Suasana di perpustakaan saat itu sangat hening. Hanya ada samar suara angin yang keluar masuk dari pendingin ruangan dan suara halaman buku yang dibalik. Sangat hening dan Wonwoo sangat menikmati waktunya di sana, sebelum seorang anak laki-laki dengan tubuh tinggi yang sepertinya dia kenal itu berlari masuk ke dalam ruangan. Meninggalkan keributan dari telapak kaki yang dia hentakan keras-keras di setiap langkahnya. Wonwoo memantau pergerakan anak laki-laki itu di balik kaca mata bulatnya, mulutnya tertutup rapat, tidak mau membuang-buang suara beratnya hanya untuk menyapa nama anak itu. Anak itu, Mingyu, berhenti tepat di samping anak laki-laki yang Wonwoo ketahui bernama Minghao. Dia itu kekasihnya Jun, bukan? Wonwoo bertanya dalam hati.

Mingyu tidak langsung berbicara saat bokongnya sudah menempel pada kursi, matanya menatap mata Minghao yang terlihat sangat terkejut, jijik dan kebingungan. Mingyu masih mengontrol nafasnya yang hilang-hilangan. Jelas saja, dia berlari cukup jauh dari kelasnya sampai ke perpustakaan ini. Wonwoo memiringkan kepalanya, dahinya berkerut kesal. Kenapa anak itu butuh sangat banyak waktu untuk mengambil nafasnya?

Wonwoo tidak begitu mendengar atau bahkan tidak mendengar sama sekali apa yang sedang Mingyu dan Minghao bicarakan, tapi apa yang terjadi setelahnya mampu membuat Wonwoo membulatkan mata rubahnya. Mingyu menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Minghao. Di perpustakaan, tepat di hadapan banyak orang sehingga menimbulkan suara bisik-bisik dari orang-orang yang menyuruh mereka berpacaran di luar perpustakaan saja. Minghao langsung mendorong dahi Mingyu menjauh dan memukul kepala Mingyu dengan buku yang tadi sedang dia baca dengan cukup keras. Mingyu mengusap kepalanya sambil menampilkan wajah khas anak anjingnya itu. Itu tidak berpengaruh sama sekali untuk Minghao karena setelah itu dia langsung meninggalkan Mingyu sambil memakinya cukup keras, "Kau benar-benar sudah gila, Mingyu!"

Wonwoo menggeleng-gelengkan kepalanya hebat. Ternyata Mingyu adalah orang yang seperti itu. Orang tampan yang tahu bahwa dirinya tampan sampai berani ingin mencuri kekasih orang. Wonwoo kira, Mingyu adalah anak pindahan dari Anyang yang polos dan kaku. Seperti yang dia lihat di hari pertama Mingyu masuk sebagai teman sekamarnya. Astaga, siapa yang tahu Mingyu ternyata seperti itu? Wonwoo mengusap-usap lengannya ngeri. Dia menjatuhkan tatapannya sekali lagi ke arah Mingyu yang sepertinya belum menyadari keberadaannya di sini sebelum kembali tenggelam di dalam buku bacaannya.


Fast Space

Disclaimer: SVT belong to Pledis Entertainment

03 - "Ain't never felt this way, can't get enough so stay with me."


Wonwoo harus tetap profesional. Walaupun dia tahu Mingyu adalah orang tidak baik yang ingin mencuri kekasih sahabatnya sendiri, dia tetap harus mengakui kalau permainan basket Mingyu sangat baik. Dia sedang mengatur daftar pemain untuk Sport Cup di asramanya. Sebagai ketua klub, dia sendiri yang akan mengatur daftar orang-orang yang akan main di Sport Cup tahun ini. Dia tidak ingin kalah lagi dengan asrama sebelah seperti tahun lalu.

Tiba-tiba Junhui muncul dari balik pintu dengan senyumnya yang sangat lebar itu, Wonwoo jadi kasihan melihatnya. Dia menyuruh Junhui duduk di sampingnya untuk membantu menyusun daftar pemain, karena Junhui juga salah satu temannya yang pandai menilai orang, menurut Wonwoo.

