Bonus II
(The history of cravings)
.
.
.
Do Not Edit and Repost
.
Etuviel Palace, March 24, 1855
Suara cicitan burung yang tengah bertengger diatas dahan pohon tanjung menjadi iringan music penyemangat di pagi kala itu. Titikan embun memenuhi dedaunan, ditambah dengan kabut yang masih menyelimuti istana, sebuah pelengkap yang sempurna. Dentingan grand watch sebanyak enam kali biasanya menjadi sebuah tanda bahwa seluruh penghuni istana siap memulai hari. Mulai dari pelayan, penjaga, tukang kebun, para peternak, pekerja dapur, hingga yang berada di jajaran tertinggi seperti ibu suri, puteri, dan tentu saja raja serta ratu.
Bunyi pintu terbuka serta derap langkah kaki akan mulai terdengar di mana-mana setelah dentingan terakhir berbunyi. Para pelayan sudah siap dengan segala perlengkapannya untuk membersihkan seluruh penjuru istana. Sebisa mungkin membuat istana hingga ke sudutnya bersih, tanpa setitik debu yang tertinggal. Para penjaga sudah berbaris di jalan setapak lebar di depan gerbang istana untuk menjalankan upacara pagi. Tubuh tegap, derap langkah kompak dan tegas, serta teriakan lantang sudah merupakan ciri khas pagi di istana Etuviel. Yang mungkin jika suara itu tak terdengar, akan terasa janggal.
Hal yang sama juga terjadi di bagian belakang istana. Dimana para peternak mulai membuka kandang besi berisi hewan-hewan ternak mereka. Diawali dari kandang unggas, dengan mengambil telur kualitas terbaik yang nanti akan diberikan pada petugas dapur untuk dimasak. Tidak hanya telur, daging serta susu pun juga melalui proses yang sama. Singkatnya, semua makanan yang masuk ke dalam tubuh raja, ratu serta petinggi kerajaan lainnya adalah yang terbaik dan yang paling segar.
Tidak jauh berbeda dengan para peternak, petugas dapur akan memulai hari mereka dengan mengunjungi ladang privat milik kerajaan. Disana tumbuh berbagai macam sayuran serta buah-buahan yang partumbuhannya dipantau lekat-lekat. Sembari menanti para peternak menyerahkan hasil mereka, petugas dapur menghabiskan pagi dengan memetik sayur serta buah segar yang akan dikonsumsi hari itu. Memilah terbaik dari yang terbaik agar tidak membahayakan kesehatan sang junjungan. Terlebih kini, sang ratu tengah mengandung anak kedua nya. Sehingga seluruh makanan yang dimasak akan di cek lebih dari dua kali oleh kepala pelayan sebelum akhirnya dapat di hidangkan di meja.
Semuanya bergerak dengan cepat, seperti saling berkejaran dengan waktu. Sebisa mungkin ketika sang junjungan keluar dari ruangan, segalanya telah siap dan bersih. Karena mereka tahu, sang raja adalah orang yang disiplin. Lelaki tampan itu tidak pernah sekalipun terlambat menghadiri jadwalnya. Para petugas istana tentu tidak ingin merusak hari dengan membuat kesalahan fatal yang berakibat amukan dari orang nomor satu Alderth tersebut.
Namun, tampaknya ada yang berbeda di hari itu. Cukup kontras hingga hampir seluruh petugas istana berbondong-bondong mengunjungi wonderbush untuk menjadi saksi. Tuan Bertram, si kepala taman tampak membungkuk kikuk sembari beberapa kali memerintahkan para tukang kebun mengambil benda-benda yang ia sebutkan.
Di hadapan si pria berusia paruh baya itu, se sosok lelaki tinggi tampan dengan rambut hitam mengkilat tengah berjongkok. Lengan kemeja putihnya di tekuk hingga ke siku, menampakkan lengan berotot tersebut. Dua kancing teratas pakaian putih itu terbuka, hingga memberikan akses bagi orang lain mengintip sedikit bentuk dada bidang berotot miliknya.
Tentu saja, siapa lagi kalau bukan yang mulia raja Edmund Danvers the 6th yang menjadi penyebab kegaduhan di pagi itu. Entah apa yang tiba-tiba merasuki dirinya, hingga si pimpinan Alderth itu sudi menyentuh tanah taman dengan tangannya sendiri. Semua diawali ketika dentingan jam berbunyi lima kali di pagi itu. Sang raja tampak sudah rapih dengan kemejanya. Sendirian ia menyusuri sepinya lorong istana, karena kebetulan sang suami mungil tengah berkunjung ke Erith bersama kedua puteranya. Langkah kaki tegap itu ia bawa untuk membangunkan sang penasihat sebagai kegiatan pertama raja Chanyeol pagi itu. Tentu saja, menimbulkan reaksi luar biasa kaget dari si penasihat. Pimpinan Alderth itu melanjutkan kegiatannya dengan menginjakkan kaki ke gubuk sederhana milik tuan Bertram yang terletak di sebelah selatan taman wonderbush, dekat asrama para pelayan. Sama seperti Jongin, kepala taman itu nyaris saja menjatuhkan rahangnya ke lantai akibat keterkejutan luar biasa dengan kehadiran mendadak sang raja.
Bisa dibilang, pagi itu adalah pertama kalinya dalam sejarah Alderth. Seorang raja menginjakkan kakinya sendiri ke gubuk milik ketua taman yang jauh dari kata mewah itu. Ditambah lagi, senyuman lebar menghiasi wajah tampannya. Pertanda bahwa ia datang membawa sebuah kabar gembira, sehingga pikiran takut yang awalnya menyelimuti Bertram menguap entah kemana.
Apabila kehadiran Chanyeol sendiri sudah membuat kaget, ucapan pertama yang keluar dari bibirnya seolah mampu membuat si kepala taman oleng dan terkapar akibat serangan jantung. Bagaimana tidak? Dengan percaya diri, pimpinan Alderth itu memerintahkan seluruh bunga Helenium dan Red Spider Lily yang tertanam di wonderbush di cabut. Karena sang raja sendiri yang akan menanam bunga mawar sebagai gantinya.
Lalu, acara menanam dimulai tak lama kemudian. Hiruk pikuk di taman wonderbush terdengar hingga ke pelayan bagian belakang. Semuanya tampak bersemangat ingin menyaksikan sang raja menjatuhkan seluruh otoritasnya hanya untuk menanam bunga. Seolah ingin menjadi saksi kejadian yang hanya akan terjadi sekali dalam seumur hidup mereka. Bahkan sepuluh pelukis istana pun sengaja didatangkan oleh Jongin untuk mengabadikan kejadian itu. Mulai dari sang raja menggali tanah, menancapkan bunga pertamanya hingga ketika pimpinan Alderth itu menyeka peluhnya. Semua tak luput dari coretan pensil sang pelukis.
Jika sang raja menanam, ini berarti menjadi kewajiban mutlak bagi Sehun dan Jongin. Sejak kecil, ketiga pria tampan itu memang berjanji satu sama lain akan mengikuti apapun yang Chanyeol lakukan dan melindungi satu sama lain. Memang bagi orang lain itu terdengar amat manis dan menyentuh. Tetapi, bagi Jongin dan Sehun saat ini mereka menyesal pernah mencetuskan janji itu. Raja menolak mentah-mentah bantuan seluruh pelayan, tukang kebun, serta penjaga. Dan hanya menerima bantuan dari kedua sahabatnya. Bahkan Bertram tak diizinkan menyentuh bunga-bunga itu barang secuil.
