Crossover :

Naruto x HighSchool DxD

Disclaimer :

Naruto © Mashashi Kishimoto

Highschool Dxd ©Ichie Ishibumi

Genre : Fantasy,Drama,Action,Slice of life

Rated : M

Warning : OOC, GenderBend, StrongNaru, CoolNaru

Chapter 3 : Unholy Rosary part I

Tiga hari berlalu sejak rapat, pagi ini Naruto mendapatkan hasil pasti dari rencana serta kesimpulan rapat. Tertulis dalam sebuah gulungan yang di kirimkan oleh seekor elang. Bersegel sama dengan undangan sebelumnya. Naruto mendapatkan dua gulungan, dimana gulungan kedua adalah rencana khusus yang telah Hiruzen serta para tetua susun. Role serta tugas Naruto dalam rencana ini tertulis dengan detail di gulungan tersebut.

Isi dan kesimpulan rapat adalah. Ujian yang akan di laksanakan 10 hari sejak rapat di selenggarakan, tempat dan aturan yang di pakai dalam ujian, penilaian serta pemilihan Onmyouji yang lulus. Serta pembagian nomor acak untuk tiap-tiap peserta.

Sebelum itu mari kita bahas tujuan dari ujian ini. Yang paling utama adalah meningkatkan level serta pangkat seorang onmyouji. Serta tetap menjalin hubungan damai dengan persatuan Onmyouji lain, maupun Onmyouji independen.

Untuk tingkatkan Onmyouji di bagi menjadi 4 , Genin adalah tingkatan pertama dimana semua Onmyouji yang masih berada dalam bimbingan atau pengawasan seorang guru(entah orang tua atau Onmyouji independen lain) berada dalam Tier ini, mereka akan tetap mendapatkan pengawasan hingga dirasa cukup untuk memulai ujian ke tingkat selanjutnya. Genin juga di haruskan untuk menjalani misi misi rendah untuk melakukan pembersihan suatu tempat yang memiliki hawa magis.

Tingkatan kedua High Genin, tingkat selanjutnya dari Genin, mereka yang berada di Tier ini telah melaksanakan ujian pertama mereka bisa di bilang ini adalah ujian terberat di bandingkan dengan dua ujian selanjutnya. Genin di berikan tugas untuk melintasi hutan kematian yang berada di sebuah pulau terpencil. Dan di haruskan untuk mempertahankan barang yang di berikan oleh panitia, entah apapun itu tapi yang jelas benda tersebut adalah benda yang selalu menarik perhatian para Yokai. Tak banyak yang dapat lulus dari ujian ini, dan tak sedikit Onmyouji yang telah kehilangan nyawa dalam ujian ini pula.

Tingkat ke tiga, Chuuninn. Setelah lulusan sebagai high Genin para Onmyouji di anggap telah kompeten sebagai seorang shaman. Mereka dapat melakukan misi pembasmian atau yang lain. Untuk melanjutkan ke tahap ini ujian yang di lakukan tidak terlalu berat. Para High Genin hanya akan di uji kemampuan merapal mantra serta kemampuan sihir mereka dalam pertempuran satu lawan satu. Saling beradu mantra ataupun bela diri , itulah yang di lakukan dalam ujian ini. Lalu para juri akan menilai dan memberikan masukan. Menyeleksi siapa yang pantas untuk melangkah maju. Misi Chuuninn tidak terlalu berbeda dengan high Genin, hanya saja level misinya dapat lebih tinggi lagi dan yang paling penting mereka bukan lagi dalam pengawasan guru sebelumnya.

Tingkat ke empat, Jounin. Jounin , tidak di dapat melalui ujian seperti di atas. Jounin di dapat dengan melakukan meditasi serta pelatihan kesabaran. Kebijakan serta pemahaman ilmu yang tepat sebagai seorang onmyouji senior. Pada umumnya butuh waktu bertahun-tahun untuk mencapai level ini, memiliki kesabaran , kebijakan dalam berkeputusan serta pemahaman ilmu bukanlah hal yang mudah. Dalam tingkatan ini seorang onmyouji dapat mengangkat seseorang sebagai muridnya, atau menjadi pengawas untuk Onmyouji junior.

Ada juga Tier spesial seperti Kage dan Sennin. Dua Tier ini di dapat dari pemilihan serta pengakuan. Kage adalah pangkat tertinggi di sebuah persatuan, sedangkan Sennin adalah seseorang yang di percaya berada di tingkat dan yang mendapat pengakuan kebijaksanaan secara khusus oleh para shikigami legendaris.

Naruto sendiri adalah seorang Jounin, Jounin termuda dalam sejarah . Seorang Prodigy yang muncul dari clan yang runtuh. Pemahaman ilmu serta kesabaran yang Naruto miliki adalah hal yang spesial. Bakat dan juga kerja keras, ibarat pedang yang terus di asah menjadi sebuah alat tempur yang kokoh.

