Disclaimer : Naruto Masashi Kishimoto and Highschool Dxd Ichiei Ishibumi.
Dan beberapa karakter dari anime lain.
.
.
Naruto X Akeno X,,,
.
.
Episode.
Perpisahan, pelatihan dan Scared Gear Special.
.
.
.
Underworld
Sringg
Sebuah lingkaran sihir berukuran cukup besar tercipta di depan gerbang istana yang besar, para penjaga yang sedang berada di situ menatap lingkaran sihir tersebut. Lalu keluarlah 3 makhluk atau iblis, dua berambut merah dan satu berambut dark blue. Para penjaga yang melihat siapa yang keluar dari lingkaran sihir tersebut langsung menunduk hormat, tak kala melihat sang pemimpin.
"Sirzech-sama?" Ucap para penjaga dengan hormat.
Sirzech hanya menggangukan kepala sebagai jawaban. "Ayo kita masuk." ucap Sirzech pada Rias dan Akeno.
Mereka berjalan memasukin gerbang yang dibukakan oleh penjaga, untuk Akeno harus kagum dengan kemegahan istana yang menjadi tujuan mereka. Mereka bertiga berjalan dengan pelan, Sirzech berada ditengah, Rias di samping kiri dan Akeno samping kanan Sirzech.
Beberapa maid yang sedang berada diluar istana menunduk hormat, lalu kini telah sampai pada pintu yang cukup besar. Dengan lambang klan Gremory tentunya pada bagian depan pintu tersebut, lalu pintu itu terbuka mempersilahkan masuk mereka bertiga.
Diruang tengah terdapat 3 iblis dan satu bayi, mereka sedang bercengkrama dengan santai. Lalu pandangan mereka terarah saat mendengar suara langkah kaki yang menuju ruang tengah tersebut, dan terlihat 3 iblis sedang berjalan kearah mereka yang sedang bercengkrama.
"Ah, Rias-chan kamu sudah kembali sayang." ucap wanita iblis berambut coklat, Venelana Bael atau sekarang menjadi Venelana Gremory.
Rias yang ditanya itu sedikit memasang wajah cemberut. "Hm, begitulah." ucapnya sambil duduk di sofa yang ada, duduk didepan sofa tempat ibunya duduk dan disamping kiri sendiri diduduki oleh wanita yang berusia 24 tahun yang sedang menggendong bayi.
Venelana mengerut dahi melihat jawaban singkat putrinya. "Kamu kenapa sayang?" tanya Venelana yang melihat wajah putrinya yang kurang ceria.
Rias justru menggembungkan kedua pipinya. "Tanyakan saja pada Onii-sama." jawabnya.
Venelana pun mengalihkan pandanganya pada putranya, yang lain hanya diam. Pria paruh baya yang duduk di samping Venelana itu menikmati teh yang ada sambil mencomot satu kue yang tersaji, Sirzech yang kini telah duduk disamping wanita yang mengendong bayi yang tak lain istrinya, lalu Akeno yang berdiri dibelakang Rias.
Sirzech yang dipandang ibunya itu tertawa halus. "Baiklah Kaa-sama, setelah tadi mereinkarnasikan Akeno menjadi pareege Rias, aku langsung mengajaknya pulang. Dan Rias bilang dia masih ingin didunia manusia lebih lama, tapi aku punya pekerjaan yang harus aku selesaikan. Jadinya dia tak bisa menolaknya, makanya sekarang jadi cemberut kayak gitu ahahaha." jawab Sirzech dengan akhir tawa yang garing.
Setelah mendengar jawaban dari Sirzech bahwa Rias telah mendapatkan pareegenya, semua pandangan tertuju pada Akeno yang berdiri di belakang Rias dan Akeno sendiri merasa canggung di tatap seperti itu.
Dengan sedikit menundukkan kepalanya. "Nama saya Akeno Himejima senang bertemu dengan anda semua." salam Akeno yang masih menundukkan kepalanya.
Venelana mengulas senyum tipis. "Tak perlu malu Akeno-chan, senang juga bertemu denganmu. Perkenalkan namaku Venelana Gremory ibu dari Rias-chan." balas Venelana yang menatap Akeno.
"Lalu aku Zeoticus Gremory ayah dari Rias-chan, senang bertemu denganmu Akeno." Ucap Zeoticus setelah meletakan cangkir teh.
"Dan aku Erica Gremory istri dari Sirzech-kun dan kakak ipar Rias-chan, senang bertemu denganmu Akeno-chan." Ucap wanita berambut pirang yang menggendong bayi berusia 3 tahunan.
Akeno menegakkan kepalanya setelah mendapatkan sambutan hangat tersebut, tak kala sebuah senyum tulus tercipta di bibir Akeno.
Rias kemudian berdiri. "Akeno ayo kita bermain saja." Ucapnya sambil berjalan menjauh, Akeno langsung menunduk hormat pada semuanya lalu mengikuti Rias.
Venelana kini menatap putranya dengan tajam.
"Jadi kenapa kamu langsung mengajak adikmu pulang Sirzech-kun, setelah mendapatkan pareegenya. Kamu taukan Rias-chan sangat ingin mengenal dunia manusia." Ucap Venelana yang tau bahwa putrinya sangat penasaran dengan dunia manusia.
Walau tadi sudah kesana tapi, waktu yang digunakan cuma 1 jam lebih. Tentu itu belum cukup untuk putrinya, agar lebih mengenal dunia manusia lebih jauh, maka dari itulah putrinya jadi ngambek seperti ini.
