Oats

.

Byun Baekhyun – Park Chanyeol – Park (Baby) Jackson

Boys Love

M-preg

T-M

.

.

Chapter Combo

[Mantan]

.

.

.

Seunghoon tak tahu kalau pintu yang ia dorong terbuka membuat para penjenguk lain terdiam. Bahkan situasi menjadi sangat mencekam ketika Baekhyun memekik dengan nada gembira, seperti anak tiga tahun. Padahal anaknya yang sudah tiga. Seunghoon mengkaku diambang pintu sebelum Baekhyun memintanya untuk mendekat. Ternyata lelaki mungil itu masih sama seperti dulu, sangat manja dan suka memelas. Siapa yang tidak luluh?

"Hai, Baekhyunie. Lama kita tidak bertemu."

Pria bermata sipit yang sama seperti Baekhyun memulai dengan sapaan ringan sambil memberikan buket bunga daisy. Tak tahu kalau tubuhnya sedang dilubangi tatapan setajam belati oleh pemilik Baekhyun. Pemilik yang hanya bisa mendiami situasi tanpa ingin membuat kericuhan, karena Chanyeol sedang berusaha menjaga muka di depan karib-karibnya.

"Hoonie, lama tidak bertemu juga. Aku sangat merindukanmu." Baekhyun menghirup wangi segar dari bunga berkelopak putih yang menjadi favoritnya sejak lama, tidak sadar kalau ucapannya barusan membuat semua orang terkejut.

Terlebih Seongwoo, ia menatap suaminya meminta penjelasan. Mengapa Baekhyun mengatakan rindu terhadap pria lain? Tapi ia lebih menuntut penjelasan mengapa Daniel tiba-tiba menyerahkan Jackson yang sedang enak-enak dipangkunya pada Jihoon secepat gas buang angin lalu berbisik;

"Aku tak mau menonton sinetron orang ketiga, lebih baik sekarang kita pulang, sayang."

Guanlin dan Jihoon serempak mengerjap-ngerjap tak paham pada kerumunan penjenguk tiba-tiba dengan rapi berbaris menuju pintu sementara Daniel menjadi orang pertama yang memprovokasi. Setelah berbisik pada Seongwoo, ia menyebar bisikannya pada Minhyuk seperti ibu-ibu penggosip dan kemudian tercipta barisan orang-orang yang berpamitan pada Chanyeol.

"Oh, sudah akan pulang? Kenapa buru-buru sekali?" Baekhyun mengalihkan senyuman manisnya teruntuk Seunghoon dengan mengubah ekspresi kebingungan pada Minhyuk dan Ilhoon yang menjadi dua orang bodoh, tertinggal barisan sementara Daniel sudah menutup pintu dari luar.

"I-itu, aku lupa belum mengangkat jemuran, Baekhyun-ssi."

"Ah, begitu. Apa kalian akan datang lagi besok?"

Minhyuk menimang-nimang nada seperti apa yang terdengar dari suami karibnya itu? Seperti bertanya namun juga memaksa. Selagi ia sibuk berpikir sendiri, tak sadar Ilhoon yang sedang memainkan kesepuluh jemarinya nyeletuk asal.

"Tergantung." Geplakan menghantam tengkuk Ilhoon, "Maksudku, jika aku dan Minhyuk tidak sibuk, hehe."

"Baiklah, kalau begitu hati-hati, ya."

Mimik berbunga-bunga yang Baekhyun tunjukkan langsung terhembus angin ketika dua orang itu segera keluar dari ruangan, saat membuka pintu pun seperti orang yang tengah di kejar setan. Sebenarnya ada apa, ya? Tanpa sadar juga Baekhyun memiringkan kepala karena fokus berkelahi dengan macam-macam asumsi dipikirannya.

Si galak satu ini kenapa jadi menggemaskan? Faktor melahirkan, kah? Jihoon jadi merinding dan diam-diam memutar ulang kejadian saat ia dihukum, masih ingat? Penyelundupan makanan ke kamar Chanyeol. Tujuh hari itu bak penyiksaan penjajah dimana Baekhyun tanpa henti mengomel dan terus memerintah.

Tak kuat menahan sumpek, Jihoon membawa sang keponakan dan menarik Guanlin ikut menyusul keluar.

"Baekhyunie, bisa aku menaruh bunganya di vas?" Pria asing membuka suara setelah ruang inap benar-benar sunyi seperti sedang mengheningkan cipta.