Ya, meskipun mereka tidak banyak bekerja karena Chanyeol tiba-tiba berubah menjadi si rajin yang bersedia melakukan semuanya sendiri. Hingga menebarkan pupuk dan mengatur penyusunan warna, adalah Chanyeol dalangnya. Keringat yang bercucuran seolah tak digubris, rambut yang tadi sudah tertata rapih kini tak beraturan. Kemeja putih licin itu kini basah kuyup hingga mencetak jelas tubuh berotot menawan Chanyeol. Noda lumpur dan tanah yang mengotori kemeja mahal serta tubuhnya sama sekali tak menjadi masalah bagi pimpinan Alderth tersebut. Alih-alih terlihat buruk, tingkat ke seksian raja Chanyeol menjadi naik berkali-kali lipat, membuat para pelayan wanita menelan liurnya sendiri melihat sang junjungan.
"Yang mulia, biar kami yang melanjutkan. Ini sudah pukul sepuluh pagi. Yang mulia bahkan belum sarapan pagi", ujar Bertram. Sembari dengan kikuk mengipasi tubuh sang raja yang masih setia berjongkok dibawah sana.
"Bertram, hanya tinggal satu petak lagi. Biarkan aku menyelesaikan semuanya. Kau dengar sendiri, aku telah bersumpah menanam ratusan mawar dengan tanganku sendiri untuk ratu", jawab sang raja. Tangannya tanpa henti bergerak sibuk mengubur akar bunga mawar putih yang salah satu kelopaknya telah mekar dengan indah.
"Yang mulia… ayolah", kali ini adalah Jongin yang tengah berhenti menyiram bunga yang baru saja ditanam oleh sang raja.
"Kim Jongin, selesaikan tugasmu lalu kita beristirahat. Kau tahu sumpah adalah sumpah".
Dengusan kesal ia loloskan mendengar jawaban tegas sang raja. Sehingga tidak memiliki pilihan lain selain melakukan yang diperintahkan.
Tidak ada percakapan yang terdengar lagi setelah itu. Sang raja kembali mengerahkan fokusnya pada bunga yang ia tanam. Begitupun Jongin dan Sehun, nampaknya kedua lelaki tampan itu sadar bahwa semakin banyak mereka menggerutu akan semakin lama pekerjaan tersebut selesai. Sehingga kini semua atensi mereka berikan pada tugas 'mulia' yang tengah diemban.
Sang waktu berjalan dengan cepat, wonderbush yang awalnya di penuhi warna kuning Helenium dan Merah Red Spider Lily kini berubah menjadi putih dan merah mawar yang sangat indah. Enam jam melelahkan itu diakhiri dengan kedua tangan berotot sang raja menancapkan tiang emas penyangga tulisan berbatu yang baru saja tiba dari Faydale kemarin malam. Menggantikan tulisan batu yang sebelumnya dibuat oleh Baekhyun.
'Biarkan ratusan mawar ini menjadi simbol atas besarnya rasa cintaku padamu. Pernah sekali aku membiarkan tangis dan kesedihanmu tumbuh subur di taman ini. Tetapi, kini aku bersumpah akan menggantikan semua itu dengan kebahagiaan dan cinta yang akan kuberikan padamu, hingga maut menghampiri. Biarkan bunga-bunga, taman, dan bumi yang kupijak menjadi saksi bahwa cinta yang tumbuh dihatiku sangatlah tulus, hingga aku rela mati karenanya.'
̶ HRH. King Edmund Danvers the 6th
Senyuman puas terkembang di wajah sang raja untuk terakhir kali, setelah mata kelinci itu menelusuri tulisan berbatu yang kini tertancap gagah pada titik pertemuan mawar merah dan putih di taman wonderbush. Tepukan di kedua pundak ia terima dari kedua sahabatnya. Dibarengi dengan riuh suara tepukan tangan para pelayan serta tukang kebun yang sedari tadi berada disana. Semua insan disana, tak terkecuali, merasa lega. Seolah suasana sedih yang dibawa oleh Helenium dan Red Spider Lily kini berganti kembali menjadi suasana bahagia yang amat kuat. Masa-masa bahagia itu benar-benar telah kembali, menggantikan suasana sedih yang kini hanya menjadi bagian dari kenangan pahit serta pelajaran hidup yang berharga.
Akhirnya, setelah lebih dari setahun. Matahari kembali bersinar dengan cerah di seluruh penjuru Alderth, bersamaan dengan cerahnya senyuman di wajah sang junjungan.
Etuviel Palace, March 27, 1855
"Yang Mulia Ratu Aidyn Danvers, bersama Yang Mulia Putera mahkota Jackson Danvers the 7th dan Pangeran Vincent Danvers telah tiba", teriak seorang penjaga berseragam dengan lantang hingga suaranya terdengar ke pintu utama istana. Sontak, pelayan dan penjaga yang tengah berkumpul disana berdiri tegak untuk menyambut kereta mewah yang tengah mendekat itu. Suara tapak kaki tiga pasang kuda cokelat, dengan Jasmine si putih yang memimpin paling depan semakin lama terdengar jelas. Dibelakang kereta kuda mewah itu, Daniel si kepala pengawal ratu duduk dengan gagah diatas kuda hitamnya. Diikuti sekitar tiga puluh prajurit kerajaan yang berada dibawah kepemimpinan Daniel. Senyum sumringah tak dapat lagi di sembunyikan oleh Kyungsoo yang sudah berada di barisan paling depan untuk menyambut sang ratu.
Sudah lima hari, ratu mereka pergi berkunjung ke Erith bersama kedua puteranya. Kunjungan itu sebenarnya bukan kunjungan kerja. Melainkan sang ratu yang tiba-tiba saja merindukan Belle Bittersweet serta Minseok sahabatnya. Raja Alderth yang tengah disibukkan dengan persiapan perayaan hari kemenangan Alderth tersebut terpaksa tinggal.
Dengan puluhan syarat seperti salah satunya pasukan milik Daniel dan Jaehwan harus ikut serta, Chanyeol akhirnya melepaskan sang ratu berkunjung sendiri ke Erith. Meskipun begitu, orang nomor satu Alderth itu tampak khawatir dan terus-terusan menyuruh Jongin mengirimkan surat ke Erith. Dalam lima hari mereka tak berjumpa, sudah tiga surat raja kirimkan. Sungguh membuat sang penasihat geleng-geleng kepala.
"selamat datang yang mulia", ujar Kyungsoo sembari membungkukkan badannya sopan.
Wajah cantik sang ratu terkembang membentuk senyuman manis, satu tangannya terulur menggenggam tangan Kyungsoo untuk pegangan turun dari kereta. Sedangkan tangan lainnya tengah menggendong Jackson yang tampak tertidur pulas.
