Mask
Kitsu hanya mengklaim ide alur cerita.
Rate T semi M (Bahasa, dan beberapa scene)
-'Inner/Batin'
-*Monster*
Chapter 20
Awan Gelap
-X-
dentingan besi terdengar nyaring mengisi heningnya hutan kematian, beberapa percik kilatan terlihat dan berakhir dengan dua tubuh terdorong kebelakang.
"kau kuat bocah." Jirobo memuji pemuda didepannya, dia sedikit terkejut dengan Naruto yang bisa mengimbangi kecepatan dan kekuatannya.
Sedangkan Naruto menarik bola matanya kesamping dan melihat pertarungan kakaknya, seperti yang dia kira jika Naruko akan unggul jika melawan gadis merah tadi. Naruto mulai mengerti tentang kelemahan dua musuhnya dan bertukar posisi dengan saudarinya.
Naruko adalah tipe penyerang jarak jauh dan tidak memiliki pengalaman bertarung jarak dekat yang membutuhkan kinerja tubuh ekstra, jika melawan pria gendut ini sudah dipastikan Naruko akan kalah. Meskipun memakai sihirpun jika tidak memiliki timing dan kecepatan yang cukup maka itu tetap akan sia-sia.
Berbeda jika dia melawan Tayuya, memiliki keunggulan dalam hal sihir tentulah Naruko akan diuntungkan. Sejauh ini pun Naruto tidak melihat sihir lain selain ilusi yang digunakan Tayuya, itupun hanya pada area tertentu dan saudarinya memiliki keahlian menyerang tanpa masuk ke area ilusi.
Naruto melepas nafas dan menyarungkan Intetsu ke balik punggungnya, "Kita selesaikan ini, gendut." Ujarnya serius dan mengangkat tangannya ke depan.
""Goshujin-sama, apa yang kau lakukan? jangan bilang kau mau menggunakan Curse?! Sudah kubilang kau-"
"Aku mengerti Murasame, aku memang belum dapat menggunakan [mana] milikmu. Tapi, menggunakanmu secara langsung, tidak masalah kan,?"
Murasame terdiam berfikir, ia rasa ada benarnya juga.
"Jika menggunakanku secara langsung itu berarti Goshujin-sama tidak perlu menyerap [mana]ku. kurasa itu tidak masalah, tapi apa Goshujin-sama yakin bisa menggoresnya? setahuku dia bisa memanipulasi tubuhnya diubah menjadi unsur tanah, belum lagi kecepatannya yang cukup merepotkan."
"Tenang saja, Aku masih bisa menggunakan Killing Fall dua kali dan juga jika terpaksa aku akan menggunakan Ittou Shura."
Kembali membuka kedua matanya, Murasame muncul dalam bentuk katana dalam genggaman Naruto. Jirobo menyipitkan mata melihat itu.
"Itukah Murasame sang pedang terkutuk? kau akhirnya memakai senjata pamungkasmu, huh?"
"Murasame tetaplah Murasame, aku menggunakan ini karena kufikir level pertarungan kita kurang menantang."
"Sombong sekali,"
Naruto mendengus menanggapi ejekan musuhnya. "Aku hanya bercanda, jujur saja mengalahkanmu itu cukup sulit, apalagi jika dua temanmu yang lain sampai disini dan bergabung dalam pertarungan ini."
'Dia mendeteksi Sakon? tapi dua orang, siapa yang satunya?'
Atmosfir kian memberat dengan deru angin kecil menghembus surai pirang itu, Naruto menarik Murasame kebelakang dan juga kedua kaki yang membentuk kuda-kuda menyerang. "Killing Fall~"
-x-
Rantai itu berputar cepat menangkis serangan Tayuya, beberapa kali bergerak menyerang gadis berkepala merah itu agar tidak memainkan mateki miliknya. Naruko merapal mantra, sedikit bergerak menyamping dan mengangkat sebelah tangannya.
"Wind Magic : Cutter Image."
Tayuya yang cukup kelelahan menghindari serangan dari Naruko tidak dapat menghindar ataupun membentuk sihir pertahanan. Alhasil, beberapa serangan sihir berhasil telak menggores tubuhnya.
"ugh, sihir angin?" Tayuya meringis pelan menekan luka di lengannya, darah menetes dibeberapa tempat namun itu belum selesai.
Tiga pilar tanah menjulang mengelilingi Tayuya, dalam beberapa detik muncul kilatan petir yang menyengat tubuh gadis itu. Naruko sedikit terengah setelah menggunakan beberapa sihir sekaligus, teknik gabungan sihir tanah-petir yang ia gunakan sekarang cukup menguras mana-nya.
"Harusnya serangan itu cukup untuk melumpuhkannya."
Pillar tanah itu roboh beberapa detik kemudian, kepulan asap mengepul menutupi area dalam jangkup beberapa meter. Naruko tidak ingin mengambil resiko dan kembali menyiapkan lingkaran sihirnya, rantai dari tubuhnya mulai mengurai dan itu menunjukkan bahwa batas waktu penggunaannya hari ini sudah mencapai limit.
mata perempuan itu sedikit menajam memerhatikan kepulan asap yang mulai tersapu angin, dan sontak saja ia dipaksa membentuk sihir pertahanan ketika satu siulet raksasa merangsek padanya. Bunyi tak menghantam dinding sihir Naruko, itu berasal dari gada berduri yang dibawa makluk besar dihadapannya.
"Wind Magic : Reppusho." Naruko kembali mengeluarkan sihirnya dalam bentuk hempasan angin yang menghantam sosok itu. "Makluk apa itu?" tanyanya penasaran.
"Summoning Magic, Sihir yang dapat melakukan kontrak dengan makluk lain dan memanggil mereka dalam pertarungan." Tayuya tersenyum angkuh dengan Mateki yang berada didepan mulutnya. Dua sosok raksasa nampak menyilangkan tangannya yang mengepul dan penuh luka bakar akibat serangan petir yang Naruko lakukan tadi. "Mereka adalah 3 Doki milikku, meskipun penampilan mereka seperti ini namun jangan salah, mereka berada di Rank-A dan itu setara dengan rata-rata prajurit Wizard istana. Kau memang memiliki keunggulan dalam serangan jarak jauh, kau juga bisa mematahkan ilusi mateki area yang kubuat, tapi jika menganggap bahwa aku hanya bisa melakukan sihir ilusi maka kau salah, Uzumaki Naruko."
Seringaian itu semakin lebar seiring bercak hitam yang mulai menyebar diseluruh tubuhnya, Tayuya mengangkat mateki miliknya. "Kita mulai ronde keduanya.. Mateki genbusoo Kyoku."
.x.
Shisui melompat dan membawa dirinya menaiki dahan pohon sebelum kembali menghindar melihat serangan tongkat hitam yang mengincar tubuhnya, menapak pada permukaan tanah yang cukup berantakan akibat runtuhnya ruang bawah tanah, Shisui menarik pedang pendek yang berada dibalik punggungnya. Sedikit bermanuver ke kiri, pemuda yang tergabung dalam divisi pengintaian itu melaju lurus kedepan.
Trank!
benturan dua benda keras beradu, antara besi pedang dan juga badan tongkat hitam yang berhasil mematahkan senjata pendek itu. Shisui mengambil langkah mundur dan menatap katana pendeknya sesaat.
"Raja kera Enma, dia memang sekeras permata."
"Jangan salah, Uchiha. Semua senjatamu tidak akan berguna didepan Enma, kekerasan senjata ini hanya bisa ditandingi oleh Beast-S Kyuubi yang memiliki ketahanan fisik luar biasa." Pemuda berambut coklat itu memutar tongkat Enma dan memanggul dipundak kirinya. "Menyerah saja dan kau hanya akan mendapatkan penderitaan yang kecil."
"Kau terlalu meremehkan Uchiha,"
Shisui mengambil sikap rileks dengan menurunkan senjatanya, ia menutup matanya tenang dan memfokuskan mana pada satu titik. Uchiha menjadi salah satu klan besar bukanlah tanpa alasan, sebagai salah satu rekan dan juga leluhur yang memiliki hubungan dengan Senju, Uchiha diberkahi dengan tingkat kecerdasan dan juga skill magic yang beragam. Tidak terhitung berapa anggota yang sudah menjadi legenda dan memasteri sihir khusus.
Berbeda dengan klan lain yang memiliki Senjata Sihir sebagai maskot klan, Uchiha memiliki senjata yang mereka jadikan maskot mereka. Dan senjata itu, adalah mata mereka.
"Inikah mata legendaris Uchiha? huh,"
Konohamaru mengangkat tongkatnya waspada, mata merah yang sempat ia tatap tadi berbeda dengan mata merah Uchiha lainnya. Konohamaru tidak bodoh untuk melawan seorang Uchiha dengan menatap mata mereka, itu jika dia tidak ingin masuk kedalam ilusi khas yang dimiliki Shisui.
Dilain tempat, Kokaibel menatap pertarungan dibawahnya tertarik, aura yang dikeluarkan Shisui sudah melebihi perkiraannya. Jika seperti ini dia yakin jika tensi pertarungan akan semakin tinggi, apalagi melihat pemegang Familiar yang masuk ke dalam mitos kuno bertarung secara langsung.
"Kokaibel-sama, perlukah saya membantu Konohamaru?" Raynare bertanya pada tuannya yang tetap duduk di singgasana yang melayang itu.
"Tidak perlu, kita lihat kemampuan bocah itu dan jika keadaan memburuk aku yang akan membantunya."
"Tapi Kokaibel-sama tidak perlu turun tangan langsung."
"Raynare benar, biarkan kami saja yang mengurus mata-mata itu." Kimimaru menanggapi pernyataan Raynare dan itu mendapat kekehan dari tuan mereka.
"Kalian terlalu cepat mengatakan jika bisa mengalahkan Uchiha Shisui, bahkan aku yakin kalian hanya akan dapat menghadapinya selama beberapa menit saja. Lihat kebawah."