"Sebenarnya aku juga ingin lebih lama disana kaa-sama, tapi saat mereinkarnasikan Akeno. Aku merasakan aura malaikat jatuh yang kuat, maka dari itulah aku memutuskan untuk kembali pulang." Memang Sirzech merasakan aura yang kuat saat ditaman, walau sudah ditekan sekalipun tapi tetap terasa baginya.
Bukan Sirzech tak mampu untuk mengalahkan malaikat jatuh itu, tapi keselamatan adiknya lah yang utama. Terlebih walau sudah ditekan tapi masih terasa kuat aura yang dimiliki, jadi jika terjadi pertarungan. Sirzech harus melindungi dua orang sekaligus, pastinya akan kesulitan terlebih belum diketahui seberapa besar kekuatan dan kemampuan malaikat jatuh tersebut.
Semua yang mendengar itu merasa khawatir, tentu banyak malaikat jatuh yang berkeliaran di dunia manusia. Walau sudah melakukan genjatan senjata ribuan tahun lalu, tapi pasti masih banyak yang menyimpan dendam terhadap kaum iblis begitu pula sebaliknya. Dan jika terjadi pertempuran maka bisa saja perang kembali pecah, terlebih yang diserang adalah Maou pemimpin dari kaum iblis.
.
.
.
Malam hari telah tiba, menggantikan sang matahari yang telah selesai menyinari dunia. Malam yang indah dengan bintang bintang yang bersinar, bulan terlihat begitu cantik dengan sinar terangnya. Kini ditaman rumah sakit Kuoh, Naruto sedang duduk sendirian dibangku tersebut. Dengan masih menggunakan pakaian pasiennya, duduk sendirian dan melihat beberapa suster dan para pengunjung rumah sakit. Karna hari belum terlalu larut masih banyak pengunjung yang datang, entah mengunjungi orang sakit atau apa Naruto tak peduli.
Kepalanya terus melihat langit, menikmati pemandangan yang diberikan alam. Kondisinya sudah membaik, mungkin besok Naruto bisa keluar dari rumah sakit ini. Dia juga telah melihat kondisi bibinya Shuri yang masih belum sadar, dan juga Naruto mendapatkan info dari ayahnya tentang keberadaan Akeno.
Akeno temannya kini telah menjadi iblis, sungguh sesuatu yang mustahil bahwa manusia bisa jadi iblis. Dan saat ayahnya menjelaskan bagaimana caranya iblis merubah manusia menjadi iblis dengan menggunakan evil piece. Sebuah alat yang diciptakan oleh bangsa iblis untuk memperbanyak kaumnya yang telah hilang akibat perang, tapi kenapa harus Akeno yang menjadi iblis.
Teman satu satunya, teman bermainya, teman yang selalu menemaninya melihat bintang disetiap malam. Kini telah jauh darinya, kini dia merasakan sepi karena hal tersebut. Terlebih dia harus pergi juga dari sini, siang tadi ayahnya memintanya untuk ikut bersembunyi bersama bibi Shuri.
Alasanya untuk menyembunyikan dirinya yang merupakan inang dari Naga Surgawi terkuat, agar tak menjadi incaran pihak yang ingin menggunakan kekuatanya untuk kejahatan. Maka dari itulah dia harus ikut bersembunyi terlebih dahulu ditempat yang tak pernah ada aktifitas para makhluk superanatural, untuk bibinya kenapa harus bersembunyi agar klan Himejima tak mengetahui keberadaan Shuri.
Karena percobaan pembunuhan yang dia gagalkan pasti akan membuat klan Himejima memburu kembali bibinya yang telah melanggar peraturan klan, dia tak punya pilihan selain menyetujui keputusan ayahnya itu.
Merasa bosan memandang bintang, Naruto mulai berdiri untuk kembali ke kamar pasienya. Lagi pula dia tak ingin mendapatkan ceramah dokter yang merawatnya, dia tadi diperbolehkan untuk keluar asal tak lama. Karena udara malam tak baik untuk orang yang masih sakit seperti dirinya, berjalan dengan pelan sambil sedikit menundukan kepalanya.
Dirinya cukup bosan karena tak ada yang menemaninya melihat bintang, mungkin faktor tak ada Akeno yang menemaninya yang membuat dirinya merasa bosan.
.
.
Dengan Akeno.
Kini Akeno sedang berada didekat jendala kamar miliknya, kamar yang telah disediakan oleh keluarga Gremory untuknya. Wajahnya terus menatap bintang dan bulan yang menghiasi langit malam di Underword, dirinya tak menyangka bahwa disini terdapat bulan dan bintang.
Dan perlahan sebuah kenangan muncul dikepala Akeno, kenangan saat sebelum kejadian yang merengut nyawa ibunya. Dimana dia dan Naruto selalu melihat bintang, awalnya melihat bintang hanya menjadi kebiasaan Naruto. Tapi saat dirinya ikut melihat indahnya pemandangan malam itu, sekarang menjadi kebiasaanya pula.
Memikirkan Naruto membuat Akeno merasa sedih, karena harus jauh dari temannya itu. Akeno sempat berpikir kenapa Naruto tak ada disaat dia membutuhkanya, sama seperti ayahnya yang tak ada disaat dirinya dan ibunya membutuhkan ayahnya.
