"Ya! Siapa bilang aku belum memiliki kekasih? Gadis ini kekasihku dan kami akan segera menikah. Omong kosong dengan kutukan-kutukan itu!"

Gadis bersurai brunette yang lengannya baru saja ditarik menatap terkejut pria disampingnya. Tangannya yang sedianya akan mengambil potongan kue yang dihidangkan teralih menjadi terulur pada udara kosong.

"Kau berkencan dengan Baekhyun?" Salah seorang dari kerumunan yang mendadak hening karena seruan si pria bertanya. Seorang pria berkulit tan.

Baekhyun, gadis yang merasa dirinya menjadi bahan pembicaraan mengerjapkan matanya. "Kau berkencan denganku?" Tanyanya tanpa sadar.

.

.

.

Miss Right

EXO's Fanfiction

ANNOTATION

Ide cerita sepenuhnya milik ©Curloey Smurf.

Apabila tokoh, alur, tipe cerita, dll kurang berkenan. Cukup klik icon silang di halaman. Be a wise readers!

Hanya sebatas manusia biasa, typos, sedih dapat bash, kemampuan berhayal terbatas, fiktif keterlaluan dll. Jadi mohon pengertiannya. Thank You~

This is an EXO's fanfiction, Genderswitch, Byun Baekhyun and Park Chanyeol as main cast, other EXO member, guest star (?), etc as support cast. Pairing Chanbaek. Genre Romance, Friendship. Chapter: ?. Rate: M for safe.

I'm not a writer but I love to write.

e)(o

She might a good woman, but still not a right woman for you

.

.

.

"Mwo? Baekhyun?" Pria itu menatap Baekhyun.

"Majjayo. Baekhyun. Byun Baekhyun." Baekhyun meletakkan tangannya di depan dada. Menunjuk dirinya sendiri.

Pria bersurai hitam hair up itu tertawa kering. "Ahaha! Baekhyun. Kami akan segera menikah." Ucapnya.

"Daebak! Ku pikir kau bukannya terkena kutukan tapi memang kau terkena karma!" Seru pria berwajah pucat. Sontak hal itu membuat teman-temannya tertawa. "Kau tidak lupa kan Chan, kau pernah menolak Baekhyun secara terang-terangan di tengah halaman sekolah sewaktu kita masih SHS dulu?"

Baekhyun mengerjapkan matanya. Tangannya beralih melepaskan tangan Chanyeol di lengannya. Ia menatap sinis pada pria itu. Sedangkan yang ditatap hanya bisa menelan ludahnya kasar. Ia hanya berniat menghindarkan diri dari teman-temannya yang memperoloknya sejak tadi karena datang seorang diri di sebuah pesta reuni, tapi justru mencemburkan dirinya ke dalam kubangan kotoran hewan –mempermalukan diri sendiri-.

Momen dimana pria itu menolak Baekhyun di hadapan seluruh penghuni sekolah merupakan salah satu momen fenomenal dimasanya. Karenanya Baekhyun terpaksa pindah sekolah karena terus menjadi bahan perbincangan sementara Chanyeol bersikap tak peduli pada hal itu. Mungkin saja jika pria itu menolaknya dengan cara baik-baik Baekhyun tidak akan sakit hati seperti sekarang dan menyebabkan ia masih single sampai sekarang saat usianya hampir mencapai 28 tahun. Katakanlah ia sedikit trauma pada pria gara-gara penolakan itu.

"Memangnya apa salahnya?" Chanyeol membela diri. "Bukankah kami serasi? Itu hanya masa lalu." Chanyeol kembali menarik Baekhyun merapat padanya. Kali ini ia mengeratkan tangannya di pinggang yang lebih mungil.

"Park Chanyeol dan Byun Baekhyun. Kalian sepertinya memang ditakdirkan untuk bersama." Gadis bersurai madu berkomentar. "Ah amteun, chukkae! Aku tidak menyangka reuni pertamaku setelah pindah dari London akan mendapatkan berita sebagus ini."

"Majjayo Lu. Ku harap reuni berikutnya kalian sudah membawakan kami keponakan yang lucu. Ah aku sudah tidak sabar!"