Mereka mengikuti petunjuk Kokaibel yang memerintahkan agar mereka melihat pertarungan Shisui dan Konohamaru, kedua pasang mata itu menyipit sebelum berubah menjadi kernyitan bingung.
"Matanya,"
"berubah?."
Kokaibel kembali terkekeh mendengar gumanan kedua anak buahnya, "Itu adalah tahap dari kemampuan spesial klan Uchiha, Mangekyou Sharingan."
"Kupikir hanya Uchiha Madara saja yang mampu membangkitkan mata itu tapi, tidak kusangka dia juga memilikinya." Ujar Kimimaru. Dia sedikit mengerti sekarang mengapa tuannya ingin turun tangan langsung, karena jujur saja bahkan dia sendiri tidak yakin bisa mengalahkan orang itu. "Tapi bukannya terlalu berbahaya juga jika kita hanya menunggu dan membiarkan Konohamaru bertarung sendirian? meskipun dia baru didalam kelompok kita tapi saya mengakui kehebatan Sarutobi itu."
"Kita lihat saja bagaimana jadinya nanti." Kokaibel membalas Kimimaru santai dan seolah tidak memperdulikan ucapan anak buahnya. Tapi yang ada didalam otaknya adalah hal berbeda, dia ingin melihat sesuatu yang cukup membuatnya penasaran. Sementara Raynare dan juga Kimimaru saling memandang sesaat sebelum memutuskan menuruti pimpinannya.
Kembali kepertarungan Shisui, pemuda itu sedikit menaikkan senyumnya dan mengangkat kembali senjata yang dia bawa. Kondisinya saat ini terbilang sangat siap menghadapi serangan apapun. Shisui memundurkan kaki kirinya kebelakang, mengambil pose menyerang.
Tidak berbeda dengan lawannya saat ini, Konohamaru juga mengambil posisi bertarung. Keduanya saling memandang, Mata merah darah berpola juga coklat kusam yang meneliti kekuatan masing-masing.
"Fire Wall!"
Konohamaru memulai serangan pertama dengan mengibaskan Enma dan menciptakan serangan api berkobar dasyat. Jalur menghangus begitu dilewati api milik Konohamaru dan sukses menghantam tempat Shishui berada.
jdummm!!!!!!!
Ledakan terjadi, dan asap mengepul menghalangi pandangan Konohamaru.
"Aku tidak dapat melihat atau merasakan kehadirannya." Ujarnya bersiaga.
"Kau lupa apa julukanku, Konohamaru-kun."
Konohamaru membelalak dan memutar tubuhnya, suara hantaman benda keras kembali berbunyi.
"Tch, Teleport." kesal pemuda itu dengan tetap menyilangkan enma, terlihat sedikit goresan terjadi pada bahunya akibat dia yang terlambat mengantisipasi serangan cepat itu.
Shishui berjalan tenang, ia mengibaskan katana pendek itu dan menghilangkan tetesan darah yang menodai senjatanya. "Aku lebih suka menamainya Shunshin. Teleport adalah teknik yang memanipulasi Mana untuk membuka gerbang dimensi-waktu dan termasuk kedalam Jikukkan, sementara Shunshin milikku memanfaatkan kecepatan kinerja Saraf otot. teknik ini kudapat setelah mempelajari buku tentang dasar pengolahan kinerja tubuh."
Untuk sesaat Shisui terkekeh kecil mengingat bagaimana dia mendapatkan teknik yang sekarang menjadi julukannya ini, sebenarnya ini tidaklah seberapa karena ada teknik yang memanfaatkan kinerja tubuh yang lebih baik daripada Shunsin. Dia cukup bersyukur mengetahui teknik spesial itu hanya dikuasai oleh satu orang saja."Jika aku selamat dari sini, aku berjanji akan mentraktirmu ramen sampai perutmu meledak." batin Shisui yang membayangkan wajah seseorang.
"Aku tidak peduli tentang apa dan bagaimana kinerja sihirmu." Konohamaru terkekeh kecil, ia melemparkan enma keudara dan menundukkan tubuhnya. "Semua itu tidak akan berguna karena kau akan segera mati."
Ginnn!!!!!!
Shisui memiringkan kepalanya cepat menghindari ujung tongkat enma yang mengincar kepalanya, mata berpola shuriken itu melirik ke depan dan mendapati Konohamaru telah berada di hadapannya.
"Fire Kick!"
Zzsss!!!!!!!!!!!!!!
beberapa helai rambut terbakar, telat sedikit saja kepalanya akan hancur akibat tendangan berbalut elemen api itu.
Shisui melompat kebelakang, beberapa kali berputar sebelum ia berhenti dan merapal sebuah mantra. Lingkaran sihir terbentuk, dan sebuah gelombang api mengombak kearah Konohamaru.
"Percuma saja," ujar pemuda itu dan menggerakkan kedua tangannya. Tongkat enma berputar cepat di depan Konohamaru, menghadang lautan api yang berhasil ia hentikan. "King Enma bentuk kedua, Da-"
"Terlalu lamban."
Shisui membawa dirinya kehadapan musuh, cukup dekat dan ia dapat melancarkan serangan ilusi pada pemuda itu.
"Sial!"
Terlambat bagi Konohamaru menyadarinya, konsentrasinya buyar akibat ilusi yang Shisui berikan.
"Guhaaa~"
Tanpa ampun, tendangan keras dilayangkan Shisui tepat mengarah pada perut pemuda tersebut dan membawanya meluncur jauh kebelakang. "Maaf, tapi kau harus ikut aku ke kerajaan."
Kecepatan yang sangat sulit dapat dilihat, dengan itu Shisui telah berada di samping Konohamaru dan menghantam dada pemuda itu keras.
"Hoeek!"
Konohamaru tertunduk dan terbatuk darah, menahan tubuhnya dengan bertopang pada enma. Nafasnya tersengal, perbedaan kekuatan jelas terasa jauh antara dirinya dan Shisui.
"Menyerahlah, kau tidak mungkin bisa mengalahkanku. Kekuatanmu tidak berguna di hadapan mata ini."
"Aku tidak tahu jika semua Uchiha itu sangat sombong."
Takkk!!!!
Sebuah tombak legam menghancurkan area di hadapan Konohamaru.
"Tapi jika kau berfikir aku bertarung sendiri maka kau salah besar."
Shisui menapak beberapa meter kebelakang, berhasil menghindari serangan kejutan itu dan menatap ke udara. Sosok Kokaibel melayang turun dan berdiri diujung gagang tombak itu dengan tatapan penuh ketertarikan pada Shisui.
"Aku sebenarnya ingin melihat kekuatan Monkey King Enma, tapi sepertinya itu mustahil karena lawanmu adalah seorang Uchiha." Guman Kokaibel melirik kebelakang.
"Matanya sangat merepotkan, jujur saja dia adalah lawan terkuat yang pernah aku hadapi."
Kokaibel tertawa mendengar itu, "Bukankah kau harusnya berada di Ranking A, tapi kenapa kau terlihat lemah seperti ini, pemegang familiar kuno?"
"Maaf saja, tapi memunculkan kekuatan asli Enma sangatlah sulit. Bahkan dia masih menolak memberikan separuh kekuatannya."
"heh, kalau begitu mundurlah cucu Hiruzen. Sekarang ini biar kuhadapi dia."
Kokaibel maju kedepan, mengikis perlahan jarak dengan Shisui. Sementara Konohamaru melihat itu dengan tatapan bertanya.
tap!
tap!
"Sebaiknya kita mundur, Pertarungan ini akan memasuki tahap yang lebih tinggi." Kimimaru berbicara setelah menapak dibelakang Konohamaru.
"Aku melihat tekanan mana mereka mulai meningkat." Raynare dengan bola kristalnya memandang ke arah pertarungan. Selanjutnya dia menjentikkan jarinya dan menciptakan lingkaran sihir dibawah kaki mereka. "Ayo, kita pergi dari Sini." Sambungnya dan mengaktifkan sihir teleportasi.
Shisui melirik kebelakang Kokaibel, ia sedikit menyipit dan dalam sekejap berusaha bergerak ke arah Konohamaru yang akan pergi.
Seettttt!!!!!!!!!
Namun ia segera kembali melompat kebelakang ketika sebuah tombak cahaya menyerang ke arahnya. Dia mendecih, dan telah mendapati target telah menghilang dari tempat ini.
"Awalnya aku fikir pengguna Mangekyou itu sudah punah, tapi ternyata masih ada juga ya. Pasti, kau ini cukup hebat sampai dapat mengaktifkan level langka itu."
Shisui tetap mencoba tenang, mengejar Konohamaru pun percuma karena dia sendiri tidak tahu harus mengikutinya kemana. Selain itu dia tidak lagi merasakan tekanan mana selain miliknya dan juga Kokaibel.
Keadaan ini sangat buruk, terutama baginya yang cukup mengetahui sampai mana level kekuatan Kokaibel. "Prioritasku adalah kabur dari sini., Kekkai nya juga sudah menghilang." itu adalah satu-satunya jalan jika dia ingin melaporkan hasil misi yang sangat penting ini, apapun yang terjadi dia harus bisa membawa informasi ini ke Konoha.
"Aku akan menggunakan kekuatan penuhku, bersiaplah."
Mendengar itu Kokaibel menaikkan sedikit alisnya lantas tertawa angkuh. "itu yang aku tunggu, majulah!"
.x.
"Kau ternyata cukup tangguh juga ya."
Naruto sedikit terhuyung kedepan dengan masih menggenggam murasame sebagai penyangga tubuhnya. "Aku merasa tenagaku semakin berkurang, tapi anehnya dia tidak mengalami kelelahan sama sekali."