"Jadi apakah kita akan memakai Mingyu atau Jaehyun sebagai center di tim kita?" Wonwoo bertanya hati-hati, takut jika Junhui marah kalau dia menyebut nama Mingyu. Siapa tahu, kan?

Junhui langsung menatap Wonwoo dengan kerutan di dahinya. Apakah dia marah? Karena jujur saja, Wonwoo ingin sekali memakai Mingyu sebagai center tahun ini karena tahun lalu permainan Jaehyun cukup buruk.

"Apa kau bercanda?"

Wonwoo langsung terkekeh pelan sambil menulis nama Jaehyun di kertas. "Maafkan aku, Jun. Tentu saja kita akan memakai Jaehyun, kita hanya perlu melatih anak itu sedikit lagi."

"Anak itu sudah tidak tertolong! Ya, kenapa kau menulis namanya? Tentu saja kita harus memainkan Mingyu tahun ini!" Junhui langsung menarik kertas itu dan mencoret nama Jaehyun.

"Eh? Kau tidak marah?" Wonwoo mengedipkan matanya bingung.

"Aku?" Junhui menunjuk dirinya sendiri. "Kenapa aku harus marah?" Alis Junhui menukik heran.

"Eh..." Wonwoo memiringkan kepalanya. Jadi dia belum tahu?

"Tidak, tidak, hahaha. Aku hanya bercanda. Kau tahu selera humorku sangat bagus, kan, Jun?" Wonwoo tertawa paksa, berusaha mencairkan suasana.

Junhui menyentil dahi Wonwoo pelan. "Pokoknya kita mainkan Mingyu tahun ini dan mari kalahkan asrama itu, Wonwoo!" Junhui mengepalkan tangannya ke atas.

"Ah, ya, ya. Mari kalahkan mereka." Wonwoo mengangguk-anggukan kepalanya.

"Ngomong-ngomong, Wonwoo. Aku harus pergi makan siang dengan Minghao dulu sekarang. Sampai jumpa latihan nanti!" Kemudian Junhui berlari keluar dari ruangan. Wonwoo menatap bahu tegap Junhui yang menghilang di balik debuman pintu. "Kasihan sekali, sahabatku." Gumamnya sambil menulis nama Mingyu di kertas. "Dasar kau orang jahat." Dia membubuhkan tanda titik tepat di samping nama Mingyu dengan tenaga.

.

.

Wonwoo merangkul tasnya yang berisi perlengkapan basketnya masuk ke lapangan. Matanya melirik ke arah bleacher yang diisi oleh anak-anak kelas satu yang baru mengikuti klub basketnya. Wonwoo terus berjalan sambil memperhatikan Mingyu yang sedang berbincang akrab dengan seorang omega yang dia ketahui bernama Seungkwan dari ujung ekor matanya. Ketika Mingyu menyadari tatapan sinisnya itu, dia buru-buru turun dari tempat duduknya dan mengejar Wonwoo. Wonwoo langsung memalingkan wajahnya dan berjalan lebih cepat ke tengah lapangan. Berusaha mengabaikan orang yang dia anggap sebagai si pencuri kekasih orang tersebut.

"Hyung! Hyung! Wonwoo hyung!" Mingyu memanggil dari belakang. Wonwoo tidak mau berhenti berjalan sampai Mingyu menarik bahu Wonwoo dengan cukup kuat. Mingyu tersenyum lebar ketika mendapati Wonwoo membalikan badannya, mata Wonwoo secara otomatis langsung tertuju pada taring Mingyu yang menyembul dari dalam mulutnya.

"Apa?"

"Aku dengar hari ini kau akan mengumumkan nama-nama yang akan bermain di Sport Cup?" Mingyu bertanya dengan nada paling antusias yang Wonwoo dengar. Wonwoo mengangguk menanggapinya.

"Apakah namaku termasuk, hyung?" Mingyu kembali bertanya dengan senyum yang belum juga redup.

