungnya. Sehingga aku belum bisa mengetahui bagaimana kiranya Joonmyun akan berekspresi melihat hadiah hadiah yang dialamatkannya untuknya. Meskipun aku pesimis sih dia akan terlihat terkejut, ini seolah sudah menjadi rutinitas baginya mendapati hadiah-hadiah itu mampir tanpa izin di lokernya.
Hah, dasar orang ganteng.
Omong-omong, meskipun tampan dunia akhirat, nyatanya Joonmyun memang suka datang molor. Iya, ganteng ganteng suka molor. Ia biasa hadir lima menit sebelum bel berdenting nyaring. Yah, memang hakikatnya sesuatu itu selalu memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing kan ya?
Lima menit sebelum bel—nah nah.
Itu dia.
Ladies dan gentlemen, itu dia, si tampan datang.
Seperti biasa, ia sedikit berlari-lari menuju ke tempatku berada. Rambutnya yang telah ditata sedikit berantakan karena terbawa angin. Tapi sama saja sedikit ketidaksempurnaan itu sama sekali tidak menurunkan kadar tampannya. Sama sekali. Bahkan untuk sebagian orang, looks Joonmyun yang berantakan justru menambah berkali-kali lipat daya tariknya.
Dan aku pikir kebanyakan gadis-gadis di koridor pun berpikir begitu, lihatlah wajah-wajah penuh pengharapan yang menatap Joonmyun dengan binar-binar 'senpai-notice-me' mereka.
Hahaha, menggelikan. Maaf gadis gadis, pemilikku ini sedang on the way taken loh.
Anyway, masa bodoh dengan rambut dan gadis-gadis. Joonmyun dan segala pesonanya yang lain, aaaaah. Matanya, bibirnya—tubuhnya yang sebenarnya atletis (aku bilang sebenarnya karena terkadang orang suka meremehkannya duluan karena tinggi badannya, hufft). Si Joomyun itu tiba tepat di depanku, nafasnya sedikit terengah. Ia melepaskan satu handle ranselnya untuk membawanya ke depan dada. Lantas ia buka zipper tasnya dengan satu tangan, sementara tangan yang lain merogoh saku untuk mengambil kunci yang akan ia gunakan untuk membuka diriku.
Yeah, sahabatku si kunci. Bisa dikatakan ia sebenarnya adalah soulmate-ku, karena kami kan sepasang.
Tapi hiks, maaf soulmate-ku. Nyatanya aku sudah menghianatimu karena bukan hanya kau saja yang berhasil membuka tubuhku—penggemar penggemar Joonmyun sudah menodaiku dan masuk secara paksa ke dalam tubuhku.
...Oke, maaf. Itu terlalu menjurus.
Seperti dugaanku, Joonmyun tak menampilkan ekspresi berarti. Kedua alisnya sedikit terangkat, memang ada raut terkejut yang sempat singgah di sana, tapi kemudian menghilang secepat kilat. Mungkin dia agak terkejut karena secara kuantitas, jumlah hadiah yang ia terima di valentine tahun ini memang mengalami peningkatan.
Tapi ia tetap tersenyum, aku tahu ia mengapresiasi hadiah-hadiah yang repot-repot diberikan oleh para penggemarnya itu. Joonmyun terlalu baik untuk itu, ia biasanya menyimpan barang-barang dari para penggemarnya, kecuali untuk cokelat atau permen, atau sejenisnya, karena ia alergi makanan manis. Ia biasanya akan memberikannya pada teman-temannya atau dibawa pulang untuk adiknya di rumah.
Joonmyun memasukan buku buku yang sengaja ia tinggal di dalam tubuhku ke dalam tasnya untuk jadwal hari ini, pun dengan hadiah-hadiah di dalam sana. Sesaat gerakannya berhenti, tatkala ia menyentuh kotak persegi panjang dengan gambar kelinci-kelinci kecil.
Ah iya, itu kepunyaan si lelaki Zhang.
Joonmyun mengambil sebuah catatan yang tersemat di sana, tak ragu langsung membacanya.
Aku tak tahu apa yang pemuda Zhang itu tuliskan disana, tetapi bless you—karena tulisan si pemuda Zhang, sanggup membuat sudut bibir Joonmyun tertarik ke atas. Membentuk sebuah senyum hangat yang selalu aku rindukan dari dirinya.
Aaaaah, aku lemah dengan senyummu, wahai pemilikku.
Terima kasih Zhang Yixing, karena kau, pemilikku yang super duper tampan ini tersenyum dengan begitu tampannya, sehingga mataku dapat dipuaskan dengan pemandangan indah ini.
"Siapapun kau, terima kasih Sheep,"
Ah Zhang Yixing menamakan dirinya sheep?
.
Pfft...
Sori.
Itu nama yang menggelikan, tapi anehnya itu manis di saat bersamaan.
Hmm, aku bias ya?
.
Bibir indah Joonmyun lagi lagi menggores senyum— aduh tolong, dia tampan sekali!
Memangnya tulisan Yixing seberkesan itu ya sampai memunculkan senyum indahmu dari sana, Joonmyun?
Terkadang aku suka berandai, daripada menjadi loker, kenapa aku tidak jadi sedotan saja ya? Siapa tahu aku bisa selalu bersentuhan dengan bibir indah itu.
Hahaha, Zhang Yixing, calon lelakimu ini buatku saja ya?
.
OxxxO
.
Hari silih berganti, dan bulan demi bulan tidak terasa terlewat begitu saja. Tiba-tiba musim dingin sudah berganti menjadi musim semi, lalu tiba-tiba musim panas sudah menyambut di pelupuk mata. Waaah aku merindukan aroma musim panas yang ceria dan menyenangkan. Dan hmmm, kau bertanya-tanya mengenai bagaimana kelanjutan kisah lucu kedua tokoh kita ini?
Biar kuberitahu.
Loker 01 tahu segalanya.
Zhang Yixing ternyata melanjutkan rutinitasnya memasukan hadiah-hadiah bagi Joomyun ke dalam tubuhku setiap pagi, meskipun Valentine telah lama berakhir. Kupikir dia merasa senang Joonmyun ternyata mengambil hadiahnya, dan ia pun semakin bersemangat dan keranjingan memberikan Joonmyun cokelat-cokelat rumahan buatannya. Andai saja dia tahu, Joonmyun tak memakannya karena ia punya alergi makanan manis. Aku ingin memberitahunya soal ini, tapi sayangnya aku tidak bisa bicara, ingat? Aku takut suatu saat nanti ia akan kecewa. Mengira bahwa Joonmyun tidak memakannya karena ia tidak suka.
Tapi... kenapa aku harus peduli pada orang selain pemilkku? Karena hell, aku ingin mereka menemukan happy ending mereka disini. Dan aku, loker 01, sudah mendeklarasikan diri menjadi shipper mereka! Kata anak-anak sini sih begitu. Jika kau ingin melihat dua orang berpacaran, maka namanya shipper. Aku loker yang sangat up to date dan gaul, bukan? Haha. Iya, aku tahu.
Anyway, kembali ke Joonmyun dan Yixing. Dua orang itu... mereka harus berakhir bahagia, entah bagaimana caranya, yeaaaah!
Aku sering mendapati mereka curi curi pandang di depanku, kebetulan loker Zhang Yixing adalah loker nomor 10.