'Itu mungkin karena dia memiliki kemampuan menyerap [mana].' Murasame menanggapi perkataan Naruto. 'Lebih baik kita mundur, Goshujin-sama juga sudah menggunakan Killing Fall 2 kali yang sudah menjadi batas kekuatan Goshujin-sama."
"Mana mungkin aku bisa kabur dari sini, Murasame? kau mengerti betul bagaimana keadaan kita sekarang." Naruto tidak dapat memungkiri jika dia tidak dapat memikirkan apapun saat ini. pikirannya terlalu fokus pada musuh hingga tanpa sadar dia sudah menjauh dari tempat pertarungan Naruko.
"Kalau begitu, kenapa Goshujin-sama tidak menggunakan kekuatan Goshujin-sama?" ujar Murasame yang membuat alis pemuda itu sedikit mengkerut bingung.
"Kau mengatakan sendiri bila aku tidak dapat menggunakan kekuatanmu."
"Maksudku, kekuatan dari Goshujin-sama sendiri, apa Goshujin-sama juga belum mengerti tentang kekuatan itu? Goshujin-sama juga pernah menggunakan kekuatan itu untuk melumpuhkan saudari kembar Goshujin-sama melalui diriku."
Naruto kembali memikirkan tentang ucapan yang dikatakan Murasame, beberapa saat kemudian dia mengerutkan keningnya.
"Mungkin aku tanpa sadar menggunakan kekuatan itu tapi, akan kucoba sebisaku."
Jirobou menyipitkan matanya, ia mulai merasa agak kesal sekarang. "Aku harus segera menghabisinya, akan percuma jika aku membiarkan dia hidup. Setidaknya, akan kubawa si gadis Uzumaki itu ke markas."
Tekanan mana milik Jirobou menguar hebat, menimbulkan sedikit hempasan angin disekitarnya juga mengangkat beberapa kerikil melayang diudara. Tanda hitam memenuhi tubuhnya, menyala merah bak bara api sebelum merubah bentuk tubuhnya menjadi lebih padat. "Tein No Juin! Ini adalah tahap terakhir, dengan ini kau akan segera berakhir bocah!" Jirobou menurunkan lututnya, mata dengan sklera hitam legam terkunci fokus pada Naruto yang terlihat terkejut.
SSSRRRRR!!!!!
Adrenaline berpacu cepat, membawa reflek tubuh Naruto berbalik segera kebelakang, tidak ada waktu menghindar!
Dia hanya mampu menahan pukulan Full Power Jirobou dengan lengan kanannya dan membawa tubuhnya terbang ke arah pepohonan.
Kendali atas Murasame terlepas, pedang kutukan itu sendiri menancap beberapa meter dari tempat Naruto.
"Ukh!" Masih berusaha bangkit, pemuda pirang itu sedikit tertatih untuk menormalkan tubuhnya, dia sedikit melirik lebam di lengan kanannya. Serangan Jirobou kali ini sangat berbeda, terasa lebih berat dan juga penuh energi, dan anehnya energi itu bukan seperti mana biasa, ini lebih kuat.
'Goshujin-sama tidak apa-apa?' Murasame bertanya khawatir, dan Naruto hanya menjawab singkat ucapan dari patnernya itu. 'Bertahanlah Goshujin-sama! Jangan sampai lengah!'
"Aku tahu, tapi..." Serangan kedua datang, kali ini Naruto dapat menghindari pukulan itu dengan berguling ke samping dan membiarkan tanah itu menjadi korban Jirobou. ".. Dia berada dilevel yang tinggi saat ini." Naruto kembali berdiri dan berlari ke arah katana perwujudan Murasame, ia mencabut katana tersebut dan segera menjadikannya sebagai tameng.
"Huh? Kau kira kau bisa menahan pukulanku hanya dengan katana murahanmu? JANGAN BERCANDA!"
Naruto meringis pelan dan kembali terhempas kebelakang, "Kuso!"
"Huh!"
Kedua iris biru itu membelalak saat melihat Jirobou dengan cepatnya telah berapa di atasnya dan memberikan tendangan telak keperutnya. "Ohok!"
Drrrrr!!!!!!!!!!
Bledammmmm!!!!!!!!
Tanah itu mencekung cukup dalam dengan Naruto berada dipusat cekungan, Murasame yang masih tergenggam erat ditangan pemuda yang sama sekali tidak bergerak itu mengeluarkan pendar kehitaman seperti tengah mencoba memanggil tuannya.
Jirobou yang berada dipinggir tempat Naruto berada terkekeh kecil, "Untuk ukuran bocah ingusan, kekuatannya memang hebat. Tapi tetap saja, yang lemah pasti akan mati." Tanda hitam ditubuh Jirobou mulai memudar, mengembalikan bentuk tubuh pria itu sendiri seperti semula. Mata oranyenya menatap ke arah selatan, memperhatikan kepulan asap dari arah pertarungan Tayuya. "Dia memang wanita yang besar mulut, mengalahkan satu musuh saja kewalahan. Sebaiknya aku membantunya sebelum Sakon datang."
Jirobou yang berjalan meninggalkan area itu tiba-tiba tersungkur dengan nafas terengah, peluh membanjiri tubuh gemuknya yang perlahan mulai mengurus. "m-m-manaku,"
"Kau terlalu sombong untuk ukuran Ranking A."
Bersusah payah dia mencoba bangkit dan berbalik, namun begitu melihat sosok Naruto yang berjalan ke arahnya, matanya tak mampu untuk menahan sorot keterkejutan.
Bagaimana bisa?!
ia berteriak dalam benaknya, merasa tak percaya bahwa pemuda itu dapat menahan serangan Full power miliknya.
"Saat kau menyentuhku, saat itulah kekalahanmu sudah dapat dipastikan."
"Brengsek! Apa yang kau lakukan?!"
"Aku menyerap Manamu," Naruto menjawab dengan nada dingin, menyarungkan Murasame kebalik punggungnya, ia berdiri dihadapan Jirobou yang berlutut menahan lemas tubuhnya. "Aku juga baru menyadarinya belum lama ini bahwa aku memiliki kemampuan Forbidden Magic."
"Tch, Kemampuan murahan seperti itu! Mana mampu mengalahkanku!" Jirobou merangsek maju, melayangkan sebuah pukulan yang dapat dengan mudah ditahan oleh Naruto.
"Kemampuanku, adalah sihir pencuri-itu menurutku. Aku mampu mengambil mana milik lawan dan menjadikan milikku. dan juga-" Tekanan mana bergejolak memenuhi udara, dari tubuh Naruto sendiri menguar mana yang cukup banyak dan terfokus pada lengan kanannya. "Aku bisa menggunakan teknik lawan yang energi mananya kuserap!"
Buakkkkh!!!!!!!!!!!!!!!"
Pukulan keras itu berhasil meremukkan tengkorak Jirobou, membawa serta tubuhnya terhempas menabrak pepohonan dengan kepala hancur.
Sela beberapa saat, mana yang menyelimuti tubuh Naruto mulai memudar, diiringi pemuda itu yang perlahan kehilangan kesadarannya namun tetap ia tahan karena ia tahu jika ini belum selesai.
'Goshujin-sama terlalu memaksakan diri, pada serangan terakhir harusnya Goshujin-sama tidak perlu menggunakan seluruh Mana yang Goshujin-sama ambil." Suara Murasame yang menggerutu dapat ia dengar dikepalanya, ia sendiri hanya menatap mayat Jirobou datar.
"Aku tidak bisa mengambil resiko jika seranganku tidak berhasil membunuhnya, dengan kondisiku saat ini aku tidak dapat mengatasinya jika dia masih hidup."
Meskipun Naruto menyisakan sedikit mananya dan Jirobou masih hidup, dia tidak tahu apa yang akan terjadi. Adalah pilihan terbaik dengan menyelesaikan semuanya dalam satu kali serang, meskipun itu akan menghabiskan seluruh kekuatan yang ia curi.
Dan dengan tewasnya satu musuh, sekarang dia hanya tinggal membantu Naruko mengalahkan gadis merah itu.
"Semoga tidak terjadi apapun padanya." bisiknya pelan dan mulai menegakkan tubuhnya.
.x.
Disisi Naruko yang bisa dibilang dalam keadaan yang cukup menguntungkan, dia cukup beruntung dengan kemampuan sihir yang dia miliki berada di atas Tayuya. Meskipun lawannya menggunakan teknik yang cukup aneh, tapi dia masih dapat meredam semua serangannya.
Doki juga tidak terlalu merepotkan dirinya, meski pada awalnya di juga cukup terkejut melihat makluk panggilan itu. Serangan mereka bertiga hanya sebatas serangan fisik, itu pun juga tidak secepat gerakan pria gendut yang dilawannya tadi, Naruko hanya harus membentuk sihir pertahanan tepat waktu untuk meredam serangan para Doki.
"Kau ini benar-benar merepotkan!" Tayuya berdecak kesal, dalam bentuk tein no juin tingkat ini ia hanya dapat menggunakan para doki sebatas pergerakan saja. Tapi jika seperti ini maka ia tidak ada pilihan lain selain menggunakan tahap final.
"Aku harus mengatasinya secepat mungkin, aku akan mengakhiri ini dengan sihir anginku." Naruko bersiap membentuk sihir, namun itu ia urungkan karena melihat Tayuya yang melakukan gelagat aneh. "Mananya meningkat!" Perempuan itu merasakan hawa membunuh kuat berasal dari Tayuya, semakin kuat disetiap detiknya dan juga tekanan mana itu semakin meningkat dua kali lipat dari sebelumnya.
"Hyyyyaaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!!!!!!!"
Naruko menyipitkan matanya, dengan lengan menutupi wajahnya dari hamparan pecahan tanah yang terlempar ke wajahnya. "A-apa apaan dia!?" Bertanya dengan penuh ketidakmengertian, Naruko segera kembali membuka matanya, akan tetapi ketika ia memandang kedepan, sosok Tayuya telah menghilang menyisakan tiga Doki yang menghadap ke arahnya. "huh!?"
