ETERNAL ROMEO 2
Warning: Haikyuu milik Furudate Haruichi.
Warning 2: Ushioi, shota! Aoba josai dan shota! Shiratorizawa, tim lain sebagai cameo. Alternate Universe. Humor, OOC. Anak-anak cepat puber.
.
.
Sekarang sudah malam hari, waktunya anak baik untuk tidur. Tetapi Oikawa bukan anak baik, meski dia memang anak ganteng. Karena itu bukannya tidur seperti semua anak baik lainnya, Oikawa malah curhat panjang lebar sambil menelepon Iwa-chan.
"Iwa-chan, aku akan mati."sedunya sendu sembari menghempaskan diri di seprai motif E.T., air mata berlinang, "Oikawa Tooru akan mati mulai hari ini. Selamat tinggal. Goodbye my friend. Kuwariskan teropong bintangku padamu, tapi kalau aku sudah selesai mati, tolong kembalikan lagi."
Beberapa rumah dari situ, ada Iwaizumi Hajime dalam posisi siap tidur di kasur. Urat muncul di dahinya selagi ia membalas panggilan masuk di ponselnya: "Sampahkawa, memangnya kau kira ini jam berapa? Apa aku harus kesana untuk mengajarimu cara membaca jam seperti anak te-ka!?"
Jam memang sudah menunjukkan waktu dua belas malam. Semua anak sekecamatan pasti sudah tidur, kecuali dua orang yang tengah menelpon ini.
"Tapi—tapiiii, aaaah, Iwa-chan, kumohon jangan tutup teleponnya! Aku bingung! Oikawa Tooru is in a pinch!" rengut Oikawa. "Aku nggak bisa tidur, padahal kalau nggak tidur delapan jam nanti kulitku jerawatan. Tapi aku nggak bisa tidur gara-gara si sapi itu! Apa maksudnya coba, dia menyuruhku jadi pacarnya?"
"Mungkin dia becanda."
"Iwa-chan, yang bernama Ushijima Wakatoshi itu cacat mental, dia tidak tahu caranya becanda."
"Mungkin dia benar-benar suka kamu."
Terdengar suara muntah yang begitu meyakinkan. "Iwa-chan, kamu bisa becanda, tapi becandaanmu nggak lucu. Mungkin ketampananku sanggup melintasi batasan gender, tapi ini Ushijima Wakatoshi."
Iwa-chan menguap lebar. Pengkhianat itu, padahal Oikawa sedang kebingungan begini! Tetapi memang sekarang sudah tengah malam. Oikawa juga ingin tidur dan mimpi indah, tapi sedari tadi suara Ushiwaka terus terngiang. Menyeramkan, dia dihantui hanya dengan satu kalimat.
Oikawa jadilah pacarku…
Oikawa jadilah pacarku…
Oikawa jadilah pacarku…
Begitulah. Kalau dipaksa tidur, Oikawa pasti mimpi buruk. Sekarang saat dia masih bangun saja sudah terasa buruk. Rasanya dia ingin teriak ke ujung bumi.
Ah, tidak. Rasanya dia ingin teriak ke telinga Ushijima, sampai yang bersangkutan budek dan tidak bisa bermain voli lagi. Sudah petani, budek pula. Hmm.
Oikawa jadilah pacarku…
Oikawa akhirnya teriak ke dalam bantalnya. "Aaah, Iwa-chan, ibu periku, kenapa tidak kau larang aku mengajukan taruhan konyol itu!?"
"AKU SUDAH MELARANGMU, bodoh! Besok kau akan kugampar agar KAU tidak pikun lagi!"
"Kau tidak melarangku cukup keras!"
"Yah, Oikawa. Maaf saja, tapi itu salahmu. Seratus persen kebodohanmu. Bukankah kau yang mengajukan usul konyol soal taruhan itu?" Iwa-chan mencoba sedikit memaparkan pandangan personalnya. "Bisa saja sih kau jilat lagi ludahmu dan menarik taruhan itu, Ushiwaka mungkin tidak akan mempersalahkannya. Paling malunya sebulan. Atau berbulan-bulan. Atau mungkin seumur hidup, karena anak-anak Shiratorizawa akan mengingat ini selamanya."
"Iwa-chan, kau kejam!"
"Memang. Sampai besok, hoaem."
Klik. Panggilan diputus. Dan Oikawa Tooru pun ditinggalkan dengan masalahnya ini, seorang diri.
Iwa-chan, kau kejam!11!11
.
.
.
Di antara anak-anak Shiratorizawa, mungkin yang paling tidak kaget soal pernyataan cinta sang ketua adalah… Reon. Buktinya, saat yang lain berkata 'hah', dia cuma bisa melakukan gestur subtil menyentuh wajah dengan telapak tangan sendiri, alias facepalm. Kalau manusia punya empat tangan mungkin empat-empatnya sudah ia tempelkan ke muka.