Aku dan loker Yixing memang berada tepat di ujung dengan ujung, tetapi aku masih bisa melihat bagaimana pemilikku yang tampan ini, mencuri curi lihat ke sebelah kanannya. Llau dia buru buru akan melihat ke depan, tersipu malu, dan pura-pura sibuk sendiri, saat kulihat Zhang Yixing yang berganti menoleh diam-diam ke arah sini. Begitu setiap harinya.
Heiiii, kalian itu sama-sama bodoh, tapi kenapa menggemaskan sekali sih!
Kalau tidak ada yang mau memulai, bagaimana kalian mau bersatu, huh?! Apa harus aku yang turun tangan?
Di bulan Mei kemarin, tepatnya tanggal 22, dimana hari itu adalah hari ulang tahun Joonmyun. Tentu saja Yixing tidak melupakan momen precious ini.
Aku berharap ia memberikan Joonmyun sebuah hadiah yang spesial, dengan mengungkap identitasnya, misalnya. Tapi harapanku itu kandas, karena lagi-lagi Yixing masih memilih untuk bersembunyi dibalik identitas Sheep, si penggemar rahasia Joonmyun. Ah, tapi hadiah Yixing ada yang berbeda. Ia tidak memberi Joonmyun cokelat atau kudapan-kudapan manis lainnya seperti yang biasa ia lakukan. Kali itu ia memberikan Joonmyun sebuah syal, warna abu-abu yang cantik. Dan aku sempat mencuri dengar dari gumaman Yixing pagi itu saat ia berdiri di depanku dengan muka memerah, kalau syal itu ia rajut sendiri semalaman. Aku bahkan bisa melihat jari-jarinya yang cantik itu terbalut oleh perban perban kecil, mungkin terluka karena jarum.
Duh, mereka ini... Cepatlah jadian!
Tapi lagi-lagi harapan hanya jadi harapan semata. Mereka masih saja belum jadian bahkan hingga detik ini.
Yang kulihat mereka hanya akan saling bertukar pandang, kemudian memalingkan wajah karena malu. Aneh memang, mereka itu kelihatan sekali menyukai satu sama lain tapi kenapa tidak ada yang sadar? Kenapa mereka canggung sekali, padahal yang aku tahu, meskipun berbeda kelas, mereka juga satu tim di futsal sekolah.
Mereka memang sama-sama bodohnya.
Ada satu ketika saat Joonmyun yang tampan tapi bodoh ini, akhirnya memberanikan diri untuk menyapa Zhang Yixing yang saat itu akan pulang.
Yeah. Akhirnya, setelah berabad-abad aku menungguuuuu.
Iya, aku tahu itu memang hiperbola.
"Yixing..."
Aku bisa melihat bahu Yixing menegang. Ia tentu saja gugup, dari jangkau pandangku, memang ini adalah kali pertama mereka berbicara. Aku tidak tahu sih kalau semisal mereka memang sudah pernah mengobrol sebelumnya.
"Ya?" Pemuda itu menoleh ke arah Joonmyun, dan bisa kulihat pemilikku itu juga sama gugupnya. Aku hafal kebiasaannya, Joonmyun akan menekuk buku-buku jarinya setiap kali ia gugup. Ayo Joonmyun, teruskan saja dan pantang mundur!
"Emm... aku hanya ingin mengucapkan selamat" kini Joonmyun berganti mengusak rambutnya, "Err selamat kau terpilih masuk ke kesebelasan pilihan pelatih. Aku melihat bagaimana kau menggiring bola tadi, maksudku semua juga melihatmu tidak hanya aku saja, ah aku..."
Keduanya sama sama memerah malu.
Pffttt... Joonmyun yang gugup ternyata lucu juga ya?
"Yeah, intinya adalah eum... tadi permainanmu memang sangat bagus. Sekali lagi selamat ya..."
Yixing tampaknya masih belum bisa menghilangkan kegagetannya karena diajak bicara orang yang ia sukai. Aku bisa melihatnya salah tingkah sebelum akhirnya ia merespon dengan sebuah anggukan, "Terima kasih Joonmyun, kau juga penjaga gawang yang hebat. Kau hanya perlu berlatih lebih keras saja," ia menggeser pandangan ke arah syal yang mengelilingi leher Joonmyun, iya, itu memang syal abu-abu yang diberikan oleh Yixing kepada Joonmyun untuk hari ulang tahunnya, hanya saja Joonmyun tak tahu. Ia menuduk, menatap lantai sekolah yang baru saja di pel oleh penjaga sekolah beberapa jam yang lalu dengan senyum merekah di bibir.
Meskipun berusaha dengan keras untuk menyembunyikannya, aku tahu Yixing pasti sedang girang setengah mati melihat hadiah pemberiannya dikenakan oleh Joonmyun seperti itu. "Eum aku pulang dulu ya?"
Joonmyun mengangguk saja. Ah, kenapa kau tidak menawarinya pulang bersamamu sih? Aku tahu kalau kau bawa mobil kan Joonmyun?
"Hati-hati di jalan,"
Yixing hanya menganggukan kepala, melambaikan tangan kemudian berlalu begitu saja. Aku sempat menangkap pipi pemuda itu sedikit bersemu ketika ia berbelok di koridor. Dan keadaan yang tak jauh beda juga bisa aku lihat di raut wajah pemilikku yang juga sama-sama tersipu sipu dengan satu tangan menyentuh dadanya, dan seulas senyum indah yang malu malu menghias bibir yang selalu aku sukai itu.
.
Dasar cinta.
.
Ternyata bisa membuat orang jadi semenggelikan ini ya?
.
Kalau begitu, aku tidak mau ah jatuh cinta.
.
OxxxO
.
Seperti biasa, pagi ini dibuka dengan Joonmyun yang tersenyum setiap ia selesai membaca deretan kalimat yang dituliskan oleh 'Sheep' di sebuah lembar sticky notes berwarna ungu. Sampai sekarang, aku tidak tahu persis apa yang dituliskan oleh Yixing sampai pemilikku bisa tersenyum setampan itu.
"Oppa?"
Joonmyun menoleh, mendapati seorang gadis cantik berdiri di sisinya. Ah, aku kenal dia.
Dia Krystal, salah satu teman dekat Joonmyun yang cantik. Menurut pendapatku, sbenarnya mereka cocok cocok saja sih kalau dijadikan pasangan. Mereka memang dekat. Aku tidak tahu sih apa Krystal menyukai Joonmyun atau tidak—selama aku menjadi loker Joonmyun, aku tidak pernah melihat Krystal menaruh barang apapun sih ke dalam tubuhku. Mungkin mereka memang hanya sebatas teman. Tapi bagi orang-orang luar, mungkin kedekatan mereka bisa salah diinterpretasikan. Termasuk Yixing, apalagi ketika Joonmyun lalu menyerahkan kotak cokelat itu pada Krystal.
"Ini untukku?"
"Ya, aku tahu kau suka makanan manis kan?"
Seperti yang pernah bilang dulu, Joonmyun yang alergi makanan manis biasanya akan memberikan kudapan-kudapan manis itu kepada adik atau temannya—dan salah satu yang paling sering diberi oleh Joonmyun adalah Krystal sebagai salah satu rekan yang dekat dengannya.
"Wah, ini dari penggemarmu lagi? Sepertinya kau punya penggemar setia ya?" goda Krystal, dengan antusias ia membuka kotak cokelat dengan gambar wortel besar itu disana, "Wah oppa, ini kelihatan enak sekali. Kau yakin tidak mau mencicipinya?"
"Kalau aku memakannya, kau mau menanggung biaya perawatanku setelah ini, huh?"