"Hihihi! Rasakan ini!"
Suara musuh muncul dari arah belakang beriringan dengan alunan suara seruling, tiba-tiba saja, tubuh Naruko menjadi lemas hingga ia terpaksa berlutut akibat tidak dapat menahan bobot tubuhnya. "m-m-manaku, seperti terkuras?"
"Sekarang, aku lebih dari cukup untuk menangkapmu!" Tayuya mengubah suara mateki miliknya, genjutsu melalui suara ia berikan pada Naruko hingga perempuan itu semakin melemah setiap detiknya. Para Doki mulai bergerak, dengan senjata mereka masing-masing berjalan mendekat pada Naruko.
Perempuan Uzumaki itu bergetar, tubuhnya semakin lemah dan hanya mampu menatap ketiga makluk yang telah mengangkat senjata mereka. Kematian begitu dekat hingga membuat dirinya meneteskan air mata ketakutan.
"Matilah!!!!!!!!"
Jduuuuuuuummm!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Hempasan tanah berhembus menyamping, setelah itu tiada suara lagi selain bunyi angin dan deru nafas dari mereka semua. Naruko yang menutup matanya mulai membuka kembali, ia berkedip sesaat sebelum dapat menyadari bahwa ada seseorang yang sudah berdiri di depannya dan menghadang laju senjata tiga Doki.
"Wind bullet!!!!!!!!"
Psyuuuu!!!!!!!!!!!
Psyuuuu!!!!!!!!!!
Peluru angin memanjang, menembus tubuh para doki dan mencabut nyawa mereka sekaligus. Tayuya menyipitkan matanya, skelera hitam itu menatap tak suka ke arah Naruko yang lagi-lagi berhasil selamat. Sial! begitulah umpatan darinya.
"Sepertinya kau tidak apa-apa."
"Naruto-sama memanggil kita tepat waktu."
Kedua perempuan berambut orange telah datang, bersama bantuan lain yang sedang mengarah ke arah hutan kematian, dan hal itu menjadi sinyal buruk untuk Tayuya.
"Kami putri Yamai, Yamai bersaudara akan menghukummu sebagai permintaan tuan kami."
Kekuatan baru telah muncul, dan keadaan musuh semakin berada di ujung kekalahan.
Sementara itu Naruto yang berada cukup jauh di dalam hutan sedikit tersenyum lega ketika merasakan hawa kehadiran Yuzuru dan Kaguya, Ia menatap telapak tangannya yang terbentuk sebuah lingkaran sihir berwarna hitam sebagai pertanda bahwa ia sudah menggunakan kontraknya dengan dua Yamai itu.
"Sebaiknya Goshujin-sama beristirahat dulu, tubuh Goshujin-sama masih sangat lemah karena menggunakan teknik terlalu banyak."
Naruto sedikit terhuyung dan menyangga tubuhnya pada sebuah pohon, wajahnya cukup pucat dengan nafas yang tersengal. "Tidak, aku harus segera menyusul mereka."
"Tapi-"
"Aku tidak akan memaafkan diriku sendiri jika terjadi sesuatu terhadap Naruko."
Murasame mendesah pasrah mendengar keinginan tuannya, memang semenjak dulu host yang ia punya sangatlah keras kepala, jika tidak maka mereka tidak akan dapat menggunakan dirinya. "Terserah padamu saja, Goshujin-sama. Aku hanya bisa membantu untuk mempercepat kinerja Holy Grail."
"Itu saja sudah cukup, terima kasih."
"Ummu~"
.X.
Lingkaran sihir terbentuk dalam jumlah luar biasa banyak, memuntahkan ratusan pisau cahaya menghujani Shisui yang berusah menghindar. Dengan bergerak ke sisi kiri, pemuda dari divisi pengintai itu merapalkan sebuah mantra memicu menculnya tiga lingkaran sihir di belakangnya. "Fire release, Night Phoenix!" Puluhan burung api meluncur ganas ke arah Kokaibel, ledakan hebat terjadi dan membakara apapun yang ada disana. Shisui mencoba melompat kearah pepohonan, mengawasi tempat Kokaibel yang telah tebakar oleh api miliknya.
"Kau memang seorang Uchiha yang sangat kuat, pengendalian apimu sangat sempurna. Jika ini tadi adalah Kimimaru, aku yakin dia akan mendapatkan luka yang sangat parah. Kau bahkan berhasil menembus pertahananku." Kokaibel tertawa dibalik lengannya yang mengalami luka bakar cukup parah, pakaian lelaki itupun juga telah sirna termakan api, namun anehnya tubuhnya tetap utuh tanpa luka bakar, hanya lengannya saja. "Jika aku terlambat melapisi tubuhku dengan sihir air, maka kau sudah berhasil membuatku kewalahan. Tapi! Dalam pertarungan ini, kata Jika hanyalah ucapan yang bodoh!"
Dgggggggg!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Shisui melototkan matanya, lingkaran sihir berjumlah ratusan muncul dalam sekejap mata. Pengendalian sihir sebanyak ini dan juga mana yang seolah tanpa batas ini benar-benar mengerikan!
"Sekarang matilah!!!!!!!!!!"
Ginnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn!!!!!!!!!!!!!!!!!
Duaaaarrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrttrrr!!!!!!!!!!!!!!!!!
Ledakan beruntun menghancurkan sebagian besar hutan itu, seperti hujan yang sangat amat deras, kekuatan cahaya dalam bentuk tombak itu menghujani tempat Shisui, tanpa celah dan tanpa ada waktu bagi sang Uchiha untuk membentuk sihir.
hujan sihir cahaya terus berlanjut hingga beberapa detik. Kokaibel yang melihat sihirnya telah meluluh lantahkan hutan didepannya tak kuasa menahan senyum kemenangan, kawah besar tertutup debu ledakan adalah hasil dari sihirnya. "Rain, Salah satu sihir terkuatku." Kokaibel berucap pelan menatap kawah di depannya.
Sreeeeet!!!!!!!!!!!!!
bammmmmmmm¡!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Kokaibel terseret kebelakang setelah menghindari sebuah serangan aneh dari dalam kepulan debu, matanya menyipit tertarik dengan cahaya hijau yang memancar dari serangan itu. "Hebat, Kekuatan mata Uchiha memang sangat hebat!"
Angin mulai menyapu kawah tersebut, perlahan memperlihatkan siulet raksasa hijau dengan mata kuning menyalak tajam menatapnya. Kokaibel tertawa.
Shisui terengah dengan tangannya menekan mata kirinya yang meneteskan darah layaknya air mata. Mangekyou adalah tingkat tertinggi dalam klannya, memberikan kemampuan yang hebat kepada penggunanya dengan bayaran mahal yaitu kebutaan jika digunakan secara berlebihan.
"Uhhhhh!!!!" Shisui berlutut tegang menahan rasa terbakar dimata kiri itu, rasanya seperti semua saraf tubuhnya terkoyak yang mana rasa sakit yang dia terima sangatlah berat.
"Tapi kelihatanya kau tidak dapat mempertahankan wujud itu lebih lama." Ucap Kokaibel yang melihat sosok raksasa itu mulai memudar.
"Aku tidak bisa mati sekarang!" Batinnya berteriak, berusaha berdiri meskipun tubuhnya serasa akan runtuh, ia harus menyelesaikan misi!
Shisui tidak ingin membuang waktu, ia tahu jika lawannya kali ini jauh diatasnya. Sejak awal misi, iapun sudah tahu jika resiko dalam misinya kali ini lebih besar, maka ia pastinya sudah menyiapkan rencana cadangan yang dapat dia gunakan dalam situasi terburuk.
"Mata terkutuk! Jawablah permintaanku!!!! SUSANO'O!!!!!!!!"
Gelombang mana besar menyeruak seiring teriakan Shisui menggema di hutan yang sudah hancur, sosok yang mengelilinginya mulai memunculkan bentuk sempurna, wujud Manusia berzirah hijau dengan senjata samacam bor ditangan kanan dan juga perisai ditangan kirinya.
Kokaibel sedikit menyipit, namun ia segera bergerak tatkala Shisui mulai menyerangnya kembali. Sihir cahaya kembali muncul dalam bentuk ribuan jarum bergerak ke arah Shisui, Akan tetapi itu semua sama sekali tidak mempengaruhi pergerakan dari anggota divisi pengintai itu. Lapisan sekeras baja yang dimiliki Susano'o cukup untuk mementalkan semua serangan Kokaibel.
Shisui melafalkan mantra, bola api besar menyeruak dari dalam lingkaran sihir menyerang sosok Kokaibel.
Dhuarrrrrrrr!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Ledakan terjadi, dan Shisui kembali belutut menahan rasa sakitnya. Mana pemuda itu hampir mencapai batasnya, dan sosok Susano'o secara perlahan berubah kebentuk awalnya, sebuah kerangka.
"Cuougt!" Shisui memuntahkan darah cukup banyak, semua itu akibat dari penggunaan Mangekyou yang terlalu membebaninya. "Aku tidak bisa bertahan lebih lama," Susano'o menghilang, bersamaan dengan itu Kokaibel meluncur dengan kecepatan tinggi ke arahnya. "Sial-Ogh!!!!"
"Heh, kena kau!"
Tombak cahaya menghunus ke arah Shisui yang telah bersiap menerima serang dengan menciptakan sihir pertahanan, namun entah bagaimana Kokaibel memudar menjadi serpihan cahaya dan muncul dibelakangnya.
"Gawat! Shunshin!"
Crassshhhh!!!!!!!!!!!!!!!!
"pergerakanmu itu memang hampir menyamai Kilat kuning ya." Puji Kokaibel dengan mengibaskan tombaknya yang sempat mengoyak lengan Shisui, ia memandang ke depan dimana Shisui tengah berlutut dengan tangan kanannya yang bercucuran darah. "Kau nampak berantakan."
