Yahh, LDR tidak buruk juga. Ada seni-seni didalamnya, yang tidak akan kau dapati dengan berinteraksi secara langsung. Misalnya...dalam hal 'bercinta'. WARNING : LEMON PARAH, VULGAR, 18++ ONLY. Dimohon kebijaksanaannya.


LDR

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Story by me

Ch.1 : Once Upon a Time...


"Mmmmm, enak banget ya cake nya tadi! "

Ino, Sakura dan Hinata sepulang sekolah baru saja mengunjungi caffe dessert yang akhir-akhir ini tengah populer. Dan sekarang mereka baru saja keluar dan berjalan menuju arah pulang.

" Hihi, iya Ino," jawab Hinata. "Berapa bungkus yang kau bawa itu? Memangnya 3 cake belum cukup tadi?" sambungnya sembari memperhatikan kotak bertumpuk didalam plastik yang dibawa Ino.

" 10!" jawab Ino tak tanggung-tanggung sambil senyum centil.

"hmm, siapa ya yang bilang kalau minggu ini gak akan makan-makanan berkalori tinggi?" tanya Sakura jahil.

"Hehe, siapa ya? Lupa tuh, " Ino menjawab berpura-pura.

"Huu, dasar rakus!" Sakura mencubit lengan Ino gemas. Ino balas mencubit lengan Sakura yang memang lebih kecil dari lengannya. Hinata tersenyum geli melihat tingkah 2 sahabatnya itu.

"Yahh, ini kan oleh-oleh buat ayah dan ibu... Lalu aku juga bakalan makan ini bareng Sai. Sisanya aku makan sendiri, " kata Ino berbinar-binar.

" Hihihi...Tetap saja banyak," Hinata menanggapi, dan serentak mereka tertawa bersama.

"Teman-teman, apa rencana kalian hari ini?" tanya Hinata kepada kedua sahabatnya.

" Yaah, yang jelas aku bantu-bantu di toko bunga ibu, terus ada janji dengan Sai," kata Ino.

" Kalau aku, kencan seharian penuh sama Sasuke " kata Sakura penuh semangat.

" Kalau kamu, Hinata?" tanya Sakura. Ino juga mengalihkan pandangannya pada Hinata.

"Aku...dirumah. Hehe.." jawab Hinata lesu, yang berkebalikan dengan jawabannya. Sakura dan Ino menegang. Mereka saling berpandangan. Seharusnya mereka tidak menjawab seperti itu dan menanyakan balik pada Hinata.

"huwaaaaa maaf Hinataaaa...!" Ino dan Sakura langsung menyerbu dan memeluk Hinata yang tengah terkejut dengan aksi tiba-tiba itu.

"H-hey, ada apa ini? Su-sudahlah teman-teman, orang-orang banyak yang melihat! " kata Hinata dengan wajah yang memerah dan mendapati dirinya menjadi tontonan orang-orang yang lewat.

"kamu kesepian," kata Ino.

"harusnya kami meluangkan waktu karena Naruto belum pulang!" sesal Sakura. Ia khawatir Hinata merasa sedih setelah mendengar ia dan Ino menghabiskan waktu dengan kencan bersama kekasihnya masing-masing. Sedangkan Hinata harus menahan kerinduannya pada Naruto yang sedang tinggal di luar kota karena studinya.

"hehehe aku tidak apa, sudahlah! " jawab Hinata menenangkan Ino dan Sakura. "Aku cuma bertanya, kok! Hari ini aku juga ada acara makan malam diluar dengan keluargaku.." jawab Hinata dengan senyuman termanisnya.

"fiuh, untunglah..." Sakura menghela nafas. Ino dan Sakura lega mendengarnya."Ngomong-ngomong, bagaimana hubunganmu dengan Naruto? " tanya Ino. "Sudah sejauh mana? Udah...ngapain aja?" Ino cengengesan sambil melirik jahil pada Hinata. Hinata yang mendengar pertanyaan tersebut wajahnya memerah bak kepiting rebus. Ia menjadi salah tingkah.

"A-apa maksudmu Ino...? K-kami biasa aja..kok.." sanggah Hinata. Ia memang jujur, bahwa ia dan Naruto memang belum melakukan apapun mengingat bertemu saja menjadi hal yang mustahil untuk sekarang.

" Hey, apa-apaan kau Ino? Hinata kita masih polos tauu, jangan bebani dia dengan pertanyaan mesum mu!" kata Sakura spontan sambil memeluk Hinata. Hinata yang masih memerah, sweatdrop dan memandang geli Sakura karena Sakuralah yang membuat pertanyaan Ino seolah-olah mesum.

"Hehehehe, iya sih, Hinata kita masih polos dan siswi paling teladan di sekolah... Tapi, udah pernah ciuman belum?" sambung Ino yang masih belum puas dengan jawaban Hinata. Ia cengengesan tak berdosa dan segera mendapat cubitan kecil dari Sakura.

"Hmm iya juga ya, kamu udah ciuman belum sama Naruto?" Kini Sakura balik bertanya. Ino merasa tidak terima karena cubitan Sakura, terkejut dengan pertanyaan wanita berambut pink itu karena ternyata Sakura sama jahilnya dengan dia. Wajah Hinata semakin memanas, dan seolah-olah ingin menguap ke udara. Ia ingin menghindar dari pertanyaan itu, dan ia merasa beruntung karena ia telah sampai di rumahnya.

"Itu rahasia! Daah teman-teman, have fun ya! " Hinata segera berlari menghambur masuk kedalam halaman rumahnya.

