PROLOG

'kapan kira-kira kau bisa mencintaiku?'

'saat ajalmu menjemput.'

'sudah kuduga...'

Percakapan beberapa bulan yang lalu masih terngiang di kepala abu abu itu. Manik kelabu nya menatap kosong pada peti mati dengan rangkaian bunga didepannya serta sebuah foto bingkai ukuran lumayan besar diatas peti itu. Suara tangisan, nyanyian duka, dan kegiatan lainnya tidak membuat pemuda surai soft grey itu berpaling. Ia tidak menyangka, ucapannya dulu benar benar kenyataan.

"Sudah waktunya dia dimakamkan." Ucap sang pendeta memberi perintah. Melihat pintu peti itu akan ditutup, pemuda bersurai soft grey itu melangkah maju dengan tegas seraya berkata, "Tunggu Dulu!"

Beberapa orang disana sedikit terkejut dengan suara pemuda soft grey itu yang sedikit keras dan juga beberapa orang terkejut karena tidak menyadari keberadaan pemuda itu. Beberapa orang yang sudah siap menutup pintu peti mati itu mendadak berhenti dan menatap pemuda pemilik manik kelabu didepan mereka.

"Izinkan aku melihatnya sebentar. Untuk terakhir kalinya." Pemuda itu berucap dengan nada rendah dengan sorot mata serius. Beberapa orang depan peti itu mengangguk singkat dan menjauh dari peti itu membiarkan pemuda soft grey itu mendekati peti itu.

Tangan pucat itu membuka kelambu yang menutupi wajah tampan pemuda bersurai scarlet yang kini berbaring kaku didalam peti. Manik kelabu nya sedikit memanas, dada nya terasa sesak, nafasnya memburu, emosi meluap luap dikepala abu abu nya. Tangan nya mengusap lembut kulit pucat wajah sang Mayit.

"Maaf Sei..." Gumam Mayuzumi, pemuda soft grey itu, dengan nada berbisik. Ia tidak menyangka akan menjadi seperti ini. Padahal semalam ia sudah bermimpi akan bahagia dengan pemuda scarlet itu, Akashi Seijuurou. Namun, takdir berkata lain.

'apa untungnya menyukai orang yang berpenyakitan sepertimu? yang ada aku yang repot.'

'sou...ka..'

'kalau ingin menangis, jangan disini. aku tidak mau dituduh sudah membuat nangis anak orang.'

'aku.. tidak akan menangis.'

Wajah ia dekatkan, mendekati wajah pemuda surai scarlet itu. Tidak ada nafas hangat yang menghembus wajah pucat Mayuzumi. Kemudian ia menempelkan bibir pucatnya pada bibir yang dulu berwarna merah merekah dan kini menjadi sangat pucat. Tangan yang tadi mengusap wajah Akashi, kini beralih ke kedua tangan Akashi yang ada didepan dada. diusap lembut tangan itu menyalurkan kehangatan, dan juga berharap pemuda scarlet itu bangun dan menampakkan kedua manik delima nya yang indah itu. Mayuzumi memejamkan matanya, dada nya semakin sesak ketika teringat percakapan itu. Sekarang, ia tidak akan memandang atau merasa jijik dengan pemuda scarlet itu. Ia tidak bisa melarang pemuda itu untuk jatuh hati pada nya ataupun orang lain. Ia sadar, semua orang berhak untuk jatuh cinta pada siapapun walau dirinya mempunyai penyakit entah itu berbahaya atau tidak, menular atau tidak.

Dan ia seharusnya tahu, ini bukanlah ciuman pertama untuk dirinya namun ini adalah ciuman pertama dan terakhir untuk Akashi. Kesucian nya, kepolosannya, keperjakaannya benar benar sudah hilang diambil oleh sang mantan nya. Namun, setidaknya ini adalah ciuman tulus sepenuh hati pertama darinya.

Dilepaskan tautan Mayuzumi, lalu berpindah pada telinga Akashi lalu berbisik lirih, "Maaf untuk semua nya. Sudah banyak aku membuatmu menangis karena ku. Tuhan ternyata tidak sabar bertemu dengan mu di Surga. Karena itu, Oyasuminasai. Kuharap kau tenang dan bahagia bersama orang orang baik disana. Aishiteru..." Mayuzumi mengigit sejenak bibir bawahnya, menahan air mata yang hendak keluar dari manik kelabu nya. Ia membuka mata, lalu mengecup kening sang Mayit dengan penuh kasih sayang.

Orang orang melihat itu dengan haru, termasuk Nash, Kise, Nijimura, dan Tanaka yang sudah merawat buah hati Shiori dan Masaomi. Tanaka sendiri tidak menyangka Seijuurou akan menyusul kedua orangtua nya secepat ini. Nijimura, sepupu Akashi yang baru pulang dari Los Angeles seminggu yang lalu harus melihat ini semua termasuk detik detik ajal menjemput Akashi. Nash dan Kise, harus rela meninggalkan sang Sahabat mereka.

