Outro : I'll Give it To You
.
,
Kim Taehyung x Jeon Jungkook
.
.
Vkook / Taekook
M
.
.
Prologue.
.
.
Jungkook menghela nafas lega, memutar kepalanya lagi untuk melongok ujung jalan yang berjarak kurang lebih satu kilo dari tempatnya bediri. Dengan pelan ia kembali melangkah, menaiki dua tangga dan kini berdiri persis di depan pintu kayu berwarna putih. Tanpa pikir panjang ia segera memencet bel, sedikit menikmati waktu menunggu, Jungkook berjalan ke salah satu pot berisi bunga mawar, mawar merah. Masih kuncup, namun berukuran besar. Dan Jungkook menyukainya, ia menyukai bunga. Maka ia mendekatkan hidung pada kelopak bunga mawar, menghirup aromanya dalam-dalam seakan seluruh wangi yang tersembunyi di dalam mawar terhirup semua oleh Jungkook tanpa sedikitpun menyisakkan setitik aroma.
Lebih dari lima menit pintu tak terbuka, Jungkook memutuskan untuk kembali memencet bel. Ia menyilangkan tangan di depan dada, mengetuk lantai dengan ujung sepatunya. Dan benar-benar membuatnya jengah, tak ada tanda-tanda seseorang akan membukakan pintu. Tangannya bergerak naik akan menggedor pintu dengan kasar, terhenti tiba-tiba saat seseorang dengan wajah menunduk dan bahu bergetar membukakan pintu.
"BamBam? " Kening Jungkook mengkerut saat melihat sahabatnya terus menunduk. Jelas sekali pria itu tengah menangis. Dengan diam Jungkook memeluk sahabatnya itu tanpa tahu alasan mengapa Bambam menangis hingga bergetar seperti itu. "Ya! Berhenti menangis dan cepat katakan kau kenapa?!" Rasanya sudah tidak sabar dengan Bambam, dimulai dari ia yang membuka pintu sangat lama, datang dengan tangisan dan hanya menangis tanpa mengucapkan satu katapun, maka Jungkook menggeplak lengan Bambam.
"Jungkookie aku di rampoook." Tangisannya semakin keras justru layaknya anak kecil yang kehilangan permennya. Mata Jungkook melotot, meresa terkejut dan kaget mendengar penuturan sahabatnya.
"Dimana?"
"Tasnya? Di bawa perampok hiks."
"Di rampoknya dimana?" Jungkook menghela nafas, berusaha meredam tangannya yang hendak memukul Bambam-lagi.
"Di ujung jalan-"
"Yak! Jeon Jungkook mau kemana?" Bambam kelabakan saat tiba-tiba Jungkook memutar balik badan, berjalan dengan menantang dan menyeramkan. "Kook. Kemana?" Bambam berjalan berusaha mencekal tangan Jungkook.
"Menyerang perampok. Ini tidak bisa dibiarkan. Jika kau kena, nanti akan ada orang lain sepertimu." Bambam membola, tak menyangka jika sahabatnya ini akan seagresif ini. Jungkook itu keras kepala, sulit di hentikan, kalau sudah bilang A ya A. Susah di bengkokan sekalipun menjadi AB. Setelah menyeka air matanya, Bambam kembali menghentikan langkah Jungkook.
"Apalagi sih?"
"Hati-hati." Melihat wajah garang Jungkook, nyali Bambam jadi ciut. Ia melepas genggamannya. Berniat mengikuti Jungkook, tapi mengingat keadaannya yang rambutnya seperti sudah di terpa angin tornado, boxer bermotif dora dan kaos berwarna hitam polos. Bisa hancur reputasi Bambam.
Jungkook sedikit kesal, namun tetap kembali melajukan langkah, demi menegakkan keadilan. Bak pahlawan, langkahnya lebar menantang, menekan jari-jarinya sehingga berbunyi kretek-kretek lalu mengencangkan tali tas yang tersampir di bahunya.
Bambam memilih berbalik memasuki rumah, berniat menelepon Yugyeom. Kekasih Jungkook. Meski Jungkook jago beladiri, Yugyeom juga ahli. Bahkan mereka saling jatuh cinta karena taekwondo. Tapi Jungkook akan berubah menjadi anak ayam jika bersama Yugyeom, berbeda jika bersama Bambam, Jungkook akan menjadi anak komodo, bahkan seperti induk komodo. Menyeramkan.
Oke kenapa bahas mereka? Setelah menemukan kontak Yugyeom tiba-tiba sesuatu terlintas di otaknya.
