Chapter ini adalah chapter terakhir dari cerita LDR. Terimakasih atas semangat yang diberikan! Terimakasih atas review, fav dan follownya! Meski bagi orang tidak banyak, namun sy sangat senang..dan sangat berharga untuk pemula spt saya! Mohon maaf jika saya terkesan membuat cerita sok panas tapi kenyataannya tidak hot sama sekali xD Nyatanya sulit sekali menciptakan kata-kata yang pas, dan saya seringkali keringetan ngebayangin cerita yang saya tulis hahaha. Mohon maaf juga untuk segala ketidakmasuk akalan jalan cerita ini wkwk.. dan saya peringatkan lagi.. fic ini bukan untuk anak dibawah 18 tahun. Chap ini agak panjang. So brace yourself and enjoy! :)


LDR

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Story : Milochan2

Chapter 5 : Wet


"Naruto?"

"Ah..hai Hinata chan. Lama tak jumpa."

Naruto heran. Kehadiran dan senyum yang ia tujukan tak kunjung mendapat respon dari Hinata, meski beberapa detik sudah berlalu. Ia mengira gadis itu akan histeris dan melompat ke arahnya. Lalu memeluknya dengan penuh kerinduan.

Namun iris biru laut lelaki itu hanya mendapati gadisnya mematung dengan tatapan dan ekspresi yang tak mampu diprediksi Naruto. Tidak ada raut wajah bahagia seperti ekspektasi Naruto sebelumnya. Keganjilan ini membuat senyum pria itu memudar.

"Hinataa...kau tidak senang kita bertemu?"

Ia melangkah perlahan menuju ke gadis yang masih terdiam itu. Bahkan setelah dilihat dari dekat, mata amethyst itu berkaca-kaca. Naruto terkejut. Hanya dengan menatapnya saja, ia dapat merasakan betapa terlukanya gadis itu. Dalam sekejap Naruto menjadi panik.

"A-ada apa, Hinata? Kenapa kau menangis?! Katakan apa yang terjadi!"

Naruto khawatir. Ia menangkup tangannya ke wajah Hinata dan mengusap air mata yang telah mengalir itu. Bibir plumnya melengkung dan mengeluarkan isakan kecil, menahan perih yang mendera hatinya. Tak pernah seumur hidup ia melihat Hinata menangis. Baru kali ini ia melihatnya, dan wajah sendunya sukses menyayat hati Naruto. Namun, telapak tangan lebarnya ditepis kasar oleh gadis dihadapannya. Sontak, Naruto terkejut. Pupilnya melebar, hatinya kalut, dan bertanya-tanya mengapa gadis itu begitu tega menepis tangan kekasihnya sendiri dengan kasar.

"Pergi."

Belum selesai mencerna apa yang terjadi, Naruto dikejutkan lagi dengan suara lirih Hinata yang mengucapkan kata yang tak terduga. Kata itu bukanlah kata yang ingin didengar Naruto yang baru saja datang dari kota yang ratusan km jauhnya. Kata itu sangat menyakitkan untuk seseorang yang berniat melepas kerinduan pada kekasihnya.

"Tapi, aku baru saja sam-"

"PERGIIII, JANGAN PERNAH KEMBALI LAGI..!"

"Aaaakhhh!"

Naruto terhuyung dan spontan menjauh. Tubuhnya terasa sedikit perih akibat tembakan air dari selang Hinata. Ya, Hinata menyemprotnya lagi. Ia memencet selang itu dengan kekuatan maksimal. Alhasil, tubuh Naruto basah kuyup.

"Pergi! K-kau... Kencan saja dengan perempuan itu!"

"Apa? Perempuan siapa?"

"...W-white Shion..."

Naruto terkejut. Bagaimana bisa ia mengetahuinya?

"A-apa...bagaimana kau-"

"Naruto... Kemarin..aku menunggu pesan darimu..tapi apa yang terjadi? Kau menghilang tanpa kabar apapun!"

"Tapi, Hinata...aku-"

"Dan hari ini.." Hinata memberi jedanya sejenak.

"Aku mencoba menelusuri dan mencari tahu apa yang terjadi denganmu. Dan tanpa sengaja..a-aku menemukan fotomu. Bersama wanita itu..di kedai sushi, kan? Itu foto yang diambil kemarin, bukan?"

Naruto terkejut. Jadi Hinata melihatnya...pikirnya. Dalam hati ia merutuki Kiba dengan sumpah serapah terburuknya. Sedangkan Hinata masih tetap dengan ekspresi sedih dan marah itu.

"Hinata, jangan salah paham.. aku tidak kencan dengan perempuan it-"

"BOHOOONGGG!"

Hinata menyemprot airnya lagi tanpa ampun, dan membuat Naruto terbatuk karena airnya masuk dengan keras melalui saluran pernapasannya.

"Lalu, kenapa kemarin kau menghilang? Kenapa kau mengabaikan pesanku? Aku menunggumu, aku mengkhawatirkanmu, dan aku mengharapkanmu! Dan ternyata kau berkencan dengan perempuan lain!"

Pria yang membungkuk itu terdiam, memberi waktu pada Hinata untuk meluapkan emosinya. Pada detik berikutnya, Hinata membuat ekspresi yang membuat Naruto terluka. Hinata menangis.

"Aku tau.. aku hanya gadis yang lugu. Aku tidak cantik seperti dia. Aku tidak terkenal seperti dia. Aku..." Hinata teringat kejadian memalukan kemarin saat ia sengaja mengenakan bikini saat menunggu Naruto. Hatinya perih.

