Apa itu cinta?

Apa memang harus semenyakitkan ini?

Apa memang harus banyak pengorbanan?

Apa ini yang dinamakan dengan cinta?

.

.

.

.

.

.

Sungguh bukan ini yang aku harapakan. Bukan seperti ini apa yang aku dambakan.

Bukan air mata yang aku bayangkan.

Tetapi mengapa harus seperti ini?

Aku memang egois. Tetapi aku tidak pernah berharap akan balasan yang semengerikan ini. Setelah apa yang telah terjadi, tidak bolehkah aku egois untuk hal ini?

.

.

.

.

Sakura bangkit dari kursi ruang makan, saat ia melihat sang suami menampakan dirinya yang sudah rapih. Ia langsung bergegas menghampiri sang suami untuk mengajaknya sarapan bersama.

Namun, saat ia akan menyentuh lengan suaminya itu, langsung saja suaminya melenggangkan dirinya menuju halaman rumah mereka.

"Senpai.. Tunggu.." panggil sakura untuk menghentikannya.

Sedangkan yang dipanggil hanya menoleh sekilas dan melanjutkan jalannya.

Saat tangan kekar itu akan membuka pintu rumah mereka, buru buru Sakura memegang pergelangan tangan Sasuke.

"Ano senpai.. Kau tidak akan sarapan terlebih dahulu?" ucap sakura pelan. Sungguh ia merasa sedikit takut.

"Hn? Bukankah sudah kubilang itu tidak perlu. Kau tidak perlu lagi memasak untukku" jawab Sasuke dan melepaskan kasar genggaman Sakura terhadapnya, dan melanjutkan aksinya untuk pergi ke kantor.

.

.

Bukannya Sasuke tidak tahu. Tapi entahlah.. Sasuke selalu emosi saat ia melihat sakura.

Mengingat bagaimana Sakura mati matian menginginkan hubungan pernikahan dengannya. Dengan mengancam bahwa ia akan bunuh diri, sungguh pemikiran pendek.

Menurut Sasuke, itu semua hanya ke egoisan dan obsesi Sakura terhadapnya. Tetapi tidak untuk orang orang disekitarnya. Mereka termakan oleh ancaman bodoh gadis egois itu, dan memaksanya untuk menikahinya.

Sungguh jika Sasuke mengingat itu semua, rasanya ia semakin membenci Sakura. Sakura telah membuatnya harus berpisah dengan wanita yang dicintainya.

.

.

Hari sudah siang, dan Sakura hanya duduk terdiam dengan pandangan kosong menatap makannan yang dibuatnya tadi pagi. Mengingat bagaimana ia memsak semua itu, Sakura hanya tersenyum miris.

Sakura bukanlah orang yang pandai memasak. Ia hanya bisa memasak makanan instan, sederhana, dan makanan kesukaannya. Namun, hanya untuk menjadi seorang istri yang baik ia bahkan rela membuat semua masakan yang bahkan bukan kesukaannya.

Lagi lagi ia hanya tersenyum miris dengan kehidupannya. Bahkan sampai sekarang Sakura tidak berani memanggil sang suami dengan namanya sendiri seperti kebanyakan pasangan lain.

Senpai. Hanya itu yang dapat ia keluarkan dari mulutnya saat ingin memanggil suaminya. Sasuke-kun. Itulah hal yang sangat ia ucapkan.

Padahal ia yang terlebih dulu mengenal Sasuke. Ia yang terlebih dulu menyukai sasuke dan ia yang terlebih dulu sakit saat mencintai pria itu.

Tidak adakah yang mengerti perasaanya?

Penyesalannya adalah kenapa ia waktu dulu pergi meninggalkan pria itu.

Ia lelah dengan semua ini. Sungguh. Ia sangant lelah dan merasa ini adalah akhir baginya. Inilah batasannya. Itulah yang sering Sakura pikirkan.