Baekhyun menundukkan kepalanya dalam-dalam. Rasa-rasanya ia tidak akan menikah seumur hidup dan terus menjadi perawan tua jika seperti ini. Ia bahkan sudah melupakan sosok Chanyeol tapi pria itu justru mempermalukannya dua kali. Chanyeol menatap horror dua wanita dewasa yang bekerja sebagai model dan dosen yang duduk tak jauh dari tempatnya berdiri. Luhan yang masih lajang dan Do Kyungsoo yang berstatus sebagai tunangan Kim Jongin.

"Kenapa kalian yang berharap banyak pada hubungan kami huh? Nikmati pesta ini dan abaikan kami." Ucap Chanyeol.

Baekhyun memilih untuk melepaskan diri dari jeratan lengan kokoh Chanyeol. Berbalik menghadap pintu keluar ballroom hotel tempat pesta diselenggarakan dan melangkah pergi membuat Chanyeol tersentak.

e)(o

"Baekhyun-a!" Seru Chanyeol. Pria itu berlari mengejar gadis itu setelah terpaku selama beberapa saat ditempatnya.

"Ya! Berhenti di sana!" Baekhyun masih bersikukuh mengabaikan Chanyeol. Meneruskan langkah pendeknya menuju pintu keluar hotel.

"Byun Baekhyun!"

Buk

"Arh! Ya! Kenapa tiba-tiba menghentikan langkahmu seperti itu huh?" Chanyeol mengerang, ia menabrak tubuh kecil Baekhyun.

"Kau! Apa mempermalukan seseorang adalah hobimu huh?" Baekhyun menatap Chanyeol dengan tatapan hampa. Chanyeol yang tadinya sibuk mengusap lengannya menghentikan kegiatannya. Ia bisa melihat kedua bola mata bening Baekhyun berkaca-kaca. "Jebal. Jangan ganggu aku."

"Yah, aku bukannya ingin mengganggumu atau mempermalukanmu. Aku yang mempermalukan diriku sendiri tadi." Chanyeol menghela nafas frustasi.

"Kau benar. Bukankah aku memang tidak ada apa-apanya. Kau hanya mempermalukan dirimu sendiri tadi." Baekhyun berkata sinis. "Jadi anggap saja yang tadi tidak pernah terjadi." Baekhyun berbalik. Chanyeol buru-buru menahan lengan ranting Baekhyun.

"Kau kurus sekali sih." Gumam Chanyeol. "Ah bagaimanapun bukan itu maksudku. Aku hanya tidak ingin mereka memperolokku terkena kutukan seperti yang digosipkan publik tentangku."

"Kau pikir aku peduli? Lepaskan. Aku akan pulang."

"Apa kau membawa mobil?"

"Apa pedulimu?"

"Mulai sekarang orang-orang akan mengenalmu sebagai kekasihku. Bagaimana aku tidak peduli? Kajja ku antar kau pulang."

"Ya! Apa kau setidak tahu malu ini?" Berang Baekhyun. Chanyeol buru-buru mendekap tubuh Baekhyun saat mendapati beberapa lirikan tajam ke arah keduanya karena bertengkar di lobi hotel.

"Jeosonghamnida. Kami hanya sedang sedikit berselisih paham." Ucapnya tanpa suara kepada orang yang melirik ke arah mereka.

"Ya! Kau pikir apa yang kau lakukan sekarang?" Suara Baekhyun teredam tubuh Chanyeol.

"Kajja ku antar pulang. Banyak hal yang harus kita bicarakan."

.

.

.

Park Chanyeol.

Siapa yang tidak mengenal pria bermarga Park itu disekolahnya? Pria yang digadang-gadang akan menjadi penerus perusahaan keluarga Park itu memang sudah popular sejak kecil. Sekolah tempatnya menempa pendidikan pun adalah salah satu asset milik keluarganya. Pria yang hobi bermusik itu terkenal playboy di sekolahnya. Entah sudah berapa banyak wanita yang berkencan dengannya, baik yang berada di satu sekolah dengannya maupun berbeda. Satu hal yang ia anut, ia tidak akan berkencan dengan teman sekelasnya.

Byun Baekhyun.

