Oats

.

Byun Baekhyun – Park Chanyeol – Park (Baby) Jackson

Boys Love

M-preg

T-M

.

.

01

[Bibi Irene]

.

.

.

Sudah lima hari berturut-turut awan hitam terus bergulung-gulung menutupi langit cerah Seoul. Hujan turun deras tanpa jeda, membuat banyak ibu-ibu kewalahan karena pakaian mereka tak kunjung kering. Para nelayan pinggiran juga membutuhkan matahari untuk menjemur ikan dan cumi-cumi, tapi sampai sekarang Seoul seolah mati. Gelap, lembab dan senyap. Tidak ada yang mau keluar rumah dan memilih menikmati segelas cokelat panas dengan berita pagi di televisi.

Seperti Chanyeol, lucunya dia juga tidak mau berangkat bekerja. Hujan dan udara dingin membuat dia malas bergerak. Kerjanya hanya tidur, makan, menjahili Jackson, toilet, dan tidur lagi. Ya memang tidak ada yang bisa memecatnya, karena dialah yang memiliki kewenangan untuk memecat karyawan yang tidak becus di kantor.

Kalau ada Chanyeol di rumah, sebenarnya menguntungkan juga bagi Baekhyun. Dia bisa mengurus pekerjaan rumah tanpa hambatan, leluasa bergerak kesana-kemari tanpa merasa khawatir Jackson akan menarik semua barang yang menurutnya menarik dan memecahkannya. Atau disaat-saat pertumbuhan bayinya ini, Jackson suka sekali memasukkan apapun ke dalam mulut kecilnya tanpa tahu apa-apa.

Baekhyun pernah memergokinya memasukkan ban mobil mainan dan untung saja dia bergerak cepat untuk mengeluarkannya. Kalau tidak Jackson sudah mati mungkin.

"Chanyeol! Perhatikan anakmu, bukan televisi!"

"Iya sayang, ini 'kan sedang ku perhatikan."

Baekhyun meneleng ke belakang sedangkan tangannya masih dipakai untuk merajang daun bawang. Konter dapur dengan ruang tv berdekatan jadi dia bisa melihat suami nya duduk di sofa membelakangi, tapi Baekhyun tidak bisa melihat Jackson yang kemungkinan sedang berbaring diatas karpet. Sofa menutupinya.

Sial, perhatikan apanya. Pria itu malah tertawa-tawa di sofa dengan mata fokus pada program variety di televisi. Baekhyun meninggalkan pisau dan talenan untuk menyusul ke ruang tv, setidaknya dia harus memastikan kalau Jackson tidak menelan truk mainan kali ini. Kadang Chanyeol kalau sudah lalai dengan televisi, dia suka lupa dengan anaknya sendiri.

Sampai Baekhyun di ruang tv, Jackson hanya tengkurap diatas karpet dengan baik budinya. Menggemaskan. Bayi gendut itu sedang fokus pada boneka berbentuk wortel sambil bergumam seperti berbicara pada benda itu, kadang juga dia memekik senang dengan bonekanya itu sambil menendang-nendang. Chanyeol yang sadar dengan eksistensi Baekhyun disamping sofa pun menoleh, kemudian merotasikan bola matanya.

"Kau tidak percaya padaku?" Chanyeol bertanya sinis, Baekhyun berkacak pinggang dengan delikan tajam.

"Bukan tidak percaya, aku hanya ragu apa kau benar-benar memerhatikan anakmu. Jackson bahkan pernah keluar dari pintu apartemen yang terbuka. Kau ini bodoh atau apa, sih? Kenapa menutup pintu saja bisa lupa?!"

Chanyeol melotot tidak suka, "Kenapa kau mengungkit cerita tiga hari yang lalu? Kau ingin kita berkelahi ya? Ayo di ranjang!"

Oke cukup. Adu mulut dengan Chanyeol tidak akan ada habisnya dan mereka tidak akan sarapan dalam waktu dekat jika Baekhyun meladeni suaminya. Lelaki itu kembali ke konter dapur setelah menusuk mata Chanyeol dengan kedua jarinya, seolah Chanyeol akan mati di tangannya kalau Jackson kenapa-kenapa.