Krystal tertawa geli, mengambil satu butir cokelat disana dan memasukannya ke mulutnya yang terpoles lip gloss dengan warna soft pink yang cantik. "ini enak sekali! Astaga oppa, asal kau tahu saja ya oppa, kau akan menyesal karena telah melewatkan salah satu kenikmatan duniawi ini,"
Joonmyun hanya tertawa, kemudian mengusak pucuk kepala Krystal.
Dan aku bersumpah, aku sempat melihat sekelbat rambut hitam melenggang pergi dari ujung koridor.
Eh rasa-rasanya aku kenal...
.
Bukankah tadi itu Zhang Yixing?
.
Dan kenapa wajahnya terlihat sedih?
.
OxxxO
.
.
Hari ini tiba-tiba saja turun hujan, padahal ini sudah memasuki musim panas. Aneh ya? Entahlah, kata murid-murid disini—para nerds yang suka sekali berdiskusi di koridor sekolah, mengatakan jika perubahan musim yang tidak bisa diprediksi adalah akibat dari globalisasi... atau global warning, atau warming ya? Apalah, aku lupa. Yang jelasnya pokoknya ada global globalnya begitu deh!
Memang sedari tadi langit sudah dipenuhi cendawan kelabu raksasa. Koridor yang biasanya pukul 4 masih terlihat terang, kini menjadi gelap seolah ini sudah hampir menjelang senja. Sepertinya hujan akan turun cukup deras. Sebentar lagi, karena aku sudah mencium petrichor, bau khas tanah basah yang biasanya mulai tercium sebelum hujan datang mendera bumi tempat kita berpijak ini.
Dari ujung mataku, aku bisa melihat Joonmyun berjalan santai dengan menenteng tasnya menuju ke suatu tempat. Kemana lagi kalau bukan ke arahku? Bukannya aku terlalu pede ya, tapi nyatanya Joonmyun memang lebih suka menghampiriku daripada kalian-kalian semua.
Ha ha ha.
Andai aku bisa mengeluarkan tawa jahat.
Satu dua tiga, dan sedetik kemudian, tes-tetes hujan itu mulai menari-nari bebas di bawah sang awan mendung yang melingkupi. Benar kan. Hujan datang begitu deras. Dengan cepat membentuk kubangan-kubangan kecil di sekitar halaman sekolah yang tepat berada di samping koridor.
Joonmyun menghampiriku, seperti biasa ia akan mengeluarkan kunci dari saku dan membuka tubuhku untuk memasukan buku bukunya ke dalam, dia itu memang tipe yang lebih memilih meninggalkan buku-buku untuk jadwal besok hari di dalam loker. Lalu bagaimana ia belajar? Entahlah, itu masih menjadi misteri untukku.
Sementara Joonmyun sibuk memasukan barang-barangnya ke dalam tubuhku, eh jodoh tak kemana, Yixing pun datang. Ia sendirian, tetapi ia tengah membawa beberapa tumpukan buku yang sepertinya berat, lihat saja bagaimana ia sesekali berhenti berjalan untuk membenarkan posisi beban yang harus ia sangga di lengannya, sebelum kembali berjalan perlahan demi perlahan. Dia sedang kesusahan!
Hei, Kim Joonmyun, jadilah gentlemen dan bantulah (calon) kekasihmu itu.
Sepertinya doaku kali ini terkabul, karena Joonmyun tiba tiba menolehkan kepala dan pandangannya langsung terjatuh pada Yixing disana.
"Lho Yixing? Kau masih disini?"
Susah payah Yixing berusaha menyeimbangkan beban di lengannya, barulah ia bisa menjawab pertanyaan Joonmyun, "Iya, tadi aku ada tambahan kelas bersama Kwon-seongsaenim karena aku remidi matematika," ia tertawa garing, "Kau sendiri? Kenapa sore-sore masih disini?"
"Aku tadi main main saja dengan anak-anak di kelas, kami ngobrol kesana kemari, tidak sadar saja sudah jam 4, ya sudah ini aku mau pulang," Joonmyun mengeluarkan suara kekehan, sebelum realisasi kemudian menghantamnya, dan cepat-cepat ia berada di sisi Yixing, "Ah sini, biar kubantu, kau sepertinya kesusahan,"
Joonmyun tidak peka! Kenapa tidak dari tadi kek!
"Eh tidak usah, ini tidak seberapa kok," Yixing menolak, ia mejauhkan diri dari jangkauan Joonmyun dan kembali membenarkan tumpukan buku itu di kedua lengannya. Aku tahu sebenarnya ia memang keberatan dengan beban yang harus ia tanggung, tapi ia berusaha menutupinya. Mungkin ia tidak mau merepotkan. Ah, so sweetnya. "Sungguh, tidak apa apa Joonmyun, terima kasih banyak." Ia tersenyum, "Kenapa kau masih disini? Bukannya tadi kau berencana pulang?"
"Eumm nanti saja deh, masih hujan deras juga,"
Halah, bisa saja kau.
Aku tahu, Joon. Kau pasti hanya ingin berlama-lama disini dengan Yixing kan?
Modusmu deh.
"Iya, hujan deras sekali," gumam Yixing, nadanya agak nelangsa, dan kepalanya tertunduk menatap tumpukan buku yang ada di kedua lengannya, "Bagaimana caranya aku membawa buku buku Kwon-soengsaenim ini ke ruang guru kalau begini?"
"Jadi ini buku buku Kwon-soengsaenim dan beliau menyuruhmu membawanya ke ruang guru?" Joonmyun bertanya, yang dibalas oleh anggukan kepala Yixing.
Yeah, memang susah sih. Jalan satu satunya menuju ke ruang guru adalah dengan menyebrangi halaman sekolah, dan itu berarti adalah dengan nekat menerobos hujan yang begitu derasnya. Dengan hujan deras seperti ini, mau menyebrang sampai ke sana pun juga akhirnya akan sia-sia karena semua akan jadi basah kuyup.
Eh tunggu sebentar, Joonmyun!
Kau kan pernah menaruh payung di dalam tubuhku, cepat pinjamkan saja Yixing payungmu!
"Ah tenang saja, aku punya payung di dalam lokerku," Joonmyun pintar! Ia buru-buru menuju ke arahku dan mengambil payungnya yang memang biasanya ia sengaja letakan di dalam sini. Ia menenteng payung birunya dan kembali mendekati Yixing, berdiri di sisinya sementara ia membuka payungnya. "Sini biar aku payungi kau sampai ke ruang guru sana.
"Tapi payungnya cukup kecil, apa kita berdua bisa muat Joonmyun?" ada nada khawatir tersirat di kalimatnya, "Aku tidak mau kau jadi basah,"
"Muat kok, percaya saja padaku,"
Meskipun masih terlihat ragu, aku melihat Yixing akhirnya menganggukan kepalanya dan mendekat pada Joonmyun yang sudah siap dengan payungnya yang terbuka. Aku melihat dengan jelas bagaimana Yixing tampak mati gaya, dan Joonmyun yang gugup setengah mati. Maksudku lihatlah bagaimana mereka berdiri dengan awkward-nya, berdiri bersisian agar muat di dalam lindungan payung, tetapi masih mencoba menjaga jarak diantara keduanya.
Dasar bodoh.
Mungkin putus asa, atau mungkin nekat, Joonmyun yang masih gugup setengah mati itu tiba-tiba melingkarkan satu lengannya ke bahu Yixing—aku hampir saja menjerit girang karenanya. Tapi kalaupun aku menjerit, aku yakin suaraku tak akan terdengar.