"Tentu saja, Hoonie!" Baekhyun segera menyerahkan buket di tangannya agar diurus oleh si pemberi. Seolah dunia milik berdua. Chanyeol yang berstatus sebagai suami mah numpang bernapas saja, sekalian jadi pemanis ruangan dengan berdiri tegak di dekat buffet kecil.

Saat Baekhyun asik mengajak bayi laki-laki mereka berbicara, Seunghoon tersenyum kecil memerhatikan interaksi menggemaskan itu. Tak percaya bahwa pacar tiga bulannya memiliki sifat keibuan, disamping kesejatiannya adalah lelaki. Merasa ada makhluk astral yang menatapnya tajam-tajam, Seunghoon mengangkat pandangannya dari bunga Daisy dan agak terkejut berpapasan dengan mata bulat sebulat tekadnya dulu yang ingin menikahi Baekhyun. Tapi apa boleh buat, si manis meminta mereka putus hanya karena alasan klub karya ilmiah.

Tentu aneh, saat orang-orang memilih keluar seakan paham dengan situasi sang mantan ingin bernostalgia tapi pria bongsor bermata mengerikan ini malah betah bersandar di dinding dan terus menatapnya dan Baekhyun bergantian. Seperti bilah tajam belati yang siap menguliti.

Seunghoon tersenyum patah-patah sebelum langsung duduk kembali dikursi samping ranjang, ia mulai risi dengan pria aneh itu. Kenapa Baekhyun tak sama sekali?

"Baek, boleh aku bertanya?"

"Ya, Hoonie silakan. Kita bertemu untuk mengobrol banyak."

Pria bermata tak kalah sipit dari si mungil menggaruk tengkuk sampai kulit putihnya memerah.

"Apa suamimu sedang di kantor? Kenapa dia tidak menemanimu disini?" –Kurasa, pria aneh di dekat buffet itu mempunyai ilmu hitam mengerikan yang membuatku tak nyaman. Sambungnya dalam hati.

Chanyeol hampir memuntahkan pita suaranya saking terkejut dengan humor dari si mantan yang lebih terlihat seperti tikus kecil tengah kebingungan. Astaga, paru-paru Chanyeol serasa sedang duet zumba saking tak kuasa menahan sesak kelucuan. Seunghoon meneleng dan melempar tatapan tak sukanya karena pria itu terus mengeluarkan suara musang kejepit-efek dari tahan tawa.

"Suamiku?" Baekhyun seolah tertampar dengan kenyataan bahwa sedari tadi ia tidak mendengar suara berat Big Baby kesayangannya, "Chanyeol-ah, sedang apa disitu? Ayo, perkenalkan dirimu pada Seunghoonie."

Kebiasaan Chanyeol saat tertawa adalah bertepuk tangan dan memukul orang terdekat, karena Baekhyun masih lemas pascalahir si kembar, ia ingin rasanya memukul si mantan sampai ke pintu keluar. Lalu setelah menenangkan diri sambil berdeham, Chanyeol mengangkat dagunya sombong dan memutari ranjang untuk berada disisi yang berseberangan dengan Seunghoon. Sial, kenapa si tinggi jadi receh? Melihat ekspresi terkejut terheran-heran pria sok keren itu membuat Chanyeol rela gelindingan dari lantai teratas Rumah Sakit.

Si tinggi sampai tak sadar kalau Baekhyun mengimbuhkan –ah pada namanya sedangkan –ie pada Seunghoon lantaran sibuk menertawai kelucuan yang hanya ia sendiri paham. Coba kalau sampai Chanyeol sadar, mungkin mereka akan berperang lidah dan semakin membuat Seunghoon gondok.

"Seunghoonie, ini suamiku Park Chanyeol. CEO Coseon, apa kau tahu?" Semua orang tahu, bahkan bunga Daisy sedang menangis karena vas tak terisi air pun tahu kalau Baekhyun sedang menyombongkan diri. "C-E-O."

Seunghoon menelan liur susah sampai jakunnya naik turun. Penekanan pada tiga huruf yang membuat kaki melemas. Betapa harga dirinya terkikis perlahan-lahan berada di ruang inap Baekhyun yang bisa menghabiskan puluhan juta permalam. Kenapa ia baru sadar? Astaga, Seunghoon bahkan sempat mengatai Chanyeol pria aneh dan menatapnya seperti hama.

"Chan, ini Lee Seunghoon. Temanku saat SMA."

Te-man?