"Untung saja cantik, kalau tidak sudah ku tendang pantat bulatnya." Lirihnya dengan decihan malas.

"Sayangnya aku mendengar itu, Park Menyebalkan Chanyeol!"

Chanyeol langsung menutup mulut dengan tangannya ketika Baekhyun berteriak sambil menghentak tajamnya pisau di atas talenan. Baiklah, waktunya diam dan fokus pada Jackson.

Bermenit-menit terlewat, bau masakan Baekhyun mulai melayang-layang di udara membuat perut Chanyeol keroncongan. Cacing sudah tidak sabar, cacing juga butuh makan. Dia juga jadi agak bosan dengan acara televisi.

"Bae, aku keluar sebentar, ya? Mungkin ke apartemen bibi Irene. Aku baru ingat kalau kemarin dia menyuruhku mampir untuk mengambil kimchi." Chanyeol pergi ke konter dapur untuk meminta izin pada Nyonya Besar. Jackson pun sudah berada dalam gendongannya, sekalian mengajak si kecil jalan-jalan pikir Chanyeol.

"Kimchi?" Baekhyun mengernyit selagi mencicipi kuah sup daging kepitingnya.

"Iya kimchi."

Chanyeol mendadak salah tingkah ditatap Baekhyun selama dan sedalam samudera. Ya Tuhan, apa suaminya itu ingin mengajaknya bermain diatas ranjang di tengah hujan begini? Lumayan saling menghangatkan. Pria itu jadi senyum-senyum sendiri.

"Kenapa kau senyum-senyum? Pasti kau sudah merencakan ini jauh-jauh hari, kau minta izin padaku ingin ke apartemen bibi Irene dengan alasan kimchi padahal kau ingin menggodanya 'kan? Jujur saja!"

Senyum di bibir penuh Chanyeol luntur sekejap dan pria itu menghela nafas sabar. Sudah sering kok dia di fitnah berselingkuh oleh suaminya sendiri. Pikiran-pikiran gaya bercinta yang pas buyar seketika dan Chanyeol jadi agak jengkel.

"Aku tidak tertarik dengan janda."

"Oh jadi maksudmu kalau saja bibi Irene seorang gadis yang masih perawan dan rapat, kau akan menggodanya?"

"Ya.. mungkin." Chanyeol mengangkat kedua bahunya acuh tak acuh. Melihat wajah merengut Baekhyun yang memerah sampai ke telinga, pria itu terkekeh geli dan merendah untuk mencuri kecup di bibir tipis suaminya, "Bercanda. Aku benar-benar tidak tertarik pada siapapun. Hanya kau, dengan tubuh kecil dan berpantat gemuk itu yang bisa membuat penisku membengkak."

Baekhyun menghembuskan nafas mengalah, "Baiklah. Jangan terlalu lama disana, Jackson belum sarapan."

Baekhyun mendekat untuk mengelus punggung kecil Jackson yang terbalut baju lengan panjang dan mencium seluruh wajahnya, kedua pipi bulat lembutnya dan terakhir bibirnya yang basah. Si kecil tampak senang dengan perlakuan ibunya sampai dia memukul-mukul kecil wajah Baekhyun sambil memekik, meminta agar Baekhyun menciuminya lagi.

"Aku?" Chanyeol mengerjap-ngerjap agar Baekhyun menciumnya juga, tapi alih-alih sepasang bibir tipis dia malah mendapat acungan pisau. "Haahh, baiklah. Aku pergi dulu. Papa, Jackson pergi dulu, ya. Bye-bye." Si pria tinggi itu membawa tangan kecil Jackson melambai pada Baekhyun.

"Jangan terlalu lama, Yeol. Hanya untuk mengambil kimchi."

"Iya hanya kimchi. Kalau bibi Irene telanjang pun aku tidak akan sudi tergoda olehnya!" Teriak Chanyeol kemudian di susul bunyi pintu terkunci otomatis.

Baekhyun menghela nafas dan lanjut kembali memasak sarapan untuk keluarga kecilnya. Lalu menyiapkan bubur untuk Jackson makan.

...

Ceklek!

Gulp.