Kemana tujuan Jeon Jungkook? Setaunya, Bambam belum menunjukkan dimana ia dirampok. Karena sesungguhnya Bambam di rampok di ujung jalan kompleks rumah Lisa setelah ia mengerjakan tugas kuliah bersama wanita itu, bukan di ujung jalan rumahnya.
Matilah Jungkook jika salah sasaran.
Maka Bambam segera menelpon Yugyeom, mengeraskan panggilannya sembari ia mengganti celana boxer dan menyisir rambut. (Penampilan yang utama). Setelah layaknya berbicara dengan seseorang yang berada di kamar mandi (sangat keras karena jarak ponsel dan lemari agak jauh) Bambam segera berlari menyusul Jungkook.
.
.
.
"Yak!" Semua mata menoleh. Mendapati lelaki dengan wajah merah seperti menahan emosi dan tangan yang terkepal kuat. Memandang mereka penuh menantang. Dan yang berada di dekat pria berjaket putih itu mengerutkan kening memiringkan kepala.
"Ya?"
Jungkook menoleh pada seseorang yang menjawab panggilannya. Rambutnya ungu, hidungnya sangat mancung. Memakai jaket kulit hitam, dengan kaos bergaris hitam merah. Memakai anting hitam, dan tengah mengemut chupachups. "Kau perampok kan? Yang merampok Bambam?" Mereka semakin mengerutkan kening. "Kembalikan barang Bambam, atau kuhabisi kalian!"
"Rampok?"
"Heuh, mana ada maling ngaku maling." Jungkook mendengus, lalu kembali menatap pria di depannya dengan garang. "Ku peringatkan sekali lagi. Jangan ganggu orang-orang sini. Carilah pekerjaan yang layak. Jangan seperti sampah!"
Empat orang yang di bicarakan Jungkook itu lantas berdiri, merasa begitu tersinggung dengan kalimat bernada tinggi yang di bicarakan Jungkook. Sementara pria yang di depan Jungkook justru bersikap tenang, melepas permen yang sedari tadi di kecapnya. "Lalu?" Nadanya terdengar begitu polos.
"Lalu? Bajingan!" Jungkook dengan kasar meninju pipi kiri pria di depannya. "Kembalikan milik Bambam dasar bedebah!" Pria lain yang memakai jaket hijau itu segera mencekal tinjuan Jungkook.
"Brengsek apa-apaan bocah?"
"Tenang Taeyong!" Taehyung berseru setelah mengelap sudut bibirnya. Tinjuan pria yang baginya menggemaskan itu sungguh keras, di luar dugaannya.
Taeyong yang sudah siap melayangkan tinju menghentikan aksinya, namun tetap mencengkram kerah jaket Jungkook. Wajahnya berkerut marah. "Sampah!" Justru Jungkooklah yang meninjunya, hingga Taeyong jatuh tersungkur dan menarik Jungkook. Beruntung Jungkook di tahan Taehyung, sehingga tidak terjatuh bersama Taeyong.
"Bukan seperti itu caranya Bung." Taehyung melepas tangannya dari lengan Jungkook. Melirik Taeyong dengan sudut matanya, seakan mereka tengah berinteraksi. Taeyong berdiri mundur beberapa langkah yang langsung di tangkap oleh Yunhyeong. Yunhyeong sempat terkekeh melihat pelipis Taeyong yang mulai membiru. Mereka kini hanya berdiam diri, mengamati Taehyung yang justru masih terlihat begitu santai. "Kau merusak permenku." Taehyung lantas membuang permennya. "Bukankah sebaiknya kau melapor pada polisi? Bukan berlagak seperti pahlawan, memang kau tak takut mati?" Taehyung maju mendekat, mencondongkan badannya. "Kami pandai membunuh orang." Bisiknya, yang sukses membuat Jungkook menegang takut. Bisikan itu penuh aura gelap, pekat dan Jungkook mencium bagaimana bau amisnya darah. Pria di depannya layaknya iblis berwujud manusia.
"Jungkook?" Semua menoleh termasuk Jungkook yang masih terlihat kaku karena efek bisikan Taehyung, mata mereka memandang seseorang yang baru saja keluar dari mobil. "Kook." Kini Bambam berlari dengan wajah tegang menghampiri Jungkook.
"Ada apa sayang?" Yugyeom mendekat ke Jungkook, sontak membuat Taehyung menaikkan alis dan berjalan mundur. Sayang, berarti pria itu adalah kekasih dari si Manis berjaket putih. Wajah Yugyeom dan Bambam kentara sekali begitu khawatir. Yugyeom bertugas memeriksa kondisi kekasihnya, yang sangat baik-baik saja, sementara Bambam berjalan ke arah Taehyung.