Joonmyun mengakhiri kecanggungan mereka karena tindakannya barusan dengan membuang muka ke depan, dan mengeluarkan sebuah gumaman rendah, "Agak sini, kalau jauh-jauh nanti kebasahan,"
Bisa aku tangkap Yixing makin mengeratkan pegangannya pada tumpukan buku itu, menyamarkan semu yang sebenarnya bisa aku lihat di kedua pipi putihnya. Kedua insan manusia itu mulai berjalan, bersama-sama menembus terpaaan hujan hanya dengan bermodalkan tameng sebuah payung biru. Sesekali bisa kulihat, diantara kepungan hujan deras itu, Joonmyun akan menarik pemuda itu lebih dekat padanya.
.
Takut Yixing kebasahan, katanya.
.
Ladies and gentlemen,
Kim Joonmyun. Pemilikku yang super duper tampan. Kadang bodoh, kadang tidak peka.
.
Tapi di balik itu semua, ternyata ia suka modusan juga.
.
OxxxO
.
Sore ini, berbeda dengan sore yang kemarin. Berbanding seratus delapan puluh derajat.
Kali ini sore itu tampak begitu cerah. Tak ada hujan deras yang mengguyur dengan bebasnya. Dan aku baru ingat, ini adalah hari Kamis. Itu berarti ini adalah jadwalnya klub futsal berlatih kan? Yes, berarti aku bisa melihat Joonmyun dan Yixing membuat momen yang manis lainnya, dong?
Ah, hidupku memang penuh keberkahan.
Aku mengharap-harap Joonmyun akan muncul dari ujung koridor dengan Yixing yang berjalan disisinya, bergandengan tangan, tersenyum satu sama lain, atau tersipu-sipu, atau apa kek, yang penting aku bisa melihat moment otp-ku—tapi sayangnya, nihil. Tidak ada Yixing, tidak ada Joonmyun, tidak ada gandengan tangan, tidak ada senyum, atau kedua adam yang sama-sama tersipu. Yang aku lihat hanya Joonmyun seorang diri, dengan bahu yang merosot kecewa. Aku tahu dengan gestur seperti itu, Joonmyun tengah bersedih. Aku penasaran, apa sesuatu terjadi padanya? Atau sesuatu terjadi di klub futsal?
Joonmyun tiba-tiba saja sudah berdiri di hadapanku, dan tanpa aba-aba, menyandarkan dahinya ke padaku. Nyaris terbentur. Aku melihatnya tengah menarik nafas dalam-dalam, kentara benar ia sedang mengalami masalah. Aku jarang melihat Joonmyun yang seperti ini.
"Joonmyun?"
Suara lembut dan renyah yang aku mulai sukai itu mengudara, otomatis mengambil alih atensi kami berdua. Kulihat Yixing sudah berdiri di samping kami, bibirnya digigiti kecil. Kenapa dia juga ikut ikutan tampak seperti punya masalah? Sesuatu benar-benar terjadi di klub futsal mereka ya? Aduh siapapun, tolong beritahu aku ada apa ini.
"Yixing? Kenapa kemari?"
"Aku..." ia menghela nafas, "Aku hanya ingin melihat keadaanmu saja, kau tampak sedih sekali tadi,"
Joonmyun mengulas senyum, kentara benar penuh paksa. "Aku... tidak apa-apa kok,"
"Ini bukan salahmu kok," kata Yixing, "Jangan masukan kata-kata menyakitkan pelatih padamu, ia tadi hanya emosi. Andai saja kami bisa menghalau serangan balik, kau juga pasti tidak akan kebobolan, ini kesalahan kami juga,"
Joonmyun tersenyum kecil, kali ini dengan lebih ikhlas. "Kenapa jadi kau yang berbalik menyalahkan diri? Pelatih benar kok, aku memang belum pantas masuk skuad utama,"
"Tidak benar!" seloroh Yixing, yang sejujurnya mengagetkan baik aku maupun Joonmyun. Yixing yang biasanya pemalu dan pendiam tiba-tiba berkata dengan nada lantang seeprti itu.
Aku kan kaget...
Dan lebih mengejutkannya lagi, Yixing dengan beraninya meraih tangan Joonmyun dan mengenggamnya, mencengkramnya cukup kuat. Dengan suaranya yang mantap, ia berkata, "Percayalah pada kemampuanmu, aku yakin kau pasti bisa menembus skuad utama. Kau hanya perlu berusaha lagi dan lagi, Joonmyun. Dan aku akan mendukungmu untuk itu. Jangan menyerah hanya karena ini oke. Kau hebat, dan aku tahu kau bisa melakukannya."
Wow, Yixing. Aku tidak tahu kalau ia bisa bicara dengan nada setegas itu. Dia sungguh mengejutkanku, dan sepertinya tidak hanya aku, tapi Joonmyun pun juga begitu. Ia tampak memandang Yixing dengan sebuah binar yang sarat akan ketidakpercayaan, sekaligus kekaguman di saat bersamaan. Pandangan Joonmyun lalu bergeser, terarah pada tangan mereka yang masih saling bertautan.
Mereka mendongak bersamaan, obsidian bertemu dengan hazel.
Saling bertatap dengan tangan masih berkontak.
Yixing yang sepertinya baru menyadari posisi tangan mereka langsung menarik genggaman tangannya dari milik Joonmyun. Sedetik kemudian kembali menjadi Yixing yang aku kenal, yang suka tersipu dan pemalu. Dia benar-benar... unik. Selera Joonmyun ternyata bagus juga, ya. Pipinya semerah tomat. Ingin ia mengutarakan sesuatu, namun suaranya nampaknya tersendat.
Yixing melongok kesana kemari, mungkin untuk menutupi rasa malunya. "Emm, aku pergi dulu ya?" Ia melewati Joonmyun yang masih terdiam di tempat—ah Joonmyun, kau ini memang suka sekali ya menyia-nyiakan kesempatan, keluhku. Tapi lagi-lagi ia mengejutkan kami berdua, ketika Yixing mengerem langkah, berbalik dan mengangkat kepalan tangannya ke udara,
"Joonmyun, fighting!"
Dia itu sedang memberi semangat atau aegyo sih? Kenapa semenggemaskan itu?
Dan sepertinya bukan aku saja yang berpikir begitu, pemilkku pun demikian. Lihat saja senyum yang terpatri di bibirnya itu, tak luntur-luntur menatap punggung Yixing hingga ia hilang dari pelupuk mata.
Yah, aku harap sih yang ditatap memang benar punggung Yixing, bukan bagian yang lain.
He he he.
Aku tidak mesum kok, sumpah.
.
.
OxxxO
.
.
Sebagai saksi bisu disini, melihat kapal otp-mu berlayar di samudra luas pasti membahagiakan. Kedua tokoh dalam cerita ini, mereka semakin dekat dan dekat.
Tapi sayangnya, mereka masih sama bodohnya.
Iya, aku beritahu.
Yixing masih menjelma menjadi penggemar rahasia Joonmyun di balik nama Sheep, dan Joonmyun yang sama sekali tidak tahu kalau orang yang ia sukai sebenarnya juga menaruh rasa padanya.
Hah begitu saja terus sampai aku akhirnya karatan, anak-anak.
Lama-lama aku jadi tidak sabar. Aku gemas pada mereka berdua.