Ini tahun keduanya berada di satu kelas dengan seorang Park Chanyeol. Gadis bersurai panjang sepunggung itu merupakan salah satu peraih beasiswa di sekolahnya. Bukan karena ia berasal dari keluarga yang berkekurangan, tapi karena prestasinya. Ia termasuk ke dalam jajaran siswa nerd karena penampilannya. Baekhyun bukan bermaksud untuk terlihat seperti itu, tapi ia hanya tidak sempat memperhatikan penampilannya saja.

"Ya! Kalau kau tidak ingin foto-foto ini beredar, lakukan perintahku hari ini juga!" Baekhyun mengerjapkan matanya.

"Naega wae?" Tanyanya bingung. Ia merasa tidak melakukan kesalahan apapun. Ia bahkan tidak mengenal tiga gadis yang kini memojokkannya di bawah tangga dekat gudang. Tempat yang paling jarang dikunjungi di sekolah ini.

Yang bersurai pendek tertawa nyaring. "Karena kau miskin tentu saja!" Semua orang hanya mengenalnya sebagai salah satu penerima beasiswa memang.

"Lagi pula, aku yakin setelah foto-foto ini tersebar semua beasiswamu akan dicabut paksa bahkan kau mungkin akan dikeluarkan dari Hyundae!" Yang berpita merah berseru tajam.

"Aku tidak menyangka, kau yang cupu begini ternyata merupakan wanita simpanan. Menjijikkan sekali. Kau bahkan lebih menjijikkan dari idol yang melakukan operasi plastik!"

Baekhyun menahan erangannya saat surainya ditarik ke belakang keras-keras. Gadis berpita ungu menempatkan dua lembar foto itu kehadapannya. Di sana ia terlihat sedang berdiri di samping sebuah mobil mewah dan berbincang dengan seorang pria paruh baya. Lalu foto lain memperlihatkan dirinya yang tengah memeluk pria itu yang nyatanya adalah appanya sendiri.

"Kau cukup memberikan surat ini pada Park Chanyeol." Si surai pendek mengulurkan sebuah amplop berwarna merah muda ke arahnya.

Gadis berpita merah menarik surainya lebih keras sebelum bersuara. "Jangan pernah katakan itu dariku!"

"Hari ini juga maka foto dan SD card ini akan ku letakkan di lokermu."

"A-arraseo."

e)(o

Tidak ada yang pernah tahu kalau saat itu Baekhyun mengganti isi surat cinta itu dengan tulisan berisikan dua kata. Selamatkan aku. Bahkan oleh penerimanya sendiri yang justru mempermalukannya di depan umum.

"Whoa! Kau benar-benar punya nyali huh?" Chanyeol tertawa nyaring usai menerima surat bersampul merah muda itu. Kerumunan makin menjadi.

Saat itu Chanyeol tengah bermain basket dengan teman-temannya, tapi kemudian Baekhyun datang dan berkata ingin mengatakan sesuatu lalu menarik pria itu ke halaman sekolah yang dikiranya sepi. Tapi teman-temannya yang melihat hal itu tidak tinggal diam dan justru membawa kerumunan ke halaman sekolah.

"Jeo-jeosonghamnida Chanyeol-ssi." Baekhyun menundukkan kepalanya dalam-dalam.

"Kau meminta maaf? Lucu sekali! Apa kau menyesal? Aigoo, harusnya aku yang merasa direndahkan karena surat ini berasal dari gadis sepertimu!" Pria itu melempar amplop itu tepat ke samping Baekhyun. "Pergilah!"

Lalu sejak hari itu, namanya kian melambung. Ia menjadi perbincangan siswa-siswi Hyundae di sepanjang koridor. Celakanya ia juga berada di satu kelas dengan pria yang mempermalukannya. Meskipun faktanya bukan ia yang menyatakan perasaan pada pria itu. Tapi hal itu sukses meninggalkan bekas luka diingatannya. Pada akhirnya gadis itu memutuskan untuk pindah ke Kanada bersama dan tinggal bersama kedua orang tuanya yang memang tinggal di sana.