Menghela napas panjang. Sakura pun bangkit dari duduknya. Dan mengambil semua masakan yang ia masak dan membuangnya kedalam tempat sampah. Sudah menjadi rutinitasnya setiap hari yang mana masaknnya akan berakhir dengan percuma.

Ini sudah siang dan sakura belum mengisi perutnya sama sekali. Bahkan hanya untuk meminum segelas air pun ia tidak bernapsu. Walapun perutnya terkadang berontak meminta diisi.

Memasuki kamarnya dan membaringkan dirinya. Sungguh pekerjaan orang malas bagi orang lain yang melihatnya. Memandang keluar jendela yang berhadapan dengannya. Hanya ini yang bisa sakura lakukan sekarang.

Sudah tiga bulan hubungan pernikahan sakura dan sasuke benlangsung. Namun tidak ada sedikitpun perubahan yang terjadi diantara mereka. Mereka masih tetap pisah kamar. Sasuke pun masih tetap dingin terhadap Sakura. Perubahan sikap yang sangat jauh sari Sasuke dari sebelum Sasuke dipaksa menikahi Sakura, membuat Sakura merasa sangat frustasi. Yah... Sakura sangat lelah.

.

.

Pagi menyapa bagi setiap mahluk dimuka bumi untuk melakukan aktivitasnya. Begitupula dengan pasangan Sasuke dan Sakura.

Sakura terbangun dari tidur panjangnya. Setelah hampir seharian ia mengurung diri dan tertidur. Ia melihat jam digital diatas nakas samping tempat tidurnya. 6.20 am. Dengan tidak bersemangat Sakura beranjak dari tempat tidurnya memasuki kamar mandi dan membersihkan dirinya.

Tiga puluh menit berlalu, sakura keluar dari kamar mandinya dengan keadaan lebih segar dari sebelumnya. Memakai pakaian santai Sakura pun bergegas menuju ruang malan karena perutnya yang minta diisi setalah seharian kemarin dia berpuasa durja.

Saat membuka pintu kamarnya, secara kebetulan Sasuke pun keluar dari kamarnya yang berda disamping kamarnnya. Sakura yang melihat Sasuke dengan pakaian santainnya–berhubung sekarang weekend–langsung memasang senyumannya dan menyapanya.

"Ohayou.." sapa sakura masih dengan senyumanya.

"hn." jawab Sasuke dan berjalan melewati sakura yang masih berdiri didepan kamarnya.

Sakura yang mendengar jawaban Sasuke hanya bisa diam. Sungguh ia sangat bahagia sekarang. Walaupun Sasuke hanya menjawabnya dengan gumamannya, tapi itu sangat membuat sakura berbunga bunga. Karena sebelumnya jika Sakura menyapanya Sasuke hanya akan menatapnya tajam dan berlau meninggalkannya. Sakura mengigit bibir dalamnya menahan senyumannya. Sungguh dia tidak dapat menahannya. Mengikuti jejak Sasuke yang pergi kebawah iapun melangkahkan kakinya.

.

.

Bukan tanpa alasan Sasuke menjawab sapaan Sakura. Kemarin saat dia pulang kerja dia HANYA merasa aneh saat tidak mendapati Sakura yang tertidur disofa ruang tengah. Apalagi saat dia melihat kearah bak cuci piring saat akan meletakan gelas minumnya. Sasuke melihat masih adanya piring kotor dan dia yakin itu adalah piring bekas makanan tadi pagi yang terhidang. Dan lagi, Sasuke mengernyitkan dahinya saat masih melihat plastik sampah masih dalam tempat sampah.

Apa yang terjadi? Itulah yang dipikirkan oleh Sasuke. Apa dia sudah sangat keterlaluan? Yah.. Mungkin saja.

Dengan berat hati Sasuke akan membersihkan semua ini. Saat akan membuang palstik sampah sasuke terkejut dengan apa yang ada didalamnya. Semua makanan yang dibuat oleh Sakura, semuanya ada dalam plastik sampah. Oke.. Sekarang firasatnya bilang mungkin saja Sakura belum makan dari pagi.

