One Saturday in Summer

.

Pairing

Seokmin X Jisoo (GS)

.

AU!; romance;drama;life

.

Enjoy~


Pagi itu hari Sabtu, pertengahan bulan Agustus, dimana musim panas sedang memuncak. Matahari bersinar dengan terik. Seokmin duduk di balik meja di samping pintu masuk toko buku sambil menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Ia memegang sebuah majalah dan mulai mengipasi bagian lehernya yang berkeringat. Kipas angin sudah menyala dengan kecepatan maksimal, tapi tidak juga mengurangi panasnya toko buku pagi itu.

Toko buku pagi itu tidak ramai seperti biasa, bahkan terkesan sepi. Tentu saja. Toko buku bukanlah tempat dimana kau akan menghabiskan waktu di musim panas, apalagi toko buku tua yang menjual buku-buku lama dan usang. Taman Yeouido lebih menarik ketimbang toko buku. Seokmin hari itu terpaksa berjaga sendirian di toko buku karena teman sejawatnya ambil cuti hari ini demi kencan romantis ala pasangan-pasangan yang sering ditemui di drama.

Seokmin tengah mencatat sesuatu di agendanya ketika seseorang masuk ke toko buku. Seokmin mengangkat kepala dan menoleh kearah pintu masuk toko buku dan menemukan seorang gadis tengah berjalan melewati mejanya dan pergi ke salah satu rak buku yang agak berantakan karena Seokmin belum sempat membereskan buku-buku disana. Terlebih jumlah buku yang lebih banyak daripada space yang tersedia.

Seokmin melupakan pekerjaannya tadi. Ia lebih memilih memperhatikan gerak-gerik gadis yang baru saja masuk ke toko buku tua ini dan tampak berjalan kesana-kemari, mengamati dengan seksama buku-buku yang dipajang di rak.

Seokmin tahu gadis itu. Gadis itu adalah orang yang rajin datang ke toko buku tua ini setiap Sabtu pagi. Biasanya gadis itu akan meminjam beberapa buku usang yang kertasnya sudah menguning. Seokmin hafal apa saja yang biasanya gadis itu pinjam. Beberapa novel tebal berbahasa Inggris, dan komik lama. Gadis itu akan datang pada hari Sabtu pagi, lalu kembali lagi seminggu kemudian di hari yang sama, mengembalikan buku yang dia pinjam lalu meminjam buku lainnya. Begitu terus tiap minggu.

Pertama kali melihat gadis itu adalah sebulan lalu, di suatu Sabtu siang, di pertengahan bulan Juli. Hari itu Seokmin dikejutkan dengan tepukan di bahunya. Gadis itu menanyakan letak rak novel dan komik. Setelah di tunjukkan, gadis itu langsung dengan bersemangat menyusuri rak-rak usang yang berisi buku-buku tua yang sudah dimakan zaman. Sejak hari itu, si gadis rutin datang ke toko buku tua ini setiap hari Sabtu pagi.

Bertemu muka setiap minggu bukan berarti Seokmin kenal dengan gadis itu. Seokmin hanya memperhatikan gadis itu tanpa mau repot-repot menghampiri untuk sekadar bertanya buku apa yang gadis itu cari. Jangankan bertanya demikian, menyapa saja Seokmin tidak berani. Pertemuan mereka hanya sebatas seorang pelanggan dan penjaga toko. Seokmin juga tak pernah repot-repot meminta gadis itu menulis namanya pada agenda peminjaman buku, Seokmin hanya akan memberikan cap pada buku tersebut dan mencatat tanggal peminjaman serta tanggal pengembalian.

Dan seperti minggu-minggu sebelumnya, hari ini pun gadis itu datang untuk mengembalikan beberapa buku yang sudah dipinjamnya minggu lalu dan kembali meminjam beberapa buku lagi. Dan setelah membubuhkan cap dan mencatat tanggal peminjaman, si gadis itu pergi dan Seokmin diam saja.

.

.

Seminggu kemudian di hari yang sama, si gadis kembali datang. Menghampiri meja tempat Seokmin biasa berjaga seraya meletakkan buku-buku yang minggu lalu si gadis itu pinjam. Seokmin seperti biasa pula mencatat tanggal pengembalian buku lalu meletakkan buku-buku itu disamping kakinya dibawah meja untuk di bereskan ke raknya semula nanti 10 menit sebelum toko tutup.

Seperti biasanya, gadis itu akan berjalan kesana-kemari, menyusuri setiap rak sambil melihat judul-judul buku yang tertata disana. Kadang Seokmin heran, gadis secantik dia kenapa mau masuk dan datang rutin ke toko buku tua yang isinya adalah buku-buku usang yang entah apakah tulisan di bukunya masih terbaca atau tidak.

Seokmin tengah menulis sesuatu di agendanya ketika seseorang mengetuk mejanya. Seokmin mendongak dan menemukan si gadis yang tadi sempat ia perhatikan sudah berdiri di hadapannya, menenteng dua buku novel tebal dan dua komik tua di kedua tangannya.

Si gadis meletakkan keempat buku tersebut diatas meja untuk dicap oleh Seokmin seperti biasa. Tapi setelah Seokmin menulis tanggal peminjaman buku, si gadis tidak segera pergi seperti biasanya.

"Kau sendirian disini?" si gadis bertanya.

"Eum...iya. Kenapa?" balas Seokmin.

"Boleh aku membaca disini?" si gadis kembali bertanya.

"Te-tentu." Jawab Seokmin.