Wonwoo memutar bola matanya malas. "Mingyu." Wonwoo menurunkan tangan Mingyu di bahunya, mengundang tatapan bingung Mingyu. "Kau ini hanya teman sekamarku. Tidak lebih, tidak kurang. Jadi bersikap sopanlah. Kalau kau mau tahu apakah ada namamu atau tidak, tunggu seperti yang lain. Jangan bersikap curang." Wonwoo menekankan kata curang yang kembali membuat Mingyu kebingungan.

Mingyu bergeming sesaat, sedikit terkejut dengan respon yang dia terima dari Wonwoo. "Oh... Ya, hyung. Maafkan aku sudah bersikap tidak sopan." ujar Mingyu sambil langsung menundukan tubuhnya sembilan puluh derajat. Kalau saja Mingyu bisa membagikan bagaimana rasanya diperlakukan seperti itu oleh Wonwoo, mungkin rasanya akan sama seperti ketika lukamu disobek lalu ditaburi garam. Membayangkannya saja sudah membuat ngilu.

"Ya. Jangan ulangi lagi." Wonwoo langsung berlalu, menghampiri teman-temannya, Junhui, Soonyoung, Jisoo dan Jeonghan yang sedang melakukan pemanasan.

Mingyu kembali ke tempatnya bersama Seungkwan yang menatapnya penuh dengan pertanyaan.

"Ya! Kenapa kau membungkuk kepada Wonwoo sunbae, Mingyu?"

Mingyu tersenyum kecut dan mengeluarkan botol minum dari tas serutnya. "Aku membuat kesalahan Seungkwan." Jawabnya sebelum meneguk air mineral dari dalam botol.

Seungkwan mengerutkan keningnya. Sejauh matanya melihat, dia sama sekali tidak menemukan kesalahan saat Mingyu menghampiri Wonwoo tadi.

"Ya, kesalahan apa maksudmu? Aku tidak-"

Tiba-tiba speaker yang di pasang di setiap sudut atap lapangan indoor ini berbunyi. "Bagi seluruh anak yang mengikuti klub basket, harap berkumpul di tengah lapangan. Karena aku, Jeon Wonwoo, akan mengumumkan daftar nama pemain untuk Sport Cup!"

Dengan itu, seluruh anak-anak kelas satu yang sedang bersantai di bleacher langsung turun dan berlari ke tengah lapangan, termasuk Mingyu dan Seungkwan. Di sana mereka duduk melingkari Wonwoo dan Jisoo yang tengah berdiri dengan satu lembar kertas di tangan. Berpasang-pasang mata itu menatap Wonwoo penuh harap, berharap agar mereka dapat bermain di Sport Cup yang sangat bergengsi itu tahun ini.

"Tim A." Wonwoo bersuara dengan lantang. "Kapten sekaligus point guard, Jeon Wonwoo." Terdengar suara tepuk tangan yang riuh untuk menyambut si ketua klub basket ini.

Aku ingin masuk tim Wonwoo hyung. Mingyu berdoa di dalam hati.

"Center, Kim Mingyu."

Tepuk tangan kembali terdengar. Kemampuan Mingyu dalamvbermain basket memang sudah diakui oleh anak-anak klub basket. Mingyu tidak bisa lebih bahagia dari ini.

"Yeoksi, Kim Mingyu! Selamat!" Seungkwan langsung menepuk bahu Mingyu dengan senyum yang mengembang, bangga dengan sahabatnya itu. Melihat itu membuat Wonwoo memutar matanya. Dasar pencuri!

"Power forward, Wen Junhui. Small forward, Kwon Soonyoung. Shooting guard, Lee Jaebum dan point guard, Bambam." Wonwoo mengakhiri daftar pemain tim A. Suara tepuk tangan kembali terdengar setelahnya.

Jisoo mengambil alih kertas yang dipegang Wonwoo. "Baiklah, untuk tim B, aku yang akan menjadi kapten. Seperti Wonwoo, aku juga akan menjadi point guard."