Haah...

Meanghela nafasnya. Sasuke berfikir bahwa mungkin setidaknya dia harus SEDIKIT baik terhadap Sakura. Sekali lagi sasuke menyakinkan dirinya ya.. Hanya SEDIKIT.

Langkah kaki menghentikan pemikiran Sasuke, dan dia pun menoleh kebelakang dimana terdapat Sakura yang berjalan kearah dapur masih dengan senyumannya.

Sakura yang melihat Sasyke menoleh ke arahnya langsung saja mendekati pria tersebut.

"Kau ingin sarapan apa senpai?" tanya Sakura sembil membuka kulkas.

Dan yah... Sakura lupa bahwa dia belum belanja. Menutup kembali kulkasnya dan menghampiri Sasuke.

"Ano senpai... Bagaimana jika sarapan diluar atau mai delivery? Kemarin akuvlupa belanja. Dan yah... Sekarang tidak ada apa apa. Hehe.." jelas sakura kikuk.

Mendengar penjelasan Sakura, Sakuke pun hanya menatapnya datar. Oh ayolah, dia sekarang sedang lapar dan Sakura sebagai seorang istri bilang tidak ada apa apa? Bagus. Tambah poin untuk dia tidak menyukai sakura.

Menghela nafasnya Sasuke pun melangkahkan kaki menuju kamarnya. Yah.. Sasuke harus menahan amarahnya jika dia tidak lupa bagaimana sifat pelupa Sakura.

Melihat Sasuke yang berjalan meninggalkannya, Sakura pun bergegas mengikuti Sasuke keatas.

Saat tiba didepan kamar Sasuke, Sakura dengan segera mengetuk pintu kamar tersebut. Pintu kamar pun terbuka dengan Sasuke yang sudah agak rapih dari sebelumnya. Dengan memakai jaket hitam dan celana panjang hitamnya, dan jangan lupakan pula kunci mobil yang berada gemggamannya.

"senpai akan pergi?" lirih Sakura

"hn"

"boleh aku ikut? Senpai akan sarapan diluarkan?"

"tch.. Untuk apa? Kalau kau ingin sarapan, sarapan sendiri saja." balas Sasuke dingin meninggalkan Sakura yang hanya diam.

Sakura bisa mendengar suara mobil yang menjauh. Dia masih tetap berdiri ditempatnya, hatinya terlalu sakit. Bahkan sekarang rasanya air matanya sudah mengering. Dia ingin menangis tapi tidak bisa. Mengela napas berulang ulang untuk menghilangkan sesak didadanya.

Melangkahkan kakinya kekamarnya untuk berganti pakaian. Mungkin sekarang dia harus belanja terlebih dahulu.

Beberapa menit kemudian Sakura keluar dengan baju one piece berwarna peach dan cardigan merahnya. Berjalan menuju lemari kecil didekat pintu rumahnya dan mengambil flat shoes berwarna merah.

Berjalan menuju halte bis dan menunggu bis berhenti. Lama menunggu bis, Sakura pun memainkan handphone nya dan membuka media sosialnya. Melihat lihat bagaimana orang lain dan teman temannya yang mengumbar kebahagian dengan pasangannya membuatnya iri. Sakura ingin seperti mereka tertawa bersama pasangan mereka, jalan bersama, liburan bersama bahkan sekarang Sakura berharap bisa belanja bersama Sasuke. Seperti pasangan suami istri lainnya.

Berbicara tentang istri, Sakura tidak yakin bahwa senpainya itu menganggap dirinya sebagai istrinya.

Sibuk dengan pemikirannya. Sakura tidak menyadari seseorang yang duduk disampingnya.

"hisashiburi dane! Chocochik" sapa orang tersebut dengan senyumannya.

tbc..

hai minna ini cerita pertama aku..

semoga suka yah..

maafkan typo dan hal yang lainnya..

karena aku masih sangat sanagat sangat baru dan pemula.. hehe...

salken dari aku *