Tapi Akeno mulai berpikir positif, biasanya Naruto akan mengunjungi makam kedua orang tuanya. Jika memang tidak ada dirumah, makam orang tua Naruto berada di Osaka. Dimana tempat tinggal Naruto sebelumnya, tapi saat diadopsi oleh paman Azazel. Pemimpin malaikat jatuh dan atasan ayahnya, Naruto tinggal di Kuoh. Karena tak ada kerabat yang dimiliki oleh Naruto, dirinya hanya berharap Naruto baik baik saja saat dirinya tak bisa bermain lagi denganya.
Dan lagi dia tak tau apakah nanti akan bisa bertemu dengan Naruto kembali atau tidak, dirinya juga berharap jika Naruto masih mau menerimanya saat tau telah menjadi iblis. Dia tak ingin kehilangan temannya dan orang yang dicintainya selain ibunya.
Berharap hanya itulah yang bisa Akeno lakukan.
.
.
.
Seminggu kemudian.
Shuri telah sadar dari masa kritisnya, 2 hari yang lalu dan sudah bisa pulang dari rumah sakit. Saat Shuri sadar membuat Baraqiel selaku suaminya senang, dan setelahnya Baraqiel meminta maaf pada istrinya karna tak bisa melindungi Shuri dan putrinya hingga membuat putrinya menjadi iblis.
Shuri tak bisa membendung kesedihanya saat mendengar putri kesayanganya telah jadi iblis, Shuri tak bisa menyalahkan suaminya yang memang saat itu harus menjalankan tugas. Tapi saat diberitahu bahwa iblis yang mereinkarnasikan Akeno adalah klan iblis yang menyayangi para pareegenya seperti keluarnga, membuat hati Shuri selaku ibu sedikit lega. Shuri percaya perkataan suaminya itu, tidak mungkin suaminya berbohong jika menyangkut putrinya.
Dan Shuri merasa sedih saat harus bersembunyi terlebih dahulu agar klan Himejima tak mencoba membunuhnya kembali, memang ini kesalahanya yang melanggar peraturan klan. Tapi tidak kah dirinya bisa memperoleh kebahagian itu, walau harus dengan makhluk superanatural sekali pun.
Malam hari.
Dan kini distasiun kereta Kuoh, Shuri , Baraqiel , Naruto dan Azazel. Mereka bersiap untuk ketempat persembunyian sementara, Azazel yang menggantar putra angkatnya itu. Masih banyak orang yang berlalu lalang datang dan pergi dari stasiun, walau waktu telah menunjukan pukul 10 malam. Kebanyakan orang yang masih berlalu lalang, orang yang baru pulang kerja atau memang yang telah memakai kereta sebagai media transportasinya.
Azazel memang memutuskan untuk berangkat malam, mencegah hal yang tak diinginkan terjadi kembali. Bisa saja berangkat ke Oshu pagi , siang ataupun sore. Tapi untuk menghindari adanya orang klan Himejima yang masih mencari keberadaan Shuri, maka dari itulah malam waktu yang sangat tepat untuk berangkat.
[Kereta keberangkatan menuju Oshū akan segera berangkat]
Mereka yang mendengar suara itu mulai memasuki kereta, bersama Naruto dia masih merasa enggan untuk pergi dari sini. Dan Azazel yang melihat putra angkatnya itu menghela nafas, mungkin wajar jika Naruto memasang wajah seperti itu.
Mendekati putranya yang masih berdiri dipintu masuk kereta. "Hey, kau akan kembali kesini lagi, jadi bersabarlah untuk sementara waktu." ucapnya sambil memegangg pundak kanan Naruto.
Naruto menoleh kearah ayahnya. "Tapi harus sampai kapan tou-san?" Tanya Naruto dengan nada parau.
"Jika sudah waktu yang tepat aku akan mengkabarimu, dan juga aku akan mengirim tentang Akeno saat kamu berada disana. Jadi tak perlu khawatir jika dapat kabar dariku tentang Akeno."
Naruto merasa tak punya pilihan lain. "Baiklah tou-san!" ucapnya memasuki kereta lalu membalikan tubuhnya. " Aku berangkat dulu, jaga diri baik baik tou-san." lanjutnya sambil melambaikan tanganya.
Azazel tersenyum tipis sambil melabaikan tangan kananya. "Seharusnya aku yang bilang begitu Naruto" jawab Azazel. "Kau tak perlu khawatir tentang ayahmu yang paling keren ini." lanjutnya sambil tersenyum lebar.
Naruto ikut tersenyum lebar mendengar ucapan ayahnya, Naruto bukan khawatir akan kesehatan ayahnya. Tapi tentang kelakuan ayahnya yang sering mengintip itu hingga berakhir babak belur, Naruto pernah tak senggaja melihat ayahnya yang sedang asik mengintip itu dan berakhir babak belur karena dihajar para wanita, dia tertawa terbahak bahak saat itu juga.
Pintu kereta dengan pelan tertutup, Naruto pun berjalan mencari tempat duduknya yang pasti dekat dengan paman dan bibinya itu. Dan Naruto menemukan paman dan bibinya sudah menemukan kursi mereka, Shuri yang melihat Naruto datang langsung memberitahu kursi yang diduduki Naruto.
"Naruto-kun, kursimu ada didepan paman dan bibi." ucapnya sambil menunjuk kursi penumpang yang ada didepanya. "Dan jika butuh sesuatu tinggal panggil paman atau bibi saja ya." Lanjutnya.