Yup. Teman! Baekhyun tidak mungkin terang-terangan mengakui si pria adalah mantannya. Bisa gawat melihat Chanyeol dan Seunghoon berkelahi sementara ia hanya bisa duduk bersama bayi laki-lakinya menonton? Tapi.. hmmm, sepertinya menarik juga. Kenapa tidak langsung memprovokasi Chanyeol saja, ya?

"Kami sempat berkencan selama beberapa bulan. Seunghoonie sangat romantis, ia selalu memberiku bunga Daisy dan akan mencium bibirku saat merayakan hari jadi!"

"B-Baek, kenapa kau mengatakan itu?"

"Kenapa?" Baekhyun melemparkan nada merajuk selagi menatap Seunghoon yang berkeringat dingin, "Kau tidak menganggapku, ya? Jahat sekali."

Chanyeol bersedekap sambil mengangguk-ngangguk kecil, mata bulat berapi-apinya terbuka lebar selagi berpikir cara ampuh menghajar pria tengil yang sudah berani mencium bibir tipis Tiny Baby kesayangannya. Sedangkan Baekhyun sedang menyembunyikan seringaian licik melirik-lirik kegelisahan Sunghoon.

Tertipu? Berpikir selama ini Baekhyun menjadikan Seunghoon satu-satunya mantan terindah? Lihat saja!

"Berapa kali kau mencium suamiku?" Si tinggi bertanya bersamaan bunyi batang leher yang direnggangkan, "Lima? Enam?"

Seunghoon memberanikan diri berdengus jengkel. Mulai paham kalau Baekhyun mengkambing hitamkan dirinya pada situasi mencekam. Diingatkan, tubuh Chanyeol dua kali lipat lebih besar dan tonjolan urat-urat di sepanjang lengannya bukan tak mungkin membuat tubuh terpental sampai Busan hanya dengan sekali tonjokan.

"Kenapa kalian terus membahas masa lalu? Aku disini ingin memberikan ucapan selamat sekaligus menjenguk Baekhyun, sudah lama kami tidak bertemu."

"Kau merindukanku, Hoonie?" Tembak si mungil dengan wajah minta diperkosa.

"Bu-bukan begitu. Haish, bisa kau berhenti memojokkanku?!"

Huweeeeeee!

Bayi laki-laki Baekhyun sempat terperanjat kaget sebelum menangis kencang karena tidur kupu-kupunya terusik. Seunghoon baru saja berteriak seperti pria bar-bar yang memarahi jalang hanya karena tak menyediakan kondom. Baekhyun memanfaatkan kelengahan Seunghoon dengan cara pura-pura tak tahu harus berbuat apa terhadap bayinya kemudian menatap sang suami seperti anak anjing kesasar.

"Sepertinya urusan kita panjang, Bung. Kau membentak dan membuat bayi kecilku menangis." Chanyeol membunyikan kesepuluh jemari tangannya sebelum menyeret kerah Seunghoon keluar dari ruangan seperti seekor tikus sungguhan.

Pria yang merasa tercekik itu melayang-layangkan tangannya seolah meminta tolong pada angin. Baekhyun berdadah-dadah kesenangan sambil terkekeh imut seolah tak melakukan kelicikan apapun.

"Papa akan memberikanmu hadiah karena sudah membantu, bayi nakal." Baekhyun membuka kancing baju dengan satu tangan kemudian memijat dadanya sebelum diarahkan puting pada mulut si bayi.

Itulah hadiahnya, susu lezat papa.

...

Seunghoon memungut kerikil-kerikil di dekat kakinya untuk di lempar ke dalam kolam buatan di tengah taman Rumah Sakit. Kalau bisa protes, ikan-ikan di dalam sana pasti akan mengomel karena kepala mereka benjol terkena lemparan. Ya, Seunghoon mana tahu, kalau Chanyeol tak datang duduk di sampingnya dengan dua kaleng cola dingin mungkin ikan-ikan malang itu sungguh akan bisa bicara.

Tak ada yang mau memulai, baik Seunghoon atau Chanyeol memilih diam sambil membuka kaleng masing-masing dan menenggaknya sebelum ringisan si mantan membuat Chanyeol menoleh. Sedikit merasa bersalah. Hanya sedikit, demi harga diri seorang CEO.

"Kau seharusnya kabur saat kupukul."

"Hah, aku ini pria."