Memiliki pemahaman yang brilian, dan kesabaran yang Lues. Mungkin mustahil bagi anak seumuran dengannya untuk mencapai tingkat kesabaran Jounin, tempramen anak seusianya masih tinggi dan masih dalam tingkatan yang labil.

Namun Naruto berbeda. peristiwa pembantaian yang terjadi pada clannya telah memnusuk menembus hatinya , memberikan pelajaran tentang kesabaran yang cukup besar untuk anak seusianya.

Dan berkat pertimbangan itu, para anggota clan Onnyoji serta Hiruzen sendiri memberikan tingkat Jounin pada Naruto saat ia berusia 16 tahun. Dimana pada umumnya , usia 16 tahun adalah usia umum untuk Genin ataupun High Genin.

Srek

Pemuda pirang itu membuka gulungan kedua, membaca role serta tugasnya dalam rencana tersebut.

"Oke, rencana ini sedikit berani... Seperti yang ku harapkan dari profesor" ucap Naruto sembari menggulung benda itu. Melempar gulungan tersebut di tanah lalu di lanjutkan dengan melempar kertas mantra. Tangannya membentuk sebuah segel.

Cipratan api muncul membakar gulungan rencana tadi hingga menjadi abu, aturan dari pusat per Onmyouji an. Segala bentuk rencana rahasia yang tertulis dan telah di baca serta di pahami oleh penerima harus segera di musnahkan. Demi Menghindari bocornya rencana tersebut ke pihak luar.

Naruto menghela nafas. Sedikit meregangkan tubuh lalu mendudukkan diri di lantai teras.

"haah, merepotkan..." pemuda itu mengambil sebatang rokok, memainkannya di atas jari untuk beberapa saat , menyalakan benda itu.

Bibirnya menyesap asap dengan perlahan, kemudian menghembuskannya keluar melalui hidung. Manik sapphire nya menatap langit sore yang kemerahan.

"Naruto.."

Suara seseorang menginterupsi pendengarannya. Naruto menoleh ke asal suara, mendapati Ryuzetsu tengah berjalan sembari membawa dua cangkir kopi di atas nampan dari dalam rumahnya. Gadis itu memberikan satu cangkir untuk Naruto. Lalu memposisikan dirinya untuk duduk di sebelah pemuda itu.

"Masih memikirkan rencananya?" tanya gadis itu, sembari melirik Naruto.

Naruto menyesap rokoknya lagi. "Yaah begitulah, pak tua itu terlalu sembrono kurasa..." hembusan asap keluar sembari ia berucap.

Gadis bersurai silver itu memejamkan mata sembari menyesap kopi nya. Menikmati aroma serta pahit kopi tersebut.

"Bukankah sejak dulu selalu seperti itu?"

Naruto terdiam sejenak, sembari mendongakan kepalanya.

"Yah, itulah dia.." ucapnya sembari meletakkan rokok. Lalu berganti mengambil kopi'yang Ryuzetsu buat. Menghirup aromanya untuk beberapa saat, lalu menyesapnya beberapa kali.

"Ahh, nikmat sekali..." lanjutnya.

Ryuzetsu meletakkan cangkir kopinya, lalu mengambil rokok Naruto. Mematikan bara api itu, benda tersebut ke tanah.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Naruto dengan wajah stoic.

Ryuzetsu membalas tatapan mata lawan bicaranya, dengan wajah datar yang sama.

"Haaah..." pemuda pirang itu menghela nafas panjang. Mengalihkan pandangannya untuk berpaling dari tatapan datar Ryuzetsu, ia mengambil sebatang rokok lagi dari sakunya. Jemari nya menyalakan korek hendak membakar ujung batang rokoknya.

Grap

Cekatan tangan Ryuzetsu kembali mengambil batang rokok Naruto. Meremas benda tersebut lalu melemparkannya ke tanah.

Naruto memandang Ryuzetsu lagi "Apa sih masalah mu?" tanya pemuda itu dengan wajah yang masih datar.

Gadis bersurai silver itu kembali menatap Naruto. Dengan mata yang sedikit memincing.

Hening beberapa saat sembari saling menatap dengan wajah sama sama datar.

"Bukankah sudah ku bilang untuk mengurangi Rokokmu?" balas gadis itu

"Aku tidak ingat.."

"sudah ku katakan berkali kali..."

"Aku tidak ingat..."

"Kutulis dalam setiap laporan yang ku kirimkan.."

"Tidak terbaca.."

Perdebatan yang datar, dengan expresi serta nada suara yang sama. Sejenak mereka terdiam, kembali saling pandang tanpa suara unuk beberapa detik.

"Perhatikanlah kesehatan mu, kuning" Ryuzetsu sedikit meninggikan suaranya.