"Ya, kau benar." Tapi meskipun ia tidak akan menyerah tanpa hasil apapun. Shisui merogoh sesuatu dibalik bajunya yang koyak, beberapa saat ia menghantamkan sesuatu ke atas permukaan tanah.
Boooooossssssssst!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Ledakan asap lebat menutupi pandangan, Kokaibel yang melihat itu hanya sedikit mendengus. "Sudah kubilang..." Sebelum mata itu terbuka, Kokaibel berpindah tepat ke hadapan Shisui yang bersiap melarikan diri. Sebuah pedang cahaya tergenggam ditangannya, menembus dada sang Uchiha. "Kau tidak akan bisa kabur dariku." Ujar Kokaibel penuh kesombongan.
"Meskipun begitu-Ughhhh-Aku, tidak akan mati sia-sia!"
""Huh?"
Pada saat terakhir, Shisui merobek pakaian yang ia kenakan, menampilkan puluhan kertas segel yang terlihat mulai terbakar!
"Kau..."
"Ini usaha terakhirku..."
BOOOOOOMMMMMMMM!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Ledakan terjadi dalam area cukup besar, membentuk sebuah kubah raksasa berwana hitam yang menelan apapun didalamnya. Kubah hitam itu ada dalam waktu cukup lama, hingga pada akhirnya mulai menyusut secara perlahan dan meninggalkan bentuk setengah lingkaran di atas permukaan tanah.
Lingkaran sihir kembali terlihat, memunculkan sosok Kokaibel dalam keadaan yang cukup parah dimana ia kehilangan kedua tangannya, akan tetapi raut wajah itu justru terlihat sangat senang. Baru kali ini, tidak tepatnya sudah lama dirinya tidak merasakan adrenaline pertarungan semenyenangkan ini.
"Tidak kusangka dia bisa menggunakan kemampuan segel setinggi itu, Uchiha itu memang sangat kuat, khekheheheh!" Kokaibel mendudukkan tubuhnya dan memandang ke atas langit hitam di atas sana, tempat hancur yang menjadi saksi bisu atas besarnya pertarungan Shisui menjadi temannya malam ini. "Si Shisui itu, dia cukup jeli." Kekehnya setelah menyadari sesuatu saat dirinya melihat Shishui sebelum sihir segel tadi diaktifkan.
"Sepertinya, Aku akan mempercepat rencanaku."
.X.
"Menyerahlah, kau tidak mampu mengalahkan kami bertiga sekaligus."
"Itu benar, Kemampuanmu belum cukup."
Tayuya berdecih dibalik mode kutukan finalnya, tidak dapat dipungkiri jika kedua perempuan kembar itu cukup kuat, setidaknya mereka ada ditingkat Kimimaru. "Siapa kalian sebenarnya, dari tekanan mana ini aku yakin kalian bukanlah murid kerajaan seperti Uzumaki itu."
"Ie, Kami memang bukan murid dari sekolahan Khusus itu."
"Tentu saja kami bukan murid disana."
Si kembar Yamai menjawab bersamaan, mata orange mereka menyalak tajam menatap Tayuya. "Kami, Adalah pelayan dari Naruto-sama!" Ucap mereka dengan postur TOP dan juga jempol mengacung ke depan.
"Tch, pelayan kata kalian."
Tap!
"Tayuya."
Naruko yang kelelahan menyipitkan matanya, ia sepertinya pernah merasakan mana yang dipancarkan oleh orang yang baru saja datang ini. " Apa, ini musuh yang dikatakan Naruto sebelumnya? Lalu dimana yang satunya?"
" Kau memikirkan sesuatu, nona?"
Yuzuru dan Kaguya membelalakkan matanya, mereka sama sekali tidak menyadari sosok ketiga yang muncul tepat dibelakang Naruko yang tengah belutut.
"KaKaakakkakakakakaka!"
Trankkkkkkkk!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Sabetan katana terhenti ketika senjata yang sama menghadangnya, Naruto yang dalam pengaruh Killing Fall menatap datar pria yang hampir membunuh kakak kembarnya tadi.
"Hooohhhh, Pedang terkutuk Murasame, pembawa kematian, sang racun kehidupan!"
Tak!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Naruto menjejakkan kakinya ke arah dada pria itu namun dengan mudah dapat dihindari oleh musuh yang langsung melompat bergabung dengan dua temannya.
"Freed, mau apa kau!?" Tayuya bertanya dengan nada sinis, sepertinya perempuan ini sangat tidak menyukai kehadiran dari pria berambut putih perak itu.
"Kakakakakaa, harusnya aku yang bertanya, kalian dari tadi melakukan apa? melawan bocah bocah inipun harus mengorbankan dua teman bodoh kalian." Freed mengangkat katananya dan memanggul dibahunya, sementara Tayuya memasang wajah tak suka.
"Kami tahu! maka dari itu kami akan membalaskan dendam Kidouma-"
"Dan sekarang Jirobo juga," Freed memotong perkataan Tayuya, membuat wanita itu mengernyit kebingungan. "Harusnya kau memperhatikannya, lihat lawan Jiroubo sudah kembali dalam keadaan sehat, dan itu artinya sibodoh itu sudah kalah."
"T-tunggu!"
"Freed benar, Jirobo sudah mati." Potong Sakon cepat, ia tidak mau beradu argumen lebih lama lagi karena dia sendiri juga sempat melihat mayat Jirobo yang tewas secara mengenaskan.
"kakakakakakaak, aku memang benar."
"Kalau begitu... " Tayuya berucap datar dan mengangkat matekinya, bersiap untuk melakukan sihir kembali.
"Cukup, bodoh, aku baru saja mendapat perintah mundur dari tuan."
"Apa?! Tapi kenapa?!"
"Rencana diubah, Penyusup dari Kerajaan telah mengetahui rencana kita.." Freed mengendik acuh menanggapi pertanyaan yang dilontarkan Tayuya, dirinya berbalik badan dan memandang tertarik sosok Naruto yang jatuh berlutut dengan nafas yang terengah. Pandangan itu tertarik dengan sosok yang sudah mengalahkan dua anggota suara yang memiliki kekuatan cukup besar, apalagi dia sama sekali tidak merasakan adanya mana besar di dalam tubuh pemuda ini.
khhhhhh... Mengesankan. Batin itu memuji sosok Naruto, jika saja dia tidak mendapat perintah mundur maka dia pasti akan melawan pemuda itu dengan senang hati. Tapi, itu akan dia lakukan nanti lagipula mau tidak mau mereka akan segera bertemu kembali.
"Urusan dendam kalian bisa dituntaskan saat rencana kita berlangsung, untuk sekarang kita mundur."
"Tap-"
"Apa boleh buat, jika memang tuan Kokaibel meminta hal seperti itu."
"Sakon!? ka-kau."
"Diamlah Tayuya."
Dia tidak dapat mengatakan apapun lagi, mendengar Sakon membentak dirinya seperti ini membuatnya terpaksa menuruti pemimpin kelompok yang terdiri dari 4 orang ini. Namun walaupun begitu dendamnya tetap tidak mereda sedikit pun, kekalahannya hari ini dan kematian kedua temannya...
"Aku pasti akan membunuh kalian."
... Membuat ancaman itu terlontar sebelum mereka sepenuhnya menghilang dalam sihir teleportasi.
Naruko terdiam sesaat sebelum pekikan dari dua roh yang sempat membantu nya terdengar tengah memanggil saudaranya dengan nada terkejut.
"Naruto? Apa yang terjadi?!" Tanya Naruko.
"Kami juga tidak tahu."
"Menjawab, Kemungkinan besar Naruto-sama kehabisan mana."
Nafas tersengal dengan peluh membanjiri wajahnya yang sangatlah pucat.
Naruko menggigit bibirnya sendiri, apa yang harus dia lakukan?! kebingungan itu melanda kepalanya.
"Kita harus pergi ke Distrik Uchiha, mungkin mereka bisa membantu." Usul Naruko pada kedua gadis di hadapannya. Saat ini dia tidak bisa berfikir hal lain selain membawa Naruto kesana, mungkin saja Mikoto atau Fugaku dapat membantu mereka.
"Itu tidak perlu."
Sebuah cahaya temaram menguar dari bilah pedang Murasame, yang perlahan mengudara dan memadat membentuk sosok Human Form yang dibawa pedang terkutuk tersebut.
"Kau..."
"Goshujin-sama hanya perlu sedikit mana."
Murasame tidak dapat memberikan mana miliknya karena efek racun yang ada di dalam dirinya tidak bisa diatasi oleh keadaan Naruto saat ini, dia melirik dua sosok Yamai bersaudara yang memandang heran padanya sebelum mendekat ke arah tubuh Naruto.
"Yamai bersaudara, kalian terhubung dengan Cawan Suci yang ada di dalam tubuh Goshujin-sama yang artinya dengan mana milik kalian proses penyembuhan Goshujin-sama bisa dipercepat."
"Kami mengerti, tapi dalam keadaan seperti ini kami tidak yakin jika Naruto-sama bisa menyerap mana kami."
"Tentang itu tenang saja, Ku pastikan Goshujin-sama akan bisa menyerapnya."
"Baiklah/Hummm!"
.x.
Dimana, aku?
Seperti nya aku ada di alam mimpi, atau memang aku sudah mati? Terakhir kuingat aku menahan serangan seseorang yang ingin menyerang Naruko sebelum aku sampai ditempat ini.
Tapi, memangnya tempat ini bisa disebut alam kematian? Ini hanyalah alam mimpi. Rumput segar yang mana hanya itu yang dapat aku saksikan, tempat yang sangat luas.
Hahhh, Aku menarik nafasku sejenak dan melirik ke arah samping. Mengetahui perempuan bersurai pirang emas tengah tersenyum padaku ini entah mengapa sangat membuatku terasa nyaman-
Tunggu!