Andai saja aku bisa membuat mereka menyadarinya lebih cepat, kalian kan sebentar lagi akan lulus, tidak mau kan kalau nanti kalian menyesal?!
Joonmyun baru saja selesai memasukan barang-barangnya dari tubuhku, masuk ke dalam tasnya. Aku melihatnya tampak lebih antusias hari ini, mungkin efek kemarin, entahlah. Asal pemilikku senang, maka aku juga senang. Ia mempercepat gerakannya menarik zipper, beberapa kali ia menolehkan kepalanya ke arah kanan secara konstan—siapa lagi kalau bukan ke tempat Yixing berdiri di depan loker nomor 10. Senyum Joonmyun terpatri dengan luwesnya—ciyeee, sepertinya ada yang semangat sekali ya bertemu dengan gebetannya.
Saat ia benar-benar beres dengan peralatannya, Joonmyun bersiap melangkah mendekat pada Yixing di ujung koridor, tetapi kemudian niatnya terhenti. Joonmyun menatap tak berkedip ke tempat Yixing berdiri, membeku dengan tubuhku yang masih terbuka.
Eh, ada apa? Aku yang penasaran, jadi ikut-ikutan melirik kesana.
Oh—aku mengerti.
Ternyata jawabannya ada disana—ada seseorang yang tiba-tiba merangkul bahu Yixing dengan (sok) akrab. Aku rasa aku mengenal lelaki itu... namanya Oh Sehun, beberapa gadis-gadis penggosip disini sering membicarakannya. Mereka yang menyebut ia sebagai "Pangeran es yang tampan"
Setampan-tampannya Oh Sehun, masih tampan pemilikku kok! Jaminan deh, Yixing.
Aku tidak terlalu tahu sih ada hubungan apa antara Sehun dan Yixing, tapi yang jelas mereka cukup dekat. Lihat saja bagaimana Oh Sehun bisa setouchy itu dengan Yixing, bahkan membuat ia tertawa bersamanya. Dan kedua orang itu pun berlalu dengan berjalan bersisian, melewati kami berdua.
Dan uh oh, ini buruk.
Sepertinya aku mencium bau-bau kecemburuan disini...
Aku bisa merasakan Joonmyun mengeratkan pegangannya pada tubuhku, sebelum kemudian ia banting tutup pintuku sekeras yang ia bisa.
Aduh! Ini lumayan sakit, Joonmyun.
.
Dan asumsiku memang benar,
.
...ada yang sedang terbakar cemburu disini.
.
.
OxxxO
.
Tiga hari setelah insiden cemburu membakar hati itu, aku tiba-tiba melihat Yixing dipapah oleh Joonmyun.
Jalannya tertatih, sepertinya kakinya sedang terluka, mungkin terkilir, dan mereka sama-sama mengenakan jersey futsal kebanggaan mereka.
Duh, kenapa sih selalu saja ada kejadian aneh-aneh di klub futsal mereka?
Huft, aku heran. Tapi Yixing yang terluka seperti ini mungkin bisa membawa keberkahan sendiri untuk Joonmyun, eits, bukan berarti aku senang Yixing terluka ya. Tapi dari setiap kejadian kan selalu punya dua sisi, positif maupun negatif.
Aku melirik mereka berdua dari sudut penglihatanku, Joonmyun mengantar Yixing sampai ke depan lokernya, membantunya mengambil barang-barangnya dari dalam loker. Joonmyun begitu cekatan merawat Yixing, aku yakin pemilikku itu pasti bisa jadi pendamping yang baik dan layak bagi pemuda dengan lesung pipi itu.
"Yixing hyung?"
Argh.
Dasar Oh-Perusak-Suasana-Sehun.
Di saat otp-ku punya moment seperti ini, si Oh Sehun itu harus merusak semuanya. Orang-orang akhir akhir ini sering mengatai pengacau seperti Oh Sehun itu dengan err... pelakor?
Kalau tidak salah sih. Aku kan hanya mencuri-curi dengar saja dari para gadis-gadis yang suka menggosipkan artis-artis di ponsel mereka.
"Kau tidak apa-apa? Hei, apa yang terjadi pada kakimu?"
Kenapa kau jadi ikut ikutan khawatir begitu, huh Oh Sehun? Yang berhak khawatir pada Yixing hanyalah pemilikku seorang. Aku sebal pada pemuda tiang tapi tampan itu, dan sepertinya Joonmyun pun merasakan hal yang sama denganku. Air mukanya jelas menunjukan bahwa ia sama sekali tidak menyukai kehadiran pemuda Oh itu di dekat Yixing, alisnya tertekuk dalam-dalam, seolah ia ingin sekali menendang dan mengenyahkan bokong Oh Sehun jauh-jauh dari sini.
"Tadi aku kena tackle, Sehun. Jadi kakiku sedikit agak terkilir, tapi aku tidak apa-apa kok,"
"Biar aku antar kau pulang ke rumah, hyung." Oh Sehun menawarkan.
Jangan Yixing, jangan mauuuu.
"Tadi Yixing sudah setuju kalau aku yang akan mengantarnya pulang," suara Joonmyun menyela, membuatku ingin berteriak antusias.
Benar Joonmyun, jangan biarkan orang lain merebut apa yang menjadi milikm!
"Tapi akan jauh lebih mudah kalau Yixing hyung pulang denganku, kami searah, hyung." Oh Sehun ini, tampan tapi menyebalkan juga ya, huffttt,
"Tapi dia sudah setuju pulang denganku,"
"Tapi—"
"Sudah sudah," Yixing melerai keduanya, dengan sebagian tubuh masih disangga oleh Joonmyun, ia lantas menoleh kepada pemilikku itu, tersenyum meminta maaf. Jangan bilang kau justru memilih si pelakor itu Yixinggg—"Joonmyun, sepertinya aku ikut Sehun saja. Dia benar, kami searah. Aku takut merepotkanmu,"
Pemilikku buru-buru menggelengkan kepala, "Aku tidak merasa kerepotan kok,"
Yixing tersenyum hingga lesung pipinya muncul ke permukaan, "Terima kasih banyak, Joon. Aku mengapresiasinya, tapi nanti aku jadi tak enak. Biar aku bersama Sehun saja. Kau pulang saja, aku tahu kau pasti lelah setelah pertandingan tadi," ia sedikit membungkuk, sebisa yang ia lakukan dengan keadan kakinya yang terkilir, "Terima kasih untuk semuanya, Joonmyun."
Joonmyun mengangguk, ia tampak masih tidak rela ketika ia menyerahkan Yixing pada Sehun ke dekapan lelaki itu, "Hati hati di jalan, oh iya—" Ia melepaskan jaket varsity yang ia kenakan kemudian meletakannya jaket itu di kedua bahu Yixing. Ia lantas mengalihkan pandangan kepada Sehun, matanya memicing berbahaya, "Kau jaga dia, jangan biarkan sesuatu terjadi padanya," wejangnya, yang sebenarnya lebih terdengar seperti sebuah ancaman.
Kedua orang itu pergi, dengan Sehun yang menyangga Yixing sepanjang jalan, sementara pemilikku hanya bisa menatap mereka dengan tatapan setengah nelangsa, sebelum kemudian tatapan itu berubah menjadi marah.
Langkahnya menggebu, rahangnya mengeras, pun ketika ia mendaratkan sebuah bogem mentah di tubuhku. Memukulku dengan kepalan tangannya untuk melampiaskan kemarahannya.
.
J-joonmyun, ini s-sakit.
.
Ugh...