"Line up untuk tim B, center Kim Taeyong. Power forward, Kim Namjoon. Small forward, Choi Hansol. Shooting guard, Boo Seungkwan dan point guard, Yoon Jeonghan. Selamat kepada pemain yang terpilih, mari kita menangkan Sport Cup tahun ini!" Jisoo mengakhiri kalimatnya diiringi tepuk tangan yang riuh.

Mingyu kembali merasa diasingkan oleh Wonwoo. Setiap mereka latihan, walaupun mereka ada di dalam tim yang sama, tetap saja Wonwoo seperti hampir tidak pernah passing ke Mingyu. Mungkin hanya sekali saat Wonwoo sedang dikepung oleh anak-anak tim B, selebihnya Wonwoo selalu mengoper bola ke Junhui. Itu membuat Mingyu sedikit kesal. Dijauhi tanpa alasan, atau mungkin hanya Mingyu yang tidak tahu kesalahan apa yang dia perbuat. Dia merasa Wonwoo benar-benar memanfaatkan keseniorannya untuk mengatur Mingyu sebagai boneka. Kemarin dia bersikap baik dan keesokan harinya dia mengabaikan Mingyu. Mingyu benar-benar ingin membalas perlakuan Wonwoo, mendiaminya, tapi dia tidak bisa. Mingyu selalu berakhir dengan bertanya-tanya.

"Wonwoo hyung, kenapa kau mengabaikanku? Apa aku membuat kesalahan? Kalau hyung tidak suka aku berada di tim A, aku akan pindah ke tim B atau aku tidak perlu ikut lombanya sama sekali, hyung." Mingyu berkata dengan wajah memelas di sela waktu istirahat mereka.

"Siapa yang mengabaikanmu, Mingyu? Sifatku memang sudah begini. Sudahlah, jangan terlalu banyak istirahat, cepat latihan lagi." Wonwoo selalu memberikan jawaban yang sama. Seolah lupa apa yang sudah dia perbuat kepada Mingyu di hari Sabtu itu.

Mingyu masih mengingat setiap detailnya dengan jelas. Dia ingat bagaimana bokong Wonwoo jatuh di atas kedua pahanya, bagaimana Wonwoo mendorong bokongnya ke dalam dan berakhir tepat di atas milik Mingyu, Mingyu ingat betul dia benar-benar berdoa supaya dia tidak ereksi dan membuat Wonwoo merasa tidak nyaman. Mingyu menyerah kepada keadaan ketika Wonwoo menekan-nekan milik Mingyu dengan bokongnya. "Hey, Mingyu ereksi karena melihat adegan tadi!" Wonwoo menjerit dengan suara beratnya sambil tertawa. Soonyoung dan Junhui langsung tertawa terpingkal-pingkal sambil bergumam, "Betapa polosnya Kim Mingyu!" Mingyu hanya tersenyum kaku saat itu. Sebenarnya dia agak bersyukur karena Wonwoo tidak menyadari kalau dia sebenarnya ereksi karena Wonwoo. Karena anak laki-laki itu. Bukan karena adgan ciuman yang baru dia tonton. Astaga, Mingyu bahkan tidak menontonnya!

.

.

Yang Mingyu tidak sadari adalah Wonwoo memang seperti itu. Maksudnya adalah Mingyu bukanlah kepingan salju yang berharga untuk Wonwoo. Mingyu membuktikannya sendiri saat Seungcheol yang ternyata juga salah satu teman baik Wonwoo singgah ke kamar mereka. Tentu saja bersama dengan Soonyoung dan Jun untuk kembali menghabiskan waktu mereka dengan memutar satu atau dua film yang sudah mereka sewa di toko dekat asrama. Mingyu baru saja kembali dari kafetaria bersama Seungkwan dan Seokmin ketika matanya menangkap Wonwoo dengan sangat nyaman duduk di atas pangkuan Seungcheol. Mereka terlihat sangat terbiasa sampai Seungcheol juga memainkan jari-jari tegasnya ke surai kelam Wonwoo yang selalu terlihat lembut itu dengan santai.