Naruto mengganguk mendengar hal itu."Baik bibi." jawabnya lalu duduk dikursi penumpang, tak lupa menaruh tasnya dibawah.
Naruto duduk didekat jendela kereta, sambil menggamati keadaan malam hari diluar, tangan kananya dia gunakan untuk menyangga dagu. Dirinya hanya bisa berharap acara persembunyianya itu berlalu dengan cepat, dan hari dimana dia akan kembali kesini untuk menemui Akeno.
Tapi itu pastinya mustahil, karena dia harus berlatih terlebih dahulu, walau nanti ada waktu untuk menemui Akeno entah itu beberapa hari atau minggu bahkan bulan, tetap saja dia harus tetap disana terlebih dahulu untuk berlatih, ayahnya meminta dirinya untuk tetap disana dan berlatih sampai setidaknya dirinya bisa melindungi diri atau mengguasai kekuatan Sacred Gearnya 70% lebih baru dia diperbolehkan kembali kesini.
Dan jika dia ingin cepat mengusai kekuatan Sacred Gearnya, dirinya harus memiliki tekad dan perasaan yang kuat, itulah yang dikatakan Flame dan ayahnya, Sacred Gear memang dirancang untuk merespon tekad dan perasaan yang kuat oleh pemiliknya, dan saat Sacred Gear merespon maka kekuatanya akan meningkat dengan pesat, sungguh artifak yang hebat menurutnya.
Hanya bermodal tekad dan perasaan yang kuat maka akan mendapatakan kekuatan yang hebat.
'Jangan berpikir hanya dengan itu kau bisa memiliki kekuatan hebat gaki, jika fisikmu juga lemah.'
Sebuah suara mengema dikepala Naruto. 'Apa maksudmu Flame?'Tanyanya. 'Bukankah kau yang bilang sendiri, untuk membangkitkan kekuatan Sacred Gear diperlukan tekad dan perasaan.' Lanjutnya.
'Iya aku memang mengatakan itu, tapi bukan berarti fisikmu juga tak dibutuhkan. Fisikmu juga memiliki peran penting untuk menampung kekuatan yang akan tersalur dalam tubuhmu nantinya, percuma kau memilikiku tapi fisikmu masih lemah.'
'Jadi aku harus melatih fisik nanti?'
'Yap pertama kita akan melatih fisikmu, lalu mengendalikan kekuatan dan elementku'
'Baiklah kita nanti akan berlatih fisik terlebih dahulu, Flame aku ingin kau memberi tau ku kapan aku siap untuk mengendalikan kekuatanmu'
'Kalau itu mungkin sekitar 2 tahun kau siap untuk mengendalikan kekuatanku gaki, karna fisikmu sudah mulai terlatih jadi waktu 2 tahun menurutku cukup untukmu.'
'Begitukah, 2 tahun waktu yang cukup lama kalau dipikir.'
'Jika kau tak ingin terasa lama ya jangan dipikir gaki, nikmati saja latihan yang kau jalani nanti. Seperti kau pertama kali menjalaninya bersama ayahmu, waktu akan terasa sangat cepat jika kau menikmatinya'
Jika dipikir kembali apa yang dikatakan Flame ada benarnya, Naruto juga tak merasa jika pertemananya dengan Akeno dan kehidupan yang dia jalani setelah di asuh Azazel telah berjalan bertahun tahun tanpa dia rasakan. Waktu entah mengapa terasa sangat cepat jika dijalani dengan nikmat, tak akan terasa jika waktu itu akan terus berlalu tanpa dipikir.
'Kurasa kau benar Flame'
Flame hanya membalas dengan gumanan, berbincang dengan Flame membuat Naruto tak sadar jika kereta telah berjalan, dia tetap memandang keluar jendela, tapi kali ini dengan wajah yang sedikit bahagia.
'Sayonara Akeno-chan, kita akan bertemu kembali, walau itu dalam waktu yang cukup lama.' batinya dengan sedikit tersenyum.
Sekarang Naruto tinggal menunggu sampai ditujuanya, dan memulai latihan agar bisa kembali kesini dengan waktu yang cepat.
.
.
Degg
Saat ini Akeno sedang berada dikamar miliknya, baru saja akan menutup matanya untuk tidur, dia merasakan sesuatu yang aneh dihatinya, membuat Akeno membuka matanya kembali dan duduk diranjang.
Memegang dada kirinya. "Ada apa dengan perasaanku ini ya?" Tanya dia pada diri sendiri. "Entah mengapa aku merasakan, perasaan yang aneh." Akeno mengalihkan pandanganya untuk melihat keluar jendela melihat pemandangan malam hari di Underworld.
"Apa yang kurasakan saat ini?"
.
.
.
Skip time
Oshū desa yang terletak tak jauh dari perkotaan, memiliki suasana yang sejuk, karna masih banyak pohon hijau yang tumbuh dengan lebat, ada pula hutan dengan pepohonan yang tinggi, membuat suasana desa ini semakin nyaman untuk ditinggali.
Terlebih pagi hari membuat orang yang baru bangun tidur pasti dapat merasakan nyaman dan sejuknya desa yang masih asri ini.
Saat ini dihutan yang agak jauh dari desa, Naruto sedang melakukan latihanya, sudah seminggu Naruto didesa ini dan baru 2 hari yang lalu dia memulai latihanya, beberapa hari dia mencari tempat yang cocok untuk digunakan latihan, agar orang lain tak tau keberadaanya.