"Woy! Siapa kau?!" Aku bertanya terkejut, dan lagi sejak kapan dia ada disini?!
"Hihihihihihi, Sepertinya aku memilih host yang sangat menarik."
"Hah?!" Aku cengo, Host?!
"Perkenalkan, Aku adalah roh yang mendiami Holy Grail, Gabriela."
Gadis itu membungkuk padaku setelah sebelumnya berdiri, gayanya seperti seorang putri bangsawan dengan suara yang sangat merdu. Sesungguhnya aku sedikit tidak mengerti dengan apa yang dimaksud gadis yang mengaku sebagai penghuni Holy Grail ini.
Aku mengambil nafas sejenak untuk meredakan kebingungan ku. "Gabriela? Gabriel, aku akan memanggilmu seperti itu. Apa kau tidak keberatan?'
"Semua yang Tuanku inginkan."
Kembali, aku mendesah pelan. "Aku tidak perlu bertanya apapun sekarang karena otakku sudah tidak mampu untuk memproses hal rumit lagi. Tapi Gabriel, apakah kau ini seperti Murasame?"
"Ahhh~Mura-chan..."
CHAN?!
"Tunggu, Kau sepertinya sudah sangat dekat dengannya ya?"
Mana mungkin roh yang tidak pernah bertemu langsung memanggil dengan panggilan seperti itu, mengingat Murasame dan Gabriel ini memiliki kekuatan yang amat sangat berlawanan bukannya harusnya dua roh ini tidak akur?!
Lalu apa-apaan senyummu itu?! kau sangat manis tahu?!
"Etto~"
Aku menunggu...
dengan wajah penasaran tentunya!
"Sebenarnya kami hanya bertemu beberapa kali, itu karena aku dan Tuan belum sepenuhnya menyatu, jadi hubungan kita hanya sebatas energi saja. Tapi setelah Murasame memicu diriku tadi membuat aku bisa muncul dihadapan Tuan seperti sekarang ini."
"Lalu?"
"Emmm, apa Tuan tidak tahu jika semakin erat komunikasi denganku maka kekuatan suci yang ada dalam tubuh Tuan menjadi lebih besar? Tapi tentu itu juga tidak baik untuk Murasame, jika aku semakin kuat maka Murasamelah yang semakin lemah, atau bisa dibilang kekuatanku akan menetralkan kekuatan Racun dari Murasame!"
Aku melihat Gabriel terkejut, apa yang dia katakan ini baru aku ketahui saat ini! Tapi, mengapa meskipun Murasame tahu jika dia akan kehilangan kekuatannya jika memperkuat peran Holy Grail, mengapa roh itu malah memicu bangkitnya gabriel?
"Gabriel, lalu apa yang akan terjadi jika kau semakin menguat?" Aku menanyakan hal ini dengan maksud untuk mengetahui dampak yang mungkin tubuhku dapatkan, tapi yang utama adalah apa dampak terhadap Murasame yang akan kehilangan kekuatannya.
Roh itu tersenyum kecil, aku bisa melihat rasa senang dalam senyuman itu. "Tentu saja, Tuan akan mendapatkan kehidupan penuh dengan kekuatan, semua ketidakmungkinan yang Tuan miliki-misalnya adalah ketidakmampuan Tuan dalam menghasilkan mana akan menghilang, artinya tuan akan memiliki kekuatan mana. Tidak hanya itu, aku juga bisa mempengaruhi semua sel yang ada didalam tubuh tuan menjadi terbarukan secara terus menerus yang itu artinya tuan akan mendapatkan kehidupan abadi."
"Aku tidak bertanya dampak apa yang akan aku dapatkan." Sejujurnya mendengar apa yang dikatakan Gabriel sangat membuat ku terkejut sekaligus merasa senang, kekuatan yang sangat hebat itulah yang selalu aku inginkan. Tapi...
Aku memandang Gabriel yang berada disebelahnya ku. "Apa yang akan terjadi pada Murasame yang akan kehilangan kekuatannya?"
"Maaf tuan, aku tidak tahu-"
"Jangan berbohong padaku!"
Aku melihat wajah roh itu sangat terkejut atas perlakuan ku yang agak kasar dengan memegang bahu kecilnya. Kulihat dia juga mengalihkan tatapannya dari mataku.
Beberapa detik kami terdiam dengan aku yang kukuh akan pertanyaan ini... Tapi, mengapa dengan pandangan sayu itu?
"Aku mengerti sekarang mengapa Murasame sangat ingin membangkitkanku, bahkan demi tuan pun dia rela memberikan segalanya..."
oy, jangan katakan jika-
"Murasame sudah dipastikan akan mati-Benarnya dia akan hancur."
-x-
"Kau bercanda?" Naruto memekik ke arah Gabriel setelah roh perempuan itu mengatakan resiko yang akan di dapatkan Murasame. Mati, atau hancur itulah yang akan didapat Murasame jika dia tetap membiarkan Gabriel tumbuh kuat di dalam dirinya. "Aku lebih baik menekanmu, bagiku antara kau dan Murasame bagaikan perak dan emas. Meski kau berharga layaknya emas, tapi aku akan lebih memilih perak yang sudah lama menjadi milikku."
Meskipun terdengar kejam namun Naruto mengatakan hal yang sesungguhnya, bagi dirinya Murasame adalah teman pertama yang membuat dia memiliki tekat untuk menjadi kuat. "Maaf kan aku Gabriel, tapi bisakah kau kembali ke dalam eksistensi mu sebelumnya." ujar Naruto memandang Gabriel yang tersenyum masam.
"Meski penolakan tuan ini menyakitkan tapi bagiku sudah lebih dari cukup jika melihat tuan senang, tapi jika aku bisa aku akan kembali ke perwujudan semula. Namun sayang sekali, setelah aku bangkit dan menjalin kontrak dengan tuan, kebangkitan tidak bisa dihentikan atau dilenyapkan. Aku akan terus ada sampai akhir hayat tuan."
Naruto berjengit, tidak! dia bahkan tidak memikirkan akan jadi seperti ini!
Setelah apa yang dirinya alami, semua yang akhirnya ia dapatkan akankah Salah satu bagian terpenting dalam kehidupan nya akan direnggut kembali?
Tidak adil. dia sangat ingin berteriak seperti itu tapi semua tercekat dalam tenggorokan tanpa dia dapat mengeluarkan satu patah kata kembali.
Tanpa sadar air matanya menetes membayangkan bagaimana saat dia nanti kehilangan Murasame. Meski hanya roh, meski hanya sebuah pedang dengan kutukan paling mematikan di dunia namun dialah yang sudah menemaninya, memberikan semangat padanya hingga dia bisa mencapai kekuatan ini.
Akankah semua itu hilang?
"Goshujin-sama~"
Akankah rengekan manja itu akan hilang dari kesehariannya? Semua saran dan petunjuk yang diberikan padanya. Dia, belum sanggup jika harus kehilangan Murasame.
"Sialan!"
Dan pada akhirnya dia hanya dapat mengumpat penuh kekecewaan.
Gabriel sendiri mengerti jika dirinya saat ini masih asing untuk Naruto, baginya melihat sosok tuan yang telah dia pilih dari saat awal ini sudah menjadi kehormatan tersendiri. Dia bukanlah senjata yang bisa digunakan siapapun, Gabriel tidak semudah itu untuk digunakan orang lain.
Bagi Gabriel, Naruto adalah sosok yang sangat berbeda. Jiwa itu sangat murni dan juga teguh akan pendiriannya, sama seperti pemiliknya sebelumnya Raja Arthur. Namun bagaimanapun jika tuannya lebih memilih Murasame maka dia pun juga tetap akan mengalah.
"Tuan~"
"Gabriel, katakan padaku bagaimana cara untuk melepaskan link." Naruto mengangkat wajahnya, porsi muka yang sangat datar menunjukkan keseriusan yang amat sangat. Tapi apa-apaan dengan perkataannya itu?!
"Saya tidak tahu, tuan." Jawab Gabriel sekenanya, diapun juga tidak terlalu mengerti bagaimana mekanisme Link di dunia ini.
Dan keheningan pun melanda tempat itu, di sebuah tempat yang merupakan salah satu bagian di dalam alam bawah sadar Naruto kembali merenung.
.x.
"Jadi bisa jelaskan kenapa hal ini bisa terjadi Naruko-san?"
Ravel tidak tahu harus mengatakan apa saat melihat pemuda yang dia sukai di bawa dalam keadaan tidak sadarkan diri, tidak hanya itu salah satu gadis yang terakhir bersama Naruto juga memiliki penampilan yang sangat buruk. "Apa yang sebenarnya kalian lakukan?"
Naruko menarik nafas dalam-dalam setelah memandangi wajah adiknya yang terlihat pucat. Setelah dia mendapat pertolongan pertama dari Murasame, dia diminta untuk segera membawa Naruto ke distrik Uchiha untuk diistirahatkan.
"Aku juga tidak tahu tapi ini sama seperti insiden kemarin yang mana ada seseorang yang mengincar pewaris keluarga sebagai sasaran. Jika kemarin adalah Senju Sistine maka malam ini yang mereka incar adalah aku."
"Aku juga mendengar ada pergerakan aneh akhir-akhir ini di sekitar lokasi perbatasan wilayah." Fugaku yang berdiri disamping ranjang itu bersidekap dengan pandangan berfikir. "Kudengar juga salah satu anggota elit Uchiha diturunkan oleh Raja untuk menyusup ke salah satu organisasi yang dicurigai sebagai pemberontak."
Fugaku menghela nafasnya, "Itachi juga belum pulang sejak tadi sore mendapatkan kabar genting dari organisasi, para tetua keluarga pun juga akan segera mengadakan pertemuan dengan Hashirama-sama."