Mingyu tiba-tiba merasa bodoh. Dia merasa seperti remaja bodoh kelebihan hormon yang ereksi hanya karena Wonwoo duduk di pangkuannya, oh, dan tentu saja karena feromon manis Wonwoo yang seperti milik omega itu. Mingyu benar-benar merasa malu saat itu, jadi sebelum ada yang menyadari keberadaannya di sana, Mingyu kembali menutup pintu kamarnya sepelan mungkin dan pergi menjauh dari sana. Sepertinya Mingyu yang tidak sadar kalau Wonwoo sebenarnya sadar akan keberadaannya di sana. Pemuda manis itu hanya tersenyum kecut ketika telinganya mendengar deritan pintu yang tertutup pelan. Kim Mingyu bodoh.

.

.

Hari pertama Sport Cup berjalan sesuai dengan ekspektasi mereka. Mingyu melakukan tugasnya sebagai center dengan amat baik dan mencetak cukup banyak skor untuk timnya. Mingyu hampir menerima operan bola dari Wonwoo ketika tiba-tiba saja seorang pemuda yang sepertinya lebih tinggi dari Wonwoo dengan nama Kris Wu di balik jerseynya mendorong Wonwoo sehingga dia terjatuh tersungkur dengan bunyi berdecit yang cukup keras. Mingyu menyipitkan matanya seolah dia dapat merasakan rasa sakit yang dirasakan Wonwoo sebelum dia berlari secepat mungkin menghampiri hyung kesayangannya yang sedang mengerang kesakitan.

"Dia ankle!" Mingyu berteriak entah kepada siapa. Jisoo menghampiri mereka sambil berseru, "Mingyu, bawa dia ke ruang kesehatan!"

"Oh, kau tidak perlu menyuruhku, hyung." Mingyu hendak menyelipkan lengannya di bahu dan kaki Wonwoo sebelum dia membuka matanya untuk mengintimidasi yang lebih muda. "Jangan berani menggendongku seperti itu, Kim Mingyu."

Mingyu terkekeh, padahal dia sudah sangat ingin menggendong Wonwoo dengan gaya bridal. "Baiklah, hyung, naik ke punggungku. Apa kau bisa?" Mingyu langsung berjongkok dan Wonwoo langsung melingkarkan lengannya di leher Mingyu. Mingyu dengan sigap berdiri sambil menarik paha Wonwoo untuk melingkari pinggangnya. "Apa aku menyentuh pergelangan kakimu, hyung?" Mingyu bertanya yang hanya dijawab gelengan lemah Wonwoo.

.

.

Wonwoo menatap perban yang terpasang rapi di pergelangan kakinya dengan tatapan kosong. Di sampingnya ada Mingyu, Soonyoung dan Junhui yang juga menatap pergelangan kaki Wonwoo.

"Brengsek sekali si Kris Wu itu." Wonwoo akhirnya mengeluarkan tugasnya, kentara sekali dia menahan kesal.

Soonyoung berdecak. "Sudahlah," ujarnya. "Kita sudah tahu trik kotor miliknya sejak tahun lalu, kan? Mereka sengaja melumpuhkanmu karena skor mereka sudah tertinggal jauh tadi."

"Ini semua gara-gara kau, Kim Mingyu." Wonwoo menunjuk Mingyu yang langsung menatapnya dengan bingung. "Aku?" Mingyu menunjuk dirinya sendiri.

"Ya, kau." Wonwoo membenarkan. "Kau terlalu mencetak banyak skor. Sesuatu yang terlalu banyak itu tidak bagus, kau tahu."

Soonyoung dan Junhui saling bertatapan. "Ah, Wonwoo." Junhui membenarkan letak bantal Wonwoo sebelum melanjutkan, "Kurasa kau harus istirahat. Ayo, kita keluar. Mingyu, kau tidak keluar?" Junhui dan Soonyoung yang sudah berada di ambang pintu menatap Mingyu yang masih berdiri di samping Wonwoo.

"Tidak, hyung. Ada yang ingin aku bicarakan dengan Wonwoo hyung."

