Fast Pace

Disclaimer: SVT Pledis Entertainment

01 - "You dressed so nice but all I could see was your eyes."


Mingyu menatap laki-laki setengah abad yang tengah berdiri di podium, laki-laki yang Mingyu ketahui sebagai kepala sekolahnya itu membicarakan sesuatu tentang penyambutan murid baru, entahlah, Mingyu juga tidak terlalu mendengarkan.

"Bukankah dia terlalu lama berbicara?" Bisik anak laki-laki di sebelahnya. Mingyu menoleh, menatap seorang pemuda setinggi telinganya dengan rambut pirang dan tubuh gempal.

"Eh? Ya... Sudah hampir satu jam." Mingyu mencoba untuk tidak sekaku mungkin dengan mengangkat lengan, memandang arloji hitam yang melingkar di sana.

Pemuda itu lagi-lagi mendengus. "Ngomong-ngomong, namaku Seungkwan, kelas satu, omega. Kau?" Mingyu hampir tersedak liurnya sendiri ketika pemuda pirang ini menyebut statusnya dengan sangat santai.

Mingyu sudah membuka mulutnya untuk menjawab ketika pemuda bernama Seungkwan itu kembali memotong. "Aku bisa mencium aroma dominan di sekitarmu. Alpha?" Tebaknya.

Mingyu mengangguk membenarkan omongan Seungkwan, kebanyakan omega memang banyak bicara, tidak jauh berbeda seperti saat dia di SMP dulu. "Namaku Kim Mingyu, kita satu angkatan ngomong-ngomong." Mingyu menambahkan.

Seungkwan membulatkan mata dan mulutnya, membuat wajahnya yang hampir bulat seperti buah jeruk semakin membulat. "Oh, kau anak kelas satu? Astaga, kau pasti kelebihan kalsium, Mingyu." Seungkwan menempatkan telapak tangannya di atas bahu Mingyu dan bahunya bergantian, seperti sedang mengukur perbedaan tinggi mereka.

Mingyu terkekeh pelan. "Yah, banyak yang mengatakan itu."

Seungkwan mengangguk-angguk. "Mingyu, apa kau lihat anak laki-laki di ujung sana? Yang sedang membaca buku." Tanya Seungkwan entah dari mana. Bodohnya Mingyu mengikuti jari telunjuk Seungkwan yang mengarah kepada seorang anak laki-laki bersurai hitam di ujung aula.

"Yang berambut hitam maksudmu?" Mingyu memastikan, dia bisa melihat dari ekor matanya kalau Seungkwan mengangguk mengiyakan. "Mengapa?"

"Menurutmu, dia omega atau alpha?" Bisik Seungkwan, takut terdengar oleh guru, membicarakan status orang adalah dilarang karena dianggap mengganggu privasi murid. Lagipula mereka masih anak-anak serigala muda yang bahkan belum melewati masa pubertas dengan tuntas, belum waktunya bagi mereka untuk mencari mate.

Mingyu menggaruk kulit kepalanya yang tidak gatal, hanya gerakan refleks karena dia sedang kebingungan. Obsidiannya menatap anak laki-laki yang sedang menjilat jari telunjuknya untuk mempermudah membalikan halaman buku yang sedang dibaca. Dia cukup manis dan putih untuk ukuran omega, tetapi juga cukup angkuh dan dingin sebagai alpha.

Pada akhirnya Mingyu menggeleng tidak tahu. "Entahlah. Rasanya sulit menebaknya. Menurutmu?" Mingyu mulai tertarik dengan pembicaraannya dengan teman barunya itu.

"Ah, aku rasa dia omega. Lihat saja kulitnya tubuhnya yang kurus dan ringkih seperti itu." Seungkwan kembali berbisik dan Mingyu mengangguk mengerti.

"Bisa jadi."

"Oh, dia sudah selesai berbicara. Kita semua harus kembali ke kamar, makan malam penyambutan akan segera dimulai, Mingyu. Kamarmu nomor berapa?" Tanya Seungkwan sambil mengambil nafas setelah menyelesaikan kalimat panjangnya itu. Mingyu juga ikut mengambil nafas karena entah kenapa dia juga ikut menahan nafas ketika mendengar ucapan Seungkwan.

"Kamarku berada di nomor 117."