Mayuzumi menjauhkan wajahnya lalu memandang sejenak pemuda scarlet itu lalu tersenyum hangat walau sang Mayit tidak akan melihat senyumannya itu. Ia berjalan mundur beberapa langkah mengizinkan peti ditutup. Ia mengepalkan tangannya kuat menahan air mata nya jatuh.

Pemakaman sang putra tunggal keluarga Akashi berjalan lancar. Mayuzumi berjongkok samping makam Akashi lalu meletakkan sebucket mawar putih didepan batu nisan bertuliskan Akashi Seijuurou.

"Sayonara..."

CHAPTER 1

[Aku tidak akan melepasmu seperti yang dia lakukan. Tapi satu hal yang mengecewakan, kamu mengharapkan dia, bukan aku ] - Akashi, Ancaman, Nash -

"Sudah selesai.." Mayuzumi menghela nafas lega lalu menubrukkan punggungnya ke kepala kursi. Dipijat sebentar pelipisnya lalu menatap layar komputer didepannya dibalik kacamatanya. Sinopsis serta judul sudah ia siapkan untuk membuat sebuah novel. 2 bulan lalu, ia melihat pengumuman di sebuah sosmed miliknya akan ada lomba persekolah di seluruh negeri membuat novel terbaik ditahun ini. Sebagai pecinta Light Novel, ia tidak ingin selalu membeli LN atau novel lainnya. Setidaknya ia juga ingin membuat sebuah Novel yang akan dibeli para pembaca. Dan tentunya, bahasa yang ia gunakan serta alur cerita ia inginkan memiliki ke-khas an tersendiri. Butuh waktu lama untuk mewujudkan semua itu.

Manik kelabu Mayuzumi melirik kearah jam tangannya dan ia menghela nafas kasar. Ia telat 20 menit di jam pertama, ia pasti kena hukuman dari sang guru. Tapi dibalik semua itu, ia mendapatkan untung mendapatkan izin telat saat jam pertama dari pembina ekstrakulikuler penulis. Mayuzumi melepas kacamata nya tak lupa mensave hasilnya lalu bergegas membereskan keperluannya dan keluar dari lab komputer.

Koridor kelas sudah sepi. Semua siswa dan Guru berada diruang kelas . Berjalan sendiri seperti Mayuzumi
adalah mukjizat bagi siswa lain. Tapi mereka tidak tahu Mayuzumi datang satu bahkan dua jam lebih cepat
dibanding mereka untuk mengetik novel.

Darp drap drap

Awalnya Mayuzumi tidak sadar. Tapi dari belakang suara orang yang lari terdengar makin jelas. Mayuzumi berhenti
berjalan. Siswa lain melongok dari jendela kelas. Tepat di belakang Mayuzumi, seorang pemuda bersurai merah berlari. Seperti bintang film action. Dan semuanya melambat ketika
pemuda merah itu menatap matanya.
Mayuzumi kenal dia, Akashi. Temannya Nash. Tapi mereka tidak pernah mengobrol sama sekali karena
Akashi selalu melihat ke arah Mayuzumi dengan aneh dan takut.

"Hai," sapa Akashi, tapi tetap berlari.

"Hei," balas Mayuzumi lebih seperti gumaman.

Mayuzumi sedikit heran dengan pemuda scarlet itu, kenapa ia bisa menyadari hawa keberadaannya yang tipis. apa karena dia teman Nash jadi ia bisa tahu cara menemukannya. Dan ngomong ngomong, tumben Akashi menyapa nya

"Woi, Akashi! Berhenti," Pak Junpei, guru piket hari ini ternyata mengejar Akashi. Pantas saja pemuda cowok itu lari.
Mayuzumi melihat punggung tegap Akashi dari jauh. Gila, larinya lebih kenceng dibanding kura kura, eh maksudnya juara lomba lari cepat tahun kemarin . Kalau begitu, Akashi harusnya ikut lomba lari karena sekolah mereka bisa aja juara 1 alih-aliih juara 2.

Tiba-tiba, Akashi berhenti berlari. Dia menoleh ke arah Mayuzumi, seolah tahu sepasang mata kelabu itu
memandangnya.
Mayuzumi memalingkan wajah lalu melanjutkan jalannya. untuk apa ia kepo dengan Akashi, yang ia tahu sekarang Akashi adalah sahabat Nash. Itu saja.

Wajah Akashi waktu masuk kelas seperti orang habis ketiban duren. Padahal Riko Aida, guru fisika super killer nya minta ampun ngeliatin Akashi dengan tatapan membunuh. Akashi hanya mengedikkan bahu nya lalu mengirim sinyal sinyal kode pada bu Riko, yang pasti membuat
guru yang baru menikah beberapa bulan lalu itu hanya menghela napas jengkel dan membiarkan Akashi masuk tanpa hukuman.
Padahal dia terlambat nyaris setengah jam sejak bel masuk.