"Errr, Taehyung-ssi?" Jungkook menoleh dengan cepat, mengabaikan pertanyaan dari Yugyeom. Terlalu kaget karena Bambam justru bertanya pada si perampok (yang menurut Jungkook). Jungkook masih terdiam mengamati punggung Bambam, melirik ke arah pria yang di panggil Taehyung yang juga tengah menatapnya. "Maaf, err, itu, err, dari Jungkook?" Bambam menunjuk wajah kiri Taehyung dengan takut dan ragu yang di balas anggukan oleh Taehyung.
Matilah aku.
"I-ini kesalahpahaman, sungguh. Jungkook." Bambam menelan ludahnya, mengepalkan tangan karena sungguh, di samping ia ketakutan, Taehyung dari dekat begitu tampan, membuatnya gugup setengah mati, apalagi saat Bambam melirik semua teman Taehyung, mereka semua tampan astaga. "Apa perlu kita ke rumah sakit?" Cicitnya.
"Tidak perlu."
Bambam kembali mencoba meraup udara, nafasnya sesak. "Kau pulang saja. Dan jaga sahabatmu, atau dia mengamuk lagi." Taehyung tersenyum miring. Seketika Bambam berlari ke arah Jungkook. Membisikkan Jungkook untuk meminta maaf, yang jelas di tepis marah oleh Jungkook. Berakhir dengan Jungkook pergi begitu saja, masuk ke dalam mobil kekasihnya dan Bambam yang harus membungkuk berkali-kali untuk meminta maaf.
.
.
.
"Tidak mau!" Bambam lagi-lagi mengerang mendengar jawaban Jungkook. Sementara Jungkook masih acuh menyantap semangkuk bibimbap yang di bawakan Yugyeom sepuluh menit yang lalu. Sekarang Yugyeom sudah pergi, Yugyeom memiliki kelas satu jam lagi.
"Aku tidak ingin mati muda."
"Siapa yang akan membunuhmu?"
"Taehyung." Jungkook hanya mengedikkan bahu lalu kembali mengunyang makanannya.
"Apa dia benar-benar pembunuh?" Jungkook langsung teringat bagaimana menyeramkannya bisikan Taehyung. Bahkan ia masih merasakan bagaiamna bisikan itu mengalun di telinganya hingga saat ini.
Kemarin Bambam sudah memarahinya, mengomelinya seperti ibu-ibu. Dan Jungkook memang sebenarnya merasa bersalah, ia langsung mengira Taehyung adalah preman yang merampok Bambam. Ternyata itu salah besar. Bahkan Bambam mengenal Taehyung.
Tapi jangan salahkan Jungkook, saat Jungkook berjalan menuju rumah Bambam, Jungkook sudah merasa bahwa geng Taehyung bukanlah orang baik-baik, jadi ia langsung menduga Taehyunglah yang merampok Bambam.
Kembali ia mengingat bagaimana ia menonjok Taehyung dan kawannya sekuat tenaga, Jungkook meringis sendiri. Ia meninjunya dengan kekuatan penuh, meniru gaya ultramen. Sedikit rasa bersalah mulai menggerogoti hatinya. Bahkan kemarin ia sama sekali tak melirik Taehyung saat meninggalkan Taehyung di ujung jalan. "Benar-benar kau." Bambam terus mengerang, menghentakkan langkah kaki menuju ruang tamu karena beberapa detik yang lalu bel rumahnya berbunyi.
Matanya tak bisa berkedip, mulutnya tak bisa mengatup saat detik kedua ia membuka pintu. Terpampang jelas di depannya, Kim Taehyung dan rambut ungunya, memakai kaos berwarna putih polos dan celana robek-robek mengundang selera itu tengah berdiri di depannya.
"Tasmu." Taehyung menyodorkan tas berwarna cokelat muda "Tasmu Bambam." Ulangnya saat Bambam sama sekali tak menggubrisnya.
"A-ah tas?" "tasku?" Teriaknya, menyadari tasnya lah yang di sodorkan Taehyung. Dengan segera ia membongkar isi tasnya.
"Uangmu sudah hilang. Tapi kartu dan benda keperluanmu sepertinya masih utuh, mereka sudah merampas habis uang di dompetmu. Aku sudah menghajar mereka. Sebaiknya kau lebih berhati-hati. Masalah uang bisa dicari, tapi barang-barang pentingmu sepertinya aman. Coba cek, jika ada yang kurang akan ku tanyakan."
Ini dia, ini dia, pria yang sukses membuat Bambam terus menganga kagum. Taehyung dan segala kharismanya. Ia menelan ludah saat melihat ke arah celana Taehyung yang robek pada bagian paha "Tak ada Taehyung-ssi. Aku benar-benar berterimakasih." Bambam menarik tangan Taehyung. "Bagaiamana aku membalas budimu?"