Kenapa? Karena memang saat Ushijima Wakatoshi jatuh cinta pada seseorang (sudah bukan spoiler itu siapa), rekan sekawan yang pertama kali ia datangi adalah Reon. Bukan Tendou, Shirabu atau Goshiki, tetapi Ohira Reon. Ceritanya begini: Sebulan lalu di jam istirahat siang, Reon sedang menyortir kartu Yu-Gi-Oh miliknya ketika Ushijima datang sembari merangkul bola voli, dan langsung berkata tanpa ba-bi-bu: "Reon, aku sedang jatuh cinta. Tolong ajari aku cara menaklukan Si Dia."
Yang pertama kali dilakukan Reon tentu saja memunguti kartunya yang jatuh. Karena ketika tadi Ushijima mengatakan kata 'cinta' dan 'si dia', tangannya langsung licin.
Setelah tenang, Reon dan Ushijima duduk bersisian di lantai. Setelah siap, Reon memulainya dengan bertanya siapa yang dijatuhi cinta Ushijima. Dan yang bersangkutan hanya menjawab dengan nada pasti pas seratus persen yakin tidak pernah bohong: "Oikawa Tooru."
Kali ini kartu Yu-Gi-Oh di tangannya sudah tidak jatuh lagi, tapi terhempas.
Melihat gelagat temannya itu, sang ketua bertanya, "Apa menurutmu aku tidak bisa?"
"Bukannya begitu, Ushijima." Reon bingung sembari memunguti Blue Eyes White Dragon kawe-an yang dia print dan laminating sendiri. Sumpah, situasi ini membingungkan. " Masalahnya, Oikawa Tooru… Oikawa Tooru itu, begitu. Bukankah tim kita bermusuhan dengannya? Lagipula dia lelaki. Dan kita masih sepuluh tahun."
"…"
Jadi begini loh, Ushijima Wakatoshi. Kamu jatuh cinta sama musuh, kamu gay, dan kamu juga terlalu cepat puber. Kira-kira begitulah kalimat Reon yang diterjemahkan dengan gaya bahasa Tsukishima Kei, bocah kompleks tetangga.
Reon garuk kepala.
"Boleh tanya, kenapa kau suka dia?"
Ushijima mengangguk, lalu dia bermonolog. Tirai di jendela kelas tertiup angin.
Katanya: Oikawa itu indah. Dan dia begitu kuat. Dan dia setter yang hebat. Ketika melambungkan bola, sosoknya bagai kupu-kupu menari (ada tanda tanya mengambang dekat kepala Reon). Setiap kali bertanding dengan Oikawa ataupun melihat wajah ngambeknya yang lucu, jantung Ushijima berdegup kencang, dan setiap malam rasanya rindu kala mengenang kembali paras manis itu.
Reon mencoba mengingat wajah ngambek Oikawa dan menerka bagian mana yang lucu atau manis. Kok susah, ya?
Tapi yah, selera. Mungkin Oikawa punya semacam pesona yang hanya bisa ditangkap para petani. Dan coba lihat sang ketua di sampingnya ini. Ia begitu… begitu termehek-mehek. Atau masokis, Reon juga kurang mengerti, karena sudah tahu dibenci tapi tetap cinta. Aduuh, ketuanya ini pantas mendapat yang lebih baik.
Kalau melihat wajah Ushijima, orang sering salah mengira dia tidak pernah berekspresi. Tetapi yang sudah lama bersama dengannya bisa menangkap tanda-tanda itu; setidaknya Reon bisa. Saat ini Ushijima merasa tidak tenang, alisnya agak turun, pandangannya tak fokus. Sedikit rona pink juga membubuhi pipinya, tipis sekali, tapi benar adanya. Kepalannya di atas lutut kencang, seakan butuh keberanian lebih untuk meminta bantuan Reon terkait cinta pertamanya.
Astaga, benar termehek-mehek.
.
.
Sejak saat itu, Reon mencoba membantu temannya pedekate. Tentu saja tidak dilakukan dengan ekstrim; ia hanya memberi beberapa petunjuk, itupun petunjuk nyontek dari majalah Femina ibunya, pada segmen tips and trick suami-istri betah berumah tangga.
Langkah-langkahnya cukup standar, misalnya memberi hadiah, memberi pujian, memberi tatapan maut. Ada juga langkah memberi kejutan kecupan atau memberi pelukan kasmaran, tapi sepertinya belum waktunya. Mereka masih kecil, baru sepuluh tahun, dan ciuman itu kabarnya bikin hamil.
Selain daripada itu, Ushijima dan Oikawa saja belum bisa melakukan percakapan tanpa berujung perkelahian, jadi lupakan saja adegan sun-sunan. Bukan salah siapa-siapa jika Ushijima seringkali silap bicara kalau dia sedang malu, hingga Oikawa tak sadar dirinya ditaksir.