Byun Baekhyun

Gadis berusia 17 tahun itu merupakan putri bungsu dikeluarganya. Memiliki kakak laki-laki bernama Kris yang berusia dua tahun lebih tua. Ayahnya merupakan pria berkewarganegaraan Amerika sedangkan ibunya merupakan wanita asli Korea Selatan. Keluarganya terbilang cukup terpandang di kalangan pengusaha-pengusaha Amerika Selatan. Baekhyun memutuskan untuk menempati rumah peninggalan orang tua ibunya selama di Korea.

e)(o

"Yah, mianhae. Aku tahu aku sangat keterlaluan waktu itu." Baekhyun memutar bola mata malas. Ia berjalan menuju dapur apartemennya untuk sekedar mengambil minuman dingin untuk dirinya sendiri sedangkan Chanyeol mengekor dibelakangnya.

Pria itu terus memaksa untuk mendapatkan maaf dari Baekhyun agar keduanya dapat bernegosiasi. "Lagipula bagaimana aku tahu kalau kau sedang meminta tolong saat itu. Itu kan sudah berlalu."

Trak

Baekhyun meletakkan gelas kosongnya keras-keras di atas meja pantry. "Berlalu katamu? Aku sampai harus pindah ke Kanada karenanya dan kau mengatakannya semudah itu?"

"Baiklah, maafkan aku. Aku memang bersalah dan sangat keterlaluan."

Baekhyun berjalan menuju kamarnya dan Chanyeol masih mengekor dibelakangnya. "Ya! Siapa yang mengijinkanmu masuk ke kamarku huh?" Chanyeol meringis.

Tapi pria itu sedang tidak memiliki rasa malu dan justru melemparkan tubuh raksasanya di ranjang milik Baekhyun. "Aku akan tinggal di sini sampai kau memaafkanku dan kita bicara baik-baik." Baekhyun memutar bola mata malas. Memilih meletakkan clutchnya lalu berjalan menuju walk in closet di apartemennya.

"Whoa! Apartemenmu benar-benar bagus. Apa pekerjaanmu?" Chanyeol berkomentar. "Haruskah aku membeli satu unit juga? Tempat ini lebih dekat dengan kantorku." Gumamnya tapi Baekhyun sudah beranjak untuk membersihkan diri.

Chanyeol hampir tertidur karena menunggu Baekhyun yang tak kunjung selesai. Tepat setelah Baekhyun keluar dengan mengenakan celana pendek dan kaos oversized berwarna putih, Chanyeol buru-buru melepas jas luaran dan vestnya. Melempar asal kedua benda itu ke ranjang seolah itu adalah kamarnya sendiri.

"Ya!" Pekik Baekhyun. "Jangan mengotori ranjangku!"

"Ini tidak seperti aku buang air di ranjangmu nona Byun." Baekhyun mendelik kesal. Meraih jas dan vest Chanyeol lalu menggantungnya di walk in closet miliknya.

Chanyeol kembali mengekori Baekhyun saat gadis itu berjalan menuju ruang tengah. Ada sebuah sova dan home theatre di sana.

"Aku lapar. Apa kau memiliki makanan?"

Baekhyun mencembikkan bibirnya. Ia hanya seorang gadis manja yang cinta kebersihan sebenarnya. Berhadapan dengan pria tidak tahu diri seperti Chanyeol sejujurnya membuat gadis itu merasa frustasi.

"Arraseo! Aku menyerah. Katakan maumu." Chanyeol tersenyum lebar. Ia tahu membujuk seorang Byun Baekhyun akan semudah membalikkan telapak tangannya.

"Tapi Baek, aku tidak bohong kalau aku lapar."

Baekhyun mengerang frustasi.

"Aku tidak memiliki makanan apapun dan tidak bisa membuat apapun. Pesan saja pizza atau apapun yang kau mau."

"Hey, mau ku tunjukkan keahlianku? Selain tampan aku juga memiliki pesona lain."

"Huh?" Baekhyun menatap Chanyeol sanksi. Pria itu buru-buru mendorong Baekhyun menuju mini kitchen di apartemen itu. Menarik sebuah kursi tinggi lalu mendudukkan Baekhyun di sana.

Chanyeol mulai menginvasi dapur milik Baekhyun tanpa ijin.