.
Cemburu...
.
...sepertinya sangat menyakitkan, ya?
.
.
OxxxO
.
.
Semenjak Oh Sehun datang, semua jadi runyam.
Joonmyun sering tiba-tiba kesal, dan senyum yang selalu aku sukai itu jarang sekali mampir ke bibir. Aku mulai merindukan senyum itu. Yeah, ia masih menyempatkan untuk tersenyum sih. Tapi ia hanya akan tersenyum jika ia sedang membaca catatan yang Sheep tuliskan di hadiah-nya, tapi kadarnya pun juga kecil sekali. Tipis, setipis kertas HVS. Seperti saat ini. Yeah, dan hanya itu. Selebihnya ia lebih suka menampilkan ekspresi cemberutnya yang hampir mendekati mengerikan.
"Joonmyun,"
"Y-yixing?"
Ah, yang sedang diandai-andai pun datang, aku bisa melihatnya masih berjalan dengan pincang, tetapi setidaknya ia tampak lebih baik daripada kemarin.
"Aku ingin mengembalikan jaketmu. Maaf aku membawanya tiga hari ini, aku ingin menemuimu, tapi sayang jadwal kita selalu berbenturan. Maaf ya,"
"Tidak apa-apa, aku bahkan tidak keberatan kalau kau menyimpannya,"
"Jangan begitu," Yixing terkekeh, mengibaskan tangannya, kemudian menyerahkan bungkusan rapi itu kepada Joonmyun. Ia membungkukan badan, "Terima kasih banyak Joonmyun,"
"Sama-sama," nah kan nah kan—kalau ada Yixing saja dia mau tersenyum. Huuu, dasar pilih kasih. "Bagaimana keadaan kakimu?"
"Sudah lebih baik, aku sedang menjalani pengobatan dan dokter bilang semuanya berjalan baik," Yixing lantas menyadari sebuah kotak lain yang tengah digenggam Joonmyun, ia tersenyum kecil, sedikit menggidikan dagu ke tangan kanan Joonmyun, "Apa itu?"
"Oh ini?" Joonmyun menunduk, tersenyum menatap kotak di tangannya, "Seseorang selalu menaruhkan kudapan-kudapan manis ini di lokerku,"
Yixing pura-pura menampilkan ekspresi terkejut, harus kuakui dia pandai beracting juga. "Kau tidak tahu siapa dia?"
"Tidak," ia mengangkat bahu, "Yang aku tahu ia selalu menaruh catatan kecil disini, menamai dirinya 'Sheep'".
Belum sempat Yixing bertanya lebih jauh, Krystal datang menghampiri.
Yaaaah, gadis cantik. Kenapa kau suka datang tak diundang? Maksudku, kenapa kau harus datang sekarang dan menganggu moment otp-ku? Kenapa kau sebelas duabelas dengan si penganggu, Oh Sehun? Kenapaaaaaa?
"Joonmyun oppa?"
"Eh Krys, kebetulan kau lewat," Joonmyun tersenyum lebar, menyerahkan kotak yang aku tahu berisi muffin itu kepada Krystal yang menerimanya dengan senang hati, "Ini untukmu,"
"Ini tampak enak sekali, kebetulan aku juga sedang lapar, padahal tadi aku kesini hanya ingin menyapamu" Krystal tertawa kecil, "Terima kasih banyak lho, oppa. Aku ke kelas dulu ya, aku permisi eum..." ia mengangkat alis ke arah Yixing.
"Yixing," tambah Yixing, peka dengan maksud Krystal. Perasaanku saja atau ekspresi Yixing sedikit berubah menjadi lebih... murung? "Aku Yixing, kelas 3B."
"Temannya Joonmyun-oppa?" Yixing mengangguk sebagai balasan, Krystal tersenyum sama hangatnya, "Namaku Krystal, senang bertemu denganmu Yixing-sunbae, aku ijin duluan ya," dengan membungkukan badan, Krystal undur diri dari hadapan kedua lelaki itu.
Sebuah atmosfir tidak nyaman tiba-tiba saja melingkupi kami, sepertinya hanya aku dan Yixing yang menyadari, sementara Joonmyun yang memang suka tidak peka itu tampak memasang raut muka biasa saja.
.
Ah, Joonmyun, kau kenapa bloon sekali?!
Eum, bloon sinonim dengan bodoh kan ya..?
.
Aku belajar bahasa gaul ini dari para siswa yang suka berseliweran di depanku ini, terkadang aku mencuri dengar jadi aku tahu. Aku juga ingin menjadi loker yang gaul dan kekinian, kalau kata mereka.
Anyway, kembali pada kedua tokoh kita ini.
"Joonmyun..."
"Ya?"
Nadanya stabil, tapi aku bisa mendengar nada kecewa mengambang disana. "Kau memberikan hadiah penggemarmu itu kepadanya?"
"Ya,"
Nada kecewa itu makin kentara kadarnya, sayang Joonmyun masih belum menyadarinya, "Kenapa?"
.
"Karena aku tidak suka,"
.
Mampus (iya, aku juga belajar kata ini dari para siswa itu).
Joonmyun masih bloon juga.
.
Seharusnya kau mengatakan padanya kalau kau alergi makanan manis Joonmyun. Lihatlah, kau baru saja menyakiti hati lelaki yang kau sukai. Lihatlah wajahnya yang menekuk sedih itu Joonmyun, lihatlah!
"Oh,"
"Kenapa memangnya?"
"Aku... hanya bertanya saja,"
.
Joonmyun masih bisa-bisanya tersenyum.
.
Aku tidak bisa menyalahkannya sih tapi tetap saja,
dasar Joonmyun tidak peka!
.
.
.
OxxxO
.
.
Ini pukul 05 pagi, seperti biasa aku selalu memulai rutinitasku disini. Menikmati keheningan dan kedamaian di pagi yang sunyi. Aku menghirup udara pagi itu sebanyak yang aku bisa, selama yang aku bisa. Karena begitu murid-murid itu hadir disini, aku tak akan bisa lagi menikmati keheningan yang menyenangkan ini. Yang terdengar adalah suara tawa mereka, derap langkah yang bersahutan, dan gosip-gosip yang mengudara—yang diam diam aku ikut simak juga sih.
Pukul 05.15, seperti biasa aku bersiap untuk menyambut kehadiran Yixing yang pasti akan segera datang untuk meletakan hadiahnya ke dalam tubuhku. Menit ke 15, berganti menjadi 16, 20, lalu tanpa terasa jarum jam yang tergantung di sudut menunjuk angka 07.00, aku sama sekali tak melihat kehadiran Yixing—oh itu dia. Ia hanya sedikit terlambat!
Aku sudah berpikiran yang tidak-tidak, mengira dia marah atau apa, tapi sepertinya dia memang terlambat. Mungkin kudapan yang ia siapkan untuk Joonmyun baru matang sekarang? Atau jam wekernya mati? Atau terjebak di jalan—
Eh eh, kok dia melewatiku begitu saja?
Dia tidak mau meletekan hadiah Joonmyun dulu ke dalam tubuhku?
Heiiii Zhang Yixing, aku masih disini lho.
Atau kau lupa membawa hadiah Joonmyun? Kenapa kau mengabaikanku dan memilih berjalan ke depan lokermu lalu pergi lagi begitu saja?
Kau tidak mau bertemu denganku dulu?
Sampai Joonmyun menampakan batang hidupnya saat jam menunjuk pukul 07.25. 5 Menit sebelum bel berdenting, seperti biasa ia baru datang.