"...hanya gadis murahan. Aku tidak pantas bersanding denganmu, Naruto. Mungkin ini sulit bagimu untuk mempertahankan hubungan ini karena kita jauh. Jadi, tidak apa. Tidak apa, jika kau memutus hubungan kita. Aku..hiks..."

Naruto bangkit. Tanpa gentar ia melangkah cepat dan segera merengkuh tubuh gadis yang rapuh itu dengan erat. Meski Hinata memberontak, namun perlawanan itu bukanlah apa-apa dibanding kuatnya pelukan di tubuh Hinata. Akhirnya Hinata menyerah. Ia terisak dan tenggelam di dada kokohnya yang berbalut kemeja basah itu. Naruto mulai membelai puncak kepala Hinata dan mengelus surai indigo yang panjang itu.

"Maafkan aku, Hinata. Maafkan aku.."

Nada yang rendah itu membuat sedikit getaran di dada bidang yang disandari Hinata saat ini. Parfum sitrus yang sangat khas menguar dan meninggalkan kesan segar dan seksi di penciuman si gadis. Diam-diam ia juga menyukai irama detak jantung pria yang sedang memeluknya erat sekarang. Kombinasi tersebut terasa begitu menyenangkan, dan Hinata memutuskan untuk diam dan sedikit beringsut kedalam pelukan itu.

"Soal kemarin. Kuakui, aku memang sengaja. Aku sengaja tak mengirim atau membalas pesan-pesanmu kemarin. Aku juga tidak memberitahu kepulanganku, karena... Ini memang rencanaku sejak awal. Aku ingin memberimu kejutan."

Perasaan bersalah mulai menghantui benak Hinata, dan mulai membuat perasaannya campur aduk. Andai saja ia tak berpikiran negatif atau melihat foto itu, ini akan menjadi kejutan yang termanis dalam hidup Hinata. Namun ego dan emosi dalam dirinya telah menghancurkan kejutan yang sengaja dipersiapkan oleh kekasihnya.

"Kau tahu? Tadi aku sengaja memanjat dinding pembatas dan mengendap-endap seperti pencuri..haha. Saat aku melihatmu berkebun, aku senang sekali. Lalu segera memelukmu. Kukira kau akan senang, tapi aku malah membuatmu menangis di waktu kedatanganku. Dan..kau menuduhku berselingkuh dengan wanita di kedai sushi itu."

"A-aku hanya sakit hati m-melihatmu bersenang-senang dengan wanita itu saat aku mengkhawatirkanmu. Dan kelihatannya...dia akrab sekali denganmu..bahkan ada beberapa fotomu di profilnya," ujar Hinata dengan nada sedikit emosi. Naruto tersenyum simpul, membayangkan wajah cemburu Hinata yang imut didalam dekapan dadanya.

"Shion adalah kakak tingkatku. Dia memang seperti itu. Kau tahu? Dia selalu bertingkah akrab dengan siapapun. Yah, sifatnya mirip Sakura dan Ino.. Seperti itulah,"

Hinata teringat dengan sifat dan tingkah laku kedua sahabatnya. Kadang mereka merangkul Naruto, memukuli lengannya, bahkan berani menjitak kepalanya kalau ia membuat masalah dengan Hinata. Sakura kadang memukul Sai saat mengutarakan pendapat yang terlalu jujur itu. Hinata mulai terbuka hatinya.

"Bukan hanya denganku, tapi dengan teman-temanku juga. Apalagi dengan Inuzuka Kiba, yang kau lihat kemarin. Bahkan mereka berdua sepertinya saling suka, hahaha"

"Bagaimana kau tahu? Kau hanya berusaha menenangkanku, kan..?" balas Hinata, berusaha tidak percaya. Naruto menghela napasnya.

"Aku tahu karena Shion sendiri yang bilang padaku dan Gaara beberapa waktu yang lalu. Kalau Kiba.. aku hanya mengira-ngira saja. Karena dia yang paling peduli dengan kakak yang centil itu."

"...Aku masih belum percaya ini." ujar Hinata lagi. Ia masih kesal dengan kejadian-kejadian yang dilaluinya.

"Hehehe... Kau ini.." Tangan kuatnya mengeratkan pelukan dan menekan pinggang Hinata pada tubuhnya. Hinata berdebar.

"Aku bersumpah, kami hanya sekedar teman. Dia yang mentraktirku sushi kemarin, karena tahu bahwa aku akan pulang. Bahkan aku menceritakan tujuanku pulang kesini karena.. Aku kangen dengan pacarku."

Pipi Hinata memerah.

"Ya, aku merindukanmu, Hinata."

Naruto melepas pelukannya dan berganti menggenggam kedua pundak gadis itu. Kemudian mata birunya menatap wajah gadis yang dirindukan itu lekat-lekat dalam jarak beberapa senti saja. Hinata kehilangan kata-kata. Emosinya berganti menjadi ekspresi terpana setelah mendengar penjelasan pria berambut kuning itu.

"Kau tahu? Aku berusaha mati-matian menahan diri untuk tidak membalas pesanmu. Dan sebenarnya.. aku juga tidak lupa soal permintaanku..yang kemarin."

Hinata tertegun. Ia tahu betul 'permintaan' yang dimaksud Naruto.

"Aku bilang, aku ingin kita melakukannya lagi di video call. Aku berusaha menahan diriku kemarin karena..." wajah Naruto bergerak perlahan menuju telinga gadis itu.

"Aku ingin melakukannya saat kita bertemu," bisiknya dengan nada yang menggoda. Kemudian lidahnya menjilat daun telinga Hinata yang sensitif itu.