Walau Shuri meminta untuk ditemani Baraqiel, agar tidak tersesat dan diganggu binatang liar, tapi Naruto menolaknya dia ingin berlatih sendiri dan soal binatang liar biarkan itu jadi tantangan baginya untuk mendapatkan pengalaman bertarung.
Saat ini Naruto sedang berlari dengan sihir pemberat yang akan selalu dia gunakan saat latihan, walau hanya dia tambahkan 5kg dari beban yang sering dia pakai, tapi itu sudah membuatnya cukup kesusahan untuk membiasakan diri.
Meski baru memulainya beberapa menit yang lalu, tapi peluh sudah membasahi dahi Naruto. Nafasnya juga mulai memburu, melatih fisik memang tidaklah mudah, karna tubuh akan menyesuaikan dengan latihan yang dijalani, jika latihanya normal maka perubahan fisik perlu waktu yang lama dan jika latihanya exstreme maka fisik akan dapat cepat berkembang.
Walau pastinya memiliki resiko yang bisa dibilang cukup parah, seperti pembengkakkan otot yang dipicu oleh latihan exstreme karna tubuh yang bisa dibilang tidak cocok untuk melakukan latihan exstreme.
Dan Naruto memulainya dengan bertahap, karena kuat itu tidaklah mudah dan membutuh kerja keras dan semangat yang tinggi, setelah berlari beberapa menit. Naruto langsung memulainya dengan 20 kali push up, dan baru lewat 12 kali push up dia telah jatuh terlebih dahulu.
"Hahh~ahaahh~sial tidak genap sampai 20." gerutunya yang masih dengan posisi tengkulap dengan wajahnya menoleh kesamping.
"Santai saja Naruto waktu masih banyak, kau seharusnya istirahat sebentar tadi. Kau belum bisa menyesuaikan dengan benar sihir pemberat itu."
"Kurasa kau benar Flame, rasanya jauh lebih terasa berat saat digunakan untuk push up dari pada berlari tadi."
Pemberat yang Naruto gunakan kali ini berbeda yang digunakan saat berlatih dengan ayahnya, pemberat kali ini mencangkup tubuh, kaki dan tangan. Sedangkan dulu yang Naruto gunakan hanya pemberat kaki saja, dan ini adalah sihir pemberat.
"Tentu saja, saat ini kau sedang push up. Latihan yang menguatkan otot tangan dan perut, berbeda dengan kekuatan kakimu yang sudah terbiasa kau latih dulu, sedangkan tanganmu baru kali ini kau latih"
Membalikan tubuhnya sehingga terlentang. "Ya dulu aku cuma kaki saja yang kulatih, sepertinya istirahat sebentar tak masalah." ucapnya sambil terus mengambil nafas, naga surgawi itu tak membalas ucapan inangnya, membiarkan Naruto istirahat terlebih dahulu.
"Hey Flame." ucapnya yang tiba tiba setelah cukup lama berdiam, dan hanya kata 'Hmm' sebagai balasan.
"Apa menurutmu aku bisa kuat?"
"Tentu saja, asal mau bekerja keras dan giat berlatih pastinya kau bisa menjadi kuat, memangnya ada apa sampai kau bertanya seperti itu."
"Begitukah . . tak ada apa apa. Hanya saja kau, tau kan bahwa aku manusia biasa dan cuma memilikimu sebagai kekuatanku."
Flame mengerti arah pembicaraan ini. "Kau meragukan statusmu yang hanya manusia biasa tak mampu bersanding dengan para makhluk supranatural begitu." Naruto hanya menggangukan kepalanya sebagai jawaban. "Kau tau Naruto, kenapa Kami-sama memberikan Sacred Gear pada manusia?"
"Karna manusia lemah, dan Kami-sama memberikan Sacred Gear pada manusia agar bisa melindungi diri."
"Kau salah."
"Hee salah . . lalu apa ?"
"Manusia berbeda dengan makhluk supranatural, mereka memiliki potensi dan tekad yang sangat kuat. Potensi yang membuat manusia terus berkembang dengan cepat, lebih cepat dibandingkan makhluk supranatural. Lalu tekad yang kuat, ini lah yang tidak dimiliki oleh makhluk supranatural. Sebuah tekad yang hanya dimiliki oleh para manusia, jika pun ada makhluk supranatural yang memiliki tekad tetap tak akan bisa mengalahkan tekad para manusia."
"Kau serius Flame?" Tanya Naruto dengan nada yang tak percaya, begitu specialnya manusia. Ras yang dianggap lemah, namun memiliki tekad yang sangat kuat melebihi makhluk supranatural.
Tekad kuat yang menjadi bahan bakar untuk meningkatkan kekuatan Sacred Gear, maka dari itulah artefak tersebut di anugerahkan pada manusia.
"Tak ada untungnya aku berbohong."
Memang benar, apa untungnya naga surgawi itu berbohong padanya. "Hey Flame apa menurutmu jika aku bertarung dengan dua naga lainnya sekaligus apakah bisa menang?" Naruto penasaran jika nantinya dia bertarung dengan inang dari dua naga surgawi lainnya.
"Kau menanyakan sesuatu yang cukup rumit" Naruto binggung dengan ucapan Flame tersebut. "Tergantung dirimu bisa tidak menguasai kekuatanku dengan penuh, walau tidak penuh sekalipun kurasa untuk mengimbangi dua naga bodoh itu bisa"
"Kau serius, tapi aku cukup ragu karna mereka mempunyai kemampuan yang hebat."