"terimakasih kepala pelayan Do. Bisakah kau bantu aku menggendong Vincent? Ia juga tertidur", kikik Baekhyun. Yang dibalas bungkukan badan oleh si lelaki bermata bulat, sebelum perlahan mengangkat tubuh kecil sang pangeran yang tengah meringkuk di kursi empuk kereta kuda.
Mata kecil Baekhyun menyusuri satu persatu orang yang ada disana. Kerutan di kening kemudian menjadi pertanda bahwa sesuatu tampak mengganggu pikirannya. Sesuatu yang janggal, namun si mungil itu berusaha menepisnya dengan berjalan terlebih dahulu memasuki istananya.
"dimana yang mulia raja?", ujar ratu Alderth itu ketika kakinya sudah melangkah pelan menyusuri lorong-lorong istana. Rasa heran tak dapat lagi dibendung melihat sang suami tak ada di sana untuk menyambutnya.
Tersisip secuil rasa kecewa di benaknya, namun sekuat tenaga ia berusaha menepis perasaan tak menyenangkan tersebut, dengan mengira sang raja tengah menghadiri acara penting yang tak dapat dilewatkan. Ya, ratu Alderth itu berusaha meyakinkan dirinya dengan dugaan tak pasti. Ia sungguh tak ingin marah di hari pertamanya kembali ke Rissingshire setelah lima hari berpisah.
Baekhyun akui, sejak kehamilannya yang kedua ia jadi lebih sensitive. Lebih mudah marah, berfikiran buruk, cemburu dan sikap-sikap buruk lain yang sebelumnya tak pernah ia lakukan. Perasaan kesal seolah lebih mudah menguasainya. Tetapi, sebagai seorang ratu Baekhyun berusaha sebisa mungkin menahan dengan tetap tersenyum. Hanya kepada Chanyeol ia melimpahkan semua amarah itu dengan leluasa. Karena si tinggi tampak tidak keberatan dan selalu saja mengalah dengan apapun yang dikatakan si mungil.
Namun kala malam menjemput, dan hanya ada keheningan sebagai teman Baekhyun yang tak dapat memejamkan mata, perasaan bersalah membelenggunya. Melihat bagaimana suami tingginya tertidur pulas sembari memeluk sayang tubuh mungil sang ratu. Saat itulah Baekhyun akan memberikan ciuman sayang di seluruh wajah Chanyeol dibarengi bisikan maaf yang melebur bersama desahan angin malam.
"yang mulia raja berada di taman wonderbush, yang mulia", ucap Kyungsoo yang sejak tadi mengekori junjungannya menuju eagle room.
Baekhyun tampak tak menyahut selama beberapa saat. Tubuh mungilnya terus berjalan tegap memasuki eagle room ketika pelayan sudah membukakan pintu jati mewah itu lebar-lebar.
Sang ratu dengan perlahan meletakkan Jackson pada baby box nya lalu berbalik untuk membetulkan selimut Vincent yang kini sudah berbaring nyaman di Kasur kedua orang tuanya.
"wonderbush? Sedang apa ia disana?".
Mendengar itu, Kyungsoo seketika menegakkan tubuhnya kembali ke sikap formal. Dehaman lolos dari bibirnya.
"menanti anda tentu saja, yang mulia".
Kikikan manis sang ratu terdengar, bak lonceng kecil yang tertiup angin. Kedua tangannya perlahan mengelus perut yang mulai membuncit di kehamilan yang hampir menginjak dua bulan.
"kau dengar itu? Papa mu memang sangat misterius", bisik Baekhyun.
Rasa rindu yang amat besar membuatnya tanpa menunggu langsung berjalan dengan pelan menuju taman wonderbush. Meninggalkan Kyungsoo sendiri bersama Vincent.
Selama langkah kaki itu ia bawa, Baekhyun berusaha mengabaikan lirikan serta senyuman jahil yang dilontarkan para pelayan ketika berpapasan dengannya sepanjang lorong hingga ketika ia keluar dari gedung istana.
Baekhyun yakin, rajanya tengah merencanakan sesuatu. Fakta itu membuatnya ingin berlari cepat menghampiri sang suami tinggi jika tidak mengingat makhluk mungil rapuh yang kini tengah menghuni perutnya.
Selangkah
Dua langkah
Tiga langkah
Tepat di tapakan langkah ke empat sang ratu, bersamaan dengan dentingan pertama grandwatch di pukul sepuluh, Kristal bening itu menangkap warna merah dan putih dari bunga kesukaannya.
Teng
Di dentingan kedua, kesadaran menghinggapi sang ratu. Wonderbush, telah berubah total dari terakhir kali ia melihatnya. Perlahan, kedua tangan lentik itu menangkup menahan pekikan yang sebentar lagi lolos dari bibir.
Apakah, sang raja yang melakukan ini?
Satu kedipan mata
Dua kedipan mata
Apakah Baekhyun bermimpi?
Teng
Kedipan ketiga terjadi bebarengan dengan dentingan ke tujuh grandwatch di kejauhan.
Saat itulah suara berat yang amat Baekhyun rindukan terdengar. Membuat hangat menyelimuti hati yang sarat akan rindu.
"selamat datang kembali, ratuku".
Teng
Di denting ke delapan, Baekhyun berbalik.
Teng
Langkah itu ia bawa dengan cepat menghampiri sosok tinggi yang terlihat amat tampan. Bahkan lebih tampan dari terakhir kali Baekhyun melihatnya. Dunia di sekeliling mereka seolah melebur, menjadi objek tidak focus, sedangkan kedua pasang anak adam tersebut adalah pusat dari rotasi bumi.
Teng
Tepat di dentingan terakhir, kedua bibir itu bertemu. Saling memangut dalam peraduan cinta yang manis dan memabukkan.
Hembusan angin pagi terasa amat sejuk menerpa tubuh keduanya. Suasana sekitar sangat sunyi, seolah warga istana mengerti bahwa kedua junjungannya tengah menginginkan waktu berdua. Matahari diatas sana bersinar cerah, melebur indah dengan langit biru. Senada dengan warna pakaian mewah yang tengah melekat di tubuh keduanya.
Detik berlalu seperti itu.
Hingga sang raja menjadi yang pertama melepaskan pangutan mereka. Senyuman tampan menghiasi wajahnya. Mata hitam itu menatap penuh cinta ke paras cantik yang hanya terpisah beberapa senti dihadapannya.
Debaran jantung menggila saling bersautan. Berlomba-lomba memenuhi indera pendengar mereka. Terlebih ketika manik hazel sang ratu Alderth memutuskan untuk memerangkap si gelap di hadapannya.
"Yeol… apa yang terjadi", bisik Baekhyun. Cukup lama, karena tiba-tiba suaranya tak dapat keluar. Debaran jantung itu seolah menghilangkan semua control atas tubuhnya.
"aku tidak menyukai bunga yang terakhir kau tanam. Jadi kuputuskan mencabut semuanya dan mengganti dengan bunga kesukaanmu".
Perlahan ratu Alderth itu menggigit bibir bawahnya. Menahan getaran yang tiba-tiba saja timbul.
"apakah…apakah kau yang…"
"ya, aku yang menanam semua. Dengan tanganku sendiri"
Pekikan sungguh tak dapat ditahan oleh Baekhyun kali ini. Pria mungil merasakan matanya perlahan memanas. Air mata bahagia tak dapat lagi ia bendung.