Taehyung menaikkan bibir kirinya, terus menatap bagaimana tangannya terus berada dalam genggaman Bambam "Tak perlu."
"Siapa Bam?" Teriak Jungkook saat dirasa Bambam terlalu lama membuka pintu. Matanya akan keluar rasanya saat ia melihat Taehyung berdiri di depan Bambam. Ingin kabur tapi itu akan sangat memalukan.
"Ah Jungkook. Kemari dan minta maaf." Bambam menggeram, berkata tanpa membuka pautan giginya, menarik Jungkook dengan paksa sehingga Jungkook kini berada di depan Taehyung.
Jungkook menyipitkan mata kanannya saat mengamati pipi Taehyung, masih membiru. Benar-benar salahnya. Jadi tanpa pikir panjang Jungkook menegakkan badannya "Maafkan aku Taehyung-ssi." Jungkook membungkuk 90 derajat. Suaranya terdengar keras, dan begitu cepat. Bahkan Taehyung harus memundurkan badan agar kepala Jungkook tak terkantuk badannya.
Taehyung sempat terkekeh saat Jungkook tak menegakkan badannya juga. "Tidak di maafkan?" Jungkook menengadah, masih dengan posisi 90 derajatnya, menatap Taehyung dengan bingung yang di balas Taehyung dengan alis yang terangkat.
"Bam, tidak dimaafkan. Percuma saja." Jungkook berdiri, membisiki Bambam yang jelas di dengar oleh Taehyung.
"Akan kumaafkan asal mau menemaniku minum?"
"He?"
.
.
.
Entah setan mana yang membujuknya, kini Jungkook berakhir duduk bersampingan dengan Kim Taehyung di salah satu bar mewah yang sering Jungkook dengar. Mereka saling terdiam selama sepuluh menit hingga akhrinya Taehyung bersuara "Jungkook?"
"Ya?" Jungkook segera menoleh, memainkan pipi dalam dengan menggigitinya, membuat pipinya kempot, kelakuan tanpa sadarnya yang membuat Kim Taehyung nyaris memekik.
Karena jujur, masih begitu canggung rasanya Jungkook duduk berdua dengan orang yang sudah ia tonjok. Sedikit tak enak hati. Tapi sedikit marah karena justru Taehyung bukan membalas menonjoknya melainkan mengajak minum. Tipikal dominan sok penuh pesona. - Memang
"Mau minum apa?"
"Segelas wiski."
"Hanya segelas?"
"Memang?"
Taehyung hanya terkekeh lalu memanggil seseorang bernama Rambos. Sepertinya Taehyung sangat mengenali bartender tersebut. "Satu gelas wiski cutty sark dengan es dan satu botol sierra silver tequilla"
"Botol?" Jungkook membeo, "Aku juga." Ia tak mau kalah.
Entah karena apa, rasanya Jungkook tak mau diintimidasi oleh aura Taehyung, ia terus melakukan yang Taehyung lakukan, membuatnya menjadi seseorang yang tak mau Taehyung kalahkan, walau Taehyung tak merasa tengah menandingi Jungkook.
Mereka terus minum, mengabaikan dengungan musik dan suara-suara ramai di sekitar mereka. Taehyung terus terkekeh saat Jungkook meneguk tequilla dan sisa-sia air yang mengalir di sudut bibir Jungkook. Jungkook terlihat menggemaskan sekaligus menggoda.
Tak menyangka Jungkook bisa meminum minuman itu hingga lebih dari dua botol. Lagi, ia tergoda saat air mengalir di sudut bibir Jungkook, tanpa sadar ia mengelap dagu Jungkook, merasakan pipi Jungkook memerah dan memanas, matanya sayu. Jungkook benar-benar begitu cantik. Dan Taehyung rasa Jungkook sudah benar-benar mabuk karena detik selanjutnya, Jungkook menariknya ke dalam ciuman panas.
Taehyung berdiri, terus mendekat ke arah Jungkook. Memeluk agresif pinggang ramping Jungkook dan membiarkan Jungkook merusak tatanan rambutnya. Mereka mengabaikan lingkungan sekitar – tentu karen Jeon Jungkook sudah mabuk. Sementara Taehyung ia masih bisa membedakan mana empat mana dua. Taehyung belum mabuk.