Flame mendengus saat Naruto memuji dua naga surgawi lainnya. "Kau lupa aku juga mempunyai kemampuan yang lebih mengerikan dari pada mereka berdua, dan juga kekuatanku diatas kedua naga bodoh itu"
"Benar juga, kau memiliki kemampuan yang mengerikan"
"Tentu saja bodoh, mana mungkin aku mendapatkan julukan naga surgawi terkuat jika kamampuan dan kekuatanku berada dibawah mereka." Flame cukup tak suka saat Naruto melupakan kemampuanya yang bisa dibilang lebih mengerikan dari pada Ddraig dan Albion itu. "Tapi semua kini tergantung padamu Naruto"
Naruto tak mengerti apa maksudnya itu. "Apa maksudmu?" Tanya Naruto.
"Karna aku sekarang tersegel dalam Sacred Gear, semua itu tergantung pemiliknya. Jika kau lemah, tak akan mampu untuk mengalahkan mereka berdua sekaligus, semua pertarung nantinya tergantung padamu. Aku hanya menyalurkan kekuatanku padamu."
Naruto mengerti sekarang, semua tergantung inang dari Sacred Gear itu sendiri. Meski memiliki kekuatan besar tapi pemiliknya masih lemah tentu akan mempengaruhi pertarungan dan bisa dipastikan kalah, sebaliknya jika pemilik kuat dan memiliki kekuatan besar pula pastinya menang adalah hal mutlak. Terlebih dengan kemampuan milik Flame yang mampu menghilangkan kekuatan lawan itu, pastinya membuat kemenangan lebih mudah.
"Jika begitu kita tinggal lanjutkan latihan lagi kan, aku tak ingin menjadi lemah. Karna aku harus melindungi seseorang yang telah menjadi keluargaku, aku tak ingin kehilangan keluargaku lagi karna kejamnya dunia ini." Ucapnya dengan penuh semangat.
"Itu bagus Naruto, aku juga tak ingin inangku sampai kalah oleh inang dua naga bodoh" Flame juga tak kalah semangatnya, karna memang dia tak ingin sampai inangnya dikalahkan oleh Ddraig atau Albion.
"Hmm" guman Naruto sambil tersenyum. "Baiklah aku akan mulai latihan kita " lanjutnya.
Naruto pun memposisikan untuk shit up, kaki sedikit ditekuk dan kedua lengan berada dibelakang kepala. Mengerakan tubuhnya naik kedepan hingga kepalanya menyentuh lututnya, lalu kembali kebelakang dengan perlahan.
Skip time
Matahari mulai berada di tengah tengah, menunjukan waktu telah siang. Naruto dengan posisi terlentang dan nafasnya yang memburu, peluh telah membasahi seluruh tubuhnya, pakaian yang dia gunakan sedikit lembab karna keringat, tidur terlentang didekat pohon untuk menghindari teriknya matahari.
Kruuuyukkk
Suara perut yang demo berasal dari Naruto, tentu saat ini sudah waktunya makan siang. Terlebih tenaganya telah dia kerahkan untuk latihan, sudah saatnya perut Naruto mendapatkan asupan agar bisa melanjutkan latihan kembali.
"Hahhh~sepertinya aku harus pulang dulu untuk mengisi perut."
Berdiam diri sebentar untuk melepaskan rasa lelahnya dangan berteduh, sambil menikmati semilir angin yang cukup kencang. Rasa sejuk dapat Naruto rasakan saat angin menerpa seluruh tubuhnya, beberapa saat Naruto memutuskan untuk segera pulang mengisi perutnya.
Naruto pun berdiri sambil membersihkan pakaianya yang agak kotor, berjalan ke arah tempat tinggalnya sekarang. Dalam perjalanan Naruto sedang memikirkan sesuatu, dia sedang berpikir cara bertarungnya nanti bagaimana.
Menggunakan tangan kosong atau senjata yang lebih baik menurutnya, tapi jika dipikir dia harus bisa mengusai semuanya. Tangan kosong atau menggunakan senjata, jika menggunakan senjata. Mungkin katana yang menarik perhatianya, sebagai warga jepang pula katana adalah senjata utama dijaman dulu.
Senjata yang digunakan para samurai untuk perang atau bertarung, terlebih katana memiliki bentuk yang sederhana dan juga ringan untuk digunakan.
Jadi sudah diputuskan, Naruto harus mengguasai cara bertarung tangan kosong dan menggunakan senjata, jika nanti dia bertemu dengan lawan yang menggunakan senjata setidaknya bisa menggimbanginya.
"Bagaimana menurutmu Flame?" Naruto mencoba meminta pendapat pada naga surgawi terkuat tersebut.
"Aku setuju dengan pemikiranmu Naruto, sebagai seorang petarung kau harus menguasai seni bela diri dan juga kenjutsu. Karna pasti kau akan menemui lawan dengan kemampuan yang berbeda beda, entah itu tangan kosong atau menggunakan senjata. Dan untuk serangan jarak jauh kurasa kau tak perlu khawatir karena kau bisa menggunakan sihir sebagai serangan jarak jauhmu nanti" ucap Flame yang setuju dengan pemikiran inangnya.
"Baiklah sudah diputuskan, aku akan mempelajari keduanya."
Karena suatu saat jika bertarung, pastinya lawan memiliki kemampuan dan tipe yang bebeda beda. Entah jarak dekat, menengah atau jauh, maka dari itu Flame setuju jika Naruto menguasai setiap tipe serangan.