"Berhenti bertingkah seperti istri ku, rambut debu.." balas Naruto sembari memajukan wajahnya.

Ryuzetsu terdiam , masih tetap menatap wajah Tan pemuda di depannya dengan datar. Hanya saja rona merah terlihat menghiasi wajah datarnya. Semakin lama semakin merah.

"Cih..." gadis itu membuang muka. menghela nafas ringan, sembari beranjak dari tempatnya duduk nya. Lalu berjalan masuk ke dalam rumah.

"Oi kemana kau pergi?"

Ryuzetsu melambaikan tangan. "Tunggu di situ.."

Tiidak ada niat membalas ucapan Ryuzetsu, pemuda itu menghela nafas ringan. Kembali menyesap kopi buatan Ryuzetsu. Beberapa saat kemudian Ryuzetsu muncul dari dalam rumahnya. Dengan sekotak cookie di tangan.

Menyodorkan benda itu padanya.

"Cookies lebih nikmat untuk menemani kopi kau tau!"

Naruto merogoh kotak cookies itu, mengambil satu buah lalu mulai menggigit nya.

"Ya, ya terserah.."

Ryuzetsu kembali duduk di sebelah Naruto.

"Ngomong ngomong Naruto, kau yakin tidak melakukan apa-apa pada Malaikat jatuh di Gereja itu?"

Naruto kembali menggigit Cookies nya, dilanjutkan menyesap kopi dengan perlahan.

"Terburu buru itu tidak baik, Ryu.. lagi pula , kita masih belum tau siapa yang memobilize mereka"

Ryuzetsu mengangguk mengerti , gadis itu kembali menyesap kopinya.

"Tapi jika prediksi mu benar, mereka akan menggencarkan gerakan mereka saat aku tidak di sini.." lanjutan ucapan Naruto.

Ryuzetsu melirik pemuda itu, lalu memejamkan matanya.

"Mereka terlalu meremehkanmu.. tindakan yang bodoh" balas gadis itu.

Sang Uzumaki menarik sudut bibirnya "Ya, aku masih memiliki taring dan cakar yang cukup kuat untuk sekedar menendang bokong mereka"

"Selain itu lebih baik melakukannya dengan informasi yang lebih pasti bukan? Aku mungkin memerlukan seseorang yang mungkin memiliki informasi tentang hal ini" lanjut nya.

.

.

.

Kuoh academy Occult club room 8.53 p.m

Rias menatap keluar melalui jendela ruangan itu. Menghirup udara bebas Dengan raut khawatir di wajahnya. Bukan tanpa alasan gelisah, sore ini Issei mendapatkan sebuah pekerjaan dari seseorang di perumahan X. Tapi entah kenapa masih belum ada kabar dari pawnnya yang satu itu.

"Apa kau mengerti khawatirkan Issei-kun Rias?"

Rias menatap Akeno , Tengah berdiri di sampingnya dengan 2 gelas tes di atas nampan. Gadis itu meletakan teh di atas meja, lalu mendudukkan dirinya di sebelah tuannya.

"Enthalah Akeno, tapi mad Exorcist yang berkeliaran ini terlalu membahayakan untuk kita.."

Rias mengambil cangkir tehnya lalu menyeruput dengan pelan. Sejak tiga hari lalu seorang utusan dari Vatican dikirim ke kota ini, pendeta yang ditugaskan di Gereja kuoh. Tidak ada masalah dengan itu, mungkin Vatican hanya ingin memberikan sedikit pengawasan pada kota. Setidaknya itulah yang Rias pikir.

Tapi kemarin, muncul seorang Exorcist gila yang membabi buta setiap iblis ataupun Yokai yang di temui. Bahkan dia tidak segan membunuh manusia yang terlibat dengan mereka. Dirinya sudah memberikan informasi ini pada Naruto , tapi pemuda pirang itu hanya memberikan tanggapan berupa uap an tak jelas.

"Bagaimana dengan Naruto-kun? Belum memberi kabar?"

Rias meletakkan cangkir tehnya. Menatap Akeno dengan raut wajah kesal.

"Si kuning sialan itu hanya memberikan jawaban tidak jelas.."

Akeno sedikit terkekeh, jarang sekali Rias terlihat kesal begini.

"jarang sekali melihat mu mengumpat seperti ini Rias.."

Adik raja iblis itu terlihat semakin kesal, bergumam tak jelas menyalahkan pemuda kuning yang merupakan rekan bisnisnya.

"Tapi jujur saja, aku sedikit khawatir soal Issei-kun.." Akeno kembali berucap.

Rias terdiam sejenak, memejamkan mata sembari menarik nafas Ringan. Lalu bangkit dari tempat duduknya.

"kita akan memeriksanya, aku tidak bisa membiarkan pawnku terluka begitu saja! Akeno siapkan sihir'lompatan.." ucap Rias dengan mantap.