"B-bagaimana dengan ayah?" Naruko mencicit agak ragu, dia sendiri pun belum pulang semenjak berhubungan dengan Naruto. Kabar dirumahnya sendiri pun dia tidak tahu.
"Minato menyiapkan pasukan di batalion 3-6, pasukan khusus pengintai yang akan dia kirim ke sudut kota dan juga beberapa wilayah rawan." Fugaku menanggapi pertanyaan dari Naruko.
Pria itu menyentuh kedua dagunya, 'Mereka mulai bergerak bahkan keturunan Uzumaki pun juga, ini semakin berbahaya.' dia menatap Naruto untuk sejenak sebelum berfikir kembali untuk segera melapor pada pasukan kerajaan mengenai hal ini, 'setidaknya mereka harus bertindak lebih cepat.'
Bagi Fugaku yang merupakan salah satu pemimpin keluarga kerajaan dengan peringkat atas, sudah menjadi tugasnya untuk melindungi tempat yang menjadi alasan dirinya berada disini. "Aku akan segera menemui kepala keluarga yang lain, dan untuk sementara kalian tetaplah berada disini, aku akan menempatkan beberapa elit Uchiha untuk menjaga Distrik."
Dalam sekejap Fugaku sudah menghilang dalam kobaran api teleportasi, sama sekali tidak memberikan kesempatan mereka membuka suaranya.
Di samping itu ada Sasuke yang berdiri disamping pintu masuk dengan tampang biasa, beberapa kali dia melirik Naruto yang terbaring tak sadarkan diri. "Dengan begini kemungkinan besar dia tidak akan dapat mengikuti Turnamen pekan depan, dan artinya dia harus tinggal di kelas 1 untuk kesekian kalinya. Si bodoh ini~" Sasuke memijit pelipisnya sebelum melirik dua sosok yang pernah dia lihat sebelumnya. "Jadi ada apa dengan kalian Yamai, apa hubungan kalian dengan Naruto?"
Kedua anak Yamai itu tidak menjawab untuk sesaat, mereka memilih diam untuk sekarang ini dan tentu saja tidak akan membocorkan rahasia kontrak yang mereka miliki dengan Naruto.
"Kalian tidak mau menjawab?" Tanya Sasuke dengan Nada dingin, membuktikan bahwa Uchiha muda itu benar-benar ingin mengetahui hubungan yang mereka miliki.
Sasuke bukannya tidak suka dengan kedua Yamai ini, hanya saja dia tidak bisa membiarkan seseorang yang mencurigakan seperti mereka berada di sekitar Naruto. Dia yang sudah menganggap Naruto seperti seorang adik, tidak mungkin akan membiarkan hal buruk terjadi padanya.
"Aku bisa mengorek informasi dengan mataku jika kalian tetap diam," Menunjukkan sebuah ancaman nyata, energi kebiruan menyeruak dari dalam tubuh Sasuke saat pemuda itu mengaktifkan mata kebanggaan klan Uchiha.
"Kurasa itu bukan urusan anda, Uchiha-san. Kami tahu anda khawatir terhadap Naruto-sama tapi seperti yang sudah kami katakan kami adalah pelayan Naruto-sama, dan kami tidak ada niat jahat sama sekali pada Naruto-sama." Yuzuru menjawab.
Dan jawaban yang sama sekali tidak memuaskan itu membuat sang Uchiha muda mendesih kesal. "Kalian-" Sasuke menghentikan ucapannya saat melihat kelopak mata Naruto mulai terbuka dan menunjukkan iris biru kusamnya, "Dobe?"
Naruto melirik Sasuke, namun sebatas itu dia sama sekali tidak mengeluarkan suara dan mulai mendudukkan tubuhnya. "Apa kalian yang membawaku?" Tanyanya menatap Naruko dan juga kedua anak yamai,. Dia melihat sebuah jawaban berupa anggukan dari kedua roh tersebut dan gumaman dari kakaknya. "Maaf Sasuke, aku datang ke mansion keluargamu dengan keadaan menyedihkan ini."
"Bodoh,"
Naruto mengerti jika Sasuke juga menghawatirkan dirinya, hanya saja dia tidak ingin berurusan dengan Uchiha keras kepala satu ini sekarang. Bisa dikatakan dia akan dicecar banyak pertanyaan yang sangat merepotkan nantinya.
"Dimana pedangku? Dimana Murasame?"
"maafkan aku Naruto, tapi saat selesai dengan proses penyembuhan mu tadi dia langsung kembali ke dalam pedang ini." Naruko menyerahkan katana itu pada Naruto, cukup aneh mengingat terakhir kali kakaknya ini memegang Murasame dia langsung jatuh pingsan.
"Apa yang terjadi?" Naruto bertanya dengan nada lirih saat menerima Murasame, dia sendiri tidak dapat masuk ke dalam ruang temu dengan Murasame bahkan sama sekali tidak dapat menghubungi roh itu. 'Bodoh.' Satu batin yang menjerit sedih dan merutuki apapun yang roh itu lakukan untuknya.
Dari berbagai kemungkinan dia tidak menyangka jika akibat dari pemaksaan kehendak terhadap limit tubuhnya akan mempengaruhi Murasame.
'Dia dipastikan akan mati'
"Aku ingin pergi, jangan ikuti aku." Ucap Naruto yang turun dari ranjang.
"Tunggu Naruto kau masih terluka!"
Meski itu peringatan namun dia sama sekali tidak menggubris nya, bahkan melewati sosok Sasuke tanpa melirik sahabatnya itu sedikitpun. Naruko mencoba mengejar adiknya, dia yakin jika hanya beberapa detik saja setelah Naruto melewati pintu itu namun mengapa dirinya menghilang begitu saja?
"Sasuke, kemana Naruto?"
"Entahlah."
Bagi Sasuke sendiri yang tahu bagaimana sifat Naruto hanya membiarkan pemuda itu pergi, dia tidak memiliki hak untuk mencegah Naruto meninggalkan distrik Uchiha. "Sebaiknya kalian menjaga diri kalian sendiri sekarang, seperti yang kalian ketahui bahwa sekarang ini kita berada dalam waktu yang berbahaya." Ujarnya dan pergi meninggalkan semua yang ada di dalam ruangan.
Naruko mengeraskan rahangnya, merasa sangat kesal saat mengetahui jika dia tidak tahu apapun tentang Naruto. Apanya yang dirasakan saudaranya itu hingga menampilkan wajah sendu seperti tadi. "A-aku akan kembali ke Distrik Uzumaki." Ujarnya lemah dan meninggalkan kebingungan adalah dua roh yang saling tatap.
-x-
Malam yang cukup hening dimana jalanan yang biasanya ramai kini hanya ada beberapa orang yang berlalu lalang, itu wajar mengingat ini sudah berada di waktu malam hari dimana waktunya penduduk untuk menikmati tidurnya. Akan tetapi semua orang tidak menyadari jika sebuah bahaya besar tengah berjalan mendekati ibu kota.
Disatu sisi sosok Naruto terdiam termenung, dia memangku tubuhnya pada pagar pembatas sebuah menara tengah kota, pikirannya yang kalut membuat dia tidak bisa membayangkan hal lain selain keadaan Murasame.
"Gabriel,"
Satu panggilan itu cukup untuk ia mendapatkan respon dari roh penghuni Holy Grail itu. Pendar putih tipis berkerlip ketika suara lembut Gabriel menjawab tuannya.
"Apa yang terjadi dengan Murasame?" Tentunya Gabriel pasti akan tahu.mengingat para roh itu memiliki koneksi tersendiri.
"Dia tertidur,"
"Berapa lama?"
"Saya tidak tahu."
Naruto kembali terdiam. Jika bukan karenanya yang memaksakan tubuh hingga membuat dirinya harus membutuhkan bantuan penuh Gabriel, maka harusnya Murasame tidak harus mengalami hal seperti ini.
Namun penyesalan itu memang akan terjadi di akhir cerita.
"Jika terjadi sesuatu pada Murasame, aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan nantinya."
Sosok yang pertama kali menemaninya, walaupun dulu hanya sekedar katana biasa saat roh itu belum bangkit, dan menjadi teman dekatnya yang berharga saat kebangkitannya. Namun bila dia harus kehilangan roh itu maka dia pun tidak tahu harus melakukan apa.
"Tuan, Apa anda sangat menyayangi Murasame?"
"Apa kau perlu menanyakan itu?"
"Maaf jika menyinggung perasaan tuan, saya hanya iri terhadap Murasame yang bisa mendapatkan perhatian penuh anda. Saya paham jika saya hanya sebuah roh baru yang membuat Murasame melemah, saya mohon maaf. Jika bisa saya akan melepaskan diri saya terhadap tubuh tuan hingga Murasame kembali mendapatkan tempat ditubuh ini namun, jika saya melakukan hal tersebut maka anda akan ikut terbunuh. Jika itu kami para roh, kami hanya akan tertidur saat setelah kami terlepas dari tubuh tuan kami dan akan bangun jika kami merasakan ketertarikan akan kekuatan tuan kami yang baru."
"Itu tidak perlu Gabriel, kau bangun karena keinginan Murasame jadi aku akan menghargai keputusan itu. Aku akan mencari cara agar semua kembali normal."
Ya, tapi apa?
Meskipun dia berkata seperti akan mendapatkan solusinya namun dia sama sekali tidak tahu cara agar Murasame kembali seperti semula. Mengapa ini semua terjadi kepada nya yang hanya memiliki sedikit sosok yang menjadi alasan dirinya hidup? Pertanyaan yang sama itu selalu mengisi kepalanya saat hal-hal buruk selalu terjadi padanya.
Naruto bukan orang yang egois, dia sama sekali tidak menginginkan jabatan ataupun kekuasaan. Kepopuleran? Dia ingin tertawa jika dia melihat bahwa dirinya akan memimpikan itu. Tidak! Dia tidak butuh semua itu.