Chanyeol mengerjap-ngerjap dengan mata terbelalak. Meskipun ada Jackson di gendongannya itu tidak berhasil menyadarkan Chanyeol dari belahan dada bibi Irene yang datang membuka pintu apartemen hanya dengan selembar handuk putih. Sial, paha mulusnya seolah bersiul-siul memanggil Chanyeol untuk melihat.

"Oh, Chanyeol. Awawaw, ada Baby Jackson juga ternyata. Ayo masuk dulu." Tanpa canggung dan risih wanita itu tersenyum mempersilakan tetangganya masuk.

Chanyeol jadi berpikir-pikir, apa janda seperti Irene selalu menyambut tamunya seseksi itu?

Astaga, ingat Baekhyun ingat Baekhyun ingat Baekhyun, Yeol. Suamimu itu bahkan memiliki paha berisi dan pantat gemuk yang siap menjempit penismu dengan suka cita, jangan lupakan lubang rapatnya yang mencengkeram penismu seolah tak akan melepaskannya lagi! Hidup Baekhyunku yang seksi! Ugh, kenapa jadi tegang.

"Duduk dulu ya, Chanyeol. Bibi ingin pakai baju. Ohya, omong-omong ada apa berkunjung pagi-pagi sekali?"

"A-ah, hanya ingin mengambil penawaran bibi waktu itu. Sekotak kimchi." Jawab Chanyeol dengan mata bergerak acak, Jackson memberontak untuk diturunkan tapi pria itu melalaikannya lagi dengan boneka wortel.

Ia tidak mau Jackson menghancurkan apartemen wanita janda seperti Irene yang kesepian.

"Oh, kimchi? Sebentar ya, bibi akan mengambilnya setelah memakai baju."

Wanita itu tersenyum sebelum berbalik pergi memasuki kamarnya. Meninggalkan Chanyeol yang hampir saja mati. Dia bisa saja meyakinkan ini itu pada Baekhyun, padahal pria sialan sepertinya itu gampang sekali tergoda. Hati boleh terkunci untuk Baekhyun seorang, tapi mata tidak bisa berbohong apalagi menolak jika ada belahan-belahan. Hmm.

"Papapapa.." Jackson memukul dada Chanyeol dengan boneka wortelnya, meminta perhatian sang Daddy kalau dia ingin diturunkan. Sudah tidak sabar ingin merangkak kesana-kemari sendirian.

"Sstt, tidak boleh sayang. Ini bukan apartemen kita, Jackson tidak boleh nakal."

Bayi itu menggeleng kuat-kuat dengan lucunya, seolah mengerti apa yang dikatakan Chanyeol.

"Papapa.."

"Papa? Tidak ada papa disini. Kita sedang di apartemen bibi Irene untuk mengambil kimchi."

"Chi?"

Satu alis Chanyeol terangkat gemas. Jackson hanya bisa berkata papapa tidak ada yang lain, bahkan untuk menyebutnya Daddy. Tapi bayi itu baru saja berkata Chi, maksudnya kimchi?

"Eiii, Jackson belum bisa memakan kimchi. Itu rasanya pedas dan membakar lidah. Kau mungkin akan menjerit sampai lidahmu putus bahkan baru mencicipi bumbunya saja." Chanyeol terkekeh dengan kurang ajar meledeki bayinya sendiri, "Tunggulah tujuh atau delapan tahun lagi, ya?"

"Papapa.."

"Iya iya papa, tahu kok Jackson lebih sayang papa daripada Daddy. Jangan membuat Daddy iri dong, coba katakan Daddy? Dad-dy."

Jackson terdiam sebentar, menatap Chanyeol dengan mata bulatnya yang menurun dari si tinggi sebelum menghela nafas malas dan menyandarkan punggungnya pada dada Chanyeol. Baginya, daripada menyebut Chanyeol Daddy lebih baik dia bermain boneka wortel saja. Lagipula kata itu begitu sulit, gigi Jackson baru tumbuh empat.

Chanyeol terkekeh melihat tingkah bayi laki-lakinya ini. Sifatnya terkadang mirip sekali dengan Baekhyun, membuat gemas saja.

Kemudian Irene keluar dari kamarnya dengan handuk meliliti kepala. Ya ampun, wanita itu sepertinya sengaja membuat Chanyeol gelisah. Kenapa Irene harus memakai kaos tipis yang membuat Chanyeol bisa melihat bra dan celana dalam hitam yang dia kenakan.