Alangkah terkejutnya Hinata. Apa yang baru saja dilakukan Naruto benar-benar sukses membuat hatinya berdegup kencang. Sensasi yang ditimbulkan oleh lidah Naruto terasa asing, dan membuat sengatan tertentu pada hormon tubuhnya. Dalam sekejap wajahnya memerah. Ia melangkah mundur, namun langkahnya ditahan oleh cengkraman pada pundaknya.

"Hinata. Tatap mataku."

Kedua telapak Naruto mengangkat pipi Hinata dan mau tak mau membuat gadis itu terdongak. Mata saphire dan lavender bertemu, dan membuat keduanya hanyut dalam tatapan penuh kerinduan itu.

Ujung rambut pirang yang basah itu mulai mengenai poni Hinata dengan gerakan perlahan. Ketika hidung mereka bersentuhan, saat itulah mereka saling memejamkan mata.

Naruto mencium bibir Hinata dengan lembut.

Hinata masih terdiam saat bibir plumnya dikulum bergantian oleh lelaki pirang itu. Ia dapat merasakan betapa dalamnya rindu Naruto pada dirinya melalui ciuman itu. Lembut, dalam, dan penuh perasaan. Menyadari bahwa ia juga kangen dengan si jabrik yang satu ini, Hinata menanggapi ciumannya.

Bibir Naruto terasa sedikit dingin karena semprotan air tadi. Ia berinisiatif untuk membagi kehangatannya dengan menekan kepala kekasihnya dan memperdalamnya sampai...

SRASSS!

"Aaaakh! Naruto! A-apa yang kau lakukan!" serunya seraya bergerak mundur. Semprotan air itu membuat Hinata melepas pagutannya. Sejak kapan Naruto mengambil selangnya?! Batinnya tak habis pikir.

"Pembalasan... hihihi," gelaknya. Bisa-bisanya ia jahil disaat intim begini, rutuk Hinata sebal. Ia tak dapat menahan tawanya saat ia berhasil menjahili Hinata dengan membuatnya hanyut dalam ciumannya. Namun sesaat kemudian, tawanya memudar ketika melihat pemandangan dihadapannya.

Hinata dengan kaus basahnya.

Gadis itu sibuk mengibaskan air pada dadanya, sehingga membuat pantulan kecil pada kedua bulatan kenyal itu. Lalu tangannya memeras kaus basahnya, membelah bulatan payudaranya sehingga sembulan besarnya tercetak jelas dan lekuk pinggangnya terbentuk sempurna. Ia bahkan dapat melihat separuh pusar gadis itu yang sebagian tertutup oleh legging ketatnya. Pinggul besar dan bokong Hinata yang sintal tak luput dari perhatian lelaki itu.

"Gulp,"

Naruto menelan ludahnya.

Hinata sangat seksi.

Gadis lavender itu menghentikan aktivitasnya saat menyadari Naruto terbengong-bengong di hadapannya. Hinata mengernyit. Naruto tidak melihat wajahnya, melainkan fokus pada...

"A-apa yang kau lihat," kejut Hinata seraya menutupi payudara yang ternyata menjadi titik fokus lelaki pirang itu. Pasalnya, ia tak memakai bra. Ia hanya mengenakan mini-set tipis, sehingga tonjolan putingnya tentu saja terlihat oleh mata nakal Naruto tadi. Apalagi dalam keadaan basah. Wajah Hinata merah padam.

Naruto yang sejak tadi fokus menatap buah dada yang basah itu, beralih ke wajah Hinata setelah gadis itu menutupinya dengan tangan. Hinata makin salah tingkah. Tatapan mesum itu belum juga luntur dari wajah tampannya. Hinata tak berani menatapnya, dan menurunkan pandangannya ke arah tubuh Naruto. Yang ada malah tubuh pacarnya yang begitu atletis, dan kemeja yang basah semakin membuat pahatan ototnya terlihat sempurna. Otot lengannya, dada bidangnya, perut sixpacknya, dan kulit tan nya yang basah terpampang nyata di hadapan Hinata.

'Aww awww sial, dia seksi sekali!' rutuk Hinata dalam hati. Ia menutup matanya erat-erat, namun terkejap saat kepalanya dihujani semprotan air diatasnya. Membuat wajah dan rambutnya basah dalam sekejap. Ia baru sadar Naruto telah mendekap pinggangnya dan menggenggam selang diatas kepala Hinata.

Mata Naruto melebar.

Kini Hinata benar-benar terlihat seperti di video call kemarin.

"H-hinata...kau b-benar-benar..uhh" tiba-tiba Naruto menjadi gugup.

Hinata berkali kali lipat lebih seksi daripada video call tempo hari lalu.

Tonjolan-tonjolan tubuhnya benar-benar memikat dan membuat darahnya berdesir kencang. Apalagi ini adalah Hinata versi nyata, yang tentu saja dapat dijamah secara langsung tanpa harus berfantasi lebih dahulu. Tubuhnya yang menempel dengan dada Hinata membuat wajah Naruto memerah.

"Uhm..seksi?" terka Hinata dengan senyum yang menggoda. Naruto menelan ludahnya lagi. Tampaknya godaan Hinata sukses membuat jantungnya berdegup kencang, dan gadis itu merasa menang.

"Senyummu itu..kau menggodaku kan?" desis Naruto tak kalah menggoda. Kedua telapaknya tegas mendongak kepala Hinata lagi dan memaksanya bertatapan, meminta penjelasan lebih. Alih-alih ketakutan, Hinata justru memandang saphire Naruto dengan penuh gairah. Sedetik kemudian Naruto mencumbu bibir Hinata dengan ganas. Lidah nakalnya menerobos masuk kedalam rongga mulut Hinata yang hangat, dan memutar-mutar lidah Hinata yang masih tenang itu. Melampiaskan hasrat dan nafsu yang ia pendam dalam-dalam selama ini.