"Kau tidak bisa memasak tapi kenapa kulkasmu penuh begini?"

"Setiap pagi ada ahjumma yang datang untuk menyiapkan makan pagi untukku." Chanyeol mengangguk paham.

Baekhyun mengigit bibirnya menahan komentar yang akan keluar dari bibirnya. Ia tidak bisa menyembunyikan rasa kagumnya pada pria itu. Bagaimana tangan besar Chanyeol terampil menggunakan pisau dan bahkan tidak kesulitan menemukan alat-alat dapur yang ia butuhkan sedangkan ia sendiri sebagai pemilik dapur bahkan tidak tahu menahu penempatan alat-alat itu.

"Aku tidak tahu kau bisa memasak." Ucap Baekhyun tanpa sadar. Chanyeol menoleh.

"Ah, apa kau belum pernah mendengar aku diasingkan oleh keluarga Park setelah lulus SHS?"

"Huh? Waeyo?"

"Putri teman appaku mengaku ke publik bahwa aku menghamilinya. Abeoji marah besar dan aku dikirim ke London sebagai gantinya. Jadi mau tak mau aku belajar banyak hal dengan hidup sendiri, termasuk memasak."

"Ommo! Kau mengerikan sekali!"

"Ya! Itu bohong, pada akhirnya gadis itu hanya mempermalukan dirinya sendiri dan keluarganya alih-alih dijodohkan denganku sesuai harapannya. Ia hamil dengan kekasihnya." Chanyeol tertawa keras. "Aku pria bermatabat tahu." Baekhyun memutar bola mata malas.

"Ya! Jangan pakai benda itu!" Seru Baekhyun saat pria itu mengeluarkan sebuah mentimun dari kulkas.

"Kenapa?"

"Aku tidak suka benda itu."

"Ini mentimun Baek, bukan benda itu." Chanyeol menghela nafas. "Lalu kenapa kau memilikinya?"

"Ahjumma yang membelinya."

"Arraseo, arraseo."

e)(o

"Shireo! Aku tidak mau menikah dengan sebuah kontrak denganmu atau dengan siapapun!" Baekhyun mengerucutkan bibirnya.

"Aku belum mengatakan apapun Baek." Chanyeol baru saja akan bersuara saat tiba-tiba Baekhyun berseru padanya. "Kau terlalu banyak menonton drama dan membaca novel picisan." Chanyeol memutar bola mata malas.

Baekhyun menutup mulutnya. "Ommo! Bagaimana kau tahu? Kau bukan stalker bukan?"

"Yah, semua orang yang mengunjungi tempat ini sudah pasti tahu. Pabba!" Chanyeol menunjuk pada dinding apartemen ruang tengah yang didesain sedemikian rupa berbentuk bookcase yang berisi puluhan bahkan ratusan judul novel klasik. Lalu jari telunjuk Chanyeol beralih menuju sebuah lemari kecil di dekat home theatre yang berisi entah berapa banyak CD drama.

Baekhyun tertawa malu. "Aigoo, kau maniak Baek!"

"Ya! Ini apartemenku."

"Dwaeseo! Setidaknya kau harus membantuku jika orang-orang menanyaiku soal hubungan kita."

"Geundae, kenapa kau belum juga memiliki kekasih sampai sekarang?" Baekhyun menangkupkan tangannya di bawah dagu. Membuat Chanyeol mengerang tertahan. Baekhyun nampak sangat menggemaskan bahkan dengan bared facenya itu.

"Ya! Bagaimana kau bersikap seperti itu di depan pria saat kita hanya berdua saja huh?"

Baekhyun mengernyitkan dahinya bingung. Ia merasa tidak melakukan kesalahan apapun. "Mwo?"

"Aigoo, kau ini. Jangan melakukan yang seperti ini di hadapan pria lagi. Juga, pakai pakaian yang benar jika kau keluar. Jangan mengenakan kaos dan celana itu di luar." Chanyeol meletakkan bantal sova ke atas kaki Baekhyun yang terbuka.

"Kenapa kau malah mengomeliku sih?" Cibir Baekhyun.