Chanyeol menutup mata Jackson agar tidak ternodai tapi bayi itu menggeleng-geleng tidak terima karena dia jadi tidak bisa melihat mainannya sendiri.

"Bibi sudah menunggumu untuk mengambilnya. Kemarin Jaehyun datang untuk meminta kimchi lagi, hampir saja bibi memberikan jatahmu padanya." Irene mengeluarkan kotak kimchi yang sudah dia siapkan khusus untuk Chanyeol dan Baekhyun dari kulkas.

Chanyeol bangkit dari sofa menuju konter dapur dengan ragu. Tapi dia harus mengambil kotak kimchi itu disana lalu bisa segera pulang, setelah ini dia akan meminta maaf pada Baekhyun sambil memohon-mohon bahkan bila perlu menangis juga.

Jika tahu begini, besok-besok dia menyuruh Baekhyun saja untuk mengambilnya.

"Aku baru ingat sekarang, bi. Makanya langsung kesini." Chanyeol menggendong Jackson dengan satu tangannya sedangkan yang lain tengah terambang untuk mengambil kotak kimchi, tapi Irene menahannya dengan tatapan menggoda.

Astaga, ini genting, darurat dan bahaya.

"Kau akan langsung pulang? Kenapa tidak main-main saja dulu disini." Irene mengitari meja makan dengan langkah lambat, sengaja menurunkan sebelah kerah kaosnya agar Chanyeol bisa dengan jelas melihat bentuk payudaranya yang terbungkus bra. "Diluar juga sedang hujan. Barangkali kau butuh yang hangat-hangat? Atau panas sekaligus."

"A-ah itu, bibi. A-aku harus segera pulang, Baekhyun sudah menunggu dan mungkin kimchinya ku ambil lain kali saja. Bye!" Chanyeol buru-buru berbalik tapi tangannya sudah dicekal dan betapa syoknya Chanyeol ketika.. ketika..

Ketika tangannya dibawa menapak di salah satu payudara Irene. Wanita itu tersenyum miring dan menuntun tangan Chanyeol untuk meremasnya, dia yang melakukannya sendiri dia pula yang melenguh. Chanyeol jadi bergidik merasakan tangannya memegang sesuatu yang kenyal-kenyal, Baekhyun memang tidak memiliki payudara yang bulat dan besar tapi Chanyeol bersumpah kalau dia hanya menyukai dada Baekhyun yang kecil namun memuaskan.

Chanyeol bersumpah hanya enak punya Baekhyun! Chanyeol bersumpah! Chanyeol.. ber..s..ump..ah, ugh mengapa ini menarik Chanyeol untuk berbuat lebih? Dia pasti sudah gila. Haha.

Astaga, maafkan aku Baekhyun. Aku akan mendengarkanmu lain kali. Huhu.

Kali ini tidak perlu di tuntun Irene, Chanyeol melakukannya sendiri dengan suka. Dia meremas dada milik Irene dengan ringisan. Perlahan-lahan, berlanjut ke medium, lalu terus sampai menuju level hard. Remasannya semakin kuat membuat Irene menggelinjang keenakan. Sial! Tangan Chanyeol itu besar, cukup menampung satu dadanya yang tak kalah besar.

Jackson tersenyum ketika sedang menggigit-gigit boneka wortelnya, lama-kelamaan menjadi tawa girang ketika seseorang yang sangat disukainya semakin mendekat dengan langkah berapi-api dan wajah yang tertekuk marah.

Bang!

"Awh!" Chanyeol melepas remasannya pada dada Irene untuk mengelus belakang kepalanya yang kena hantam benda keras. Disela-sela itu, Chanyeol melihat Irene terbelalak sambil buru-buru membenarkan kaosnya sebelum pria itu pun menyadari sesuatu yang salah disini.

Ya, benar-benar salah. Sangat salah sampai untuk menoleh ke sampingpun rasanya sulit, membuat tenggorokannya tercekat.

"B-Baekhyun? Ba-bagaimana kau bisa masuk?"