"Sendiri atau berdua, Mingyu? Aku di kamar nomor 120, berdua dengan si bodoh Seokmin." Seungkwan memberi tahu tanpa harus ditanya.

Mingyu menganggukkan kepalanya. "Ah, saat aku datang tadi aku tidak menemukan siapa-siapa di kamarku. Mungkin teman sekamarku belum datang tadi."

"Oh, begitu. Ku harap kau sekamar dengan orang yang baik. Kamar kita seharusnya tidak begitu jauh, nanti akan aku kenalkan kau dengan Seokmin. Dia juga satu angkatan dengan kita." Seungkwan kembali menarik nafas.

Mingyu kembali mengangguk setuju. "Baiklah, sampai nanti, Mingyu!" Seungkwan kemudian berlalu sambil melambaikan tangannya.

.

.

Ketika Mingyu kembali ke kamarnya, dia mendapati anak laki-laki yang tadi dia bicarakan dengan Seungkwan tengah duduk manis di ranjang bawah dengan buku di pangkuannya. Anak laki-laki itu menoleh ketika akhirnya menyadari eksistensi Mingyu di kamar itu.

"Oh, teman sekamar." Gumamnya pelan, tidak terlalu pelan sampai Mingyu bisa mendengarnya.

Entah kenapa tangan Mingyu jadi berkeringat, takut ketahuan jika dia sudah membicarakan anak laki-laki di depannya. Walaupun itu tidak akan terjadi sebenarnya, hanya Kim Mingyu yang terlalu anxious.

"Siapa namamu?" Mingyu kini dapat mendengar jelas suara dalam anak laki-laki itu.

"Mingyu." Mingyu menjawab seadanya sebelum anak laki-laki di depannya memiringkan kepalanya seperti bertanya hanya itu? "Kim Mingyu maksudku." Lanjut Mingyu membersit hidungnya tanpa alasan.

Anak laki-laki itu menutup dan meletakkan bukunya di samping tempat ia duduk dan bangkit. Dia berjalan mendekati Mingyu kemudian berhadapan. Menatap Mingyu tanpa berkedip, itu membuat telapak tangan Mingyu semakin basah karena dia merasa semakin takut tertangkap. Mingyu rasa Seungkwan salah, pemuda ini jelas-jelas seorang alpha yang sangat suka mengintimidasi. Apakah anak laki-laki ini juga seorang yang suka menindas yang lemah? Apa namanya itu?

"Dengan tubuh yang menjulang seperti ini, kau pasti senang membully orang, ya."

Nah, itu dia. Membully- eh, apa anak laki-laki ini baru saja mengatainya?

"Eh? Tentu saja tidak." Mingyu menjawab dengan cepat sambil mengibaskan kedua telapak tangannya.

Anak laki-laki di depannya tersenyum hingga hidungnya berkerut dan Mingyu bersumpah demi bokong bulat milik Seungkwan, senyum anak laki-laki itu sangat manis. "Namaku Jeon Wonwoo, ngomong-ngomong."

Jeon Wonwoo. Mingyu menyebutnya dalam hati, mengingat baik-baik nama teman sekamarnya.

"Kau pasti anak kelas satu? Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya." Wonwoo memutar tubuhnya, berjalan kembali ke tempat tidur.

"Ya..." Mingyu menjawab seadanya, tungkai panjangnya berjalan ke tempat tidur miliknya yang berhadapan dengan milik Wonwoo. "Kau kelas dua?" Pertanyaan pertama Mingyu.

Wonwoo mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari buku. "Panggil aku hyung, oke anak kecil?"

Mingyu mendesis. "Kita hanya beda satu tahun."

Wonwoo mengangkat wajahnya. "Tetap saja kau harus memanggilku hyung." Tegasnya.

Mingyu mengangguk mengerti. "Aku tahu, hyung. Tapi aku bukan anak kecil."

Wonwoo mengangkat bahunya tidak acuh dan kembali tenggelam dengan bukunya. Mingyu mendengus pelan. Teman sekamar yang kutu buku.

.

.

Hari pertama, kedua, ketiga dan seterusnya sampai seminggu berhasil Mingyu lewati dengan baik. Bangun tepat pada waktunya, berbagi kamar mandi dengan teman sekamarnya, bertemu dengan teman-teman baru, mengikuti pelajaran di kelas, bermain bola dan hal-hal lain yang sama dengan ekspektasi Kim Mingyu adalah dia kembali menjadi bintang di kelas maupun di luar kelas.