Yang tidak biasa di hari ini hanyalah Yixing yang tidak mampir untuk memberikan pemilikku sebuah hadiah, dan mengabaikanku seolah aku telah menghilang dan sirna.
Joonmyun pun menyadarinya, aku sempat mendapati raut tertegun di wajahnya saat ia tidak mendapati barang apapun ditinggalkan oleh 'Sheep' di dalam tubuhku. Kedua alisnya tertekuk, bibirnya menggores garis tipis, bukan sebuah senyuman manis.
Dan binar matanya... apakah aku salah, jika aku berkata aku melihat binar kecewa di matanya?
.
.
.
OxxxO
.
.
Esoknya dia tidak datang lagi...
.
Aku dan Joonmyun punya pertanyaan yang sama,
Zhang Yixing atau Sheep. Atau siapapun kau.
.
Kau ini kenapa?
.
.
OxxxO
.
Minggu berikutnya..
.
Zhang Yixing, hei kau ini kemana sih?
Kenapa kau sepertinya menghindari pemilikku, huh?
.
Tak tahukah kau kami begitu mengharapkan kehadiranmu?
.
.
.
OxxxO
.
Minggu berikutnya...
Hei Zhang Yixing atau Sheep, kami merindukanmu, tahu.
Kami merindukan senyummu, semu merah mudamu, bahkan hadiah-hadiahmu.
.
.
Aku dan Joonmyun—kami kangen.
.
OxxxO
.
.
Yixing atau Sheep, aku tahu kau menghindari pemilikku.
.
Aku tahu kau masih marah.
.
Maafkan pemilikku yang tidak peka itu ya.
.
Tapi tolonglah, tak kasihan kah kau padanya? tak tahukah bagaimana mata pemilikku selalu berusaha mencarimu diantara kerumunan, tak tahukah binar matanya akan meredup saat kau menjauh darinya?
Dan Joonmyun, kenapa kau tidak berusaha lebih keras untuk mendapatkan Zhang Yixing? Lakukan sesuatu. Mengejarnya kak. Menahannya kek. Apalah.
Yang penting lakukan sesuatu!
Aku merindukan moment otp-ku, tahu.
.
Kenapa sih, kalian ini memilih sama sama jadi pengecut?
.
.
.
.
Aku...
.
Aku rindu kalian...
.
.
.
OxxxO
.
Tak terasa kita sudah mempijakan diri ke bulan Juli. Bulan yang menjelma menjadi bulan yang spesial untuk siswa siswi Shinhwa High School angkatan atas.
Yap. Bulan ini adalah bulan kelulusan mereka. Aku tidak tahu kapan tepatnya, tapi kemarin aku baru saja melihat bagaimana siswa siswi kelas tiga, termasuk pemilikku bersuka cita dengan hasil pengumuman ujian mereka.
Begitu pula dengan Joonmyun, aku bangga padanya. Aku dengar dia menjadi salah satu peraih nilai terbaik.
Tidak perlu diragukan sih kemampuan pemilikku itu.
Aku bisa melihat beberapa diantar gadis gadis saling berpelukan, diselingi oleh tangis haru yang mengudara. Para murid laki laki juga saling berpelukan dengan teman teman mereka, menepuk bahu satu sama lain, atau bertukar ucapan selamat. Walau mereka tidak menangis seperti gadis gadis, tapi aku bisa melihat binar keharuan menghiasi kedua mata mereka. Hah dasar laki laki, mereka memang suka jaim.
Aku akui, terkadang aku tidak menyukai mereka yang suka berisik di koridor ini, tapi aku yakin suatu saat aku akan merindukan mereka.
Rindu.
Sama seperti rinduku pada kisah Yixing dan Joonmyun, yang entah ujungnya kemana.
Ihhh. Jadi mereka tidak ingin mengakhiri kisah ini dengan happy ending ya?
Menurutku semenjak mereka tak lagi bersua, hari hariku jadi lebih muram. Aku merasa semangat muda yang biasanya aku miliki mulai terkikis habis. Aku tak lagi termotivasi untuk bangun pukul 5 pagi seperti biasanya. Aku merasa aku tak lagi punya tontonan menarik untuk dilihat. Aku butuh sedikit cinta disini.
Aku butuh sedikit Joonmyun dan Yixing.
Meskipun terkadang menggelikan melihat Joonmyun dan Yixing saling canggung dan bersemu malu satu dengan lain, tapi apa yang aku rasakan masih sama.
Rindu.
Kangen.
Aku kangen mereka.
Hari demi hari—yang masih saja muram berlalu secepat angin. Aku tak lagi menghitung hari. Mendadak ini sudah hari—eh? Ini hari apa ya?
Tidak seperti biasanya, hari ini aku terbangun pukul 5 pagi, seperti yang dulu dulu. Sudah cukup lama aku tak bangun sepagi ini.
Seperti rutinitas yang biasa aku lakukan dulu, aku menghirup udara pagi yang mampu membawa ketenangan dalam raga. Hah, aku bahkan sampai lupa rasanya.
Perhatianku teralih saat aku melihat sekelebat rambut hitam datang dari arah gerbang sekolah, eh tunggu.
Sepertinya aku kenal dengan pemilik rambut itu. Rasanya familiar—kelewat familiar sampai sampai aku ingin menjerit rasanya.
ITU KAN...
Zhang Yixing, apa yang kiranya kau lakukan di pagi hari begini? apa kau ingin membuatku bernostalgia dengan masa masa itu? Atau kau memang ingin memberi Joonmyun hadiah lagi—
Apapun alasanmu. Aku merindukanmu.
Dan benar saja, seperti dulu, Yixing berhenti di hadapanku. Ia tak lagi membawa kotak, ia hanya membawa sebuah kertas. Aku tak bisa mengintip sih isinya apa, tapi aku yakin itu memang ditunjukan untuk Joonmyun.
"Luhan pasti akan mengomeliku setelah ini," gumam Yixing, kedua jemarinya memainkan ujung ujung kertas, "Dia menyuruhku mengungkapkan perasaanku padamu secara langsung sebelum wisuda besok tapi..."
Ia menghela nafas dalam, "Aku tak yakin aku mau mendengar penolakanmu. Jadi aku lebih memilih menjadi Sheep saja, bahkan hingga kita harus berpisah. Joonmyun, terima kasih banyak untuk semuanya, meskipun aku hanya bisa mengagumimu dari jauh,"
Aku melihat ia kembali menarik nafas berat, "Joonmyun..."
Ia menatapku lekat lekat seolah aku ini benar benar Joonmyun. Dan mau tidak mau aku ikut menatapnya balik, tak sekalipun melepaskan pandang. Menelusuri sekaligus mengagumi paras rupawan Zhang Yixing yang disukai Joonmyun ini.
Kenapa aku jadi ikut deg-deg an begini?
Layaknya aku yang akan mendapatkan pernyataan cinta saja. Dan heiii, kenapa juga aku bisa berdebar debar padahal aku tidak punya jantung?
.
"Joonmyun... aku..."
.
.
Deg
deg
deg.
.
"Aku... aku suka kamu,"
.
.
"Jadi kau yang selama ini menaruh hadiah hadiah itu untukku?"
.
.
.
Uh oh.
Itu suara Joonmyun...
.
Aku lupa dia ada disini. Dia memang sudah datang pagi-pagi sekali, entah untuk melakukan apa.
