Ditemui aku dalam setiap senyum dibuta mentari.

Saat kupu-kupu meninggalkan rekah bunga setelah puas bercumbu.

Didekap kuat beludru biru menutupi punggung.

Kau umbar rindu, yang kian menggebu.

Kau tak pernah menjadi titik. Saat sua lama berjeda.

Di antara merah yang rekah pada mata.

Kau, seringkali memandu hangat dalam dekap yang dingin.

Dan aku?

Selalu membatasi waktu dalam temu yang kau ramu.

Jika bisu yang kali ini mengganggu.

Tolong ...

Cumbu aku di penghujung waktu.

Dalam gores pena membeku.


Disclaimmer

Kuroko no Basuke/黒子のバスケ© Fujimaki Tadatoshi

RABURETA © Kina

ATTENTION : This story are purely fictitious. All characters appearing in this story are Fujimaki Tadatoshi (where some places and incidents either are products of the author's imagination or are used fictitious). Any resemblance to real persons, living or dead, is purely coincidental.


Dinan, 20 Desember 20**

Kepada Yth. Kapten-kun,

Hello, Mr. Perfect. Bagaimana kabar di hari bertambahnya usiamu?

Semua kebaikan semoga tercurah untuk tiap masa hidupmu, Kapten-kun. Maaf jika yang kuberikan hanya sebuah ucapan dalam selembar kertas. Ya, setidaknya aku menuruti keinginanmu untuk berkomunikasi seperti ini, benar?!

Seharusnya kau bersamaku di sini. Menikmati malam kudus di Dinan. Dan kau benar, ini adalah kota terindah di Britanny. Banyak sekali galeri kesenian dan juga bangunan-bangunan dengan penampilan dari abad pertengahan—kau bisa lihat sendiri 'kan dari gambar rumah-rumah bergaya Tudor yang ada di kartu pos ini? Kau harus ke sini, Akashi-kun! Banyak sekali musisi jalanan yang akan membuatmu terperangah melalui alunan nada klasikdan masih banyak lagi keindahan yang ingin kunikmati bersamamu.

boleh aku menuliskan pengakuan dosa?sudahlah, izinkan saja supaya kau tahu.

Ano.. kemarin, saat aku berkunjung ke Pont des Arts, teman seasramaku mengusulkan agar aku menaruh namamu di sebuah gembok pada jembatan di sana. Dan saat melakukannya, diam-diam aku berdoa agar hatimu tertutup (terjaga) dari godaan apapun. Jadi ... maaf?

Sebenarnya masih banyak pengakuan dosa yang ingin kusampaikan padamu, Akashi-kun..

Ah, sial. Kenapa kartu pos ini kecil sekali, sih?

Jaga dirimu, Akashi-kun! Sampaikan salamku untuk ayahmu, Nigou dan teman-teman di klub basket. Aku merindukan kalian semua.

Terlebih padamu.

Salam,
Kuroko Tetsuya

.

Paris, 30 Januari 20**
Bonjour, Akashi-kun,

Maaf sekali aku baru bisa mengabarimu sekarang. Meski aku semakin sering menulis akhir-akhir ini, namun tidak sedetik pun editorku memberikan kelonggaran untukku menuliskan surat untukmu; terkutuklah Alex-san!

Dandemi Tuhan! Shinigami telah mengejarku dalam wujud Deadlineuntuk selalu membuatku sibuk dan mereka; para editor, jarang sekali memberikan kesempatan untuk aku mengirimkan kartu pos—ya! Mereka hanya memberikanku jatah 'empat kartu pos' dan bukan 'surat', itupun hanya sebulan sekali! Bukankah itu kejam?! Jadi, jangan kaget jika aku jarang memberikanmu kabar dan jangan sampai kau bosan melihat gambar pemandangan kota Paris berulang kali. Terutama untuk sesi keluh kesahku, haha.

Entah kenapa aku yakin dapat menghadapi semua hal ini. Aku sudah pernah mengalami yang lebih buruk,

Ralat; bukan aku tapi kita.

Cium rindu,
Kuroko Tetsuya

.

Paris, 02 Februari 20**
Untuk
Akashi Seijūrō-kun, partner sempurna.

'Ketika aku mendengar kisah cinta pertamaku, mulailah aku mencarimu.

Sadar betapa maya pencarian itu.

Pada akhirnya sepasang kekasih tidaklah berjumpa di tempat tertentu.

Sepanjang waktu, di dalam hati mereka menyatu'

Aku tidak bisa menulis banyak karena aku melakukan semua ini diam-diam. Menulis kartu pos dan mengirimnya maksudku. Yeah, karena tidak mungkin juga aku mengutip semua kalimat yang ada di novelku. Aku memilihnya dengan seksama, dan kuharap itu tersampaikan dengan baik padamu.