"Hinataaaa, kau curaaaang!" teriak Ino yang tidak terima dengan jawaban ambigu Hinata. Sakura terbahak-bahak melihat reaksi kedua sahabatnya tersebut. Akhirnya 2 sahabat Hinata itu menuju rumah dengan bermain tebak-tebakan dan memperkirakan apa saja yang terjadi di hubungan Naruto dan Hinata. Hinata yang menyaksikan keduanya dari balik tirai jendela merasa lega karena dapat menghindar dari pertanyaan tersebut.

Hinata's POV

Fiuh...hari yang panjang. Jam sekolah yang penuh karena latihan Ujian Nasional, ditambah kegiatan ekstrakurikuler, lalu mengantre di kafe dessert. Aku mendongak ke atas untuk menemukan jam dinding. Pukul 17.15. Sudah lumayan sore..sangat tidak terasa kalau aku menghabiskan waktu bersama mereka. Hmmm, sangat menyenangkan sekali. Aku masih ingin menghabiskan akhir pekan dengan mereka. Sayangnya, mereka sudah ada acara untuk kencan dengan pacarnya masing-masing.

"Hmm iya juga ya, kamu udah ciuman belum sama Naruto?"

Pertanyaan Ino dan Sakura tadi melintas kembali di pikiranku. Aku tidak ingin mereka tahu karena ini privasiku. Tapi kalau kau ingin mendengar jawabannya... Tentu saja. Aku pernah berciuman dengan Naruto. Ciuman pertama ketika dia menyatakan perasaannya saat kelulusannya. Kemudian beberapa kali, sebelum aku dan dia berpisah tempat. Namun, itu saja. Tidak pernah lebih dari itu. Aku selalu terlihat berhati-hati mengenai hal 'itu', dan tampaknya ia merasakannya dan begitu menghargainya meskipun aku tak bilang apapun. Inilah yang kusukai darinya, sifat gentleman yang hanya ia tunjukkan padaku dibalik sifatnya yang heboh dan ceria.

Kalau saja Naruto disini...

Pasti aku melakukan hal yang sama-kencan di hari Sabtu. Tapi kenyataannya, aku sendirian sekarang. Bahkan aku berbohong kepada mereka bahwa aku akan menghabiskan waktu dengan keluargaku... Faktanya Ayah dan Ibu sedang bisnis keluar kota. Sedangkan Kak Neji sama dengan Naruto - kuliah di luar kota. Makanya, aku bertanya mengenai rencana akhir pekan pada mereka, berharap bahwa aku bisa melewati Sabtu yang menjemukan ini bersama sahabatku. Ah... Sudahlah.

Aku melangkahkan kakiku ke kamar mandi, berusaha melepaskan penat dan membersihkan kulitku yang lumayan lengket karena peluh. Sebelumnya, aku mengecek ponsel dan berharap mendapat notifikasi dari Naruto. Sayangnya tidak ada sama sekali. Dia pernah bilang bahwa ia lumayan sibuk dengan kegiatan kampus dan organisasinya, jadi kami hanya sering saling kontak pada malam hari. Yahh, sudahlah.. Kulepas dasi, kaus kaki, baju seragam, rok, bra, dan celana dalam ku kemudian kumasukkan di mesin cuci. Lalu aku menyalakan shower, membiarkan tubuhku dihujani oleh rintikan airnya. Setelah sikat gigi dan keramas, aku membersihkan setiap inci tubuhku dengan sabun. Kubilas leher jenjangku, lengan, ketiak...dan payudara besarku.

Naruto...

Entah kenapa, bayangan Naruto muncul di waktu yang menurutku tidak tepat ini. Bilasan yang kulakukan pada buah dadaku berubah menjadi pijatan dan seketika aku meremas payudaraku sendiri.

Nggghh..mmmhh...

Aku mendesah nikmat. Kupejamkan mataku, membayangkan telapak tangan lebar kekasihku yang melakukan remasan ini. Sabun yang menempel ditubuhku membuat remasan payudaraku terasa lebih licin dan kenyal.

Aagggh...N-naruto...

Aku mencubit putingku, dan membayangkan Naruto yang menggigitnya. Kemudian tanganku bergerak liar, meremas kasar kedua buah dadaku, menggoyangnya dengan gerakan memutar dan menggeseknya naik turun pada dinding keramik kamar mandiku. Aaahhhhh...aaaggghhhh...! Desahanku menggema. Tubuhku naik turun, menikmati gesekan licin dinding kamar mandi yang membuatku makin menggila. Aku semakin lepas kendali. Kurasakan sesuatu dibawah perutku bergejolak dan hawa nafsuku semakin meluap. Tanganku meluncur ke bawah dan meraba daerah kewanitaanku. Vaginaku terasa lengket dan cairan itu masih mengalir pelan ketika aku menggeseknya. Kedua jariku yang kugunakan untuk menggesek telah basah dan aku bersiap untuk memasukkan-

LINE!

LINE!

Mataku terbelalak. Aktifitasku terhenti. Terkejut dengan ringtone notifikasi yang tiba-tiba itu.

Naruto..!

Aku segera membilas tubuhku dengan shower kemudian bergegas mengambil handuk untuk mengeringkan tubuhku. Rambutku masih sangat basah. Meski belum kering sempurna,setidaknya tanganku sudah kering dan bisa kugunakan untuk membalas pesannya.

Oh, benar! Ini pesan dari Naruto! Aku tak bisa menahan diriku untuk tersenyum senang. Setelah seharian ini kutunggu, akhirnya dia chat aku juga.


*Chapter selanjutnya adalah cerita inti judul. Lebih vulgar, besar dan panjang (?) Brace yourself...*