"KENAPA?! KAU KESAL KARENA ACARA REMAS MEREMASMU TERGANGGU, IYA?!" Baekhyun melotot mengerikan, dia benar-benar marah sampai urat-urat di leher dan pelipisnya bangun. Hidungnya yang cantik menjadi kembang kempis.

Baekhyun mengambil alih Jackson ke dalam gendongannya lalu kembali menyerang kepala Chanyeol dengan spatula yang dia bawa.

"DASAR PRIA BRENGSEK, BAJINGAN, PEMBOHONG, BUAYA! KAU BILANG TIDAK AKAN TERTARIK DENGAN JANDA TAPI KAU MALAH MENIKMATI PAYUDARANYA BAHKAN MEREMASNYA!"

Irene jadi tergugu melihat kemarahan suami Chanyeol yang biasanya anggun kini tampak seperti naga yang bisa menyemburkan api. Tapi Jackson malah berkebalikan, bukannya menangis ia malah tertawa senang sambil bertepuk tangan melihat Chanyeol meraung kesakitan. Dia seolah menyemangati ibunya untuk terus memukul Chanyeol, sampai mampus kalau bisa.

"BENAR-BENAR TIDAK PUNYA HATI! KAU MEMBAWA JACKSON UNTUK MELIHAT PERLAKUAN BEJATMU ITU?! DASAR PRIA TIDAK BERGUNA! JANGAN HARAP KAU BISA PULANG! TIDUR SAJA DENGAN JALANG INI YANG KAU BILANG TIDAK MEMBUATMU TERTARIK!"

"H-hei, sayang . Dengar aku dulu-Aws!" Chanyeol mengayun-ngayunkan tangannya, berniat untuk melindungi kepala malah tangannya yang terkena spatula.

Serius, spatula itu terbuat dari apa sih?

"TERSERAH! SEKARANG AKU MEMBIARKANMU. KAU MAU TIDUR DENGAN IRENE, DENGAN SUNBIN, DENGAN ROSE, DENGAN HAYI TERSERAH! AKU TIDAK PEDULI!" Baekhyun memukul kepala Chanyeol sekali lagi dengan keras, kalau saja tidak ada Jackson dipelukannya. Dia pasti sudah mencari pisau untuk membunuh Chanyeol.

Nafas lelaki mungil itu terengah, bahunya naik-turun tidak santai dan keringat membuat poninya lepek. Baekhyun yang selalu bangun pagi, Baekhyun yang selalu memasak dan Baekhyun yang selalu lelah membereskan rumah dan mengurus bayi mereka tapi seenak jidat Chanyeol berselingkuh dengan alasan ingin mengambil kimchi!

Murahan sekali!

"Jangan coba-coba untuk pulang, hm? Jangan menampakkan wajahmu lagi dihadapanku. Selangkah saja kau menginjak lantai apartemen, aku tidak akan menahan diri lagi untuk memotong penis sialanmu itu dan menjadikannya makan siang Toben!" Spatula yang menjadi barang kejahatan Baekhyun mengacung-ngacung di depan wajah pucat Chanyeol.

"Kau salah paham, Baek. Ak-aku tidak menggodanya."

"Salah paham jidatmu!" Kemudian Baekhyun beralih pada Irene, "Dasar janda tidak tahu diri! Setelah suamimu melarikan diri sekarang kau menggoda suami orang? Kalian berdua memang cocok, yang satu bajingan dan yang satunya jalang. Kenapa tidak menikah saja?!"

"Bolehkah?"

"DIAM BRENGSEK!" Satu pukulan telak mengenai hidung Chanyeol sampai mengeluarkan darah.

"B-Baekhyun, tenang dulu. Bibi tidak bermaksud menggoda Chanyeol, hanya.. dia yang terlalu memaksa jadi bibi tidak punya pilihan." Irene membela dirinya sambil memelas.

"Hei, itu benar-benar dusta! Kau memfitnahku, tidak bisakah kau berbicara yang sebenarnya?!" Chanyeol jadi berteriak pada Irene.

"Tidak perlu mengelak, Chanyeol. Harusnya kau malu pada dirimu sendiri." Drama wanita itu di mulai, ia bahkan mengeluarkan air mata buaya. "Kalau kau tidak menggodaku mana mungkin aku menyerahkan diri."