"Amteun, aku juga tidak tahu kenapa gadis-gadis itu hanya melirik hartaku saja. Kau tahu, gara-gara rencana pertunanganku yang selalu gagal orang-orang menjulukiku terkena kutukan 10 hari."

"Huh?"

"Kekasihku akan memutuskanku tepat 10 hari sebelum pertunangan dilaksanakan."

Baekhyun menganggukkan kepalanya mengerti. "Ku rasa kau bukan terkena kutukan."

"Geutji?"

"Tapi terkena karma! Kau adalah seorang pendosa yang banyak menyakiti hati wanita!" Tuding Baekhyun. Chanyeol menghela nafas.

"Ya! Kau masih dendam padaku ya?" Baekhyun mengangguk polos.

"Dari pada itu. Bagaimana jika kau meminta maaf pada mantan-mantan kekasihmu itu huh? Salah satu dari mereka mungkin saja sangat terluka karena sikapmu. Oh, matji! Jika kau beruntung mungkin kau bisa mendapatkan gadis itu sebagai istrimu. Miss right. Ottae?"

Chanyeol mengangguk. "Karena kau yang mengusulkan ide brilian ini maka kau harus bertanggung jawab sepenuhnya."

"Kenapa?"

"Karena kau harus membantuku tentu saja." Baekhyun memutar bola mata malas. "Geundae, apa kau juga masih belum memiliki kekasih? Usiamu sudah 28 tahun dan masa produktifmu hampir habis."

"Itu semua karenamu!"

"Naega wae?"

"Karena kau mempermalukanku di hadapan semua orang waktu itu aku jadi takut bertemu sembarang pria." Chanyeol menatap horror pada Baekhyun. "Pabba! Aku saja sangat sakit hati karenamu, bagaimana dengan gadis lainnya? Tapi aku akan tetap membantumu. Kkeokjeongma, aku akan senang jika beberapa di antara mereka akan menamparmu atau mencacimu." Baekhyun tersenyum lebar.

"Kau benar-benar memiliki budi yang sangat baik Baek." Sindir Chanyeol. "Uh, kau belum menjawab pertanyaanku."

"Mwo?"

"Dimana kau bekerja huh?"

"Park Corp."

"Huh? Kita bekerja ditempat yang sama! Maksudku kau bekerja sebagai karyawanku? Eoddi?"

"Aku sekretaris Presdir Park." Jawab Baekhyun santai.

"Mwo? Kau sekretaris appaku?"

Baekhyun mengangguk. "Aku baru saja mendapat promosi tahun lalu."

"Ya! Aku bekerja sebagai direktur keuangan tapi belum pernah melihatmu."

"Aku melihatmu."

"Huh?"

"Kau saja yang tidak mengenaliku."

"Tu-tunggu. Kau bilang kau sekretaris appaku?" Baekhyun mengangguk. "Ya! Bagaimana seorang sekretaris berpakaian seperti itu? Semua orang di kantor mentertawakanmu karena penampilanmu yang aneh itu tahu!"

"Aku hanya tidak ingin terlihat mencolok."

"Yaish! Kau justru terlihat sangat mencolok!"

"Pulanglah Park, aku ingin tidur."

"Baek, tak bisakah aku menginap malam ini saja? Aku lupa di mana meletakkan kunci mobilku."

"Mwo?"

Chanyeol meringis. Ia tengah berbohong. Pria itu hanya ingin memanfaatkan keadaan untuk mengganggu Baekhyun.

"Ya! Kita harus mencarinya. Kau harus pulang."

"Shireo. Aku lelah sekali." Chanyeol berjalan menuju kamar Baekhyun dengan langkah santai. "Baek, kau mau berbagi kamar denganku atau haruskah aku tidur di luar? Apa di luar ada penghangat ruangan?"

"Ya! Keluar dari kamarku!"

"Aku mengantuk Baek. Jaljayo."

.

To Be Continue.

e)(o

[Interaction Corner]

Saya tahu genre begini pasaran sekali dan chapter ini pendek. Tapi kebetulan ide terpintas dibenak. Selagi ada waktu dan ada ide.

Keberatan untuk meninggalkan jejak untuk motivasi segera up?

Enjoy!

Sincerely,

Curloey Smurf