Today was a fairytale
you were the prince, I used to be damsel in distress
you took me by the hand and you picked me up at six
today was a fairytale

Baekhyun menandaskan koktail berkadar alkohol rendah di tangannya dengan cepat dan menaruhnya ke atas meja makanan, berjejer dengan setidaknya empat gelas lainnya. Ia mengelap sudut bibirnya yang terasa basah dengan ujung tangan bajunya. Satu desah berat keluar dari bibir tipisnya tatkala matanya yang kecil (yang Chanyeol biasa sebut mata anak anjing) dipertegas dengan eyeliner tebal menyapu pemandangan cokelat dan makanan menggiurkan lainnya di hadapannya. Entah bagaimana, ia kehilangan selera makan, hanya dengan melihat makanan-makanan itu membuatnya merasa mual.

Moodnya sedang buruk. Ah tidak, moodnya sedang sangat, sangat, sangat buruk.

Meskipun tidak ingin, meskipun berulang kali memberitahu dirinya sendiri untuk berhenti, Baekhyun tidak bisa untuk tidak melihat ke arah pukul sepuluh dari tempatnya duduk dan desisan itu keluar sendiri dari mulutnya.

Malam ini adalah prom night. Ia mengenakan setelan jas yang rapi, jas miliknya kakaknya, sebenarnya, Baekbeom, yang dijahit lebih kecil untuk mengakomodasi ukuran tubuh Baekhyun. Rambutnya diberi gel dan ditata bergaya, matanya diberi eyeliner yang sempat membuat Chanyeol termangu beberapa saat, tidak dapat mengatakan apa-apa saat ia menjemput Baekhyun dengan jip ayahnya. Segera setelah mereka berpamitan dan Baekhyun menutup pintu rumah, Chanyeol meraih tangannya untuk digenggam. Hangat, tangan Chanyeol selalu hangat seperti senyumannya. Sampai di situ, semuanya berjalan baik-baik saja, hingga Baekhyun mengijinkan dirinya berpikir bahwa malam ini akan menjadi malam yang luar biasa.

Little did he know he was wrong.

Ia dan Chanyeol. Tentu saja, mereka tidak mungkin membawa hubungan itu ke publik. Hanya bisa berpegangan tangan saat tidak ada yang melihat, sesekali saling mencuri pandang dan tersenyum, pesan-pesan rahasia, ciuman-ciuman yang dicuri dibalik tembok sekolah, dan bisikan-bisikan cinta di balik keramaian. Selebihnya, mereka akan bersikap biasa-biasa saja satu sama lain, seperti tak ada apa-apa. Baekhyun tidak mempermasalahkan hal tersebut, sejujurnya, public display affection justru akan membuatnya tak nyaman. Namun kabar buruknya, Chanyeol dengan tingginya itu, suaranya itu, wajahnya itu, dan kemampuannya memainkan berbagai bola (bowling, basket, bilyard bahkan bola Baekhyun) membuatnya masih sepopuler dulu, jika bukan lebih populer lagi dengan statusnya yang sekarang solo.

Baekhyun lupa bahwa semua gadis akan berlomba mencuri perhatian Chanyeol. Malam ini adalah puncaknya. Ada Irene, seorang ulzzang, dinobatkan sebagai gadis tercantik di sekolah, putus dengan model Oh Sehun bulan lalu. Ada Seungwan, gadis mungil, imut, dengan suara mengesankan, ia juga sudah memiliki penggemarnya sendiri. Ada Yerim, Yoona, Seohyun, Seolhyun, bahkan mantannya Park Sooyoung dan berderet-deret daftar lainnya, cantik maupun tidak yang mengantri untuk bisa berdansa bersama Chanyeol, membuat pria itu kewalahan meladeni mereka dan menjauhkannya dari Baekhyun.

Ingin rasanya Baekhyun menarik gadis yang sekarang tengah menari bersama Chanyeol sambil berusaha menempelkan dadanya pada pria Baekhyun dan mencakar-cakar wajah sok cantiknya. Sebagai gantinya, ia menggenggam erat-erat gelas kosong koktail sambil membayangkan itu adalah leher Seolhyun.

"Oppa, ada sesuatu di mataku," kata gadis itu bernada manja.

Dalam saat-saat seperti ini, telinga Baekhyun tajam berfungsi sepuluh kali lipat dari biasanya. Matanya sama tajamnya mengawasi mereka, merasakan emosinya yang menumpuk-numpuk mulai mencapai titik puncak ketika Chanyeol menunduk dan mendekatkan wajah pada gadis itu untuk meniup matanya. Posisi yang sangat intim hingga mencuri perhatian orang-orang lain yang tengah berdansa. Mereka berhenti untuk menonton dan bersorak menggoda.