Sebenarnya, ayah Baekhyun itu adalah seorang pengacara dan ibunya seorang jaksa. Kurang apalagi mereka untuk bisa menyeret Irene ke penjara? Wanita itu jadi ketakutan memikirkan dia akan mendekam di penjara. Jadi dia membalikkan kesalahannya pada Chanyeol, lagipula salah pria itu juga yang mau-mau saja.

Mungkin Baekhyun marah, dia menjerit sebisanya dan terus mengumpati Chanyeol. Tapi dia benar-benar sakit hati dan kecewa, air asin mulai membungkus maniknya sehingga tampak berkaca-kaca. Dia buru-buru berbalik sebelum Chanyeol mendapatinya menangis.

"B-Baekhyun, dengarkan aku dulu. Hei, sayang!"

"Berhenti. Diam disana dan jangan coba-coba kembali." Baekhyun mengangkat spatulanya syarat agar Chanyeol berhenti, lalu dia benar-benar keluar dari apartemen Irene.

Awal mula Baekhyun bisa ada disana itu karena dia mulai curiga karena Chanyeol lama kembali, dia berniat menyusul dan ternyata apartemen Irene tidak tertutup rapat. Lalu semuanya terjadi.

Chanyeol menatap kosong kepergian Baekhyun, boneka wortel yang tadi Jackson pegang jatuh di lantai dan pria itu bergerak mengambilnya. Boneka yang memiliki mata dan mulut yang membentuk senyum, akan berbunyi jika ditekan. Chanyeol jadi teringat dengan kesalahannya dan dia benar-benar malu pada Baekhyun maupun Jackson.

"Kau benar-benar perempuan sialan! Ku harap kau bercermin sesegera mungkin dan minta pengampunan pada Tuhan. Ingin sekali aku menyebutmu pelacur murahan, tapi aku tidak tega."

Hei Chanyeol, kau baru saja mengatainya.

Irene agak tersentak dengan perkataan Chanyeol, seumur-umur dia bekerja menggoda banyak pria tapi tidak pernah satupun dia menerima umpatan itu. Pelacur murahan terlalu menyakitinya.

Chanyeol berlalu dengan boneka wortel di tangannya. Meninggalkan Irene, meninggalkan kimchi yang menjadi sumber masalah besar ini.

...

Chanyeol seperti gelandangan terduduk didepan pintu apartemennya dan Baekhyun sambil memainkan boneka wortel Jackson. Hanya itu yang dia punya selain ponsel yang sudah dia pakai untuk menghubungi Sehun agar datang, sepertinya pria satu itu bisa membantu membujuk Baekhyun.

"Hei, sialan. Kau tampak menyedihkan, hahaha." Sehun tertawa ketika mendapati keberadaan mengenaskan Chanyeol. Berulang kali dia menutup mulutnya dengan telapak tangan tapi tawanya tetap berhasil lolos, "Aish serius ini benar-benar lucu, aku harus memberitahu Luhan hyung setelah ini."

"Aku memintamu datang untuk membantuku, bukan untuk menyumbangkan tawa brengsekmu itu."

"Okay-okay, santai." Sehun menenangkan Chanyeol yang mulai terpancing emosi. Ia duduk disamping pria itu dan menyodorkan plastik berisi bubur untuk Chanyeol, katanya dia juga belum sempat sarapan.

"Terima kasih." Jawab Chanyeol dan langsung membuka kotak sterofom bubur. Meskipun sangat lapar, dia menjadi tidak berselera karena terus gelisah.

Chanyeol mengkhawatirkan Baekhyun.

"Makan saja dulu. Stressnya nanti sambung lagi." Sehun yang gemas membantu Chanyeol mengaduk buburnya, "Lagipula hal seperti ini sudah sering terjadi, mengapa kau bisa setakut ini? Bukankah nanti Baekhyun akan memaafkanmu dengan sendirinya dan dia dengan senang hati membuka pintu untuk menyambutmu pulang. Seperti yang sudah-sudah."

Chanyeol memainkan sendok buburnya dengan wajah merengut, "Kali ini berbeda. Marahnya Baekhyun benar-benar mengerikan, aku tidak pernah melihat dia berapi-api seperti tadi."