Melihat suaminya menangis seperti bayi, sang raja tak lagi menunggu untuk menariknya kedalam pelukan hangat.
"aku sangat mencintaimu. Bunga-bunga ini adalah saksiku. Sampai mati, aku tak akan menyakitimu, baby", bisik Chanyeol.
Di dalam dekapannya, Baekhyun hanya bisa menganggukkan kepala. Lidahnya mendadak kelu tak mampu berkata-kata. Meskipun begitu, sang raja sudah bisa menangkap apa maksud ratunya. Karena kadang sebuah isyarat sudah cukup mewakili jutaan kata.
Rissingshire, May 25, 1855
Suasana pasar Locust pagi itu amatlah ramai. Hiruk pikuk pedagang yang tengah menjajakan barangnya bersaut-sautan dengan suara pembeli yang tengah sibuk menawar. Tapak kaki kuda pengangkut barang terdengar di mana-mana. Tidak heran jika pasar ini dijuluki sebagai tempat ter sibuk di Rissingshire.
Jika pada hari biasa saja keadaan sudah riuh, kehadiran tiba-tiba ratu pagi itu membuat para warga semakin heboh. Didampingi Daniel dan dua pengawalnya, Baekhyun berjalan pelan membelah pasar. Tangannya sesekali melambai untuk menyapa rakyat. Ratu Alderth itu terlihat amat cantik mengenakan jubah berwarna putih dengan kemeja biru muda dan celana putih panjang. Sepatu kulit cokelatnya mengkilat diterpa sinar matahari pagi. Perutnya yang sudah membuncit, membuat pria mungil itu tampak amat menggemaskan. Tubuh yang sudah memukau itu semakin berbinar, mereka mengatakan itu adalah efek kehamilannya.
Dimulai dari pedagang bunga di paling depan pasar, berita kedatangan ratu tersebar dari mulut ke mulut. Hanya dalam waktu sepuluh menit, para pedagang daging di bagian paling belakang pasar sudah mendengar kabar bahwa ratu mereka tengah berada di sana. Seluruh warga yang berada di sana silih berganti menyapa Baekhyun. Mengucapkan kalimat selamat serta doa-doa yang mereka sisipkan untuk si jabang bayi.
Tentu, semua kalimat tulus itu dibalas dengan senyuman paling cantik yang mampu melelehkan hati orang paling kaku di seluruh penjuru Alderth.
Mata kecil sang ratu sesekali menelusuri dagangan yang tengah di pajang, iris hazel itu berbinar lucu ketika melihat pakaian-pakaian bayi yang kebetulan dilewatinya.
Tentu kalian bertanya-tanya, bagaimana mungkin raja yang sangat amat protektif itu mengijinkan ratunya pergi ke pasar hanya ditemani oleh tiga pengawal?
Jawabannya adalah karena sang raja sama sekali tidak mengetahui hal ini. Pimpinan Alderth itu harus mengunjungi Faydale sejak semalam dan dijadwalkan akan kembali malam nanti. Melihat ini sebagai kesempatan emas, sang ratu memutuskan untuk sedikit berjalan-jalan keluar dari istana. Alasannya, ratu Alderth itu hampir mati kebosanan karena tak diizinkan pergi kemanapun oleh sang suami. Semakin besar kehamilan Baekhyun, semakin protektif pula Chanyeol. Bila perlu, sang ratu tidak diperbolehkan mengangkat sendoknya sendiri untuk makan. Sehingga, saat Chanyeol memiliki kegiatan diluar Rissingshire, itu berarti hari kebebasan bagi sang ratu.
Well, tidak sepenuhnya bebas karena masih ada Kyungsoo yang sudah seperti 'mata kedua' sang raja. Namun meyakinkan sahabat bermata bulatnya itu jauh lebih mudah disbanding menghadapi amukan Chanyeol.
Seperti pagi tadi, Kyungsoo tentu dengan tegas melarang keinginan Baekhyun. Namun dengan sedikit mata memelas dan kerucutan bibir menggemaskan, sang kepala pelayan akhirnya menganggukkan kepala pertanda 'ya' dengan tidak ikhlas. Ratusan omelan Kyungsoo layangkan pada dirinya dan Daniel. Hingga akhirnya mereka bisa berangkat dengan tenang.
Baekhyun menunggangi Jasmine dengan Daniel yang mengikuti tepat di samping sang junjungan. Sedang ketiga prajurit lain berada dibelakang mereka. Membutuhkan lebih dari tiga puluh menit dari mereka untuk tiba di Locust, lebih lama dari biasa. Karena entah mengapa Jasmine berjalan amat lambat meskipun berkali-kali Baekhyun menghentakkan kakinya. Seakan Jasmine mengetahui bahwa tuannya tengah mengandung.
"yang mulia, tolong jangan terlalu jauh dari hamba", ujar Daniel. Membuat bibir sang ratu seketika mengerucut lucu. Demi tuhan ia hanya mengandung, bukan seorang pesakitan.
"Kang Daniel. Kau sudah hampir menempel seperti lintah. Jika kau lebih dekat lagi mungkin Edmund tidak akan menyukainya".
Mendengar penuturan sang junjungan, Daniel seketika tersedak ludahnya sendiri. Lelaki tampan itu terbatuk-batuk pelan lalu berdeham dramatis. Sebuah kode non-verbal untuk menghilangkan gugupnya.
"m…maksud hamba bukan seperti itu yang mulia… hamba…"
"tsk, aku bercanda Daniel", kekeh Sang ratu sembari menggelengkan kepalanya.
Dengan kikuk, Daniel menggaruk kepalanya yang tak gatal. Lelaki bertubuh gempal itu terus mengekori sang ratu yang tampak asik menyantap kudapan pemberian para warga. Mulai dari roti bagel, keju panggang, hingga biscuit susu. Semua diterima dan di lahap dengan senang hati oleh si mungil. Daniel yakin jika sang raja ada disini, mungkin pria tinggi itu akan panik berlebihan.
"permisi tuan, apakah benar itu yang mulia ratu?", ujar seorang wanita paruh baya yang memecah atensi sang penjaga. Daniel menolehkan kepalanya untuk menyusuri wajah wanita itu. Mengamati jika saja wanita itu ingin mencari masalah dengannya.
"Tentu, ada apa nyonya?".
"tidak, hanya beliau terlihat sangat cantik. Ini pertama kali aku berjumpa dengannya", jawab wanita itu malu-malu.
Helaan nafas Daniel hembuskan, sungguh pertanyaan yang tidak penting untuk dijawab. Namun lelaki itu berusaha sebisa mungkin bersikap ramah agar tidak mencemari nama baik kerajaan dengan sikap angkuhnya.
"tentu saja, beliau memang sangat mengagumkan".
Senyuman terkembang di wajah wanita itu mendengar jawaban Daniel. Dan itu sudah cukup, sehingga sang pengawal tanpa banyak berbicara lagi berbalik untuk memusatkan atensi pada junjungannya yang tengah mengandung tersebut.
Deg
Sayangnya, ketika ia berbalik, junjungannya sudah tidak terlihat sejauh mata memandang. Kepanikan melanda, hingga keringat bercucuran menuruni kening. Daniel menoleh kesana kemari dengan nanar, berharap menangkap sedikit siluet sang ratu.