Terima kasih, kau adalah hadiah terindah sepanjang dua puluh lima tahunku.

Un câlin,
Kuroko Tetsuya

.

Colmar, 9 Maret 20**

Aku merasa seperti mengalami deja vu di sini.

Ternyata benar ya, di malam hari kesunyian dapat membuat seseorang menjadi lebih peka. Mengubah yang biasa menjadi penyair.

Jadi jawablah Akashi-kun,

Apa nasihat terbaik untuk orang yang jatuh hati?

n.b: Jangan khawatirkan aku. Jaga dirimu sendiri.

Pemujamu,
Kuroko Tetsuya

.

Annecy, 11 April 20**

Aku sedang menikmati sarapan falafel wrap di atas kano. Ne, Akashi-kun jangan lupa makan pagi-siang-malam ya. Lambungmu tidak setangguh egoismu, ingat!

Maaf, yang merah itu saus bukan darah, jadi tenanglah.

K.T.

.

Rouen, 22 Mei 20**

Aku bukan pengingat yang baik, tetapi kenapa ...

Kenapa Tuhan terlalu pemberi, untuk banyak menyimpan sosokmu di kepalaku. Bahkan, ketika aku sudah sejauh ini memunggungimu.

(Sepertinya aku akan lama berdialog dengan prêtre di gereja yang kusinggahi saat ini.)

.

Orléans, 14 Juni 20**

Ada orang tangguh yang menawarkan jaminan untuk menanggung rindu.

Menurutmu, apa kau bisa seperti orang itu?

n.b: Yang kusisipkan itu adalah foto monumen Andrew Jackson, karena patung kuda itu mengingatkanku pada Yukimaru (dan membayangkan betapa gagahnya Akashi-kun saat menungganginya seperti itu.)

.

Angers, 21Juli 20**

Aku diuji cinta dengan banyak kekurangan.

Aku diuji rindu oleh patahnya waktu dan harapan.

Aku ... aku ... tidak tahan lagi.

Akashi Seijūrō-kun, kau memang penguji handal dalam hidupku.

.

Paris, 4 November 20**
Depuis longtemps déjà, Akashi-kun

Untuk pria, yang selalu mau mendengar keluh kesahku (dan aku selalu berterima kasih karenanya),

Berhentilah cemas bila aku agak tak acuh, jangan khawatir jika aku sedikit menjauh. Tapi kumohon, berprasangka baiklah. Barangkali saja aku sedang sibuk memantaskan diri agar kelak pantas kau perjuangkan di hadapan ayahmu.

Tersisa satu bulan dan satu kartu pos untuk kubagi denganmu.

Dan kini, aku telah menghirup udara kebebasan. Ujianku telah selesai.

Mungkin jalannya harus seperti ini dahulu. Dengan tidak terlalu ambil pusing pada hal-hal sepele. Menangisi masa lalu dan penentang salah satunya.

Jika kebahagiaan tidak ditemukan. Maka kita akan membuatnya.

Well, tentu kau tahu apa artinya itu, bukan? :)

Sampai bertemu lagi, Akashi-kun!
Kuroko Tetsuya

n.b: Berminat untuk menjemputku? Aku memutuskan ke Charles de Gaulle Airport lebih awal, tanggal 19 Desember siang, Pesawatku Air France, nomor penerbangan 320AK, mendarat di Haneda pukul empat sore. Jika aku tak mengabarimu apa-apa, maka tidak ada perubahan jadwal keberangkatanku.

n.b: Apa kau menginginkan sesuatu untuk kado ulang tahunmu besok?Astaga! Waktu cepat sekali, tapi kenapa aku merasa seperti satu millenium yang berlalu?! Ah ya, lagi-lagi rindu.

.

.

Seijūrō menghela napas. Sesekali ia hirup lekat-lekat aroma yang menguar dari kertas-kertas yang digenggamnya. Sejak tadi, sudah sekian ekspresi terukir di wajah rupawannya karena membaca pesan-pesan yang dikabarkan oleh pemuda manis itu. Dalam hatinya, sudah sekian perasaan pula yang dirasakannya karena membaca tulisan tangan indah yang tertera di atas kartu pos-kartu pos tersebut.

Ia senang, dan bibirnya menyungging senyum saat membayangkan kegembiraan kekasihnya. Tentang Kuroko Tetsuya yang menjalani harinya di negeri pengumbar romantisme.

Ia rindu, membayangkan pemudanya. Kuroko Tetsuya yang setiap hari menjadi subyek dalam setiap doanya.

Ia sedih, hingga nyaris menjerit, membayangkan sisi rapuh Kuroko Tetsuya . Dengan membiarkan kekasihnya menanggung kesakitan seorang diri.

