Title
Less than Couple
Pair
SoonHoon
Warning
/fluffy ends/
..
..
..
"Kenapa si pendek itu?"
Seokmin bertanya pada pemuda dengan ponsel di tangannya. Pemuda itu sedang sibuk dengan game nya. Sepertinya dia mempunyai waktu yang sangat menyenangkan sampai pemuda itu bahkan tidak menanggapinya.
Seokmin melirik lagi ke arah seseorang yang duduk di belakang si pemuda yang sedang bermain game itu. Surai soft pink nya terlihat lumayan berantakan dan wajahnya sepenuhnya tenggelam di gumpalan hoodie tepat di depan wajah si pink tadi.
Tak mau menanggapi, Seokmin mengedikkan bahu nya kilas sebelum medudukkan bokongnya pada kursi di samping Pemuda yang seeding nge-game itu. Melirik sebentar layar ponsel yang sedang menampilkan beberapa istana dan benteng di kaca itu.
"Lagi meng-attack?"
Seokmin menyeletuk pada laki-laki yang sibuk mengolah ponselnya itu. Laki-laki itu malah hanya menganggukkan kepalanya. Tangannya bergelak lincah di atas layar iPhone 7 miliknya itu.
"Soonyoung? Sudah siap tugas Kimia?"
Laki-laki yang tadinya sibuk bermain game itu mem-pause kan sebentar game kesayangannya itu. Mendongakkan kepalanya demi melihat siapa yang baru saja bertanya tadi.
"Belum.." Soonyoung menjawab setelah melihat wajah Seungkwan. Tangannya mengancang-ngancang mengambil ponselnya yang sempat terabaikan itu. Ngomong-ngomong, setelah beberapa hari berlibur, pipi Seungkwan semakin tebal saja.
"Tidak berniat mengerjakannya?"
Soonyoung berhenti sebentar sekali lagi, dia mengedikkan bahunya asal.
"Aku akan mencoba mengerjakannya bersamanya nanti.."
Soonyoung melirik seseorang yang masih setia menenggelamkan kepalanya itu di gumpalan hoodie nya. Lalu kembali memainkan game nya. Tanpa memerdulikan tampang bingung Seungkwan.
oOo
Soonyoung merenggangkan tangannya. Ponselnya tergeletak begitu saja di laci meja nya dengan posisi panas. Ya, Soonyoung baru saja menyelesaikan game nya. Memperoleh kemenangan tentu saja.
Soonyoung mengubah posisinya dan menyenderkan punggungnya pada dinding yang awalnya ada di samping kanannya. Tempat duduknya memang berada di samping jendela yang langsung mengarah pada lapangan basket sekolahnya.
Matanya melirik ke samping kirinya, menatap pemuda dengan surai pink nya yang kini masih saja setia menenggelamkan wajah di hoodie nya itu.
"Jihoon-ah.."
"…"
"Jihoon-ah.."
"…"
"Pendek.."
Berhasil, Laki-laki dengan rambut merah muda nya itu menangkat kepalanya dan menatap sepenuhnya ke Soonyoung.
Tapi, bukan mendapat tatapan kesal atau ucapan protes yang melengking, Soonyoung malah bingung, Mata yang biasa memandang tajam itu malah kini sedikit bengkak dan sembab.
Menangis?
"Kau tidur jam berapa semalam?"
Tapi tidak, Soonyoung tidak akan memberikan perhatian semudah itu untuk ditangkap. Dia lebih suka yang terselubung.
Jihoon hanya menatapnya sebelum kembali menenggelamkan wajahnya pada gumpalan kainnya itu. Tak lama kemudian, Jihoon mengacungkan kedua tangannya dan membuka jarinya sebanyak 9.
"Kalau begitu, kenapa masih mengantuk?"
Jihoon menggeleng di tengah gumpalan nya itu. Tentu saja Soonyoung tau, kalau Jihoon sebelumnya menangis.
Soonyoung menggigit pipi dalamnya. Rasanya sedikit aneh jika dia tak menjalani pagi tanpa decakan kesal Jihoon ataupun pukulan Jihoon pada bahu nya.