Pawn queennya mengangguk yakin, bangkit dari tempat duduknya lalu memulai merapal mantra sihir dengan tangan yang merentang ke depan.

Sebuah lingkaran merah berdiameter 1meter muncul di tangan gadis itu.

"Rias , sudah siap..." ucapnya.

Rias mengangguk. "Ayo pergi.."

Kedua gadis itu memasuki lingkaran sihir tadi, seketika mereka di lompatkan ke tempat dimana Issei berada. Cara kerja sihir Akeno adalah dengan menggunakan energi penanda, dimana energi sihir Issei adalah katalis yang menjadi tempat tujuan lompatan sihir itu. Sebagai pawn yang berada di bawah raja yang sama Akeno dapat melakukan lompatan sihir ke tempat pawn lainnya berada.

Tap

Kedua gadis tadi berada tepat di depan Issei , dimana pemuda itu benar-benar tengah bertempur dengan mad Exorcist yang berkeliaran. Lebih terlihat seperti Issei terpojok, bagaikan kucing yang mempermainkan tikus.

"Ke-ketua.." gumam lirih pemuda itu.

Rias melirik Issei, lalu tersenyum simpul. "Maaf Issei-kun.. sepertinya kau mengalami sedikit masalah di jobmu kali ini.." Ucap gadis itu. Matanya kini tertuju pada pendeta baru yang dikirimkan Vatican. Tergeletak pingsan di pojok tembok rumah tersebut.

"kau benar-benar tidak pandang bulu ya, Mad Exorcist.." Rias kembali berucap.

"Maaf maaf, atas pemandangan yang tidak senonoh ini nona iblis" Sang mad Exorcist berucap. Pria berambut putih sebahu, dengan setelah jas panjang berwarna hitam serta sepasang senjata berupa pistol dan benda berbentuk gagang pedang di pinggangnya.

'bahkan tanpa senjata ia dapat memojokkan Issei' batin Rias.

"... Namaku adalah Fred Sallzen , seorang pirang suci yang siap melayani untuk menumpas kejahatan!"lanjutnya sembari membungkuk sok elegan.

"Berhenti menbual! Pria gila! Kau bahkan memukul seorang gadis pendeta dengan tangan busuk mu!" Teriak Issei dengan tiba tiba-tiba.

Freed melirik Asia. "Ah, dia membela seorang iblis jadi sudah sewajarnya aku memberikan sedikit hukuman" balas Freed dengan mengibaskan tangannya di depan wajah.

Pria itu kembali menatap Rias dan pawnnya. "Selain itu, sepertinya tugasku semakin bertambah.." Freed menjilat bibirnya. Mengambil benda berbentuk gagang pedang yang tergantung di pinggang nya.

Swiiing

Bilah cahaya muncul sembari Freed mengayunkan tangannya, memainkan pedang cahayanya dengan Lues untuk beberapa saat lalu mengacungkannya pada Rias.

"Akeno, Issei, berhati hatilah, pedang itu merupakan racun bagi kita para iblis" gumam Rias sembari mensiagakan dirinya.

"Gyahahahahaha..."

Tawa Freed menggema di ruangan itu, dirinya melesat maju Dengan mengayunkan pedangnya pada ketiga iblis tadi.

Rias memberikan instruksi pada kedua pawnnya untuk menyebar, menghindari setiap serangan yang di lancarkan Freed.

Sembari menghindar, mereka mencoba memberikan sedikit perlawanan. Menyerang Freed yang terfokus pada satu orang dengan tembakan sihir mereka. Saling cover untuk tetap dapat menghindari tebasan beracun pedang itu.

Hingga Freed berhenti mengejar mereka, menguap bosan sembari mengumpat.

"Menjengkelkan, mengejar tiga lalat seperti kalian benar benar sangat menjengkelkan..." ucap Freed.

Cckelk

Exorcist itu mengambil pistolnya, mengisi peluru benda tersebut lalu mengarahkan ke depan. Matanya melirik satu persatu iblis tadi.

"Mari lanjutkan acara kejar kejarannya..." Freed menaikan sudut bibirnya dengan mata yang melebar.

Menembakan pistol nya pada Issei, beberapa kali tapi pemuda itu dapat menghindarinya. Begitu Issei menghindar, Freed langsung melompat. Menebaskan pedangnya , menciptakan serangan kejutan tanpa celah yang cukup merepotkan.

Zraaassh

Issei tergores pedang itu di bagian bahu.

"AARRRRRRHHHH" Issei mengerang kesakitan.

Refleknyaa berteriak membuatnya melompat mundur mengambil jarak jauh dari Freed. Freed mencoba menyerangnya kembali, tapi instingnya memberi tahu untuk menghindari gerakan tersebut. Pria itu kembali melompat mundur.