Yang dia inginkan hanya hidup dengan damai, dimana dia dan semua orang yang penting untuknya bisa hidup dengan tawa manis menghiasi wajah. Waktu dimana dia sangat ingin menikmati momen keluarga seperti anak normal lainnya.
Hahahaha... Dia bahkan tertawa dalam batinnya ketika membayangkan hal tersebut, mimpi dimana disana terdapat satu hal yaitu kemustahilan. Tapi setidaknya dia selalu berharap jika semua itu akan datang padanya, meskipun hanya satu hari pun itu sudah lebih dari cukup.
Menghela napas untuk kesekian kalinya, mata biru kusamnya memandang langit yang diisi dengan ribuan bintang dan juga bulan yang cukup indah. Naruto tidak tahu kapan terakhir kali dia termenung seperti ini memikirkan sesuatu.
-Mask-
Suara kian menyepi dengan iringan nyanyian serangga malam, angin dingin menembus kulit dan terasa seperti menusuk nusuk layaknya sebuah jarum kecil, tidak sakit hanya saja dapat membuat bulu romamu berdiri. Namun hal itu tentu tidak berlaku untuk Naruto yang tetap ada disini untuk beberapa jam yang sudah berlalu, jika dilihat dari langit maka ini mungkin menjelang pagi hari.
Naruto sendiri tidak menghitung berapa lama dia disini, baginya menikmati malam sekarang ini sangat lah berarti untuk menenangkan hatinya.
"Kau disini rupanya."
Suara baritone memecah keheningan bagian atas menara, sosok lain yang berdiri lantang di puncak menara memandang Naruto dalam dengan mata merah darah miliknya.
"Itachi-nii, ada apa?"
Respon datar itu membuat Itachi mengernyitkan keningnya, "kau sudah tahu?" Tanyanya yang entah membahas apa, karena memang Naruto sama sekali tidak paham apa maksud pria yang telah menjadi kakak angkatnya ini.
"Tentang apa?" Jawab Naruto sedikit kebingungan.
Untuk sesaat Itachi terdiam memikirkan hal yang ingin dia sampaikan langsung kepada Naruto. "Aku punya 2hal yang harus disampaikan padamu." Ujar Itachi yang melompat dan berdiri disamping Naruto, "Tapi kau harus jujur padaku."
Pemuda pirang itu tidak tahu apa yang dimaksud Itachi, jujur? Apa masalah nya hingga dia harus jujur pada Itachi? Selama ini dia selalu menceritakan semua masalah pribadi nya pada pria itu, bukan?
"Aku selalu jujur padamu, Itachi-nii."
"Ya aku tahu, aku hanya ingin mengingatkanmu saja." Itachi menarik nafas nya perlahan, jujur saja dia bingung untuk sekarang ini.
"Itachi-nii?"
"Divisi pengintai sudah menemukan pembunuh Sarutobi Hiruzen."
"Tunggu, apa?"
"Kau tidak salah dengar."
Pemuda itu terdiam untuk beberapa saat, untuknya yang memiliki hubungan dekat dengan Hiruzen membuat darahnya mendidih. Berita sepenting ini sangat berarti baginya, jika mereka menemukan pembunuh Hiruzen maka dia akan ikut kedalam pergerakan apapun yang akan divisi itu lakukan.
"Lalu, siapa yang membunuhnya?" Dia mendesis, emosi amarah yang terlihat sangat jelas Dimata Itachi.
"Kau."
Amarah itu keluar dengan mata melebar kebingungan, dia menarik pakaian yang Itachi kenakan. "Jangan bercanda padaku Nii!"
"Sayangnya menurut kerajaan yang membunuh Hiruzen Sarutobi adalah kau, muridnya sendiri. Racun yang ditemukan di dalam tubuh beliau sama persis seperti kandungan sihir Murasame, dan mereka tahu jika Hiruzen hanya memberikan Murasame padamu."
Untuk kesekian kalinya dia tidak mengerti apa yang terjadi di dalam kota ini, dengan kasar Naruto mendorong tubuh Itachi hingga orang yang telah dia anggap kakaknya itu agak terdorong menjauh. "Jadi kau datang kesini untuk menangkap ku?" Ujarnya demikian.
"Ya, ini perintah langsung dari Danzo."
Lagi dan lagi kenapa hal-hal seperti ini selalu terjadi padanya?! Masalah Murasame pun bahkan dia tidak menemukan jalannya, dan sekarang masalah baru kembali datang padanya.
"Resminya begitu tapi, aku akan menanyakan satu hal padamu. Apa kau memang membunuh gurumu?" Tanya Itachi yang memicu kerlingan mata tajam yang dimiliki pemuda berambut pirang didepannya.
"Seorang murid yang tidak tahu terima kasih, mungkin saja. Tapi bagiku tidak ada alasanku untuk membunuh Hiruzen sedikitpun."
"Bagus, aku percaya padamu. Dan hal kedua yang ingin aku sampaikan padamu adalah tentang Shisui."
Naruto diam saja menunggu apa yang akan dikatakan pria itu, jujur saja semua yang terjadi ini sangat membuatnya frustasi.
"Dia tewas dalam misi."
.x.
"Aku sudah mengeluarkan perintah menangkap Uzumaki Naruto sebagai dalang pembunuhan Sarutobi Hiruzen, dan sisanya akan aku serahkan pada Divisi Informasi untuk mengintrogasinya terkait modus apa yang dia inginkan dengan membunuh Hiruzen."
Ibiki, pria botak dengan penutup kepala itu menatap sosok pria yang merupakan pimpinan divisi penting kerajaan. "Apa anda yakin jika ingin menyerahkan tugas ini pada kami? Anda tahu anda bisa membunuh seorang penghianat atas mandat Raja."
"Aku tidak ingin itu, kita tetap harus seprofesional mungkin dalam menjalankan sistem yang telah dibuat. Kuserahkan mengorek informasi darinya pada kalian, terkait ini kemungkinan dia ada hubungannya dengan Organisasi terlarang yang kita takutkan akan bangkit kembali."
"Maksud anda Re-"
"Maaf mengganggu, Saya Uchiha Itachi Dari Divisi Sektor pengintai."
Kedua orang itu menatap kebelakang Ibiki dimana sosok Itachi dengan seorang pemuda dengan tubuh terikat rantai muncul dari dalam lingkaran teleportasi. Danzo yang mengetahui sosok itu hanya memandangnya diam, sementara Ibiki mulai menunjukkan gestur tegas khas seorang penyelidik.
"Jadi kau Uzamaki Naruto?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Ibiki yang memperhatikan fisik Naruto dari kaki hingga ia terhenti ketika menyaksikan kecacatan dari pemuda yang diindikasikan telah membunuh salah satu petinggi klan bangsawan. 'Dia memiliki kecacatan seperti ini, dan bahkan aku hampir tidak dapat merasakan mana yang dimiliki dia. Tapi jujur saja hawa yang dikeluarkannya sangat menakjubkan, dia bisa berada dibawah tekanan kuat yang kukeluarkan walau dengan mana sekecil ini.' batin Ibiki yang cukup kagum dengan ketenangan yang dimiliki pemuda itu.
"Apa ada yang ingin kau sampaikan pada kami sebelum kau masuk ke tahanan?" Ibiki kembali berbicara dan itu sama seperti sebelumnya dimana Naruto hanya diam membeku. "Kuanggap itu sebagai jawaban tidak." Lanjutnya dan mengambil alih rantai yang dibawa Itachi sebagai pengikat tubuh Naruto. "Danzo-dono, kurasa aku akan langsung saja mengingat kita dalam situasi mendesak. Saya akan segera memberitahu hasilnya jika dia sudah membuka mulutnya."
"Kuharap kau dapat bertahan, Uzumaki." Danzo memandang Naruto yang juga menatapnya intens, beberapa detik kemudian kedua orang itu mulai keluar dari ruangan ini.
Itachi terdiam melihat Naruto yang dibawa pergi Ibiki, saat ini dia tidak dapat melakukan apapun selain menunggu hasil dari penyidikan ini. Itachi tahu jika Naruto tidak mungkin melakukan hal itu namun semua kemungkinan yang besar menuju ke arah Naruto, mengingat juga pemuda itulah yang bisa menggunakan Murasame.
"Kau boleh pergi, Itachi."
"Jika boleh, Danzo-sama. Saya ingin bertanya, Apakah racun yang ditemukan dalam tubuh Sarutobi Hiruzen benar milik Murasame?"
"Ya. Kau meragukanku?"
"Tidak, mungkin saja ada senjata lain yang memiliki jenis kekuatan yang sama."
"Tidak ada." Tegas Danzo, pria itu memandang ke arah Itachi. "Senjata Murasame diberikan kekuatan kutukan mutlak, yaitu Racun yang pasti akan langsung membuatmu mati walaupun kau seorang wizard terkuat sekalipun. Murasame memiliki tanda khusus saat kutukannya bekerja yaitu sebuah mantra sihir yang langsung mengikat jantung korban dan menghancurkannya. Dan semua itu aku temukan saat hasil otopsi keluar. Semua kecocokan dengan beberapa kejadian belakangan ini menjadi bukti bahwa Hiruzen dibunuh menggunakan Murasame."
"Baiklah, terima kasih atas informasi dari anda. Saya pamit undur diri."
"Ya."
Itachi membuka pintu ruangan hanya untuk kembali menutupnya dan meninggalkan Danzo sendiri, sekian detik pria itu mulai melemaskan tubuhnya dan bersandar pada kursi kerja miliknya. Tangannya bergerak menyentuh perban yang separuh menutupi matanya, dan entah apa yang terjadi tiba-tiba dirinya terkekeh pelan.
"Sudah, dimulai kah, Minato." Ujarnya dibarengi sebuah kilatan kuning yang muncul dibelakang dirinya.
.x.
.x.
.x.
Bersambung...