"Umhh... Naru..nnnh" gerakan lidah Naruto membuat gairah Hinata memuncak. Tak mau kalah, lidah gadis lavender itu bergerak liar melawan lidah Naruto yang gesit itu. Tak peduli berapa banyak saliva yang terjatuh, keduanya saling bercumbu dengan ganas. Ia ingin membuat Naruto mengeluarkan desahannya sekarang juga.

"Nnh..," desah Naruto saat ujung lidah Hinata menyentuh rongga mulut atasnya. Jantung Hinata berdebar. Desahan kecil itu memantik api gairah dalam tubuhnya. Ia benar-benar terbakar sekarang. Pasangan itu benar-benar lepas kedali. Baju yang basah membuat sentuhan dada Naruto dan Hinata berada pada sensasi tersendiri. Cumbuan Naruto turun di leher jenjang Hinata, memainkan lidah nakalnya dibelakang telinga gadis itu.

"Ahha..aaahh~" erangnya nikmat, merasakan jilatan dan hisapan bertubi-tubi yang dilakukan Naruto di tengkuknya. Hinata meremas rambut pacarnya dan sesekali meraba lekuk punggung Naruto yang berotot itu. Melihat respon Hinata, Naruto menurunkan tangannya dan menuntun Hinata untuk mengangkat sebelah pahanya. Ia mengalungkannya pada pinggul Naruto. Kemudian telapaknya bergerak meremas-remas bokong Hinata dan menekannya ke arah junior yang mulai tegang itu.

Mata Hinata terbelalak.

Naruto menggerakkan pinggulnya dan menggesek-gesek juniornya pada kewanitaannya. Perbuatan pria itu membuat Hinata mengerang dan vaginanya berkedut. Cairan lengket itu mulai keluar, dan klitorisnya mulai menegang. Ingatan gadis itu kembali pada saat pertama kali melihat penis Naruto yang begitu kokoh dan besar di panggilan video tempo hari lalu. Dan sekarang penis itu mulai membesar karena bergesek di kewanitaannya.

Hinata sangat horny.

Ia mengimbangi gerakan pinggul yang dilakukan Naruto dengan gerakan yang liar. Naruto yang tak dapat menahan gejolak kenikmatan itu mulai melenguh, dan suhu tubuhnya mulai panas. Penis Naruto yang menegang bergesek cepat dengan klitoris Hinata, dan seolah ingin melesak masuk kedalam lubang kewanitaan gadis itu namun terhalang oleh kain yang menutupi keduanya. Disela-sela aktivitasnya, tangan Naruto mulai menyelinap masuk didalam kaus Hinata. Namun sebelum Naruto berhasil meraih buah dadanya, tangan Hinata menahannya. Naruto terkejut.

"sssst... Sepertinya kamu mulai panas. Ayo kita pindah ke kamar.."

Undangan yang menggoda itu membuat Naruto menyeringai nakal. Tanpa menunggu, ia langsung mengangkat Hinata dan menggendongnya menuju kamar.


"Akhhh..! " pekik gadis lavender itu saat tubuhnya terhempas di springbed empuk kamarnya. Sedangkan Naruto sudah berada tepat diatas tubuh Hinata. Kedua tangan dan pahanya mengapit tubuh gadis yang berisi itu. Gejolak nafsu dan aktivitasnya barusan membuat nafasnya terengah-engah. Hinata lumayan berat juga.

"A-apa aku berat?" tanya Hinata malu-malu. Naruto terkesiap mendengarnya.

"Hehe, tidak juga.." bohongnya. Naruto tersenyum simpul saat melihat gadisnya menghela nafas lega. Matanya menilik setiap inchi kurva tubuh yang seksi itu.

"Hinata..."

"Uhm...ya?"

Kepala pria itu turun dan mempersempit jaraknya pada Hinata.

"Aku sangat suka melihatmu di video call kemarin," bisik Naruto di telinganya. Hinata terpejam menikmati hembusan nafas hangat pacarnya itu.

"Kau membuatku meledak kemarin," bisiknya lagi. Ia mengulum lalu menggigit kecil leher yang jenjang itu dengan gemas, dan sukses membuat Hinata mengerang. Tangan lelaki itu menelusuri lekuk tubuh gadis dibawahnya, dan perlahan bergerak menuju payudara Hinata.

"Nggh..Naruto.." desah Hinata merasakan sensasi ciuman di leher dan remasan payudara yang dilakukan lelakinya itu. Bukan fantasi seperti kemarin, kali ini Naruto benar-benar melakukannya dengan tangannya sendiri. Semakin lama remasannya menjadi intens dan membuat nafas keduanya memburu. Naruto dapat merasakan puting Hinata yang menegang di genggamannya. Tak sabar lagi, ia membuka kaus ketat dan menyingkap mini-set gadis seksi itu.

"Kyaa!" pekik Hinata.

"K-kenapa?" panik Naruto. Hinata menutup rapat-rapat kausnya.

"J-jangan lihat..."

Naruto heran.

"...A-aku malu..." sambungnya lirih. Ia mengalihkan pandangannya kesamping dengan wajah yang memerah, dan melirik Naruto dengan tatapan bersalah. Takut kalau ia menghancurkan mood pria yang sedang panas itu. Naruto yang semula mengira Hinata tak menyukai perbuatannya, kini menghela napas. Tadi ia adalah penggoda yang hebat, tapi sekarang sifat pemalunya kembali muncul ke permukaan. Naruto tersenyum gemas memaklumi kombinasi sifat gadisnya.