Bllaaarr...

Tembakan power of destruction mengenai tempat Fred berada sebelumnya. Matanya tertuju pada Rias, dengan tatapan tajam ia menyerang Rias dengan cara yang sama yang ia lakukan pada Issei.

Menembakan pistol lalu melesat dengan pedang Ter ayun. Rias menghindari serangan serangan Freed dengan sedikit susah payah.

Bzzzztttt

Akeno menggunakan sihir listriknya, mencoba mengcover Rias yang terlihat mulai terpojok.

Dan Freed kembali mundur.

Pria itu menarik nafas panjang, lalu kembali memandang iblis iblis di depannya satu persatu.

"kalian benar benar merepotkan.." Freed meregangkan tubuhnya. Pria itu menjilat pistolnya dengan menjijikkan. "jika seperti itu, aku akan hancurkan kalian bersama-sama" lanjut Freed dengan senyum psyco di wajahnya.

Dia Kembali menyerang secara membabi buta, gerakannya menjadi random. Saat ia menyerang Issei dengan pedang ia akan menggunakan pistolnya untuk menembak Rias atau Akeno. Begitu seterusnya, tidak ada kesempatan untuk melakukan serangan balasan.

Exorcist di depan mereka kali ini benar terlatih. Vatican memang berbahaya , itulah yang Rias pikir. Gadis itu memberikan isyarat untuk berkumpul.

"Dia sangat berbahaya..." ucap Rias. Yang di tanggapi anggukan setuju oleh dua pawnnya.

"Kita tidak bisa terus seperti ini...aku akan melakukan sesuatu! Ketua Akeno-sanpai bantu aku"

"Eh?"

Rias dan Akeno terkejut dengan perkataan Issei. Tapi keterkejutan bertambah di saat pemuda itu tiba-tiba berlari secara frontal ke arah Freed.

"Apa yang dia lakukan?!" Rias berteriak kesal. Tapi dia sepertinya paham dengan apa yang coba Issei lakukan. Menggunakan tangannya untuk menghentikan gerakan mad Exorcist itu, dan mengandalkan kekuatan nya serta Akeno untuk menghabisi pria itu. Strategi yang rapuh, sangat rapuh.

"Gyahaha" Freed kembali menarik pelatuk pistolnya, mencoba menembak Issei beberapa kali.

Sigap gerakan Issei menghindar dari tembakan yang Freed lancarkan. Tapi beberapa kali ia harus terkena goresan tembakan tersebut.

Sementara itu Rias berdecak kesal, dia menatap Akeno yang masih terlihat sedikit terkejut.

"Akeno, siapkan sihir mu..." ucap Rias. Gadis di sebelahnya mengangguk, tersadar dari rasa terkejutnya.

Traaaaang

Ayunan pedang Freed di tahan Issei dengan boosted gearnya.

"Cih..."

Freed berdecak kesal, dia telah mengarahkan pistolnya tepat ke jantung Issei. Tapi otaknya mencerna situasi dengan cepat, di saat matanya menangkap sosok Rias dan Akeno yang tengah mempersiapkan sihir mereka. Roda gila dalam kepalanya berputar kencang, dan mencapai satu kesimpulan penuh Resiko yang dia dapat dari fakta di kepalanya.

"Outtaaa... Berhenti di sana atau aku akan menembak habis iblis mu ini" Freed berteriak, tangannya semakin menekan pistolnya di dada Issei. Sementara itu keringat dingin menetes dari pelipis pria itu.

"Ketua! Akeno-sanpai habisi pria ini!" Teriak issei bar bar. Freed menggeram terkejut, dia benar benar berada di posisi judi kali ini.

Mata pria itu tertuju pada dua gadis iblis yang posisinya agak jauh. Tidak bergerak, tampak ragu dengan sihir mereka sendiri. Itu membuatnya menarik sudut bibir, tersenyum liar dengan mata melebar. Tebakannya benar, gadis bersurai merah itu tidak akan mengorbankan bawahannya. Buktinya dia datang kemari hanya untuk menjemput pawnnya. Setidaknya ia masih memiliki kesempatan untuk tetap bertahan hidup pikir Freed.

Sementara itu , Issei terlihat kesal dengan kesalahan yang tidak ia kira. Dia melupakan jika ketua nya adalah orang yang tidak akan meninggalkan bawahnya begitu saja. Issei menggeram kesal, mengutuk kebodohannya yang terburu buru.

Rias dan Akeno pun telah menonaktifkan lingkaran sihirnya, menatap Freed dengan was was.

"Heh! Aku akan membiarkan kalian lolos kali ini.." Freed berucap. Tidak ada balasan dari Ketiga iblis tadi.