.
Misalnya: Pada suatu sore Ushijima berniat menggombal, "Kamu jelek kalau manyun, senyum dong.", tetapi karena malu dan terburu-buru yang keluar malah versi summary: "Kamu jelek, dong."
Oikawa ngamuk. Butuh segenap anggota Aoba Josai untuk memegangi ketua mereka agar tidak membegal Ushijima dengan penggaris butterfly.
.
Intinya, usaha Ushijima atas saran Reon selalu gagal total hingga Reon sempat berpikir, di kehidupan sebelumnya Ushijima pasti dikutuk nenek sihir. Atau mungkin memang sejatinya Ushijima dan Oikawa tidak nyambung, sehingga maksud dan hasil seringkali meleset. Atau mungkin memang tidak jodoh, walau itu sedih juga. Memikirkan hal ini bikin air mata Reon terkadang tumpah.
.
Berbulan-bulan dilanda gagal, bisa dimengerti mengapa Ushijima langsung ambil kesempatan begitu menang taruhan: Oikawa, jadilah pacarku.
Tapi tetap saja mendengarnya bikin facepalm. Andai punya empat tangan untuk ditempelkan ke muka.
.
.
Di pagi hari, Oikawa masuk ke kelas dengan mata sembab. Untunglah Iwa-chan belum datang untuk memberinya gamparan harian, sehingga ia bisa langsung melaksanakan niatnya. Setelah semalaman tidak tidur dan hanya mendapatkan tiga jam beauty sleep, disertai satu jam sesi keramas pagi, creambath pagi dan hairblow pagi, akhirnya Oikawa Tooru punya solusi.
Dia memang jenius. Siapa yang butuh bantuan Iwa-chan?
…
Nah, itu dia yang dicari Oikawa, sedang berada di mejanya, merapikan buku catatan dan textbook matematika. Astaga, kaos yang dia pakai jelek sekali. Pasti beli depan stasiun sepuluh ribu dapat tiga.
"Ushiwaka-chan." Oikawa menggebrak meja dengan kedua tangan biar dramatis. "Baiklah, kuterima perintahmu. Tetapi hanya satu hari saja."
Alis kiri yang tebal itu naik satu.
"Soal taruhan kemarin." Huff. Masa begini saja harus dijelaskan? Benar-benar IQ rendahan. Dengan tangan di saku celana pendeknya, Oikawa memonyongkan bibir. "Baiklah, aku mau jadi pacarmu karena aku kasihan. Tetapi satu hari saja, oke? Hanya semata-mata karena kau meminta. Mungkin kalau aku tak mau, selamanya kau takkan pernah tahu bagaimana rasanya pacaran dan itu sedih banget."
Kali ini alis kanannya yang naik. Apa Ushijima hanya bisa berkomunikasi melalui gerakan alis? Kenapa dia tidak pernah normal?
Sembari Oikawa memikirkan hal itu, Ushijima sudah mengangguk tanda mengerti, sepertinya tidak keberatan. Melihat itu membuatnya menghela napas lega—dia sudah menyusun pla sampai XXL apabila Ushijima menolak, tetapi untunglah semua berjalan lancar. Setidaknya Oikawa tidak perlu lagi mencoba membunuh Ushijima dengan penggaris butterfly. Sayang penggarisnya.
"Baiklah, aku akan jadi pacarmu Minggu besok. Aku nggak mau saat hari sekolah, bisa turun pamorku kalau ketahuan cewek-cewek. Dan jangan bilang-bilang yang lain, bye!"
Seperti angin kencang, Oikawa pergi menerjang Iwa-chan yang baru datang. Mereka jatuh bareng di lantai dalam posisi missionary.
.
Reon yang melihat pertukaran itu dari jauh jadi gemas sendiri sampai tangannya meremas tete, eh maksudnya meremas dada, karena jelas sekali Ushijima suka Oikawa. Coba lihat itu pandangan matanya, senantiasa tertambat pada Si Dia, merindu pilu dari balik buku matematika. Tetapi yang bersangkutan nggak nyadar, malah asyik bercanda mesra dengan sohibnya si Iwaizumi. Top ten saddest anime romance. Lantunan piano terdengar lembut di telinga.
.
.
Mungkin karena itu… karena itu, Reon sadar bahwa situasi ini butuh langkah ekstrim. Percuma pakai yang subtil menyentil kalau nggak sampai. Sekarang saatnya Ushijima Wakatoshi menggebrak hati Oikawa sebagaimana spikenya menggebrak lapangan. Nggak harus kabedon, tapi setidaknya lebih dari sekedar tatapan memohon.