"Hey...bukankah kita sudah saling lihat kemarin?" ujar Naruto, membelai wajah tersipu Hinata dengan lembut.

"Itu berbeda. Kau melihatnya langsung sekarang.. Aku takut kau akan kecewa," tanggap Hinata. Entah kenapa, ia merasa tidak percaya diri. Ia takut Naruto akan kecewa melihat tubuhnya.

"Tidak, sayang.. Aku mencintaimu, dan aku menyukai segala hal tentangmu. Wajahmu, sifat, dan tubuhmu.. Kau sempurna bagiku, Hinata Hyuuga."

Pernyataan Naruto membuat perasaan Hinata menghangat.

"Aku malah sekarang berpikir kalau aku tak pantas jadi pacarmu.." kata Naruto. Ia memanyunkan bibirnya seperti bebek.

"K-kenapa?" tanggap Hinata panik. Gawat, ia telah membuatnya cemberut.

"Karena aku hitam dan tidak tampan seperti Sehun," kata Naruto sambil melirik poster besar Sehun EXO di dinding kamar Hinata dengan ekspresi manyun yang dibuat-buat. Hinata tergelak.

"Hahaha..! Kau bercanda? Kau tampan! Kau adalah pacar impianku! Dan kamu adalah kekasih paling sempurna dalam hidupku!"

Naruto mengerjap dengan ledakan ekspresi murni Hinata. Tawanya begitu alami, menandakan bahwa kata-katanya barusan bukanlah gombalan yang dibuat-buat. Hinata tulus menyukainya.

"Dan lagi, kau tidak hitam! Kulitmu coklat, dan membuat tubuh atletismu semakin seksi...ah,"

Hinata keceplosan. Pujiannya terlalu vulgar, dan sangat memalukan untuk diucapkan oleh seorang gadis. Naruto ternganga, dan semburat merah terlihat jelas di wajah coklatnya. Keduanya memerah.

"...Kau..suka tubuhku?" tanya Naruto dengan tatapan menerkam. Seringai mautnya dibalas dengan anggukan salah tingkah Hinata.

Tiba-tiba Naruto memeluk Hinata erat dan memutar paksa tubuh gadis yang berbaring itu.

Gadis itu terpekik.

Hinata berada diatas sekarang.

Perpindahan yang tak biasa itu membuat Hinata cepat-cepat bangkit, namun tertahan oleh telapak yang menahan gerakannya.

Tepat dibawahnya, Naruto menatap lavendernya dengan penuh gairah. Kancing atas kemejanya yang terbuka sedikit memperlihatkan tonjolan otot dada yang sangat menggoda. Dan sekarang ia menduduki organ tervital lelaki itu. Nafasnya tercekat.

"Sentuh aku.. Baby,." bisiknya dengan nada yang menggoda. Ia membawa telapak gadis itu ke dadanya yang sedikit terbuka. Hinata yang tak tahan dengan gairahnya sendiri, segera membuka kancing kemeja basah itu dan melucutinya dari tubuh Naruto.

Telapaknya mulai membelai tubuh atletis dan tonjolan sixpacknya yang menggairahkan dengan gerakan sensual, membuat desiran darah lelaki itu mengalir cepat ke arah kejantanannya. Kulit tan itu membuat gadis itu begitu terangsang. Kemudian tanpa diduga, Hinata melepas kaus dan mini-setnya didepan mata kekasihnya.

Payudara besar yang selalu memenuhi fantasi seks Naruto kini membusung penuh dan menantang birahi seksualnya, tepat diatasnya. Didepan matanya.

Naruto tercekat.

"Ohh..yes, girl.." gumam Naruto menyaksikan rangsangan visual dan genital yang diberikan oleh gadis seksi yang duduk diatas tubuhnya. Hinata merapatkan, meremas, dan memutar sendiri buah dadanya yang kenyal. Desahan sensual yang diimpikan Naruto juga terdengar dari mulut bulatnya. Pinggul gadis itu bergerak seksi, menggesek dan membangunkan junior si pirang dengan kewanitaannya yang empuk dan basah. Peluh kenikmatan mulai mengalir akibat suhu panas yang ditimbulkan oleh birahi yang menggebu itu.

"Mmhh..suck it babe.." erang gadis yang meliar itu. Kedua lengannya memeluk dan membekap wajah terangsang pria itu dengan buah besarnya tanpa ampun.

"Ahhn..mmh, damn, you're big," desis Naruto kelimpungan menghadapi bulatan besar dan kenyal itu. Hidung mancungnya menyesapi aroma tubuh Hinata dalam-dalam, mengingatnya, dan menyimpannya dalam ruang rindu di relung hatinya. Lidahnya bergerilya, menggigit kecil, kemudian tangannya menggenggam payudara besar itu dan menghisap puting-putingnya dengan penuh nafsu.

"Ouchh..i-ini..sungguh nikmat sayang..mmh.." erang Hinata. Ia menurunkan badannya dan mencium bibir Naruto. Gerakan lidahnya ganas, lalu merembet ke tengkuk leher yang kokoh itu tanpa melepas pagutannya.

"Wow..woah.. Kau menggila..uhhh..H-hinata.." ujar Naruto berusaha keras menahan erangannya. Bagaimanapun juga, ia laki-laki. Ia tidak akan mendesah sebanyak perempuan. Namun kenyataannya, cumbuan nakal gadis itu membuatnya sangat terangsang. Jilatan, gigitan, dan hisapan bertubi-tubi yang Hinata berikan tetap meloloskan sebagian erangan Naruto yang tertahan. Apalagi tangan lentik itu juga membelai dada bidang, lekuk sixpacknya, dan meremas-remas kejantanan yang mengeras itu. Sedangkan tangan Naruto meremas bokong kenyal Hinata dan menggesek belahan vagina yang terbalut legging ketat itu.