Detik itu juga, Baekhyun cepat-cepat membawa kakinya pergi meninggalkan ruangan.

"Baekhyun!"

Baekhyun tidak menoleh. Tidak berhenti. Ia bahkan tidak sadar apakah ia benar mendengar suara itu memanggil namanya atau hanya halusinasi.

"Baekhyunee!"

Lalu, sepasang lengan kokoh mendekapnya dari belakang, begitu saja menghentikan langkahnya, memerangkapnya agar tidak kemana-mana.

"Baek baby..."

Lirih, suara dalam yang lirih. Baekhyun menutup mata dan dapat merasakan napas tersengal Chanyeol di telinganya, dada pria itu yang turun naik di punggungnya. Dan ketika ia membuka mata, ia sadar ia sudah berada jauh dari sekolah. Sekarang hanya ada mereka, jalanan yang lengang dan langit malam berbintang.

"Hey, apa kau baik-baik saja?" Chanyeol bertanya pelan, kemudian melepaskan dekapannya agar ia dapat memutar pundak Baekhyun demi menatapnya.

"Aku baik-baik saja," jawab Baekhyun sengit. Emosi yang tadi masih belum sepenuhnya pergi.

"Baekhyun, kau marah?"

Tatapan itu lagi. Baekhyun menggeram dalam hati, tercabik antara ingin mendorong pria itu pergi atau buru-buru memeluknya demi menyaksikan tatapan memelas anak anjing terluka di hadapannya. Chanyeol memanyunkan bibir tebalnya dengan mata kebingungan, seolah ia tidak mengerti kesalahan apa yang telah ia lakukan. Dasar idiot!

"Apa karena gadis-gadis itu?" Ia mencoba lagi.

Baekhyun meniup ke atas pada poninya, biasanya itu akan membuat rambut depannya melayang selama beberapa milidetik, namun malam itu Baekhyun lupa bahwa ia mengenakan gel rambut. Tetap saja. Ia tidak peduli.

"Kenapa kau tidak kembali ke sana saja dan bersenang-senang dengan mereka?" balasnya ketus. Chanyeol melebarkan mata.

Didorongnya dada Chanyeol, cukup keras untuk membuat pria itu terhuyung ke belakang, sejenak diingatkan bahwa kekasihnya adalah seorang lelaki cantik, yang meski cantik, tetap saja ia memiliki tenaga lebih dari wanita. Dengan Chanyeol yang tidak lagi mendekapnya, Baekhyun memutar tumit sepatunya dan kembali melangkah cepat-cepat ke arah yang sebelumnya ia tuju. Tanpa mobil, tanpa tumpangan, berencana pulang hanya dengan kedua kaki pendeknya.

Yang tentu saja, tidak Chanyeol biarkan. Dua langkah yang Baekhyun ambil, dan dua langkah yang Chanyeol ambil sudah membuat pria tinggi itu berdiri di depan Baekhyun, menghadangnya agar tidak kemana-mana.

"Aku tidak mau kembali ke sana." Baekhyun mendongak, mempertemukan manik matanya dengan milik sepasang manik gelap mata Chanyeol. Pria itu menatapnya lekat, intens, hingga Baekhyun merasa pria itu tengah menelanjanginya hanya dengan sebuah tatapan. "Sebuah pesta, semeriah apapun, tidak akan menyenangkan tanpa Baekhyunee di dalamnya."

Lalu, dengan pelan sekali, Chanyeol menjatuhkan kakinya di hadapan Baekhyun, hanya bertumpu di atas satu lutut. Ia mengulurkan tangan tanpa memutuskan kontak mata di antara mereka.

"Sejujurnya, aku hanya ingin menghabiskan waktu denganmu. Aku hanya ingin berdansa denganmu... Can I have this dance?"

Today was a fairytale
I wore dress, you wore a dark gray t-shirt
you told me I was pretty when I looked like a mess
today was a fairytale

Time slows down whenever you're around

Sekeras apapun usaha Baekhyun untuk menjaga agar wajahnya tetap kalem, ia tidak dapat mencegah rona merah yang mulai mengumpul di pipinya, dan bagaimana senyum simpul yang tak bisa ia cegah mengukir manis di bibirnya saat jemarinya menyambut uluran tangan Chanyeol. Besar dan agak kasar, tangan itu. Tangan yang terlatih memetik gitar dan bermain berbagai jenis bola. Tangan yang selalu hangat dan membuat Baekhyun merasa nyaman, aman. Seperti sekarang.