Diam diam mad Exorcist itu merapal mantra, sebuah lingkaran sihir tak sempurna muncul sedikit demi sedikit di sebelah tubuh pingsan Asia. Lingkaran sihir berwarna ungu, sebuah sihir lompatan ala Vatican.

Swiing

Pria itu menghilangkan pedangnya lalu dengan cekatan memutar tubuh Issei. Mencengkram leher belakang pemuda itu, dan mengarahkan pistol nya pada kepala Issei.

Berjalan perlahan mendekati lingkaran yang belum sempurna itu. Bibirnya terus merapal sutra hingga beberapa saat lingkaran tersebut berbentuk sempurna.

"kalau begitu, selamat tingga-"

Blaaarrrrr.

Tembok di belakang Freed hancur, membuatnya terpental ke depan bersamaan dengan Issei. Dalam seketika pula lingkaran sihir yang ia buat menghilang. Membuat Rias dan Akeno terkejut setengah mati.

"Cih..." Freed berdecih kesal. Dia menautkan kedua alisnya, menatap tegang lubang di tembok itu.

Kliring

Sosok Itachi muncul dari Balik tembok yang runtuh tadi, dengan sayap gagak serta tongkat besinya.

"Uwaaaaa apa tidak terlalu berlebihan Itachi?" ucap Sai yang mengekor di belakang Itachi.

Itachi tidak menjawab, dia menatap Freed dengan datar lalu pandangannya beralih pada Rias yang berdiri tak jauh darinya.

"Sepertinya Andasedikit kewalahan Rias-sama.."

Rias menghela nafas panjang lalu melipat kedua tangannya di depan dada.

"Naruto mengirim mu?" Tanya Rias yang di balas anggukan singkat oleh Itachi.

Pria berambut kuncir kuda itu melangkah maju mendekati Freed.

Tap

Kliring

Menghentakkan tongkatnya ke lantai, dan menatap angkuh pada Freed.

"Tuan muda bilang, kau telah membuat banyak masalah di kota ini.."

Freed tak menjawab, dia merasa keringat dingin mulai membanjiri wajahnya. Dia benar benar berada di posisi yang sulit kali ini, bahkan untuk kabur tidak mungkin dia dapat membawa Asia bersama dengannya.

"Muncul lagi iblis busuk..."

Mendengar ucapan itu , Sai melangkah mendekati Itachi, berdiri di sebelah pria itu sembari berkacak pinggang.

"Masih bisa membual ya di posisi mu saat ini..."

Freed terdiam, dia merasa melawan dua pria di depannya adalah bunuh diri. Aura iblis yang aneh dari mereka, itulah yang Freed rasakan.

'Tidak ada pilihan lain, seperti nya aku harus menggunakan itu..' batin Fred berteriak. Pria itu melangkah perlahan ke samping, lalu melompat berguling untuk mengambil pistolnya yang terlempar tadi. Mengacungkan benda tersebut pada Itachi di depannya.

Sedangkan tangan kirinya terlihat merogoh saku dengan hati-hati, mengambil sebuah bola seukuran kelereng berwarna Hitam.

"Kali ini aku akan membiarkan kalian lolos .." Freed kembali menarik sudut bibirnya. Tersenyum gila sembari menarik pelatuk pistolnya , menembak membabi buta yang menyebabkan Rias dkk harus menghindari tembakan peluru itu.

Memanfaatkan kesempatan yang ada , Freed melempar kelereng hitam tadi ke tanah.

Blam

Asap tebal muncul dari kelereng tersebut. Menutupi pandangan setiap orang yang ada di dalam ruangan itu.

"Selamat tinggal udang!" gema suara Freed.

Beberapa saat kemudian asap itu hilang, bersamaan dengan Freed yang juga telah menghilang dari tempat itu.

"Kemana dia pergi?!" Teriak Rias , ia menolehkan wajahnya ke setiap bagian ruangan. Lalu berlari mengecek keluar rumah, nihil dia tidak menemukan pria gila itu dimana pun.

"Oioioi apa apaan asap itu.." Sai mengibaskan tangannya di depan wajah. Menatap Itachi yang terlihat berjongkok di depan tubuh' pingsan Asia.

"... jadi dia pendeta yang Vatican kirimkan?" lanjut sai.

Dibalas anggukan singkat Itachi. Pria keturunan uchiha itu berdiri dan menoleh kepada Rias.

"Aku akan mengurus gadis ini, tidak masalah bukan?" tanyanya pada gadis iblis di belakangnya

"Oi! Mengurus?! Apa maksudnya itu?! Apa yang akan kau lakukan pada Asia-chan?!"

Itachi menaikan sebelah alisnya, lalu membalikan badan menghadap Issei.

" kau keberatan?"

Issei menggertakan giginya , menatap Itachi Dengan keras. "Ya, aku keberatan! Apa maksudmu mengurus nya? Tidak akan kubiarkan kau menyentuhkan ujung jarimu pada nya...!" ucap issei lantang sembari mendekati Itachi. Mencengkram kerah jubah pria itu lalu menatap lekat wajah nya.