Dan memang pada dasarnya, Soonyoung adalah seorang yang iseng. Maka dia menggunakan tangannya dan menempatkannya pada leher Jihoon yang tidak tertutupi apapun. Dan berhasil, kini Jihoon menggelepar karena merasa sangat geli dengan apa yang baru dilakukan Soonyoung. Dia terlonjak dan langsung menghempaskan tangan Soonyoung.
"Soonyoung! Ish!"
Soonyoung mengulum senyum tulusnya, melihat wajah kesal Jihoon membuatnya lebih tenang daripada mendapati wajah Jihoon yang sangat sembab tadi.
"Sudah siap Kimia? Sebentar lagi Songsaenim akan masuk dan mengumpul tugasnya."
Yeoja bersurai pink itu menggeleng kecil sambil kembali menidurkan sisi pelipis kirinya pada gumpalan kain yang ia peluk itu. "Belum, bagaimana dengan mu?"
Soonyoung menjawabnya dengan gelengan, tangannya lalu mengambil dua buah buku dengan satu alat tulis. Ia meletakkannya ke atas meja Jihoon lalu mengubah posisi duduknya hingga kini ia duduk berhadapan dengan yeoja yang masih betah memejamkan matanya itu.
"Ayo kerja sama. Jika tugas kita belum siap dan jika songsaenim tiba – tiba datang, kita akan kena hukuman." Ucap Soonyoung rendah sambil membuka halaman yang menjadi tugas mereka.
Ada 15 soal terpampang yang topiknya tak lain dan tak bukan adalah isomer. Kalau boleh jujur sebenarnya Soonyoung bisa mengerjakan semuanya sendiri, tapi dia lebih senang bertukar pikiran dengan Lee Jihoon. Bertukar pikiran atau memang hanya ingin melihat wajahnya? Entahlah.
Jihoon mulai memperbaiki posisi duduknya hingga kini ia sudah duduk dengan tegap sambil meneliti setiap soal yang disaji kan Soonyoung. Raut wajahnya berubah menjadi sangat serius, alisnya mengkerut sesekalii. Soonyoung hanya bisa tersenyum geli melihatnya.
"...Aku mendapat jawaban yang nomor 3. Ah Soon, kita bagi tugas saja, bagaimana? Kau yang genap, lalu aku yang ganjil. Otte?"
Soonyoung mengangguk kecil sambil merampas pulpen hitamnya. "Call.."
oOo
Soonyoung merenggangkan kedua lengannya. Dia baru saja menyelesaikan 7 soal dengan berbagai macam jenis kesukaran. Tapi itu bukan menjadi kendala bagi seorang Kwon Soonyoung. Dia mengikuti bimbingan belajar dan soal – soal seperti ini, sudah sangat sering ditemui nya di post test. Dia lalu mengalihkan pandangannya pada seorang gadis yang masih saja berkutat di depannya. Gadis ini sangat pintar bagi Soonyoung.
Soonyoung adalah peringkat ke dua di kelasnya dan peringkat ke 3 di paralel sekolahnya. Dan peringkat itu ia dapatkan tentu saja karena bimbingan belajarnya. Tapi gadis di depannya ini, selalu dapat membuat Soonyoung terkagum. Dia tidak mengikuti bimbingan belajar apapun tapi dia bahkan selalu bisa menandingi Soonyoung dalam bidang akademik. Dia cerdas, dia dapat mengerjakan seluruh tugas dengan waktu yang lumayan cepat tanpa rumus cepat ala – ala bimbingan belajar—yang tentu saja Soonyoung gunakan—. Daya ingatnya jika disangkut pautkan dengan pelajaran sungguh tiada lawan, tapi untuk hal sepele, Jihoon bisa saja menjadi pelupa.
Contohnya ya sekarang ini..
"Soonyoung, jangan main – main. Dimana kaca mataku? Cepat kembalikan!"