Pasangan yang baru merasakan bercinta untuk pertama kalinya itu mengerang dan mendesah. Gerak yang diperbuat selalu panas dan menggebu-gebu.

"Hisap punyaku..sayang.." pinta lelaki itu. Dada pria itu naik turun, nafasnya bergejolak bercampur nafsu. Hinata berdebar, peluhnya mengalir di leher dan payudara telanjangnya.

"Hisap punyaku juga, baby.." kata Hinata dengan ekspresi bergairah sembari mengubah posisinya. Hinata menjilat dada Naruto, dan terus bergerak ke perut roti sobeknya, dan berhenti di garis kemaluan Naruto yang sebagian tertutup celana kainnya. Bokong seksi dan kemaluan Hinata kini berada tepat di depan wajah mesum Naruto.

Naruto takjub.

Tak menyangka gadis pemalu itu mempunyai nyali untuk membuat posisi 69 di momen bercinta pertamanya.

"Ohhh..mmhh," desah Hinata. Naruto mencuri start dengan menyelipkan hidung mancungnya di belahan vagina gadis itu dan mengulum klitorisnya dari luar celananya.

Kedua orang itu saling melepaskan celana pasangannya masing-masing. Hinata yang selesai menyingkirkan celana panjang pacarnya, kini dihadapkan oleh celana dalam Naruto yang terlihat sesak karena isinya yang membesar. Sedangkan Naruto dihadapkan oleh celana soft purple Hinata yang basah oleh cairan cintanya. Aroma cairan itu tercium oleh Naruto, dan menimbulkan sensasi aneh yang sangat merangsang saat menghirupnya. Pemandangan-pemandangan itu baru pertama kali dialami oleh Naruto dan Hinata, dan membuat mereka memerah dan salah tingkah. Meski mereka pernah melihatnya di video, namun kali ini sama sekali berbeda. Ada perasaan gugup yang menjalari keduanya. Keduanya tetap terdiam dan memerah.

"..kau duluan.." ujar Naruto ragu-ragu.

"..tidak..kau laki-laki, k-kau duluan.." balas Hinata dibawah sana.

"Oke, aku akan buka punyamu dulu..." tanggap Naruto.

"J-jangan, aku malu..." kata Hinata gugup.

"Baiklah, bersama-sama.." ide Naruto tak buruk juga.

"1..."

"2..."

"3..."

"Akh.."

Jujur saja, Hinata masih sangat malu untuk membuka celana dalam yang sesak itu. Itulah mengapa, pada hitungan ketiga Hinata memejamkan kelopak matanya erat-erat.

Namun penis Naruto menampar wajahnya dengan kokoh. Dan memaksa Hinata untuk membuka matanya.

Kini penis besar dan panjang itu berada di wajah, di samping hidungnya. Hinata membelalakkan matanya tak percaya. Ini asli...Junior Naruto memang benar-benar besar dan berurat, dengan panjang sekitar 16cm atau lebih.

Begitu juga Naruto. Saat membukanya, ia langsung disambut oleh lendir lengket kewanitaan yang jatuh ke sudut bibirnya. Lelaki itu mengusap sudut bibirnya dengan ibu jari, dan menjilat cairan yang membuatnya terangsang itu.

'Jadi begini rasanya..' batin Naruto takjub.

Belum lagi pemandangan diatasnya. Mata biru lautnya terpana, melihat bibir vagina Hinata yang mengkilat karena cairan itu. Kulitnya yang putih semu pink, rambut yang tidak begitu banyak, dan aroma tubuhnya yang memabukkan lebih dari cukup untuk membuat jantungnya berpesta.

Setelah beberapa saat terpana dengan keindahan masing-masing, tangan kedua insan itu mulai bergerak.

Hinata menggenggam ujung kepala penis yang memerah itu. Sedangkan tangan satunya menggenggam bola juniornya. Lidahnya berputar di sekeliling batang kejantanan Naruto, kemudian menggesek dengan kedua bibirnya dengan gerakan vertikal. Tangan Naruto bermain dengan kewanitaan basah Hinata. Ibu jarinya menggesek klitorisnya dengan tekanan yang cukup membuat Hinata bergetar. Sedangkan jari lainnya mencoba masuk ke lubang yang sempit itu.

"Nnghh..uhh.."

"Mmhh, ahhn.."

Tidak ada kata-kata yang terucap dari Naruto maupun Hinata. Yang ada hanya erangan, erangan, dan desahan yang menggema di kamar yang pernah Hinata gunakan untuk video call panas tempo hari lalu.

"Suck it, babe..Ouchh, shit, " desis lelaki itu saat merasakan setengah batang penisnya telah masuk di rongga mulut gadisnya yang panas. Kedua tangan Naruto menarik pinggul Hinata dan melahap kewanitaan gadis sintal itu dengan rakus. Lidahnya bergerilya tak beraturan, menjilat apapun yang ada di permukaannya, dan akhirnya menerobos masuk ke lubang yang panas itu.

"Aakhh, akhhh, Naruto!" desahnya keras. Perbuatan Naruto membuat gerakan mulut Hinata meliar. Menghisap kuat dan melahap penis Naruto dari ujung sampai batang yang keras itu masuk sepenuhnya kedalam mulutnya. Bintik lidah Hinata menambah sensasi nikmat yang dirasakan oleh lelaki dibawahnya. Ia sengaja menjatuhkan salivanya banyak-banyak untuk mendukung gerakan cepat blowjobnya.