Sekarang aku tidak tahu apa aku harus berbahagia atau ikut panik seperti Yixing saat aku melihat pemilikku berjalan mendekati kami. Tapi yang jelas aku bisa merasakan diriku ikut menunggu dengan penuh antisipasi, aku tidak tahu harus berpikir apa. Bisa saja akhir cerita ini menjadi bahagia atau sedih.
"J-joonmyun,"
Apalagi melihat raut muka Joonmyun dengan alis menekuk dalam, marah kurasa.
Kenapa dia harus marah? Bukankah seharusnya ia senang karena orang yang ia sukai juga menyukainya?
.
Pikiran dan hati manusia yang sedang jatuh cinta memang kompleks ya.
Mereka juga bisa jadi bodoh dan menggelikan.
.
"K-kenapa kau bisa ada disini?"
"Aku ada gladi resik paduan suara untuk wisuda kita," jawabnya enteng, langkahnya makin mendekat, "Dan kau masih tidak menjawab pertanyaanku sebelumnya,"
"A-aku..."
.
Joonmyun makin mendekat dan mendekat, bahkan ia sempatkan membanting pintuku dengan keras.
Ow Joonmyun, kenapa kau jadi suka sekali menyakitiku sih? Ini kdrt tahu!
.
"Aku bisa j-jelaskan..."
Ia memegang bahu Yixing dan disini aku jadi panik sendiri.
Hei Joon, kau tidak berpikir untuk menyakiti orang yang kau sukai kan?
Terlebih saat ia mendorong bahu Yixing hingga punggungnya berbenturan dengan tubuhku. Joonmyun, yang benar saja. Aku tahu kau mungkin marah pada Yixing tapi-
.
Lho.
.
Lho.
.
Lho tunggu dulu?!
.
Sebentar...
Kenapa Joonmyun justru menempelkan bibirnya ke bibir Yixing?
Eh memangnya orang marah akan mencium lawan bicaranya begitu saja ya?
Tapi Joonmyun mengungkung Yixing dengan kedua lengannya yang ia letakkan di tubuhku. Mungkin ia masih marah, iya, pasti masih marah, karena ia sama sekali tidak rela melepaskan Yixing dari dekapannya meskipun pemuda itu sempat meronta.
.
Orang marah yang sedang jatuh cinta itu aneh ya?
.
Ya sudahlah biarkan saja.
.
Toh walaupun Joonmyun marah, ia sepertinya senang juga karena ia kembali menawan bibir Yixing begitu tautan itu terlepas. Dan Zhang Yixing tampak suka rela saja untuk menyambutnya
Hmmm.
Kesimpulanku masih sama,
.
...orang jatuh cinta memang menggelikan.
.
Ada-ada saja.
.
Tapi yang jelas, disini, aku akan menunggu sampai mereka menyelesaikan ciuman mereka.
Dengan senang hati kok.
.
Dan sedikit kesabaran sepertinya, karena tampaknya ini akan berlangsung cukup lama.
.
Dari sini aku mendapat kesimpulan berharga,
Joonmyun, ganteng ganteng ternyata horny-an juga.
.
OxxxO
.
.
Bunyi kicau nyaring burung-burung yang bebas melesakkan sayapnya di hamparan langit senja seolah menjelma menjadi sebuah simfoni. Mengusik, namun mengalun merdu. Hamparan lembayung senja yang indah menerakan bias bias oranye menyentuh tanah.
Ah, sore yang indah.
Penutup yang didamba untuk hari wisuda yang sempurna. Wisuda anak anak kelas 3 berlangsung siang tadi di aula, aku tidak melihat acaranya. Aku hanya beberapa kali mendengar sorak sorai nyaring dari arah aula sekolah. Dan aku sempat sayup sayup mendengar nama Kim Joonmyun disebut dalam jajaran peraih nilai tertinggi.
Haaaah. Tak terasa ini mungkin akan menjadi hari terakhirku menemani Joonmyun di sekolah ini. Hari terakhirnya sebagai pemiliku secara resmi, sebelum aku dipindah tangankan pada adik tingkatnya yang akan masuk sebentar lagi.
.
Aku...
aku pasti akan merindukan semua ini.
.
Sebagian murid murid kelas 3 sudah pulang ke rumah dengan orang tua mereka. Aku bisa melihat pancar kebangaan di mata Ayah dan Ibu mereka. Aku ikut senang, aku berharap mereka akhirnya bisa menggapai cita cita yang mereka idam idamkan selama ini-
.
Bruk.
Seseorang baru saja membenturkan tubuhnya kepadaku. Dan saat kulihat—
.
...oh ternyata Yixing.
.
Dan aku tidak kaget, menemukan fakta bahwa di hadapannya sudah ada Joonmyun yang tengah tersenyum jahil.
Aku yakin seatus persen jika pemilikku, yang sebentar lagi akan jadi mantan-pemilikku, pasti yang membenturkan punggung Yixing ini ke tubuhku.
.
Joonmyun deh. Kebiasaan.
Hati-hati dong.
Kenapa sih kau suka sekali mendorong punggung pacarmu ke tubuhku? Kau tega menyakiti kami berdua, HUH? Dan menyebalkannya lagi, aku sama sekali tidak melihat sorot penyesalan memancar di matanya, justru aku bisa melihat percik percik aneh menari nari disana ketika ia melihat Yixing yang terengah. Duh, firasatku tidak enak...
Belum sempat aku layangkan protes apapun, Joonmyun sudah teralnjur membekap mulut pacarnya. Dengan bibirnya, tentu saja. Joonmyun memang selalu begitu. Ia suka sekali memakan bibir pacarnya. Lama dan begitu berulang kali. Aku takut lama-lama bibir Yixing habis dimakan oleh pemilikku ini saking seringnya ia menciumnya.
.
Hei Joon, biarkan dulu pacarmu bernafas!
Kau tidak kasihan ia terengah begitu—uh oh, dan mereka pun berciuman lagi. Nah kan, apa kubilang? Joonmyun bebal sekali.
Ia kembali mencium Yixing seolah tidak ada hari esok. Ia begitu bersemangat seakan tidak ada yang melihat, padahal aku ada disini.
Dan astaga Joonmyun apa apaan!—kenapa tanganmu masuk ke dalam jubah wisuda Yixing—eh, eh, EH?! kenapa Yixing mengeluarkan suara aneh aneh begitu?
Aaaaaah tidaaaak. Kepolosankuuuu...
.
Heiii, ini masih di sekolah anak anak.
Fiksi ini masih berating T, tolong hargai para pembaca.
.
Ck. Sial, sepertinya peringatanku tidak mempan, nyatanya mereka semakin keranjingan.
Duh, mereka sepertinya tidak bisa dihentikan, jadi biarkan aku yang menghentikannya—
.
"Ahhh..."
.
...Nah kan.
.
Aku harus benar benar menghentikan cerita ini sebelum mereka berdua menodai kepolosan kalian.
Sampai jumpa!
.
...Aku mau menonton mereka dulu ya, hehehe.
.
Finish.
Entahlah saya nulis apa, haha. Saya terinspirasi sama fiksi Wadah Sedotan karya littleparadox yang indah itu, pairingnya SasuSaku. Coba deh baca, keren banget. Terus entah kenapa pingin bikin versi sulay dengan benda mati yang berbeda, dan tercipatalah si loker 01 ini dengan alur yang maksa dan gaje.
Terima kasih sudah berkenan mampir, semoga saya bisa aktif lagi menulis fiksi sulay. Sampai jumpa :D
.