"kalian! Kemana yang mulia?!", hardiknya.
Tiga pengawal yang sedari tadi berada dibelakang Daniel tampak mulai kebingungan. Tampaknya focus mereka benar-benar teralihkan hingga tak menyadari ratu mereka dengan ceria berjalan lebih dahulu.
Kini tanpa disadari, si mungil itu sudah tiba di sebuah lorong yang lebih sepi dari lainnya. Ratu Alderth itu terlalu sibuk dengan makanannya hingga tak sadar terpisah dengan Daniel. Satu tangan memegang bagel dan satu lagi mengelus perut buncitnya. Pemandangan yang menggemaskan, amat menggemaskan hingga memancing tiga orang pria bertato dan berbadan gempal untuk mendekat.
"ehem", deham yang paling gemuk diantara keduanya.
Sepertinya berhasil, karena Baekhyun seketika mendongak sembari mengernyitkan kening.
"apa yang lelaki cantik dan menggemaskan sepertimu lakukan disini, sendirian?".
Suara berat itu terdengar amat menyeramkan hingga bulu kuduk Baekhyun berdiri. Mata kecil itu langsung berubah tajam. Satu tangannya dengan sigap berpindah masuk ke bagian belakang jubah.
"ayolah jangan takut begitu. Mari kita bersenang-senang? Tenang kami tidak akan kasar", kekeh pria paling tambun diantara ketiganya.
Sret
Kaki kanan Baekhyun berjalan mundur. Tetapi pria dengan tato di pelipisnya itu tampak lebih cepat. Tangan besarnya mencengkram erat lengan kurus Baekhyun. Membuatnya meringis.
"ayolah manis… kau mau kemana?".
"lepas", ujar Baekhyun dingin. Berusaha sekuat tenaga lolos dari sana. Dalam hati ia berdoa agar dirinya, terlebih bayinya di dalam sana selamat.
Sebersit penyesalan muncul dan merebak memenuhi hati sang ratu. Seharusnya ia mematuhi kemuan si suami tinggi agar tetap di istana. Namun penyesalan memang selalu berada di belakang. Hingga ia tidak memiliki jelan kembali.
"ooo, sangat galak ternyata. Wajahnya semakin manis jika seperti itu… ayolah…"
SRAT
CLASH
Dengan satu ayunan, tangan pria itu terlepas. Dan secara sengaja, cincin Baekhyun yang memang ukirannya sedikit tajam mengenai wajahnya. Menimbulkan luka yang cukup dalam hingga darah seketika mengalir keluar.
Geraman amarah terdengar, membuat Baekhyun lagi-lagi mengambil langkah mundur. Tangan kirinya yang tidak menggenggam bagel memegang erat pegangan pedang Loyalty yang tersimpan rapih tak terlihat di belakang tubuhnya.
"kau! Jadi kau ingin bermain kasar rupanya hah? Baik, jangan harap kami akan mengampuni nyawamu nanti".
SLING.
Ketiga pria gempal itu dengan wajah marah mengeluarkan belati serta golok dari sisian tubuhnya. Derap langkah mereka terdengar ketika tubuh Baekhyun mulai terkepung. Ratu Alderth itu hanya bisa menunduk dalam menyembunyikan wajah dibalik rambut berwarna terangnya.
"kau sudah terpojok sekarang. Kau akan menyesal menolak permintaan kami, dasar lelaki murahan".
Alih-alih mengkerut takut, Baekhyun malah mengeluarkan kekehan mengejek. Perlahan ia mendongak, matanya menyipit tajam dengan senyuman miring yang terlihat berbahaya. Sangat berbeda dengan wajahnya tadi.
"kalian, bermain-main dengan orang yang salah".
SLING
"HYAAAAAA", Teriak Baekhyun bersamaan dengan pedang loyalty yang kini berkilat marah terpapar sinar matahari ketika sang ratu mengacungkan tangannya ke udara.
.
.
.
"KANG DANIEL".
Deg.
Seketika jantung Daniel akan lepas dari tempatnya mendengar suara hardikan itu.
Benar, suara sang raja.
Sepertinya sang raja memajukan jadwalnya sehingga di pukul yang cukup siang ini lelaki tinggi itu sudah menginjakkan kaki di Rissingshire.
Setelah beberapa kali menghembuskan nafas, Daniel perlahan berbalik. Berusaha menjaga ekspresinya se normal mungkin. Disana, sang raja sudah berdiri gagah mengenakan pakaian resminya. Mahkota besarnya berkilauan diterpa sinar mentari. Satu tangannya menggenggam erat pedang Justifier. Seolah siap memenggal kepala Daniel.
Dibelakang sang raja, Jillian si kuda pun terlihat seolah memelototinya. Benar mungkin bagian ini delusi, karna bagaimana bisa kuda memelototi Daniel kan?
Jika sang raja sudah menyeramkan, ekspresi dingin Jenderal Oh dan Penasihat Kim seolah menjadi paket sempurna yang akan mengantarkannya ke neraka. Oh tidak pernah seumur hidup Daniel ditatap dengan begitu menusuk oleh ketiganya. Dan ia bersumpah jika berhasil lolos dan hidup, tak akan mau mengulangi kejadian ini meskipun emas adalah hadiahnya.
"y…yang mulia, selamat datang kembali", ujar si kepala pengawal tergagap. Dengan cepat ia membungkuk dalam. Bersembunyi dari tatapan menusuk itu.
"tidak usah berbasa-basi denganku, kepala pengawal Kang. Dimana Aidyn?".
"y…yang mulia ratu… beliau…"
"KANG DANIEL!", Kali ini hardikan Jenderal Oh terdengar. Sangat keras hingga membuat siapapun disana merinding.
"yang mulia ratu hilang… mohon ampuni kelalaian hamba yang mulia…".
Chanyeol meremat kuat tangannya mendengar ucapan Daniel. Tubuh lelahnya seolah menjadi pendukung tersendiri bagi amarah yang sebentar lagi meledak.
"bagaimana bisa… apakah dua mata tidak cukup untukmu pengawal Kang?".
"ampuni hamba yang mulia, hamba hanya mengalihkan pandangan sebentar dan beliau sudah menghilang. K…kami tidak dapat menemukan beliau dimana-mana", ujar Daniel bergetar. Keringat dingin bercucuran menuruni pelipis dan punggungnya.
"apakah, tujuanmu kemari adalah berbelanja dan bukan mengawasi Aidyn?".
Hening, kepala sang kepala pengawal sudah tertunduk dalam. Ketakutan menguasainya. Sang raja memang adalah pria baik, asal kau tidak menarik sisi buruknya keluar.
"JAWAB AKU KANG DANIEL!", bentak Chanyeol. Bisik-bisik warga yang berada disana sudah mulai terdengar. Amukan raja tampaknya cukup membuat mereka berkumpul untuk menyaksikan keributan tersebut.
"Yang mulia, rakyat sedang melihat", bisik Jongin pelan. Berusaha menyadarkan Chanyeol agar tidak merusak citera nya sendiri dihadapan rakyat.