Ia marah, membayangkan seorang yang dicintainya setulus hati. Kuroko Tetsuya membutuhkannya, namun ia hanya bisa meratap membaca setiap kartu pos-kartu pos itu dan melakukan nihil untuknya. Bahkan ia tidak pernah bisa mengirimnya surat balasan karena ia tahu hal itu malah akan membuat kekasihnya tambah menderita—para penentang di sekitar mereka pasti langsung mengetahui bahwa selama ini Tetsuya mengirim suratnya diam-diam. Membuat berlembar-lembar kertas yang telah ditulis Seijūrō berakhir bersemayam dilaci meja.

Tetapi perasaan-perasaan buruk itu sudah melayang pergi darinya. Kini, ia akan mengucap selamat tinggal pada sikap pengecutnya. Berhenti menjadi pecundang, dan bersiap mengucap selamat datang pada kekasihnya yang sudah berbaik hati untuk menanti. Setelah meninggalkannya selama hampir satu tahun, Kuroko Tetsuya akan kembali ke Jepang. Kembali ke Tokyo. Kembali kepadanya.

Seijūrō mengenakan jaket trench-nya. Kunci mobil sudah aman berada di saku. Setelah persiapan cukup, Seijūrō kemudian menoleh kepada nakas yang ada di sebelah tempat tidurnya. Selembar kertas ia jepit pada benda penunjuk waktu di sana, memberinya sengatan untuk kembali memunculkan senyuman.

20 December 20**, 11.15 P.M.

Hari ini, Tetsuya kembali.

Seijūrō kembali membalikkan wajahnya ke arah jendela yang menganga terbuka. Partikel lembut itu menyelinap masuk pada celahnya. Kembali mengingat-ingat pada kenangan lalu. Mereka memiliki berbagai cerita di musim salju.

Suka-duka sudah mereka rasakan.

Namun Seijūrō akan pastikan, kisah mereka kali ini akan berakhir indah.

.

.

"Kau tahu aku tidak suka menunggu," kedua tangan Tetsuya diraih, ditarik untuk jatuh pada pelukannya. "tapi kau harus tahu bahwa kali ini aku berhasil menunggu."

Belum sampai Seijūrō menyentuhkan bibirnya dengan milik Tetsuya, Nigou menghampiri majikannya dengan antusias berlebih.

"Toi encore! Cette fois-ci, ce n'est pas seulement une qui t'attend, Tetsuya."

Tetsuya mengangguk setuju pada pernyataan Seijūrō. Nigou yang kini dalam dekapan Tetsuya pun tidak lagi menjadi halangan untuk Seijūrō memberikan ciumannya yang terjeda.

Seandainya dunia ini memperbolehkan ego berkuasa, maka Seijūrō ingin agar Tetsuya melupakan saja kerisauannya itu dan tetap berdiri di sini, di sampingnya. Bukankah situasi ini sangat nyaman untuk diawetkan?

Namun mengingat masih ada beberapa hal yang masing-masing harus mereka urus, Seijūrō dengan berat hati kembali meninggalkannya lagi (meski dalam harfiah sementara).

"'Kurasa aku mulai mengerti, mengapa para pasangan tabu untuk saling bertemu sebelum hari istimewa mereka."

Tetsuya menatapnya bingung, dan bagi Seijūrō itu manis.

Satu kecupan pada kening, kali ini Seijūrō benar-benar mengambil langkah menuju mobilnya, lalu berbalik. "Biar kuramal, sebulan lagi kita akan bertemu di kuil Shunkō-in." Dengan itu Seijūrō mengakhiri pertemuan mereka di Tokyo.

.

Selama ini Tetsuya tidak pernah menerima balasan surat apapun dari Seijūrō; ia bahkan tidak berani untuk sekedar berharap. Namun malam ini, saat ia merogoh saku jaketnya, bahkan seratus surat lebih yang ia kirim dirasa terjawab hanya dengan selembar kertas bermotif dalam genggamannya sekarang.

.

.

Kuroko Tetsuya

And

Akashi Seijūrō

Together with their Families

Request the honor of your presence

At the celebration of their marriage

Wednesday, January 31st 20**

Four O'clock in the evening

.

.

.

RABURETA


[Jakarta, 5/2/2018]

a.n : bahagia itu sederhana, munculnya author baru di fandom knb (terlebih dg pair Akakuro) itu bagai sebuah anugerah. So, être amis? :)

* "Toi encore! Cette fois-ci, ce n'est pas seulement une qui t'attend, Tetsuya." = Kali ini kau! Ternyata bukan hanya orang saja yang menunggumu, Tetsuya!

.

.

-Kin