"Issei, apa yang kau lakukan?!" Rias berteriak keras, gadis itu mendekat pada Issei dan Itachi , tapi menghentikan langkahnya dengan tiba tiba saat gestur tangan Itachi mengarah padanya.

"Perintah tuan muda adalah mutlak...meski harus membuat mu lumpuh disini, aku akan tetap membawa gadis itu" balas Itachi sinis sembari melepaskan tangan Issei dari kerahnya.

"Oioioi Itachi , jangan membuat pertikaian lain disini" Sai mendekati Itachi dan menepuk pelan pundak pria itu.

"Aah, maaf atas kesalah pahamannya, Issei-kun... Tuan muda hanya ingin bertemu dengan gadis ini saja. Tidak perlu khawatir soal itu, oke?" lanjut Sai dengan senyuman canggungnya.

"Benarkah?"

"Yaaa tentu , tuan muda tidak akan melakukan hal hal yang tidak akan membuat seorang gadis tidak senang. Percayalah"

Issei menghela nafas panjang. "Baiklah..."

"Oke, urusan disini selesai! Kami akan segera pergi..." Sai mendekati Asia, membopong tubuh pingsan gadis itu lalu berjalan keluar melalui lubang yang di buat oleh Itachi.

"Pembunuhan yang di lakukan oleh Exorcist itu mungkin akan di palsukan menjadi kasus perampokan, Sai akan menelpon polisi untuk masalah ini. Sebaiknya kalian cepat pergi.."

Rias mengangguk menanggapi ucapan Itachi. Lalu membuat gerstur agar Issei dan Akeno berkumpul.

"Akeno, kita pergi sekarang..." ucap gadis itu.

"Dimengerti..."

Akeno mulai merapal mantra , merentangkan tangannya kedepan dan membentuk sebuah lingkaran sihir.

"Sampaikan salam ku untuk si kuning itu, Itachi-san.." ucap Rias sebelum memasuki lingkaran sihir yang dibuat oleh Akeno.

"Akan ku sampaikan.."

Itachi berjalan mendekati mayat pemilik rumah itu, berjongkok di depannya lalu memanjatkan doa pada arwahnya.

"Semoga Budha menuntunmu.." ucap pria itu dengan mata terpejam.

Uzumaki Compound

Naruto terduduk diam di atas pohon sakura , bersandar pada batang besar pohon itu. Menatap langit malam dengan bulan yang tertutup awan.

Di bawah pohon tersebut terlihat seorang pria bersurai pirang pucat yang duduk diatas akar pohon tersebut. Sembari menengguk botol sake yang ia bawa.

"Apa mereka belum kembali Tuan muda?"

Naruto melirik kakugyouki. "Mereka datang..." balas Naruto singkat, pemuda itu berdiri di atas dahan. Melompat mulus ke tanah lalu menepuk nepuk kedua telapak tangannya.

Kakugyouki melakukan hal yang sama. Beranjak dari tempat duduk, meregangkan tubuh besarnya lalu menatap ke langit. Mendapati Itachi dan sai yang tengah terbang menuju ke tempat mereka.

Whuussss

Tap

Hembusan angin menerpa wajah Naruto saat Itachi dan Sai mendarat di depannya.

"Kami telah membawanya Tuan muda..." ucap Sai sembari mengangkat tubuh Asia.

"Hmmm? Ada yang terjadi padanya?" Naruto menaikan sebelah alisnya.

"Sedikit masalah dengan mad Exorcist yang berkeliaran kemarin.." jawab Itachi. Naruto mengangguk mengerti.

"Oke, bawa dia masuk Sai..." balas Naruto singkat. Pemuda itu beralih pada Itachi. "ah tolong ceritakan semua yang terjadi di sana Itachi.. aku ingin mendengar semuanya." lanjutnya

"Dimengerti Tuan muda..." Itachi membalas dengan menundukkan kepala.

Kejadian yang berkaitan dengan gereja benar benar membuat Naruto penasaran. Malaikat jatuh, utusan Vatican dan mad Exorcist yang tengah ramai di perbincangkan. Semua itu memenuhi pikirannya, membuat nya tidak fokus pada rencana yang akan di jalankan saat ujian nanti.

Oleh karena itu Naruto ingin segera menemui Asia yang merupakan utusan langsung Vatican, menyelesaikan masalah di kotanya Dan Berharap mendapatkan informasi yang berguna baginya, entah soal malaikat jatuh ataupun Exorcist itu.