Perlahan, raja Alderth itu memejamkan mata. Berusaha menahan semua luapan emosi yang ia rasakan dengan menyalurkannya ke kepalan tangan yang begitu erat hingga buku-buku jarinya memutih.
"aku, tidak akan memaafkanmu jika sesuatu terjadi pada Aidyn, Kang", ujarnya dingin.
Tanpa banyak berucap, lelaki tinggi itu langsung melangkah masuk kedalam pasar. Meninggalkan Daniel yang masih berjongkok di tanah. Sehun dan Jongin dengan cepat mengikuti langkah sang raja, begitupun dengan puluhan pengawal yang kebetulan mengawal kembalinya sang raja dari Faydale. Langkah-langkah panic itu terdengar Menelusuri bagian-bagian terdalam Locust.
Mulai dari jalanan utama hingga belokan sepi yang tidak terjamah. Semakin lama, rasa khawatir semakin menekan raja Alderth itu. Ia tidak tahu harus berbuat apa jika Baekhyun pergi lagi dari kehidupannya. Sungguh ia bahkan tak sanggup membayangkan mimpi buruk itu.
"Aidyn! Aidyn jawan aku", teriak sang raja.
Mata kelinci itu bergerak-gerak dengan cepat dan menatap ke seluruh sudut Locust yang tidak biasanya sangat ramai. Tampaknya berita bahwa Ratu dan Raja berada di sana sudah tersebar. Hingga rakyat berbondong-bondong memenuhi Locust demi bertemu sang junjungan.
"AIDYN!", teriak sang raja lebih kencang.
Tubuh tinggi itu berbalik untuk menyusuri bagian lain yang belum ia jamah. Kaki panjang itu tidak peduli jika genangan air mengotori pakaian mewahnya saat telapak kakinya beradu dengan air cokelat tersebut.
"AIDYN jawab aku baby".
Perasaan kalut sudah tak dapat lagi dibendung. Raja Alderth itu merapalkan segala doa yang bisa ia ingat dalam hatinya. Bersamaan dengan tiap langkah yang ia tapakkan di bumi. Satu doa ia rapalkan. Berharap suami mungilnya dalam keadaan baik-baik saja.
Di menit ke dua puluh tiga, atensi sang raja tiba-tiba saja terpusat pada sebuah gerbang hijau yang terbuka. Dibalik gerbang itu terdapat jalan gelap bercabang yang entah mengarah kemana. Tanpa ampun, jantung sang raja berdetak dengan cepat. Seolah mendapat firasat bahwa ratunya berada disana.
SLING
Pedang justifier ditarik dengan kasar oleh sang raja lepas dari selongsongnya. Tangan Chanyeol menggenggam erat pedang tersebut sembari kakinya berlari cepat menyusuri jalanan gelap yang hanya sedikit terkena sinar matahari melalui celah-celah atap berbahan goni.
"Aidyn?", panggil sang raja pelan.
Nihil, tiada jawaban.
Raja Alderth itu tak gentar dan terus berjalan. Sesekali ia menengok di tiap belokan yang dilaluinya. Namun tidak ada siapapun disana. Sungguh ia sudah berada di ambang menyerah, jika saja suara sayup-sayup di kejauhan tak ditangkap oleh indera pendengarnya.
Chanyeol berjalan mendekat dengan perlahan. Hingga suara yang awalnya berupa gumaman kini dapat ia identifikasi sebagai suara teriakan. Bukan teriakan biasa, melainkan teriakan yang amat ia kenal.
Suara Aidyn.
Dentuman di dadanya semakin menggila, dan tanpa membuang waktu raja Alderth itu berlari menuju asal suara. Langkahnya ia bawa se lebar dan secepat mungkin. Sampai ia hanya berjarak beberapa meter dari belokan terakhir yang ada dihadapannya.
Tap
Satu langkah pelan ia ambil.
Sang raja berusaha menenangkan dan menguatkan diri atas apapun yang akan ia lihat nanti.
Tap
Pedang Justifier sudah siap menyerang dan kini berada di depan sang raja.
Tap
"AAAAAAAAAA…"
"AIDYN!"
"…AHAHAHAHAHAHAH sudah kubilang kalian bermain-main dengan orang yang salah"
Chanyeol seolah di lem dengan tanah dibawahnya. Ia berdiri kaku disana. Tangannya yang tadi siap menyerang kini menggantung di udara. Matanya menatap kosong kearah sang ratu yang tengah tertawa hingga matanya membentuk bulan sabit yang amat lucu. Tangan kanan Baekhyun tengah memegang bagle yang kini tersisa separuh, sedang satu tangan lain memegang gagang pedang loyalty. Ujung pedang berukir bunga itu dihiasi cairan kental berwarna merah.
Setelah berusaha menarik diri kembali ke alam sadar, sang raja akhirnya menyadari ada tiga sosok tak dikenal diantara mereka. Chanyeol melihat tiga orang pria bertubuh besar yang kini diikat menjadi satu. Kaki mereka tampak mengucurkan darah segar. Wajah takut amat nyata menghiasi wajah-wajah yang tak lagi muda tersebut. Amat kontras dengan sang raja yang kini menampakkan raut lega luar biasa, meskipun rasa penasaran juga berkecamuk di benaknya.
'apa yang terjadi?', batin Chanyeol.
"Baby", panggilnya pelan. Memutuskan kini sudah waktunya sang ratu menyadari kehadirannya.
Tawa itu terhenti, dan dalam sepersekian detik wajah cantik itu berubah panik mengetahui siapa yang berada disana.
"y…yang mulia, anda sedang apa disini?", ujarnya tergagap.
"aku yang seharusnya bertanya seperti itu Aidyn. apa… apa yang kau lakukan? Apa yang terjadi?".
"M…maafkan aku, aku terpisah dengan Daniel. Tiga orang ini berusaha menyakitiku, namun sudah kuatasi. Kau tidak perlu khawatir yang mulia sungguh". Panik mendera ratu Alderth itu. Sehingga tanpa berfikir, ia berjalan mendekat dan menarik-narik tangan berotot suami tingginya. Berharap lelaki tampan itu tidak akan marah padanya.
"apa yang mereka lakukan?", rahang sang raja mengeras. Secara otomatis, pedang Justifier teracung kedepan. Hanya beberapa senti dari leher pria yang berada di tengah.
"y…yang mulia mohon ampuni kami. Kami sungguh tidak tahu beliau adalah yang mulia ratu. Kami mohon…"
"DIAM!", hardik sang raja.
"C…chan", lirih Baekhyun. Tiba-tiba saja merasa amat takut. Chanyeolnya yang begitu penyayang dan manis kini berubah menjadi sangat menyeramkan.
"Yang Mulia!", satu lagi suara lain terdengar memecah ketegangan diantara mereka. Diikuti dengan derap langkah tegas lainnya yang semakin mendekat.
Sehun menjadi yang pertama tiba disana, bersama Jongin dan pengawal lain tak lama kemudian. Bebrapa pasang mata itu bergerak-gerak bingung. Berusaha menelaah akibat kejadian yang mungkin terjadi dengan hasil yang sudah terpampang di hadapan mereka.
"Jenderal Oh".
"ya, yang mulia raja", dengan tegas, Jenderal Alderth itu berjalan mendekat. Wajahnya sudah cukup dingin sampai-sampai ketiga preman itu menjadi ciut.