Naruto terus berjalan dengan langkah pelan, melewati beberapa pohon yang rindang.
.
Skip
.
Naruto saat ini telah berada didepan rumah yang menjadi tempat persembuyian sementara, rumah yang tak terlalu besar. Namun cukup jika menampung 10 orang, mengeser pintu dan melangkahkan kakinya.
"Tadaima." Salam Naruto.
"Okaeri." Teriak wanita dari belakang tempat dapur.
Naruto langsung menuju kedapur untuk memperoleh makanan, dan dia melihat bibinya sedang memasak.
"Oh, Naruto-kun kamu sudah kembali?" Tanya Shuri sambil menengokkan kepala kebelakang.
Mendudukan tubuhnya dikursi sambil menuangkan air dari teko ke gelas. "Yah begitulah bibi." Menenggak air untuk melepaskan dahaganya, karena tadi minuman yang dia bawa telah habis.
"Souka, jika begitu mandilah terlebih dahulu. Agar keringatmu hilang, sekalian menunggu bibi selesai masak."
"Kurasa itu tak perlu bibi, lagi pula nanti aku akan melanjutkan latihanku lagi." Bukanya dia tak ingin mandi, tapi percuma saja menurutnya karena nanti dia akan latian lagi dan mendapatkan keringat lagi.
Shuri mengeleng pelan. "Kamu harus tetap mandi Naruto-kun, lagi pula tak baik jika makan dalam keadaan yang masih bau keringat itu." Shuri memberikan Nasehat pada Naruto. "Dan itu kurang sopan pada yang lainnya."
"Baiklah bibi, tapi aku mau istirahat dulu sebelum mandi." Naruto berdiri dan melangkah menuju kamarnya.
"Jangan terlalu lama istirahatnya, bibi sebentar lagi sudah selesai memasak." Ucap Shuri sambil terus melakukan tugasnya memasak.
Shuri tak dapat mendengar jawaban dari Naruto, mungkin Naruto kelelahan dan telah memasuki kamarnya. Shuri tak menyangka, harus terpisah dari putri kesayanganya itu. Tapi mau bagaimana lagi, ini sudah resiko dari apa yang dia perbuat sendiri.
'Okaa-san harap kamu tetap sehat Akeno-chan, dan tumbuhlah jadi gadis yang baik. Meski tak ada Kaa-san menemanimu sementara waktu ini.'
Batin Shuri berdo'a untuk putri kesayanganya yang jauh darinya saat ini.
.
.
Dimusim panas ini, Naruto tetap menjalani latihan. Meski panas terik matahari yang sangat menyengat tubuh, tapi itu tak membuatnya patah semangat.
Saat ini terlihat Naruto sedang melakukan pull up pada dahan pohon yang tak terlalu tinggi, dahan yang terlihat kuat untuk digunakan pull up Naruto. Terlihat keringat membasahi tubuhnya, saat ini Naruto hanya memakai celana training biru.
Menggangkat tubuhnya keatas kembali. "17 . . . 18 . . . 19 . . . 2-" dia tak mampu lagi untuk melakukan pull up, melepaskan pegangganya pada dahan. Setelah kedua kakinya menyentuh tanah, Naruto langsung merebahkan tubuhnya kebelakang.
Nafasnya yang terengah engah, dadanya naik turun saat mengambil nafas. Panas matahari membuat tubuhnya cepat lelah, tapi mau gimana lagi. Mana mungkin dia bisa mengatur cuaca agar tidak menjadi panas.
Mendudukan tubuhnya, lalu bergeser mendekati pohon untuk bersandar.
"Hahh, belum ada perkembangan sama sekali." Keluhnya pada diri sendiri, karena masih memiliki fisik yang lemah.
"Dasar, kau pikir dengan latihan standard yang kau jalani mana bisa cepat kuat."
Naruto mendengus mendengar celoteh dari Flame. "Dan kau juga harus tau, bahwa aku ini masih dibilang bocah."
"Aku tau itu, tapi bukankah kau ingin cepat menjadi kuat. Agar bisa kembali ke Kuoh."
"Kau benar! Tapi, percuma saja, pasti masih membutuhkan waktu beberapa tahun lagi untuk menjadikan aku kuat atau bahkan lebih untuk menguasai semua kekuatanmu secara penuh."
"Kau sudah tau sendiri, bahwa untuk menjadi kuat butuh waktu yang lama, lalu kenapa kau mengeluh." Celetuknya.
"Itu karena tak ada perkembangan sama sekali dalam latihanku, kau tau sendirikan. Saat aku mencoba mengunakan kekuatanmu dan hasilnya, aku sudah kehabisan banyak tenaga." Keluh Naruto, dia ingat saat mencoba kembali menggunakan kekuatan dari Flame. Dan hasilnya baru mengeluarkan 1 bola api sudah membuat tenaganya hampir habis.
"Itu karena kau belum siap untuk menggunakan kekuatanku, makanya staminamu jadi korbanya."
"Jadi kau menyalahkanku dalam hal ini?" Celetuk Naruto.
"Siapa suruh mencoba kekuatanku dalam kondisimu yang waktu itu kelelahan."
Sepertinya Naruto sudah tak bisa berkata, lagi pula memang waktu itu salahnya. Mencoba kekuatan Flame dengan kondisi yang masih kelelahan.
"Cih, baiklah kau benar." Jawabnya, lalu mengambil air minum yang ada disamping kanannya, membuka tutup dan menenggaknya beberapa kali.