Terserah. Sama sekali tak mau peduli dengan definisi 'pria' semacam apa yang Seunghoon anut. Chanyeol menyandarkan punggungnya pada kursi taman sambil menggosok rambut belakang.

"Aku terbawa emosi ucapan Baekhyun. Kau tahu, mulut kecilnya memang pandai memengaruhi perasaan seseorang."

"Aku tahu. Ia memanas-manasimu karena tak suka denganku." Seunghoon meneguk cola kedua kali, "Aku juga tidak mengerti kenapa Baekhyun punya dendam, padahal ia sendiri yang minta putus."

"Mungkin kau membuat kesalahan sebelum ia memutuskanmu."

"Begitukah? Tapi rasanya tidak."

Sang mantan berpikir-pikir hal baik apa yang sudah ia lakukan selama berpacaran dengan Baekhyun, tapi dianggap kesalahan?

"Lalu, bagaimana bisa kau berakhir menikahi lelaki licik sepertinya?"

"Itu?" Chanyeol meringis selagi mengingat hal kebetulan apa yang membuat ia dipertemukan dengan Baekhyun dan menjadi bucin level 101, "Aku tak ingat pasti. Tahu-tahu, aku sudah berlutut dikakinya agar ia mau menikah denganku."

"Heol." Seunghoon menutup mulutnya tak percaya menatap Chanyeol sebelum duduk tegak menghela napas, "Aku akan melakukan hal yang sama jika diposisimu. Pria gila mana yang mau melewatkan si rubah cantik itu?"

"Kau benar. Tapi sayang, kau diputuskan."

"Brengsek."

Meskipun Seunghoon lebih dulu mengenal dan mencecap bibir Baekhyun pertama kali. Disini, Chanyeol lah pemenangnya. Ia bahkan bisa dengan bebas menjamah si mungil tanpa rasa waswas karena mereka sah dan bisa dengan bebas pula membiarkan spermanya tumpah di perut si mungil tanpa takut. Chanyeol bisa menghamili Baekhyun seberapa sering yang ia mau dan Baekhyun bisa menghabiskan uang suaminya seberapa sering Chanyeol mencoba selingkuh.

...

Chanyeol bertemu suster Na di depan pintu ruang inap Baekhyun dan mereka saling melempar seyum sebelum masuk bersama. Sang suster memakai sarung tangan karet sambil memegang dua botol steril juga sebuah pompaan ASI. Saat Chanyeol sedang menutup pintu di belakang tubuhnya, suster Na bergumam;

"Wah, si papa sedang tertidur cantik."

Memang benar kepala Baekhyun terkulai di bantal besar yang menahan punggungnya padahal tangan sedang memomong bayi laki-laki mereka. Sepertinya juga habis menyusu, kancing-kancing baju si mungil masih terbuka.

"Tuan Baekhyun pasti sangat lelah tapi aku harus membangunkannya." Suster Na menatap Chanyeol yang sudah menempati sisi kanan ranjang seolah meminta izin, "Bayi perempuan anda sangat lahap, Tuan Park. Ia menginginkan susu lagi walaupun sudah menghabiskan tiga dot susu."

"Apa itu kabar baik?"

"Tentu. Ia akan semakin cepat pulih dan bisa bergabung dengan saudara laki-lakinya yang gembul ini."

Chanyeol beralih pada wajah nyenyak Baekhyun seakan baru saja dicecoki obat tidur membuat siapa pun tidak tega membangunkannya. Tapi suster Na bilang harus, jadi ia seperlahan mungkin memindahkan momongan bayi laki-laki mereka dari tangan Baekhyun ke dekapannya agar mempermudah pekerjaan suster Na.

Bahu si mungil di goyang pelan dengan panggilan selembut kapas seolah tidak mau mengejutkannya. Tapi tetap saja Baekhyun tersentak lantas langsung membuka kedua sipit sampai melotot menatap suster Na, sebelum akhirnya kembali normal dan mengeluh punggungnya sakit karena tidur dalam posisi setengah duduk.

"Kita akan memompa ASI, ya."

Baekhyun masih setengah sadar bahkan ketika proses memompa sedang dilakukan. Tapi ia bisa dengan jelas merasakan nyeri menjalar dari dada kanannya sampai ke ujung kaki. Suster Na berusaha menenangkan agar sedikit meredakan ringisan pasiennya. Chanyeol tak tega, sungguh. Ia ingin Baekhyun membagi rasa sakit padanya jadi dengan begitu mereka bisa menanggungnya bersama. Kemudian satu tangan yang bebas ia bawa mengelus rambut si mungil, mencium pucuk kepalanya berulang-ulang tanpa malu di depan suster Na.