Soonyoung dan Junhui mengangguk-anggukkan kepala mereka. "Baiklah. Kami akan kembali lagi nanti." Lalu pintu tertutup rapat, meninggalkan Wonwoo dan Mingyu berdua. Sebenarnya tidak benar-benar berdua karena masih ada beberapa pasien yang tertutup tirai di samping Wonwoo.

Wonwoo memutar maniknya ke arah Mingyu. "Apa yang mau kau bicarakan-"

Mingyu meletakkan kedua telapak tangannya di sisi kanan dan kiri pipi Wonwoo, membuat yang lebih tua menelan lagi kalimatnya. "Apa yang kau lakukan!" Kemudian Wonwoo tersadar dengan sikap lancang Mingyu, dia langsung menghempaskan kepalanya untuk melepaskan kedua pegangan Mingyu di sisi kepalanya sebelum yang lebih muda kembali menarik dagu Wonwoo untuk mendekat dan menghapus jarak di antara bibir mereka. Mingyu mencium Wonwoo tepat di bibir ranumnya.

Wonwoo ingin sekali mendorong bahu Mingyu untuk menjauh tetapi tangannya oh, bukan, seluruh tubuhnya terasa lemas seperti jeli ketika Mingyu membelai kedua belah bibirnya dengan lidah hangatnya. Jadi, Wonwoo, entah dorongan dari mana malah perlahan mengalungkan tangannya di leher kekar Mingyu, sementara Mingyu melakukan tugasnya dengan baik, mengeksplorasi mulut manis Wonwoo. Dia berkali-kali mengubah posisi kepalanya untuk memperdalam ciuman mereka sebelum akhirnya Mingyu menarik diri hanya untuk menatap wajah manis Wonwoo yang sedang menghirup nafas dengan terburu-buru. Manis sekali. Jarak mereka masih sangat dekat sampai Mingyu bisa merasakan nafas Wonwoo bertabrakan dengan miliknya. Wonwoo terlihat kebingungan dan hilang dalam tatapan matanya. Mingyu tersenyum kecil, mengagumi wajah teman sekamarnya yang sangat cantik itu dan kembali menyatukan bibir mereka. Kali ini jauh lebih intim dari ciuman pertama mereka sampai membuat Wonwoo mengerang pelan dan meremas pelan surai Mingyu ketika pemuda itu menjilat langit-langit mulut Wonwoo dengan cara paling sensual yang Wonwoo tahu. Mereka baru berhenti ketika yang lebih tua menepuk pelan tengkuk Mingyu, dia kehabisan nafas.

"Maaf." Mingyu terkekeh sambil menyeka bibir Wonwoo yang memerah. "Rasanya aku tidak bisa berhenti." Mingyu tersenyum kemudian menatap Wonwoo tepat di mata, mengunci manik yang lebih pendek agar tidak melihat ke arah lain selain dirinya. "Aku tidak tahu ternyata aku sangat menyukai sesuatu yang manis."

Mingyu bersumpah dia melihat semburat merah yang sangat muda di kulit porselen Wonwoo. "Menggelikan." Desisnya.

"Hyung..." Mingyu memanggil Wonwoo, masih dengan jarak yang sangat dekat. "Aku rasa aku menyukaimu."

Wonwoo langsung memaku maniknya ke obsidian milik Mingyu, terkejut. Dia perlahan menurunkan tangannya dari leher Mingyu.

Mingyu menghela nafas kecewa. "Aku, aku benar-benar tidak peduli lagi apakah kau seorang alpha atau omega. Aku hanya sangat menyukaimu, sampai mau gila rasanya, hyung..."

Tidak... Kau pasti hanya sedang bermain-main saja, kan, Kim Mingyu.

Wonwoo bergeming sebentar sebelum bersuara. "Mingyu, kuminta kau untuk keluar sekarang."

"Hyung-"

"Kita bisa membicarakan ini nanti. Oke? Aku ingin tidur sekarang." Wonwoo kemudian menjatuhkan kepalanya ke atas bantal ruang kesehatan. Mingyu tersenyum sedih menatapnya. Apa boleh buat? Bagaimanapun juga dia tidak mau mengganggu waktu istirahat Wonwoo.