Pria pucat itu menyandarkan punggungnya pada dinding, menatap prihatin Chanyeol yang merupakan salah satu sahabat baiknya. Kalau soal urusan rumah tangga siapa yang sering diterpa badai, jawabannya sudah jelas rumah tangga Chanyeol dan Baekhyun. Padahal mereka baru saja menikah dan memiliki putra yang masih berusia delapan bulan.

"Salah kau sendiri sih, ngapain coba pergi ke apartemen janda yang haus belaian. Menggelikan."

"Aku hanya ingin mengambil kimchi, tapi janda sialan itu malah menahan tanganku dan membawanya untuk meremas payudaranya yang.. akh aku tidak tahu." Chanyeol mengusak rambutnya kesal setelah meletakkan kotak sterofom buburnya di lantai.

"Bagaimana rasanya?" Tanya Sehun dengan satu alis terangkat.

"Yaaa, kenyal-kenyal gitu sih." Jawab Chanyeol polos. Sehun segera meninju kepala Chanyeol sampai terdorong ke samping, "Hei, apa-apaan?! Tadi kau bertanya."

"Itu karena kau terlalu bodoh! Kenapa kau malah menjawabnya dengan wajah menjijikkan itu. Kau menyukai bibi Irene?"

"Apa? Tidak! Demi Tuhan aku hanya menyukai Baekhyun dan lubangnya! Juga pantat dan puting gemuknya! Dan_mphh!"

Sehun membekap mulut Chanyeol dengan tangannya, "Jangan menjerit, brengsek. Orang-orang melihatmu." Kemudian si pria pucat mengangguk meminta maaf dan terkekeh kikuk pada salah satu penghuni apartemen lain yang menatap mereka seolah orang gila yang patut dijauhi.

Setelah penghuni apartemen itu masuk, Sehun segera menyentak mulut Chanyeol dan menarik tangannya. Karena disana meninggalkan liur menjjijikkan Chanyeol, dia pun melap telapak tangannya di baju pria itu sambil berdesis jijik.

"Jadi kau mau membantuku bicara dengan Baekhyun tidak?"

Pria itu menghela nafas kasar dan mengangguk asal-asalan, "Baik, baiklah. Sekarang makan dan aku akan bicara dengan Baekhyun nanti."

Chanyeol tersenyum senang.

"Terima kasih. Aku janji tidak akan memberimu lembur sering-sering lagi."

"Terima kasih. Tapi aku lebih suka lembur daripada gajiku di potong."

"Terima kasih, kau akan terus lembur setiap harinya."

"Terima kasih, Bos-ku. Kau memang panutan semua orang."

"Terima kasih pujiannya."

"Terima kasih kembali."

Dua orang idiot yang bersahabat baik. Jangan ingatkan berapa usia mereka sebenarnya.

...

Notes:

Ugh, Hai!

Author blankzone balik bentar gais /dah boleh nyebut diri author lom? ehe

Maaf gue datang ga bawa chap ebtn maupun cheolseo. Selama gue ngilang gue ga ada waktu ngetik, ide pun ga sempat nyempil kalo yang gue kerjain itu soal-soal muluu, gimana kata demi kata tersusun kalo yang gue stresin itu ujiaaaan muluuu. Gimana mau megang laptop kalo gua pergi bimbeeelll muluu :3

Jan kan ngetik, baca ff aja ga sempat masa. Padahal tinggal baca yakan, ga harus mikir trus ngetik wkwk.

Gue kelas 12. Sedikit lagi menuju jalan penentu akhir. eeA

Belum lagi nanti lanjut ujian masuk perguruan tinggi. Duh pokoknya, otak gue itu udah abis dibagi-bagi. FF yang ini aja gue nemu di folder tersembunyi, ga revisi atau nambah-nambah lagi langsung gue publis. Ada dua chap, gatau yang satunya bisa gue publis apa ga.

Kampungan sih ceritanya, mana judul ga nyambung, tapi ya gimana. Ini jalan agar kita bertemu dikotak review. Gue rindu. eeeAAaaA

Sudikah kalian menungguku? /HALAH bct

:)

Ps. Doa, semoga kita diberi kemudahan gais. Gua pamit :')