"Sesuai dengan hukum Alderth yang dibuat pada tahun 1567, bahwa siapa saja yang berani membayakan anggota kerajaan, akan dihukum mati, ditempat kejadian tanpa ampun.", mata Chanyeol menatap lekat pada pria-pria gempal dihadapannya. Seolah memberikan kabar mutlak bahwa mereka akan mati hari itu. "Juga, sesuai dengan peraturan yang dibuat oleh ayahku, raja Charlie di tahun 1812 mengenai pemerkosaan, siapapun pelaku tanpa memandang jabatan akan diadili langsung oleh raja dan sepenuhnya menjadi wewenang raja…"
Hening menyambut. Mata Baekhyun bergerak-gerak gelisah, sedang tiga pria dibawah sana sudah tahu bagaimana akhir nasib mereka hari itu.
Sehun pun tak jauh berbeda, lelaki tampan itu sudah paham kemana arah pembicaraan sang raja, karena kini Jenderal Alderth itu tengah menggenggam erat pegangan pedangnya. Matanya tajam menusuk tanpa ampun.
"aku, Edmund Danvers The 6th raja dari seluruh penjuru Alderth, dengan ini memutuskan hukuman mati bagi ketiga pria dihadapanku yang berani menyentuh dan membahayakan ratu. Bukan hanya ratu, melainkan juga calon puteri kerajaan yang tengah berada di kandungan. Eksekusi akan dilakukan detik ini juga dengan cara apapun yang diinginkan oleh Jenderal Oh.", senyuman sinis terkembang di wajah tampan itu. "Berbahagialah di neraka, keparat", desis Chanyeol.
"t…tidak yang mulia! Ampuni kami… Yang mulia!".
Sautan ketiga pria di bawah sana bak angin lalu, tanpa peduli Chanyeol berbalik. Tangannya menarik satu tangan Baekhyun dan membawa pria mungil itu meninggalkan lorong gelap sempit yang kini dipenuhi suara teriakan dan ayunan pedang.
.
Sorakan lega dari para warga terdengar ketika sepasang pimpinan Alderth itu terlihat keluar dari gelapnya sudut tersembunyi pasar Locust. Seolah tak sadar dengan aura kemarahan yang menguar dari tubuh gagah sang raja. Sedang, dibelakang sana, tertutupi oleh dada bidang lebar itu, sang ratu Alderth menunduk dalam karena sejak tadi Chanyeol tak sedikitpun menggubris dirinya.
Beberapa kali ia mencoba bertanya sepanjang perjalananan sunyi mereka kembali ke bagian depan pasar. Namun nihil, karna pertanyaan itu tak bersambut. Raja seolah tuli dan tak mau menjawabnya.
Genggaman tangan erat itu bahkan dilepaskan paksa oleh Chanyeol hingga Baekhyun hanya bisa mengekor dibelakang sang suami tinggi.
Ternyata, semakin lama waktu berlalu, semakin banyak warga yang berkumpul memenuhi jalanan utama Locust hingga tak tersisa sedikitpun celah. Perjalanan kedua pimpinan Alderth itu harus terhambat beberapa kali ketika ada warga yang dengan berani berdiri dihadapan mereka.
Rasa pusing dan lelah luar biasa mendadak menyergap sang ratu. Kejadian tadi cukup menguras energinya, ditambah kini hiruk pikuk suasa disekitar membuat kadar stress nya meningkat. Sungguh ia bisa saja pingsan sebentar lagi jika warga tak segera menepi dan memberi mereka jalan.
PUK
Tubuh tinggi sang raja menegang ketika merasakan sesuatu menyentuh punggungnya. Chanyeol dengan perlahan menoleh, yang akhirnya membuat rasa iba merebak di hati.
Sang ratu tengah menyandarkan keningnya di punggung tegap sang suami. Jemari lentiknya mencengkram erat pakaian resmi Chanyeol seolah menjadikan kain mewah tersebut pegangan.
"baby", panggil sang raja pelan.
Hening, tak ada jawaban. Sang ratu masih setia pada posisinya.
"sayang?", ujarnya lagi. Berusaha menarik atensi sang ratu.
Sepertinya berhasil, karena wajah cantik ratunya kini perlahan mendongak. Paras indah itu tampak lelah dengan binar air mata menggenangi pelupuk favorit Chanyeol. Sontak, hati raja Alderth itu mencelos. Rasa bersalah benar-benar menghinggapinya kini.
"baby, hey kenapa kau menangis hm?", Baekhyun hanya menggeleng sebagai jawaban.
Helaan nafas lolos dari bibir Chanyeol sebelum tubuh berotot itu berbalik dan membawa tubuh pria yang lebih mungil kedalam gendongannya. Satu tangan menompang punggung sempit itu, sedangkan satu tangan lain menahan pahanya. Pekikan warga sudah terdengar dimana-mana saat momen manis itu terjadi. Membuat suasana yang sudah riuh menjadi semakin tak terkendali.
"bertahanlah, aku akan membawamu keluar dari sini", bisik sang raja.
Anggukan menjadi respon sang ratu sebelum lengan kurus itu terulur untuk memeluk leher Chanyeol. Sedang kepalanya bersandar nyaman pada pundak tegap milik sang suami.
Well, Baekhyun tak begitu tahu apa yang terjadi setelahnya. Hanya teriakan para pengawal yang menyuruh warga untuk menyingkir secara sayup-sayup terdengar. Karena begitu ia merasa nyaman di dekapan hangat pria yang amat dicintainya, kantuk menghampiri dan membawanya masuk ke dalam tidur yang amat nyenyak.
.
Sepertinya, ratu Alderth itu merasa amat lelah. Karena sepasang iris sipit itu kembali terbuka saat malam telah menjemput. Pendar cahaya lilin menjadi focus utama yang ditangkap oleh sang ratu. Membuatnya tersadar bahwa hari sudah malam.
Perlahan pria mungil itu mendudukkan tubuhnya untuk bersandar pada headboard, merasa kantuknya sudah hilang. Beberapa kali ia mengerjap untuk menyesuaikan netra nya dengan cahaya yang baru saja diterima.
Dan ketika semua sudah tampak lebih jelas, Baekhyun akhirnya bisa melihat sang suami yang tengah tertidur dengan posisi tengkurap. Satu tangannya memeluk paha Baekhyun. Wajah tampan itu terlihat amat damai hingga Baekhyun tak tega untuk menganggu. Pastilah raja Alderth itu amat lelah, terlebih karena kejadian tadi pagi yang cukup tak terduga. Sebersit rasa bersalah menghinggapi hati sang ratu tanpa permisi. Guratan kesedihan seketika menghiasi paras manis itu.
Seharusnya, Baekhyun menuruti apa kata Chanyeol hingga hal berbahaya itu tak perlu terjadi. Memang, ia berhasil mengalahkan tiga lelaki bertubuh besar itu dengan mudah. Namun, tidak selamanya keberuntungan berpihak pada Baekhyun. Bisa saja lain kali hal buruk akan benar-benar terjadi bila ia tak menggubris peringatan sang suami.