Mereka berdiri di tengah jalanan yang lengang sekarang. Chanyeol merogoh saku dan mulai menyetel musik kalem dengan tangannya yang bebas sebelum mengistirahatkannya di pinggang Baekhyun.

Dansa yang mereka lakukan pelan, dengan segera membentuk irama yang mulus seolah mereka telah sering melakukannya. Dengan pelan, tanpa tergesa, Baekhyun menyandarkan kepalanya yang tepat menyentuh dada Chanyeol.

But can you feel this magic in the air
it must've been the way you kissed me
Fell in love when I saw you standing there
it must've been the way
today was a fairy tale
it must've been the way
today was a fairy tale

"Kenapa?"

Chanyeol memundurkan tubuhnya sedikit agar ia dapat menatap wajah Baekhyun, yang barusaja tertawa geli didadanya, menggelitik Chanyeol dengan itu semua.

Baekhyun, masih dalam senyuman lebar di bibirnya, hanya menggelengkan kepala. "Hanya lucu. Lagu itu."

Tawa Baekhyun menular, atau setidaknya selalu berefek seperti itu pada Chanyeol. Pria tinggi itu tersenyum. "Bukankah lagunya terasa tepat? Hari ini terasa seperti dongeng."

"Dongeng my ass! Itu karena kau menikmati waktu bersama gadis-gadis itu, kan?!"

"Well, pantatmu memang seperti dongeng," ia berdeham, lalu buru-buru menambahkan ketika mendapati tatap membunuh di mata Baekhyun. "Hari ini seperti dongeng semuanya karenamu, Baekhyunnie. Dan kau adalah Tuan Putri tercan—"

"Pangeran. Aku ini pria!"

"Pangeran tercantik yang pernah ada."

Baekhyun hanya memutar bolamata sebagai balasan, berguna untuk menyembunyikan rona merah di pipinya yang mengancam ego pria itu.

"Tapi ada yang kurang, tentunya," ujar Chanyeol lagi, bibirnya membentuk seringai lebar yang agak terlalu lebar untuk bisa terlihat normal. "Dalam lagunya, harus ada ciuman."

Tanpa ba-bi-bu, Baekhyun mencuri ciuman kilat dari bibir pria itu, cepat, lebih cepat dari kecepatan Chanyeol dapat mencerna. Pria itu mengerjap-ngerjap bingung sementara Baekhyun hanya menyeringai.

"Yah yah aku belum siap! Kau harus melakukannya dengan pelan dan seksama, dengan penuh penghayatan, Baekhyunnie."

Sepasang tangan besar itu menangkup kedua sisi wajah kecil Baekhyun. Dan saat Chanyeol mulai mendekatkan wajahnya, Baekhyun otomatis menutup mata, memajukan bibir sedikit dan menanti-nanti ciuman yang tidak pernah datang. Tidak kunjung datang karena Chanyeol hanya menatapnya dengan senyum geli di bibir. Baekhyun, curiga dengan kecurangan pria itu membuka matanya kembali, bibirnya terbuka setengah siap menyemprot Chanyeol dengan sumpah serapah saat ia merasakan sesuatu yang hangat dan lembab di keningnya.

Chanyeol mengecup titik pertemuan alisnya dengan pelan, tidak terburu-buru, seolah ia berusaha meresapi setiap sel dari Baekhyun. Kemudian, dengan hati-hati seakan Baekhyun adalah salah satu pajangan di museum yang tak boleh disentuh-sentuh, ia menyeret turun bibirnya, menelusuri jembatan hidung yang mungil dan berujung bulat milik Baekhyun yang pada akhirnya mendarat di bibir pria itu.

Bibir yang lembut dan manis seperti ceri. Keduanya memejamkan mata dan membiarkan dunia mengabur di sekitar mereka. Hanya ada mereka, sepasang detak jantung yang bergerak seirama, dan cinta yang melayang di udara.

But can you feel this magic in the air
it must've been the way you kissed me
Fell in love when I saw you standing there
it must've been the way
today was a fairy tale
it must've been the way
today was a fairy tale

END

Thanks for reading XD

Jangan lupa tinggalkan review. Dan semoga kita ketemu lagi CB berikutnya. Saya ingin menulis banyak sebenarnya, hanya tidak tahu dimana mau mempublishnya selain AFF.