Dua badan itu saling bergerak. Naruto memaju mundurkan pinggulnya dengan keras tanpa peduli Hinata akan batuk atau tersedak, sementara Hinata menekan kuat dan menggesek cepat vaginanya di wajah Naruto tanpa peduli mengenai mata atau hidung atau mulut, atau yang lain. Membuat spray yang sebelumnya tertata rapih berubah menjadi kusut dan berantakan. Kalau saja poster Sehun di dinding Hinata itu hidup, pasti ia akan menutup mata dan menggeleng-gelengkan kepalanya melihat adegan seks liar dan menggebu-gebu itu. Pasangan itu benar-benar dimabuk gairah.

"Ughhh, ughhh shit, I'm cumming!" racau Naruto merasakan nikmat yang membara. Semprotan sperma di tenggorokan itu membuat Hinata terbatuk, kemudian ia segera mengeluarkan batang kejantanan Naruto yang masih menyemprotkan cairan putih itu. Tangan lentiknya membantu mengeluarkan sisa-sisanya dengan kocokan yang intens.

"Lihat.. Kau keluar banyak..Naruto-kun," goda Hinata sambil memperlihatkan sperma yang membasahi poni, mulut, wajah, dan payudaranya.

"Itu salahmu karena tubuhmu sangat seksi," Naruto duduk memandangi Hinata yang menjilat sperma miliknya dengan gerakan sensual. Kakinya bersimpuh, buah dada besar dan pantat bulatnya itu masih saja menarik minat lelaki itu. Rambut panjangnya sedikit berantakan, dan Naruto menyukainya. Ia merasa beruntung mempunyai pacar secantik dan seseksi Hinata.

"Curang," kata Hinata bersungut-sungut.

"Haha. Kenapa?"

"Kau sudah keluar sedangkan aku masih belum puas," ujar Hinata cemberut. Naruto paham betul perasaan Hinata, dan ia terkekeh menanggapi gadisnya yang merajuk.

"Memang kenapa kalau aku keluar?" goda Naruto lagi.

"Itu artinya permainan ini selesai," tanggap gadis itu yang masih cemberut.

"Siapa bilang?"

Lelaki berkulit tan itu menghempas paksa tubuh gadisnya dengan agresif, dan membuat Hinata terpekik manja. Mata birunya menerkam lavender Hinata dengan penuh minat dengan jarak beberapa senti saja. Keduanya menyeringai senang, dan sama-sama tak sabar untuk hal selanjutnya.

"Aku akan memuaskanmu.. Nona," desis Naruto di telinga gadis yang terbaring dibawahnya. Hinata mengulum senyum. Ia membuka lebar-lebar pahanya keatas, dan lengan atletis Naruto menguncinya. Matanya terpejam, merasakan penis Naruto yang mulai menyentuh liang kewanitaannya.

"Aaaaahhh..."

Dengan gerakan perlahan tapi pasti, batang yang keras itu masuk dan membuat Hinata menggeliat kenikmatan.

Naruto mengerang. Penis besarnya dijepit oleh vagina yang basah, panas, dan rapat itu. Sekarang kejantanannya telah masuk seutuhnya dan terhisap kedalam kewanitaan Hinata. Tanpa menunggu lagi, Naruto menggerakkan pinggulnya dengan gerakan sensual.

"ahh..ahh...sssh..ahh.."

"hhh..hhh..h-hinata.."

Naruto benar-benar melakukannya dengan baik. Hinata benar-benar dimanjakan oleh penis keras dan panjang lelakinya yang keluar masuk di kewanitaannya. Sedangkan pria itu terpejam, merasakan lubang sempit yang mencengkram kuat penis besarnya. Nikmat tiada tara.

Semakin lama, gerakan pinggul lelaki itu semakin cepat. Jarak tusukan penisnya semakin pendek, dan keduanya saling mendesah hebat. Naruto menusuk kewanitaan Hinata tanpa ampun, dan menekan titik G-spot Hinata berkali-kali. Racauan dan erangan berkolaborasi. Peluh membanjiri tubuh mereka. Springbed yang empuk dimanfaatkan lelaki itu untuk memantulkan pinggulnya dan menghentak keras penisnya kedalam rahim Hinata berkali-kali. Desahan yang tidak pelan, decakan akibat hujaman kejantanan Naruto, dan deritan kasur akibat pantulan yang keras membuat suasana kamar Hinata menjadi berisik. Pergumulan yang keras itu membuat Naruto dan Hinata kehilangan akal sehat dan merasakan kenikmatan dahsyat yang memuncak sampai ubun-ubunnya. Hinata yang tak kuasa menahan hujaman kenikmatan itu mendesah hebat, meremas rambut jabrik itu dan merasa saatnya hampir tiba.

"Aaakh, akhh, akhh, aku tak tahan lagii...!"

Hinata mengeluarkan cairan kenikmatannya saat Naruto masih menggenjotnya dengan keras. Gadis itu menggeliat, menggelinjang, dan memeluk kepala lelaki itu erat. Kedutan vagina gadis itu membuat Naruto semakin mempercepat gerakannya dan bergetar di tubuh Hinata. Lelaki itu mencabut kejantanannya dan mengarahkannya ke wajah Hinata.

"Uhhhh, ohh, f*ck, f*ck !" racau Naruto mengocok cepat kejantanannya dan menyemprot keras sperma kentalnya ke wajah dan payudara Hinata. Ejakulasinya terasa begitu dahsyat, dan keluar berkali-kali. Hinata membantu Naruto untuk menghabiskan spermanya dengan mengulum dan menghisap kepala juniornya yang melemas. Akhirnya ia membersihkan tubuhnya sendiri dengan menjilatnya.