Pemikiran itu agaknya mempengaruhi Baekhyun hingga bibir merahnya mengerucut. Ia benar-benar membahayakan diri hanya demi hasrat yang sebenarnya bisa ditahan.
"maafkan mama, sayang", bisik Baekhyun sembari mengelus perutnya.
"maafkan aku, suamiku", kali ini bisikan itu diarahkan pada Chanyeol yang masih tertidur pulas. Kedua tangan Baekhyun kini sibuk mengelus surai hitam legam sang suami dan perut buncitnya.
Detik terus berlalu, keheningan menjadi satu-satunya teman Baekhyun. Sama seperti malam-malam sebelumnya. Sungguh, waktu terasa amat cepat tiap kali sang ratu sibuk mengamati wajah suami tampannya. Setiap pahatan sempurna di wajah itu tak kunjung membuatnya bosan meski sudah ia hafal diluar kepala.
Hidung mancung, rahang tegas, bibir tebal yang menggoda, dahi nya yang sempurna, kelopak mata kelinci yang tengah tertutup, dan tentu saja telinga mencuat yang menjadi favoritnya. Semua itu ia telusuri dengan telunjuk lentiknya dengan amat pelan. Cukup membuatnya merasakan betapa lembut dan sempurna wajah itu, namun tak cukup keras hingga membuat sang suami terbangun.
KRUUUK
"ugh", desis Baekhyun pelan. Reflek kedua tangannya menangkup perut yang tengah membuncit itu.
Lapar. Benar, lelaki mungil itu tak menyantap apapun sejak pagi. Wajar saja jika sekarang perutnya mengamuk minta diisi.
Tiba-tiba saja sebuah hasrat menyergapnya. Amat kuat hingga Baekhyun akan menangis jika tak mendapatkannya. Di dalam kepala indahnya, terbayang apel merah segar yang tadi ia lihat ketika melewati salah satu rumah warga.
Air liur sudah memenuhi mulut, hingga ratu Alderth itu harus meneguknya berkali-kali. Bayangan akan apel itu kini berubah menjadi wajah Kyungsoo dan kejadian kemarin sore ketika mereka tengah santap malam bersama.
.
'Baek, apakah kau benar tidak pernah mengidam? Kau tahu? Menginginkan sesuatu secara spesifik. Itu sudah biasa dialami saat kehamilan'.
Perlahan Baekhyun menggeleng. Ia pernah mendengar itu, namun tak benar-benar merasakannya. Hanya perasaan bosan saja yang menjadi alasan mengapa ia kadang amat ingin pergi berjalan-jalan.
'ah, mungkin saja kau tidak tahu. Mengidam itu ketika kau amat menginginkan sesuatu. Entah makanan atau benda lainnya. Terutama saat kau berada di dekat suamimu. Dan yang terpenting, keinginan itu harus dituruti Baek'.
Kening Baekhyun perlahan mengkerut. Bingung mencerna informasi yang baru saja di dapat. Karena saat ia mengandung Jackson, sama sekali ia tidak merasakan apa yang disebut mengidam. Mungkin berada jauh dari Chanyeol adalah alasannya.
'apa yang terjadi jika aku tidak menurutinya?'.
'oh, kau tidak akan menyukainya. Para tetua bilang, anak yang kau kandung nanti akan terus meneteskan air liur tanpa henti. Seumur hidupnya'
.
GLEK
Tidak… tidak ia tidak boleh membiarkan puteri cantiknya meneteskan air liur seumur hidup.
Perlahan Baekhyun menoleh untuk menatap wajah suaminya yang tengah tertidur.
Benar, ini demi puteri mereka. Chanyeol tak akan keberatan. Ya, tentu lelaki tampan itu tak keberatan.
Dengan tekad yang bulat, Baekhyun mengguncang pundak sang suami perlahan. Awalnya sang raja tak menggubris. Namun semakin lama guncangan itu semakin kuat hingga mau tak mau kesadaran menghampiri. Menariknya dari tidur yang amat nikmat itu.
"hmmm, kau menginginkan sesuatu sayang?", gumam sang raja. Matanya menyipit, bibirnya menguap lebar, menunjukkan bahwa kantuk masih menyelimuti.
Anggukan kecil menjadi jawaban sang ratu. Pria mungil itu menggigit bibirnya sebelum berucap pelan.
"puteri kita menginginkan apel, Chan".
Satu kedipan
Dua kedipan
Raja Alderth itu seperti tak yakin dengan apa yang didengarnya.
"kau menginginkan apa? Apel?".
Lagi Baekhyun hanya mengangguk. Bibirnya mengerucut lucu. Berusaha meluluhkan hati sang raja agar menuruti kemauannya.
Perlahan Chanyeol membangkitkan tubuh lelahnya kemudian tangan lebar itu mengacak-acak surai hitam yang sudah menyerupai sarang burung itu. Berusaha mengusir kantuk.
"baiklah aku akan meminta penjaga memetiknya untukmu di kebun belakang"
"tidak", ucap Baekhyun.
Chanyeol mengernyit bingung.
"bukankah kau menginginkan apel?".
"ya, tapi aku mau apel yang tumbuh di rumah warga. Letaknya tak jauh dari Locust. Warna nya merah dan tampak sangat segar".
"baby, apel yang tumbuh di istana tentu jauh lebih segar dan berkualitas dibanding apel itu. Lagipula semua apel sama saja kan".
Baekhyun menggeleng kuat. Kedua tangannya bersedekap lucu. Mendadak merasa kesal karena sang suami tak memahami keinginannya.
"tidak! Aku mau apel itu. Bukan apel lain. Puteri kita menginginkan apel yang itu".
Chanyeol tahu, ia tak akan menang berdebat dengan Baekhyun yang sedang dalam mode keras kepala. Hingga akhirnya ia tak punya pilihan lain selain menyetujuinya.
"ya baby, aku akan menyuruh pengawal mencari apel yang kau inginkan. Tunggu disini ya?".
"tidaaaaaak yeeeeoooool", Baekhyun merengek. "puteri kita menginginkan dirimu yang memanjat pohon itu dan memetiknya".
"baby, yang benar saja pukul berapa ini?", desah Chanyeol lelah sembari memijit pelipisnya yang mendadak berdenyut.
"baiklah, tidak perlu kau lakukan! Kau memang tidak mencintaiku dan puteri kita! Melakukan seperti saja kau tidak mau! Biarkan saja aku mati kelaparan!", pekik Baekhyun. Dalam sekejap tubuh mungil itu kini sudah tersembunyi di balik selimut dan hanya suara tangisannya yang terdengar.
Sungguh, malam ini Chanyeol mengutuk siapapun itu diluar sana yang menciptakan kata mengidam.
.
.
.
.
THE END
Halooooo! aku back membawa bonus duaaa.. hehe semoga kalian enjoy bacanya yaa.. Maafkan kalau ada beberapa typo disana dan disini. (juga maaf updatenya agak lamaaa) BTW makasih buat kalian yang masih setia nunggu ff ku, baca, review, fav dan follow. kalian emang terbaiik! hehe. jangan lupa jugaa review di chap ini yaa supaya aku terus tau tanggapan kalian. Demi kedepannya kualitas tulisan yang aku kasih bisa lebih baik lagi.
THANKS A LOT
Love,
Kileela