"Susu pada dada kanan agak menggumpal hingga sulit keluar. Ada baik jika dada Tuan Baekhyun sering di pijat, jadi sakitnya juga akan sedikit berkurang."

Sinyal mesum Chanyeol langsung berkedip-kedip dan kembang api meletup-letup bahagia di sekitar tubuh bongsornya. Si tinggi tersenyum tapi lebih mirip seringaian di mata Baekhyun sampai ingin mencubit perut suaminya, tapi karena terlalu lemas ia hanya bisa mengumpat dalam hati.

"Atau saat sedang menyusui bayi laki-laki anda pastikan menyusuinya bergantian, dada kanan dan kiri."

Baekhyun mengangguk patuh dan berharap proses memompa ini cepat selesai.

Pintu ruangan terbuka, delapan pasang mata langsung menatap si pelaku sebelum suster Na kembali melanjutkan fokus pada dada Baekhyun. Ternyata Jihoon yang menggendong Jackson dan ketika melihat sang kakak ipar sedang dalam keadaan terpampang, si gembul buru-buru berbalik kemudian mendorong dada Guanlin yang juga ingin masuk.

"Lho, kenapa Ji?"

"Tidak boleh masuk, nanti saja."

"Di luar panas, tahu. Aku juga mau ngadem."

"Nanti saja, Guan. Membantah padaku, ya?"

Kalau Chanyeol bucin level 101 maka Guanlin lebih unggul dengan skor 1010101010. Pelototan Jihoon membuatnya mundur teratur dengan senyum tidak apa-apa. Bersumpah, ia lebih menyayangi kekasihnya daripada diri sendiri sehingga rela diperlakukan semena-mena. Lagipula, sang ayah sudah membeli apartemen mahal di salah satu gedung tertinggi Gangnam dan nama Lai Guanlin sudah masuk pencatatan sipil Seoul.

Resmi pindah negara.

"Hyung, Jackie pup."

Aduan pertama Jihoon saat sudah berdiri di samping si kakak. Chanyeol menghela napas pasrah, kali ini kebagian lagi membersihkan Jackson dan mungkin sekaligus memandikannya. Beginilah kalau punya orang tua sibuk dan mertua jauh lebih super sibuk, Chanyeol sampai kewalahan sendiri menjaga Baekhyun siang malam ditambah Jackson. Tak ada yang membantu kecuali Jihoon yang akan membawa keponakannya bermain bersama Guanlin.

Suster Na mengancingi kembali baju pasien yang Baekhyun kenakan setelah dua botol penuh oleh susu-susu segar. Jihoon ikut membantu menarik selimut dan membuat bantal seempuk mungkin ketika Jackson sudah diambil oleh Daddy-nya. Tenang, bayi laki-laki menggemaskan tanpa nama itu sedang dimomong oleh suster Na sebelum ditidurkan dalam boks kaca.

Duh, pusing. Problem banyak anak.

"Ah, suster. Kalau bertemu dengan pria tampan di depan, tolong suruh masuk saja, ya."

Minta Jihoon ketika sang suster akan keluar dan sedikit geli ketika mendengar kata tampan. Menurutnya berlebihan karena sejauh mata memandang, Jihoon masih lah bocah SMA. Tapi suster Na sendiri tak bisa menahan kaget ketika pintu ditarik, wajah dingin Guanlin dengan pose kedua tangan di saku celana hampir membuat dua botol susu di tangannya terhempas percuma ke lantai.

Baekhyun bisa nangis darah menuntut Rumah Sakit atas tuduhan seorang suster melakukan percobaan pembunuhan dengan cara membuat putingnya bengkak memakai alat pompa. Orang kaya bebas, tak ada yang berani menghalangi karena suaminya CEO, kau tahu. Pak polisi pasti langsung tunduk, apalagi ibunya seorang jaksa dan sang ayah pengacara andal.

Ya, bebaaaas.

"Si-silakan masuk, Tuan."

Guanlin mengangguk samar, sengaja tersenyum miring dan mengangkat dagunya angkuh seolah dirinya Mas Okis yang suka mengagung-agungkan ketampanan.

Seketika membuat suster Na mimisan.

...

Notes:

Yang suujon sama Seungbaek bakal mesra-mesraan ayo ngaceng eh ngacung?