"Baiklah. Yang penting aku sudah mengatakannya padamu." Mingyu membantu Wonwoo menaikkan selimut sampai ke leher. Mingyu mengecup lama dahi Wonwoo. "Aku keluar hyung." Bisiknya sebelum berjalan ke arah pintu dan menghilang dibaliknya.

"Pencuri..." Bisik Wonwoo, maniknya menatap pintu yang baru saja ditutup Mingyu.

.

.

Sudah hampir jam sembilan malam ketika Wonwoo pulang ke kamar mereka dengan dipapah oleh Junhui. Kakinya masih agak sakit jika digunakan untuk berjalan karena cederanya cukup parah. Mingyu yang sedang meniup ramyunnya langsung bangkit dan membantu Junhui memapah Wonwoo sampai pemuda itu berhasil duduk dengan manis di atas sofa kecil kamar mereka.

"Baiklah, aku akan langsung pulang. Cepat sembuh, Wonwoo-ya." Junhui mengacak surai Wonwoo yang langsung Wonwoo tepis. "Aku pulang dulu, Mingyu. Tolong jaga Wonwoo dengan baik."

"Akan ku lakukan, hyung. Terima kasih." Mingyu mengantar Junhui sampai ke depan kamar mereka.

Sekarang, mereka benar-benar berdua. Wonwoo mengumpat kesal kepada Junhui yang dengan tega meninggalkan sahabatnya berdua dengan Mingyu si pencuri mesum.

"Hyung." Mingyu mengambil tempat duduk di sebelah Wonwoo. "Apa kau lapar?"

Wonwoo mendesis. "Jangan sok bersikap baik denganku, Kim Mingyu. Aku tahu kau sudah ahli merebut kekasih orang, tapi tidak denganku." Wonwoo berusaha bangkit dari duduknya ketika Mingyu menarik lengan ringkih Wonwoo untuk tetap kembali duduk di tempatnya.

"Apa maksudmu, hyung?" Mingyu bertanya dengan tatapan heran. Wonwoo jadi ingin memukul kepalanya.

"Ya, Kim Mingyu. Aku melihatmu mencium leher Minghao di perpustakaan, kau tahu? Euh- dasar anak muda zaman sekarang ternyata hobi bermesraan di muka umum." Wonwoo berkata dengan nada paling sinis yang pernah Mingyu dengar. Yang lebih muda bergeming, memaksa otaknya untuk berputar. Dia berusaha mengingat kapan terakhir dia bertemu Minghao.

"Ah..." Mingyu mengangguk-anggukkan kepalanya, dia ingat kejadian itu. Mingyu memutar kepalanya ke arah Wonwoo yang menatapnya sinis yang dibalas Mingyu dengan senyuman jahil. Dia menarik tubuh Wonwoo dan menempatkannya di atas pangkuannya dengan mudah. Dalam hati Mingyu bersyukur karena Wonwoo entah kenapa tidak menolak.

"Hyung, aku tidak menciumnya." Mingyu mencubit hidung bangir Wonwoo gemas. "Aku hanya menghirup feromonnya seperti ini." Mingyu kemudian menenggelamkan hidungnya di leher Wonwoo, mengendus dan menghirup feromon Wonwoo yang sepertinya terasa semakin manis setiap kali Mingyu menciumnya. Wonwoo dengan refleks mengangkat tangannya untuk diletakkan di atas rambut Mingyu, dia ingin menarik kepala Mingyu untuk menjauhi lehernya tetapi tubuhnya berkata lain. Jari-jarinya menyusup ke helaian surai Mingyu dan berdiam diri di sana. Menikmati bagaimana cara Mingyu menghirup feromon Wonwoo dengan sensual.

Mingyu mengecup pelan leher putih Wonwoo sebelum menjauhkan wajahnya dari sana. "Aku tidak melakukannya selama itu, dan aku juga tidak mengecup milik Minghao." Wonwoo masih menutup mulutnya, menunggu Mingyu melanjutkan kalimatnya.