"Gila lo," bisik Nash begitu Akashi duduk di sampingnya.
Nash tidak menyangka. Laki-laki baik, patuh, dan rajin akan segala hal macam Akashi bisa-bisanya terlambat
sekolah. Maksud Nash, Akashi itu bukan tipe cowok nakal yang berangkat malem pulang pagi untuk ajebajeb.
Akashi tipe cowok rajin ibadah dan selalu pulang dari kuil selesai berdoa.

"Iya, aku gila," Akashi sama sekali tidak membantah.
Bu Riko diam saja mendengar percakapan mereka. Lagipula, Akashi dan Nash sudah terlalu pintar untuk
dihukum di depan untuk ngerjain soal.

"Kok lo bisa telat? Biasanya, lo tukang bukain pintu saking dateng ke sekolahnya lebih pagi dibanding
Mas Kagetora." Tetep aja, Nash sangat heran dengan kelakuan baru Akashi.
Ngomong-ngomong, Mas Kagetora itu pengurus sekolah yang udah tua dan keriput, tapi menurut dia, dia
masih ganteng dan awet muda

"Aku sengaja kok, untuk telat," Nah lho, sekarang Nash kaget mendengar pengakuan nggak banget dari
Akashi. Pasalnya, muka Akashi jadi kesemsem sambil melihat pemandangan di luar jendela. Persis seperti
cowok-cowok kasmaran di novel yang sering Kise baca.
"Bahkan aku minta ke Bu Riko, kalau aku dapat
nilai 100 di ulangan Fluida kemarin, aku boleh telat masuk di jam pelajaran dia."

Kambing! Sejak kapan, Akashi mati-matian ngejar nilai 100 cuma untuk telat? ah tidak mati matian sih, Akashi kan emang pinter/plak. Emangnya, kucing dari
kucing kucingnya dia mati dan Akashi harus banget menghadiri pemakamannya?

"Tunggu-tunggu. Kayaknya lo belum cerita tentang sesuatu," nah, Nash jadi curiga kalau Akashi ternyata
penyembah dedemit.

"Aku sengaja telat buat nyapa Mayuzumi Chihiro, anak kelas XI C, sahabat mu yang tidak pernah
nyapa atau kenalan denganku, tapi aku dari dulu sangat menyukai nya," ucap Akashi dengan satu tarikan
napas.

Nash harusnya tahu dia tidak perlu menahan napasnya mendengar nama pemuda itu. Tapi nyatanya,
dia mengerjap kaget beberapa kali seolah Akashi baru aja bilang kalau dia meninggal besok.

"Serius? Lo masih suka sama Chihiro?" tanya Nash tidak percaya. "Lagian kalau nyapa doang, ngapain harus
telat, sih. Kacang panjang banget, tau nggak?"

Dulu, Akashi pernah mengaku kalau dia suka sama Mayuzumi. Pertama kali mereka ketemu itu waktu Mayuzumi lagi
main di rumah Nash, dan Akashi ikut-ikutan datang dan melihat 'aura kemisterius' Mayuzumi yang tidak pernah
dia lihat di cewek/cowok lain. Tapi Akashi tidak pernah berani mendekati Mayuzumi dari kelas X sampe sekarang. Ya,
sekarang. Saat Nash mengira Akashi melupakan Mayuzumi.

"Aku harus berubah dari ayam kampung jadi ayam bouler dong, Nash," sahut Akashi dengan wajah percaya diri.

"Akashi si Ayam Kampung tidak mungkin berani nyapa Mayuzumi si Angsa Putih."

"Ngomong apa sih, Sei. Geli."

"Nash! Sesuatu yang menyangkut Mayuzumi itu ... entah kenapa, Aku jadi menjijikan seperti ini," ucap Akashi. "Dia itu
rumus matematika yang tidak bisa aku selesaikan."
Akashi dan otak pintarnya.

Nash tidak tahu jalan berpikir orang cerdas yang jatuh cinta semacam Akashi.
Tapi satu yang Nash tau, kalau Akashi sampai sekarang masih suka aja sama Mayuzumi, berarti Akashi itu tipe cowok
setia yang cerdas dan memiliki masa depan mapan. Beda jauh dengan Nash.

Nash jadi menghela napas. Ya barang tentu, dia masih jadi Nash si Ayam Kampung. Nyatanya, dia belum bisa
seperti Akashi.

"Good luck, deh," ucap Nash setengah hati.
Tapi Akashi tidak terlalu mendengarkan. Dia terlanjur senang dengan kenyataan kalau Mayuzumi tahu dia ada di
dunia ini.

bersambung :v
Arigatou sudah mau baca dan gomen kalau char nya OOC :v