Soonyoung tersenyum geli mendengar sekaligus melihat raut kesal Jihoon. "Kenapa bertanya kepada ku? Bukankah kau dari tadi memakainya?" Tanya Soonyoung sambil menahan tawa.
"Aku memang tadi memakainya dan tiba – tiba hilang. Oh ayolah Soon, aku sedang sangat bersemangat menjawab soal – soal sialan ini. Berhenti bermain – main dan kembalikan kaca—eh?"
Mata Jihoon mengerjap bingung dibalik kaca itu. Dia menatap bingung pada Soonyoung yang kini sudah terkekeh. Ya, Soonyoung baru saja menyentuh sesuatu diatas kepalanya dan—boom kaca mata itu kini sudah kembali bertengger di hidung Jihoon.
Jihoon langsung mendecak, bagaimana dia bisa lupa kalau dia tadi meletakkan kaca matanya di atas kepalanya? Dasar pelupa!
"J – Jangan tertawa! Ti – Tidak lucu, tau!"
"Aku tidak tertawa karena kebodohanmu, kok. Aku tertawa karena melihat aegyo Eunha disana. Lihatlah dia menggunakan cheeseburger aegyo dengan sangat lucu." Bohong Soonyoung. Mendengar nama 'Eunha' tentu saja langsung membuat Jihoon kesal. 3 hari lalu Eunha baru saja membuat pasal dengannya—walaupun itu ide Soonyoung—. Jihoon hanya melirik Soonyoung datar dan mulai kembali mengerjakan soal – soalnya yang tertinggal. Membiarkan Soonyoung tersenyum lucu sambil menahan gemas.
Melihat Jihoon kesal adalah kesukaan bagi Soonyoung. Menggoda Jihoon adalah suatu hal yang wajib dilakukan Soonyoung. Maka dari itu dia langsung menggunakan jarinya untuk mencubit kilas hidung mancung Jihoon.
Benar dugaannya, Jihoon langsung menatapnya tepat ke mata Soonyoung dengan tatapan—"Kau ingin mati, ya?"—kira – kira begitu. Soonyoung hanya memasang senyum menyebalkannya yang langsung membuat Jihoon menghela nafasnya dan kembali fokus pada soal kimianya.
Jihoon kembali mengerjakan soal nya, kini tersisa 1 soal lagi. Tapi tangan Soonyoung kembali mengganggunya dengan menjepit kedua pipi Jihoon ke dalam hingga kini bibirnya terhimpit seperti bibir ikan. Jihoon menatap Soonyoung kesal dan langsung menghempaskan tangan Soonyoung. "Soonyoung, berhenti lah bermain – main! Aku sedang serius!"
"Ow? Jihoon sedang serius? Wah, seriusin aku juga dong, Jihoonie.." Manja Soonyoung dan langsung dihadiahi jitakan dari Jihoon. Hanya jitakan main – main. Soonyoung hanya tertawa kecil sementara Jihoon kembali mengerjakan tugasnya.
Kejahilan Soonyoung kembali naik ke permukaan. Dia mengulurkan tangannya guna menangkup pipi kiri Jihoon. Lalu dengan segera dia menguyel – uyelnya. Membuat Jihoon menatap Soonyoung jengah dan langsung menepis tangan Soonyoung ke atas meja, lalu dengan sigap menahan tangan Soonyoung untuk tetap berada disana sementara tangan kanannya sibuk menulis jawabannya.
Soonyoung tersenyum halus, dengan lembut, ia membalikkan posisi tangan mereka hingga kini telapak tangannya berada di atas punggung tangan Jihoon, setelahnya ia menggenggam tangan Jihoon yang mungil. Dia bukannya tidak tahu ada semburat merah tiba – tiba muncul di kedua pipi Jihoon yang manis. Dia tidak pernah merasa canggung pada Jihoon, meskipun dia sudah semi tahu bagaimana perasaan Jihoon padanya. Perasaannya pada Jihoon? Hm, hanya dia dan Tuhan lah yang tau
"Huh, akhirnya sudah selesai." Gumam Jihoon sambil menulis beberapa kesimpulan di bawahnya. Soonyoung menatap mata sembab Jihoon yang tak menatapnya itu sebelum mengeratkan genggamannya.