Dia mengutus sai dan Itachi untuk membawa gadis utusan itu padanya, sekalian berkeliling untuk menemukan hal yang aneh di kota. Benar saja kuoh tidak akan sepi dari masalah. Dan entah beruntung atau sial,masalah malam ini sangat berkaitan dengan hal hal yang ia khawatirkan. Semua berkaitan dengan gereja.

Pemuda itu menghela nafas ringan, lalu berjalan menuju ke rumahnya. Membuat gestur agar Itachi dan kakugyouki untuk mengikutinya.

.

.

.

Itachi menceritakan semua yang terjadi di rumah tadi, tentang Rias dan mad Exorcist yang menyerang mereka juga. Saat ini mereka tengah berada di dalam rumah Naruto. Sembari menunggu Asia siuman, Naruto memilih untuk mendengarkan laporan Itachi.

"Hooo, dia menggunakan bom asap untuk kabur ya..." Naruto mengusap dagunya.

"aku tidak tau bagaimana kemampuannya dalam bertempur, tapi sepertinya dia dapat membuat Rias-sama kewalahan"

Naruto mengangguk, Masih mengelus dagunya sembari memejamkan mata.

"Kalau begitu , dapat ku simpulkan dia adalah petarung jarak dekat yang cukup berbakat..."

Rias adalah petarung jarak jauh, serangan power of destruction nya merupakan senjata utama gadis itu. Naruto paham akan hal itu, seberapa hebat tembakan sihir yang dapat gadis itu lancarkan.

Jika bertarung secara sihir jarak jauh, dia yakin Rias tidak akan kalah. Tapi jika Sampai membuat gadis itu kewalahan makan dia dapat menyimpulkan bahwa lawannya adalah petarung jarak dekat yang cukup kuat .

"aku tidak yakin dia akan muncul di kota ini untuk waktu yang singkat...",

Itachi menaikan sebelah alisnya. "Maksud anda?"

"Begini, setelah mendapat sergapan seperti itu dia pasti akan segera kabur dari kota untuk sementara waktu. Mungkin pergi ke kota lain atau kembali'ke markasnya." Jelas Naruto itachi mengangguk mengerti . Memang penjelasan Naruto sangat masuk akal , jika Exorcist itu masih dapat berpikir secara jernih. Tapi jika benar kalau Freed pergi dari kota ini, maka mereka tidak akan mengerti motif di balik perbuatan Exorcist gila itu.

"Aaaah, benar benar benar merepotkan..." gumam Naruto sembari mengusap belakang kepalanya.

"Kyaaaaaaaaa"

"Hmm?", Naruto melirik matanya, saat mendengar teriakan keras gadis pendeta itu dari kamarnya. Pemuda itu menarik sudut bibirnya, lalu berjalan menuju ke asal suara teriakan itu.

Mendapati, Asia yang tengah duduk di pojok ruangan dengan expresi ketakutan menatap Sai dan Kakugyouki.

"Aaahh, akhirnya kau sadar juga nona pendeta..." ucap Naruto sembari mendekati Asia. Lalu menatap sinis kedua pria yang berada di ruangan itu.

" Oi oi oi apa yang kalian lakukan pada gadis ini? Sampai membuatnya berteriak ketakutan seperti itu, Sai , Kakugyouki..." lanjut nya.

"E-eh? Ti-tidak bukan seperti itu, dia tiba-tiba berteriak saat kami mengobrol..." Sai berucap dengan dramatis, sembari menekankan tangannya di dada.

"Sai, hentikan gaya dramatis mu itu, aku sedikit jijik melihatnya.." balas Naruto dengan pandangan aneh.

"Si-siapa kalian?"

Pertanyaan sang gadis pendeta mengalihkan perhatian Naruto. Ia melirik gadis itu.

"Aah, tiidak perlu takut, aku hanya ingin berbicara dengan mu.. namaku Uzumaki Naruto~ Orang yang bertanggung jawab atas keseimbangan spiritual di kota ini" jawab pemuda pirang itu sembari membungkuk dengan elegan.

"Uzumaki Naruto?"

.

.

.

.

To Be Continue...

Oke segini dulu buat chap ini mumpung masih free dan lagi ada mood buat nulis. Oh ada yg nanya soal Kakugyouki dia itu OC ya... Referensi nya dari Tokyo raven (:baca : plagiat)

Btw soal penggambaran karakter Naruto terlalu Op kah? Minta pendapat Kalian , harus di buat kaya gimana si karakter utamanya. Dan kalau ada saran atau kritik tulis di kolom review ya.

Oiya satu lagi tidak flame / kritik soal kehidupan pribadi. Kemarin ada baca flame gajelad di review ngatain kehidupan pribadi dll, pengen di tanggapin Cuma males banget negetik nya. Bakal panjang banget soalnya wkwkw, anggep angin lalu aja deh.

Oke akhir kata thanks for reading, terimakasih sudah menyempatkan waktu buat baca dan review

See ya on next chap...

HizaChin Out!