Jadi di hari Sabtu ketika tidak ada latihan, Reon mengajak beberapa anggota Shiratorizawa untuk berkumpul di kamar Ushijima, mengadakan rapat darurat untuk hari Minggu yang akan datang. Yang muncul menanggapi panggilan darurat ini adalah Tendou, Semi, dan Shirabu.
Andai Shiratorizawa punya sumber daya manusia yang lebih bermutu untuk hal ini…
Tapi ya sudah, terlanjur. Ketiganya keburu datang menanggapi jarkom di groupchat Shiratorizawa. Perihal Rencana Ushijima Meminang Oikawa: Shiratorizawa Menyongsong Kakak Ipar Baru Emotikon Cium. Status berbahaya; butuh tindakan darurat.
Di dalam kamar Ushijima yang sebagian besar diisi atribut voli dan sapi, sudah ada empat anak bertandang. Reon menjelaskan. Semi dan Shirabu mendengarkan. Tendou baca komik sambil makan chiki balls di kasur Ushijima yang seprainya bermotif, demi Tuhan, bermotif sapi.
"Intinya," Semi merangkum semua penjelasan yang tadi diberikan Reon lengkap dengan power point dan alur kejadian. "Ketua kita tercinta, sang luar biasa Ushijima Wakatoshi, besok akan jadi pacar sehari Oikawa Tooru."
"Benar." Reon mematikan laptop.
"Dan kau ingin besok Ushijima dan Oikawa berjalan lancar."
"Benar."
"Kenapa?"
Jawabannya simpel saja: "Karena Ushijima memang menyukai Oikawa Tooru."
Tendou ngikik di atas kasur.
Semi sendiri masih tampak tidak percaya, dan sepertinya dia mau membantah, tapi dihalangi tangan Shirabu (aduh, kena jigongnya Semi). "Apa itu benar, Kak Reon? Kenapa bisa?"
"Yah, susah kalau ditanya 'kenapa bisa', karena aku juga mau tahu. Tapi Ushijima memang suka Oikawa sedari dulu. Kami sekelas, dan kalau setiap hari melihat mereka, sebenarnya perasaan Ushijima benar-benar jelas."
Yah, setidaknya dari sudut pandang Reon sih, jelas. Sepertinya Tendou juga menangkap sinyal-sinyal cinta yang lemah itu, karena si Gesu Monster tak tampak kaget, bahkan memasang ekspresi ikonik 'Hmmm, sudah kuduga' selama lima detik.
Sambil geleng-geleng kepala, Semi pusing. "Aduh, aku bukannya mempertanyakan selera Ushijima, tetapi membayangkan Oikawa— kenapa dia tidak jatuh cinta pada orang biasa saja, Reon!? "
Ya jangan tanyakan padanya, tanya Ushijima, dong!
Shirabu menghela napas, jemarinya menyortir 'bahan akademis' yang dikumpulkan Reon dari berbagai sumber. Isinya tumpukan novel, film, dan komik romantis. Yang teratas adalah novel paling beken, Sugawara: Dia Adalah Sugaku Tahun 1990.
Reon bahkan meminjam sampai sekuel terakhirnya, Daichi: Suara Dari Suga.
Rajin amat, semua dikasih sticky notes, ditandai gombalan mana yang paling maut dan adegan apa yang bikin meleleh. Tetapi sebagian besar sih tidak mungkin diaplikasikan di dunia nyata. Misalnya adegan si Suga ngasih buku Sudoku yang sudah diisi ke pujaan hati, Daichi. Kalau Ushijima yang melakukannya ke Oikawa, yang ada buku Sudoku itu di-serve ke tempat sampah. Atau di-serve tepat ke mukanya Ushijima. Intinya, not applicable.
"Kalian lama menunggu?" tidak lama kemudian sang Romeo, Ushijima, masuk ke kamar sembari membawa baki berisi minuman, yang ia taruh di lantai.
"Wakatoshi-kuuuun!" Tendou akhirnya bangkit sembari membuang komik yang tadi dibaca. Di wajahnya terpasang cengiran. "Kau akan kencan dengan Oikawa?"
Yang bersangkutan mengangkat bahu.
"Tetapi bukankah minggu besok kamu akan pacaran sehari dengan Oikawa?"
Yang bersangkutan mengangguk.
"Kalau begitu, sana ajak dia kencan! Dan dia tak boleh menolak, karena status kalian adalah pacaran!" Dalam satu gerakan mulus, Tendou melempar handphone Ushijima ke arah si pemilik, lalu bocah berambut merah itu memandang Semi, Reon, dan Shirabu. "Aku tidak suka Oikawa, tapi Tendou Satori yang setia kawan ini ingin Wakatoshi-kun bahagia. Jadi, ayo kita sukseskan rencana ini."
Tak lama kemudian Semi bertepuk tangan. "Tendou, kau hebat."