"Aku hanya ingin... Memastikan sesuatu." Mingyu melingkarkan lengannya di sekitar pinggang ramping Wonwoo dan mendorongnya mendekat ke tubuhnya. "Aku ingin memastikan, apakah feromon Minghao manis sepertimu atau hanya aku yang sedang jatuh cinta denganmu, hyung. Karena sepertinya aku tidak pernah mencium feromon semanis milikmu."

Wonwoo merasakan seluruh darahnya mengalir ke wajah dan telinganya. Tubuhnya terasa panas entah karena malu atau kesal. "Dan ternyata memang benar. Itu hanya aku yang terlalu tergila-gila denganmu." Mingyu kembali meneggelamkan hidungnya di leher Wonwoo, meninggalkan kecupan-kecupan basah di sana.

"Aku menyukaimu, hyung. Aku ingin kau menjadi mate-ku."

Wonwoo menyentil dahi Mingyu pelan. "Kau tahu kau masih terlalu muda untuk membicarakan tentang pasangan sejati itu, Mingyu." Mingyu terkekeh pelan, dia hampir kembali menempatkan wajahnya di leher Wonwoo sebelum yang lebih tua menahan dahinya. "Aku lapar. Aku ingin makan ramyun yang tadi kau masak."

Mingyu kembali tersenyum hingga kedua taringnya menyembul manis. "Astaga, apa kau bisa menjadi lebih lucu lagi, hyung?" Mingyu bertanya sambil menyuapkan ramyun ke mulut Wonwoo.

"Sudah jangan banyak bicara, Gyu."

.

.

"Demi Tuhan Kim Mingyu, kau membuat aku dan hampir seluruh pengunjung perpustakaan ini memukulimu. Kau tahu seharusnya kau tidak ribut di tempat seperti ini kan?" Minghao mengomeli Mingyu sambil menatap jijik Mingyu yang sedang mengatur nafasnya. "Astaga, hentikan itu sekarang juga dan bicaralah!" Minghao memalingkan wajahnya kesal.

"Minghao, aku harap kau tidak marah setelah ini." Itu adalah kalimat terakhir yang Minghao dengar sebelum laki-laki bertaring di hadapannya ini mengenduskan hidung tingginya ke area bahu dan lehernya. Minghao buru-buru mendorong dahi Mingyu menjauh.

"Apa-apaan, Kim Mingyu!"

"Kenapa milikmu tidak semanis Wonwoo hyung, Minghao-ya?" Mingyu bertanya dengan tatapan polosnya. Minghao memejamkan matanya geram.

"Itu karena kau menyukainya, Kim Mingyu! Jun juga selalu mengatakan feromon milikku lebih manis dari semua yang pernah dia rasakan."

Mingyu mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. "Ah, Minghao."

"Apa?"

"Boleh aku mengendusmu lagi? Feromonmu terasa benar-benar pahit tadi, kau tahu."

Minghao menutup buku yang sedang dia baca dan berdiri. "Kau benar-benar sudah gila, Kim Mingyu."

TBC

Author Note:

- Center: biasanya ditempati oleh pemain yang bertubuh paling tinggi dalam tim. Pada saat menyerang tugasnya adalah menerima dan menembakkan bola ke dalam ring.

- Power forward: biasanya juga ditempati oleh pemain bertubuh tinggi karena bertugas sebagai penangkap bola pantul yang gagal masuk ke dalam ring (rebound), terutama saat bertahan.

- Small forward: diisi oleh pemain yang agresif dalam melakukan serangan ke daerah musuh.

- Shooting guard: diisi oleh pemain dengan kemampuan bertahan dan mencuri bola yang baik.

- Point guard: pemimpin penyerangan yang biasanya memiliki umpan (passing) dan dribble.

- Ankle: Cedera pergelangan kaki yang terjadi ketika ligamen, yang mendukung tulang-tulang pergelangan kaki teregang atau robek.

Maaf kalau lama dan jelek... Makasih kritik dan sarannya, ya! Ngomong-ngomong, kemarin ada Meanie moment di V LIVE dan Woncoups moment di fancafe, kan, huhuhu lucu banget.