"Ada apa?"
Jihoon menaikkan alisnya bingung, dia menatap Soonyoung yang baru saja mengeluarkan suara. "Heum? Maksudmu?"
"Kenapa menangis?"
Jihoon menggigit bibir bawahnya kecil, "Darimana kau tahu? Kalau aku baru saja menangis?"
Soonyoung berdiri dan mengambil posisi di samping Jihoon. Tangan kanan Jihoon ia genggam dengan tangan kirinya, "Matamu membengkak. Ayolah tidak usah mengeles. Sesuatu terjadi? Kau jarang sekali menangis akhir – akhir ini dan jika kau menangis maka ada sesuatu yang besar terjadi. Mind to share?"
Jihoon tertawa kecil dan langsung mengusap matanya dengan tangan yang tidak digenggam Soonyoung. "Apakah masih membengkak?"
"Tidak usah mengalihkan pembicaraan. Ceritakan padaku."
Jihoon menghela nafasnya, "Hanya masalah keluarga. Seperti biasa, ibuku terlalu memanjakan kakakku hingga ia melupakan diri ku. Semalam dia membelikan Yoongi banyak baju baru, dan ponsel baru tentunya. Tapi sedikit pun aku tidak dibelikan."
Soonyoung hanya diam, matanya terfokus pada mata Jihoon yang sudah bergetar – getar menahan liquid yang hendak meluncur jatuh. Soonyoung menghela nafasnya dan langsung membawa Jihoon ke pelukannya. Membiarkan Jihoon mengeluarkan tangisnya dan di redam oleh dada bidang Soonyoung.
"Jangan membenci kakak dan ibu mu. Mungkin saja dia mempunyai alasan?"
Jihoon hanya menanggapinya dengan tangisan yang kian menjadi. Soonyoung semakin menenggelamkan wajah Jihoon pada dadanya. Tangannya bergerak untuk mengusap punggung Jihoon. Dia tidak suka melihat Jihoon menangis. Rasanya hatinya remuk. Dia tahu, beberapa temannya kini sudah gila memotretnya dari belakang. Dia hanya akan membiarkannya kali ini.
Soonyoung semakin lamat mengusap punggung Jihoon, sesekali tangannya yang lain bergerak mengusap kepala Jihoon dengan halus. Hingga tangannya yang berada di punggung Jihoon merasakan sesuatu seperti kaitan yang membuat kejahilan Soonyoung muncul lagi.
"Jihoon – ah, aku senang akhirnya kau sudah memakai Bra."
—PUK! "Soonyoung! Ish!"
Soonyoung hanya tertawa keras walaupun dadanya di pukuli brutal oleh Jihoon. Dia semakin mengeratkan pelukannya sambil tetap tertawa sementara Jihoon memekik kesal.
Mereka masih tetap berpelukan. Jihoon tetap betah dalam kungkungan Soonyoung sementara Soonyoung pun masih nyaman memeluk tubuh kecil nan mungil milik Jihoon.
"Nanti, kita pulang bersama, ya?"
Jihoon memasang raut berpikirnya, tangannya jahil mengusili perut Soonyoung yang buntal. Tatapannya tetap terkunci pada tatapan dalam Soonyoung yang menusuk masuk se dalam – dalamnya. "Umm.."
"Oh ayolah berhenti bermain – main. Aku tau kau akan mengiyakan ku."
Jihoon tertawa kecil dan langsung mendusel – dusel kan kepalanya pada dada Soonyoung yang membuat Soonyoung tertawa geli sambil mengeratkan pelukannya pada Jihoon.
Jadi, apakah salah jika Jihoon berharap lebih pada Soonyoung jika Soonyoung memperlakukannya begini?
oOo
ooooooooo
A/N
Makasih yg udah nyempetin waktunya buat ngereview ff abal – abal ini.. Aku sangat menghargai kalian.