Ada saja omega yang bersemu malu ketika Mingyu tanpa sengaja menabraknya dan menjatuhkan barang bawaannya. Tidak ada yang Mingyu lakukan selain meminta maaf, membantu mengambil barang-barangnya dan tersenyum. Mungkin salahnya di situ, saat dia tersenyum. Ah, dasar raksasa terlalu percaya diri! Umpatan Seungkwan terngiang begitu saja di otak Mingyu ketika dia menceritakan perihal tabrak-menabraknya dengan seorang omega di koridor.

Ah, ya. Mingyu jadi sedekat itu dengan Seungkwan dan Seokmin. Ditambah anak pindahan dari China yang bernama Minghao. Mereka sudah seperti kentut dan kotoran kalau kata orang. Selalu bersama dan tidak terpisahkan. Di mana ada Mingyu, pasti ada Seungkwan, dan di mana ada Seungkwan pasti ada Seokmin, jika sudah ada ketiga orang itu, pastilah Minghao ada di sana juga.

Jadi intinya, semua berjalan dengan baik, dan Mingyu berharap akan terus seperti itu. Ya, setidaknya sampai dia lulus nanti.

.

.

Mingyu meletakkan ranselnya di samping tempat tidur. Dia merebahkan dirinya di atas kasur, lengan berada di atas kedua matanya yang tertutup, menghalangi cahaya lampu yang tiba-tiba menjadi sangat mengganggu. Hari ini dia pulang lebih telat dari biasanya, Seungcheol kakak kelasnya menawarkan dia untuk masuk ke dalam klub sepak bola miliknya. Seungcheol bilang dia melihat permainan Mingyu saat sparing dengan teman-teman di kelasnya. Jujur saja, itu berhasil membuat Mingyu menahan senyumnya habis-habisan. Oh, kembali ke topik, jadi karena dia sudah ditawarkan secara langsung oleh ketua klub, mana mungkin dia berkata tidak? Itu adalah salah satu alasan selain dari Mingyu juga adalah penggemar sepak bola sejak kakinya belum setinggi ini.

Tiba-tiba saja pintu kamar terbuka, menampilkan Wonwoo dengan jaket biru yang membungkus sampai ke leher, lengan jaketnya tergulung sampai ke siku, memperlihatkan wristband yang melingkar di kedua pergelangan tangannya dan poni yang terikat ke atas menampilkan hampir seluruh bagian dahinya. Wonwoo membetulkan letak tas selempang yang melampir di bahu lebarnya, dia menutup pintu dan duduk di tempat tidurnya.

"Kim Mingyu." Ini adalah pertama kali dalam seminggu Wonwoo memanggil nama Mingyu dengan lengkap.

Mingyu entah dorongan dari mana, langsung menegakkan torsonya. "Ya, hyung."

"Kau memasukki klub sepak bola milik Seungcheol, huh?"

Mingyu mengedipkan matanya bingung. "Bagaimana kau tahu, hyung?"

Wonwoo mendecih. "Dia mengatakannya langsung kepadaku. Aku pikir aku adalah teman sekamarmu?"

Ya, itu memang betul. Wonwoo adalah teman satu kamar Mingyu.

Wonwoo menatap Mingyu dengan mata rubahnya, seperti mengintimidasi. "Uh... Ya, itu benar." Mingyu akhirnya menjawab.

"Aku ini ketua klub basket." Wonwoo hanya mengeluarkan satu kalimat dan Mingyu rasanya sudah mengerti pusat permasalahan kenapa Wonwoo memanggilnya dengan nama lengkap sampai ke akar.

"Dan kami sedang membutuhkan center untuk salah satu tim kami." Wonwoo melepaskan ikatan rambut di poninya, mengusaknya kasar. Dia kembali melayangkan tatapan rubahnya ke arah Mingyu. "Jadi, kau tahu apa yang harus kau lakukan, kan, Mingyu?"

Mingyu meneguk ludahnya. Hari ini tepat dua minggu dia bersekolah di asrama dan nampaknya semua tidak akan berjalan dengan baik seperti yang dia harapkan.

TBC

Aku udah ketik ini sampai chapter 2. Jadi, mungkin aku akan post chapter 2 besok atau lusa. Tolong kasih aku kritik dan saran ya! Thank you!