"Jungkookie." Taehyung melepas ciuman panas mereka, namun tetap meremas pinggang Jungkook. Matanya bersitatap dengan mata sayu Jungkook. Ia merasa ada yang salah. Jungkook memiliki kekasih. Sedikitpun ia tak berniat melakukan apapun sejak awal Taehyung mengajaknya minum, baginya, minum adalah membuat seseorang menjadi akrab, bukan membuat seseorang menjadi teman tidur. Tapi kasus Jungkook berbeda.
"Kau mau kita seles-sai Ki-m Tae-Hyu-ng-ssi?" Taehyung menegang saat Jungkook meremas kejantanannya. Taehyung tersenyum miring, lantas mengambil tangan Jungkook yang tadi meremasnya.
"Kalau begitu gunakan tanganmu dengan baik kelinci manis. Dan menjeritlah penuh derita dibawahku." Taehyung berbisik tepat di telinga Jungkook lalu menggigit telinga kecil itu beserta jilatan penuh nafsu. Dan tanpa pikir panjang, Taehyung mengangkat Jungkook. Menggendongnya koala dan kembali melakukan ciuman panas. Kali ini Jungkook benar-benar memimpin. Sesekali Jungkook akan turun ke area leher, menjilatnya lalu menggigit kecil dan Taehyung tak tahan untuk tidak meremas bokong Jungkook, membawa Jungkook menuju salah satu kamar yang sudah pasti terbuka lebar untuk Kim Taehyung.
.
.
Semua berantakan, baik kasur, pakaian dan Jungkook. Semua berantakan. Kaos yang ia pakai sepuluh menit yang lalu kini teronggok mengenaskan di kaki ranjang setelah Taehyung lucutkan menggunakan giginya.
Dan Jungkook benar-benar merasakan bagaiaman indahnya surga, menjerit sampai ke akar tenggorokan sambil membusungkan dada dan menengadah saat Taehyung tengah memainkan putingnya dengan lidah dan gigi Taehyung.
Jungkook telanjang bulat. Penuh gairah. Penuh nafsu. Dan penuh dengan jeritan kesukaan Taehyung.
"T-tae, ah, l-lagi." Jungkook menggelengkan kepala berkali-kali, merasa bagaimana tangan Taehyung yang kini meremas kemaluannya terlalu lihai hingga Jungkook tak dapat menggambarkan bagaimana rasanya. Ia terlalu di terbangkan.
"Let's show time Bunny." Taehyung menyeringai setelah ia mengecup paha dalam Jungkook dan menjilatnya.
Menghancurkan dan meremukkan Jungkook malam ini adalah pilihan terbaik Taehyung.
.
.
.
Jungkook melenguh saat matanya terasa silau dan indera penciumannya mencium bau tajam. Dengan malas ia mencoba membuka mata, kembali memejamkan mata merasakan bahwa ia kalah oleh kantuk. Ia lebih memilih tidur daripada menantang sang surya. Maka ia kembali merapatkan dekapannya pada guling.
"Bangun manis, atau kau mau seharian berada di ranjangku?"
Jungkook langsung membuka mata, merubah posisinya menjadi terduduk. Menatap horor Kim Taehyung yang kini tepat di depan wajahnya – tanpa memakai atasan. Sialan, wajahnya memerah. Sekelebat bayang-bayang kegiatannya semalam terlintas.
"T-taehyung?"
"Pagi cantik." Taehyung tersenyum manis lalu mengecup hidung Jungkook.
"A-apa yang kau lakukan?"
"Mengucapkan selamat pagi?" Kepalanya memiring bingung.
"Ki-ta melakukan a-apa semalam?" pertanyaan bodoh. Bahkan Jungkookpun tahu jawabannya.
Semalam ia bercinta dengan Kim Taehyung yang baru di temuinya selama dua hari. Kkeut. Itu jawaban terbaik.
"Kau yang memaksaku Bunny." Taehyung tersenyum miring. "Aku menyukainya." Taehyung terkekeh melihat bagaiamana wajah ketakutan Jungkook. Terlihat begitu menggemaskan dengan rambut berantakan dan tangan yang membawa selimut hingga dagu berusaha menutupi tubuhnya. "Kau ingin aku bertanggung jawab?" Taehyung memajukan badannya. Mengikis jarak, hingga hidung mereka saling menempel.
"Jadi pacarku? Dan tinggalkan kekasihmu. Jeon Jungkook?"
Karena tepat semalam. Saat Jungkook benar-benar menitikkan air mata dan menjerit parau, Taehyung bersumpah, ia amat sangat mengagumi dan jatuh hati kepada Jeon Jungkook.
.
.
.
Hm, nyoba-nyoba si. amburadul gitu. soalnya sekali bikin langsung tek up. hmz. gimana pendapatnya reader-nim? review juseyo, typo nya maaf yaa.
.
otte?