"Fuahh..." Naruto menghempaskan diri di ranjang Hinata. Badannya yang atletis mengkilat karena peluh yang menempel pada tubuhnya.

"Kamu hebat, Naruto-kun..." puji Hinata tulus. Ia mengambil tempat disisi Naruto dan memeluk tubuh kekasihnya dari samping.

"Hehe..bisa saja," tanggap lelaki jabrik tersebut. Pujian Hinata membuat hidungnya memerah dan kembang kempis. Reaksi pria itu membuat Hinata terkikik geli. Naruto tampak sangat bangga.

"Kamu lebih hebat, Hinata-chan..." puji Naruto sambil memencet kembang hidung Hinata gemas. Keduanya saling tertawa geli.

"Sekarang ceritalah, apa saja yang terjadi kemarin sampai kau menangis seperti tadi?" tanya Naruto penuh keingintahuan.

"uhm... T-tidak usah, lupakan.." jawab Hinata gugup. Ia malu jika harus menceritakan ekspektasi berlebihannya, apalagi di momen bagian bikini itu.

"Ayolahh...nanti kubelikan es krim," goda Naruto. Hinata meninju lengan kekarnya dengan sebal.

"Es krim strawberry dan ayam goreng," rajuk Hinata. Lelaki itu gemas dengan tingkah laku gadisnya dan memeluknya.

"Hahaha, baik baik... Es krim, ayam goreng, donat, dan semua hal yang kau suka. Sekarang, ceritalah. Aku mendengarkan." Naruto memiringkan badannya untuk memperhatikan Hinata. Hinata masih merasa tidak nyaman dan ragu-ragu menceritakannya.

"Tidak apa sayang..jangan biarkan perasaan bersalah ini menggangguku. Ceritalah," ujar Naruto menenangkan Hinata. Hinata menghela nafas, dan menceritakan kronologi momen yang membuat perasaannya campur aduk kemarin.

Naruto mengangguk-angguk, dan terkekeh kecil saat tau Hinata menunggunya kemarin. Ekspresi dan perasaannya terluka saat tau Hinata begitu menderita dengan pikiran-pikiran negatifnya. Hal yang wajar, mengingat keduanya saling berjauhan di tempat yang berbeda. Ia agak menyesal membiarkan Hinata penasaran dengan keberadaannya, apalagi Hinata sengaja berpakaian seksi untuk menunggu panggilan darinya. Ditambah kenyataan bahwa ia tak pernah menceritakan wanita bernama Shion sebelumnya, sementara banyak foto Naruto yang terunggah di profil wanita cantik itu. Kini ia tau mengapa Hinata begitu sebal padanya di kebun tadi. Naruto pantas mendapatkannya.

"Maafkan aku... Kumohon, maafkan aku.." peluk Naruto erat. Hinata balik memeluknya.

"Tidak apa-apa. Itu salahku sendiri..bukan salahmu,"

"Tidak,tidak. Aku bersalah membuatmu menderita seperti itu. Tolong jangan tinggalkan aku.. Aku mencintaimu," kata Naruto bersungguh-sungguh.

"Kalau begitu, kau harus menebus kesalahanmu.." ujar Hinata.

"A-apa.. Bagaimana aku menebusnya?"

"Ayo kencan diluar.. Dan menginaplah dirumahku, hari ini." kata Hinata sambil mengecup ringan pipi Naruto. Naruto sangat senang.

"Ya... Dengan senang hati! Tapi aku tidak membawa apa-apa di tasku, jadi aku butuh pakaian ganti. Atau aku harus pulang dulu?"

"J-jangan pulang.. Ibu dan ayahmu akan marah jika kau menginap dirumahku," cegah Hinata.

"Pakai saja baju kak Neji," sambungnya.

"Haha ya ya...Boleh juga."


Setelah mandi, mereka pergi kencan dan menikmati suasana kota. Melupakan kenyataan bahwa ada banyak tugas kampus dan wajib belajar untuk mempersiapkan ujian, sejenak saja. Pukul 7.25. Cukup untuk sekedar jalan-jalan di pusat perbelanjaan, dan membeli makanan yang dijanjikan Naruto pada gadisnya tadi. Naruto memilih hoodie dan celana jeans Neji untuk dikenakan, dan ia terlihat sangat keren sekarang. Pakaian casual sangat cocok untuk dirinya.

Puas berjalan-jalan, mereka pulang dengan hati yang gembira. Naruto menginap di rumah Hinata. Namun, ada saja permintaan aneh lelaki itu. Sebelum tidur, ia penasaran ingin melihat bikini yang Hinata ceritakan, dan memintanya untuk memakainya. Meski Hinata menolak dan membuat berbagai alasan, namun akhirnya ia memakainya juga. Naruto menelan ludahnya lagi ketika melihat keseksian tubuh yang terbalut bikini ketat itu. Dada dan bokongnya membuat Naruto tak kuasa menahan birahi dan nafsunya. Ia menghempas tubuh Hinata lagi, mencumbunya liar, dan bercinta dengan panas dan menggebu-gebu...sekali lagi.

Libur 1 minggunya akan ia manfaatkan sebaik-baiknya. Ia akan menyenangkan gadis itu, membimbingnya belajar, menghabiskan waktu bersama, atau apapun itu, sebelum kepergiannya. Ia akan bersamanya untuk 7 hari penuh. Dan tak akan melewatkan 1 haripun tanpa gadis yang dicintainya. Dan memuaskan Hinata.


End