Kemudian Seokmin mengambilkan sebuah kursi kayu tua yang ada di sudut ruangan dekat rak paling ujung. Kursi itu tampak usang, tapi tidak rusak dan masih bisa dipergunakan untuk duduk. Seokmin meletakkan kursi itu di sebelah tempat gadis itu berdiri. Toko buku tua ini tidak punya meja dan kursi untuk membaca di tempat, karena memang dasarnya jarang dan bahkan hampir tak ada orang yang mau datang ke toko buku tua seperti ini.

Setelah Seokmin meletakkan kursi tersebut, si gadis itu segera duduk berhadapan dengan Seokmin yang sudah kembali duduk di kursinya. Si gadis tak bicara lagi, dan lebih memilih membaca salah satu buku yang dipinjam.

Ini pertama kalinya Seokmin terlibat sebuah percakapan dengan gadis itu. Walaupun hanya sebuah percakapan singkat. Kemudian Seokmin melanjutkan kegiatannya tadi sambil sesekali memperhatikan gadis yang duduk di hadapannya. Gadis itu benar-benar tampak sibuk. Dia sepertinya tidak sadar sedang diperhatikan oleh Seokmin.

Tapi...

"Aku tahu kau memperhatikanku." Gadis itu tiba-tiba bicara.

Seokmin terkejut. Dia salah mengira kalau gadis itu tidak sadar jika Seokmin memperhatikannya. Gadis itu kemudian menutup buku novel yang ia baca lalu menatap Seokmin.

"Kenapa memperhatikanku?" tanya gadis itu.

"Tidak tahu. Hanya saja, kau tampak menarik." Jawab Seokmin.

"Begitu? Terima kasih."

Gadis itu kemudian mengulurkan tangannya kearah Seokmin, "Namaku Jisoo."

.

.

Setelah mereka berkenalan, gadis bernama Jisoo itu semakin sering datang ke toko buku. Jisoo tidak lagi datang setiap hari Sabtu, tapi dia akan datang hampir setiap hari. Mengambil buku yang ia suka lalu duduk di hadapan Seokmin dan membaca buku sampai sore. Lalu ada kalanya Jisoo tidak datang untuk membaca atau meminjam buku, tapi untuk bertemu Seokmin. Kemudian mereka berdua akan mengobrol sampai waktu toko tutup.

Lalu dua minggu kemudian, di hari Sabtu pagi yang mendung, Jisoo datang ke toko buku. Tapi pagi itu Seokmin tidak datang ke toko buku karena dia sibuk mengerjakan tugas sekolahnya. Dan ketika Jisoo tahu kalau Seokmin tidak datang ke toko hari itu, gadis itu pergi begitu saja.

Kemudian di hari Senin, Jisoo datang lagi ke toko buku. Dan hari itu Seokmin juga tidak datang karena ia memiliki janji dengan temannya.

Jisoo datang lagi di hari Selasa, tapi Seokmin tidak datang lagi karena sakit. Begitu terus setiap hari sampai hari Sabtu, Seokmin datang ke toko buku. Dia sudah sehat saat itu. Tapi ketika Seokmin berjaga di toko hari itu, Jisoo tidak datang. Temannya yang juga bekerja disana mengatakan kalau ada seorang gadis datang setiap hari mencarinya. Lalu kemarin, ketika hujan turun dengan deras, gadis itu datang dan menitipkan sebuah surat untuk Seokmin.

Untuk Lee Seokmin,

Baru seminggu berlalu tapi kita seperti sudah lama tidak bertemu.

Aku harusnya mengatakan ini padamu secara langsung, tapi sepertinya takdir tidak mengizinkan. Karena itu aku menulis surat ini untukmu.

Seokmin-ssi, aku ingin mengatakan kalau aku sudah tidak bisa datang ke toko buku seperti dulu. Bukan karena aku tidak ingin, tapi karena aku tidak bisa. Hari Sabtu nanti, aku akan pergi. Jadi ada kemungkinan ketika kau membaca surat ini aku sudah tidak berada di Korea.

Aku ingin mengucapkan terima kasih karena akhir-akhir ini kau dengan senang hati mau menemaniku. Bahkan kau tidak keberatan untuk mengobrol denganku sampai sore. Aku seperti punya teman.

Sedih rasanya pergi tanpa melihatmu untuk terakhir kali karena aku tidak tahu apakah aku akan kembali ke Korea atau tidak. Tapi perlu kau tahu kalau aku senang bisa berkenalan dengan orang seperti Seokmin-ssi.

Bekerjalah dengan baik. Semoga kita bisa bertemu lagi.

Selamat tinggal.

Hong Jisoo.

Ketika selesai membaca surat dari Jisoo, untuk pertama kalinya, Seokmin menyesal tidak datang ke toko buku. Karena ia tidak datang seminggu lalu, ia kehilangan kesempatan untuk bicara dengan Jisoo dan melihat wajah Jisoo untuk terakhir kalinya sebelum gadis itu pergi.

Dan penyesalan terbesar Seokmin adalah dia tidak sempat mengatakan sesuatu yang selama ini ia sembunyikan pada Jisoo.

Kalau ia menyukai Jisoo.

Tapi sudah terlambat, bukan? Gadis itu bahkan sudah pergi sekarang. Yang bisa Seokmin lakukan hanya mengenang kenangannya bersama Jisoo di toko buku ini. Walaupun singkat, tapi sangat berkesan.

Dan musim panasnya saat itu harus berakhir tanpa Jisoo.

.

.

[fin]