"Ahhh . . . Segar sekali rasanya, panas cuaca membuat minum air saja terasa sangat nikmat." Gumannya, setelah menarasakan segarnya air membasahi kerongkongannya.
"Oi Naruto, sebaiknya kau lanjutkan latihanmu." Titah Flame.
"Tidakkah kau memberiku waktu untuk istirahat Flame," menaruh kembali minuman disampingnya. "Setidaknya biarkan tubuhku ini istirahat sejenak."
"Jangan membuang waktumu, kau pikir menguasai kekuatan dan elementku mudah. Belum lagi, kau harus mengguasai seni bela diri dan kenjutsu yang bisa dipastikan membutuhkan waktu yang lama."
Naruto menghembuskan nafas panjang. "Baiklah, kau selalu menang." Naruto lalu berdiri kembali, dan berlari diteriknya matahari yang begitu menyengat.
"Ini demi kebaikanmu aibo, lagi pula itu juga keingginanmu yang ingin menjadi kuat kan."
"Iya iya."
.
.
.
Dan waktu terus berlalu, dari mulai hari, minggu, bulan dan tahun. Naruto menjalani latihannya dengan giat. Meski ada rasa menggeluh, tapi harus Naruto buang. Karena menggeluh tak akan menjadikanmu kuat, menggeluh hanya akan membuat terhambat, dan menggeluh membuatmu terlihat sangat lemah.
Tak peduli musim panas, musim hujan bahkan musim salju pun, Naruto tetap menjalani latihannya.
Saat ini, dihalaman belakang tempat tinggal Naruto. Sedang terjadi pertarungan atau lebih tepatnya sparing, antara Naruto dengan Baraqiel. Terlihat saat ini keduanya melayang diudara, Baraqiel dengan lima pasang sayap malaikat jatuhnya dan Naruto memakai armor Balance Breakernya.
Sparing ini sering Naruto lakukan beberapa bulan terakhir, guna melihat hasil perkembanganya dalam latihan, mulai dari fisik, gaya bertarung dan strategi.
Keduanya masih melayang diudara, Baraqiel terlihat cukup kacau, karena pakaianya banyak yang gosong setelah menerima beberapa serangan api dari Naruto. Dan Naruto sendiri sedang mengatur nafasnya, terlihat saat dadanya yang naik turun.
"Kurasa sudah cukup untuk tahap ini Naruto," Ujar Baraqiel yang melihat stamina Naruto mulai berkurang. "Kita istirahat sebentar, lalu lanjutkan tahap kemampuan kenjutsumu." Dengan perlahan Baraqiel turun kebawah.
"Sepertinya begitu paman." Naruto pun ikut turun kebawah.
[Reset]
Armor Balance Breaker Naruto telah hilang dan menampilkan wajahnya yang banyak sekali keringat. Mereka berjalan ketempat Shuri dan Arata berada yang menjadi penonton. Arata Himejima, bayi berusia 2 setengah tahun itu terlihat sangat senang melihat sparing tadi, dia terus berceloh lucu saat Naruto dan Baraqiel saling menyerang.
Arata lahir setelah 1 tahun mereka tinggal disini, meski agak jauh dari rumah sakit saat proses persalinan. Penampilanannya seperti Akeno kecil, memiliki mata violet, rambut biru gelap namun memiliki warna kulit seperti ayahnya.
"Nii-tan." Arata berceloteh senang saat mereka menghampirinya.
Meski sudah berumur 2 setengah tahun, tapi Arata belum bisa bicara dengan lancar, walau sudah bisa berjalan dengan sendiri.
"Apa kamu senang melihat tadi sayang." Tanya Shuri pada Arata yang ada dipanggkuannya, dan dijawab dengan tawa khas anak bayi.
Arata merentangkan kedua tanganya, meminta untuk digendong. "Sini nak, Tou-chan gendong." Baraqiel langsung mengendong Arata dan menggangkatnya tinggi, membuat Arata tertawa senang diperlakukan seperti itu oleh ayahnya. Shuri tersenyum senang melihat putranya tertawa seperti itu.
Naruto mengistirahatkan tubuhnya disamping kanan Shuri yang telah menuangian air minum untuk mereka. Naruto menghembuskan nafas lelahnya, setelah meminum air.
"Apakah ada kabar dari Tou-san bibi?" Tanya Naruto pada Shuri pandangannya lurus kedepan, sudah 3 tahun lebih dan ayahnya belum memberi kabar tentang Akeno sama sekali.
"Belum Naruto-kun," jawabnya sambil mengeleng pelan. "Apa kamu merindukan Akeno-chan?"
Naruto hanya menggangukan kepalanya saja untuk menjawab pertanyaan tersebut. Shuri tersenyum tipis melihat anggukan kepala Naruto. "Kita semua merindukan Akeno-chan, Naruto-kun. Dan Akeno-chan pasti disana juga merindukanmu." Wajah Naruto bersemu merah mendengar itu.
"Fufufu, wajahmu terlihat lucu saat memerah Naruto-kun." Seperti biasa Shuri bisa mengoda Naruto dengan mengaitkan Akeno.
"Bibi berhentilah menggodaku."
"Fufufu, apa kamu tak senang jika Akeno-chan merindukanmu." Tanya Shuri dengan tawa khasnya.
Naruto menundukkan kepala, wajahnya bersemu merah seperti anak gadis yang lagi kasmaran.
"Kaaa-tann." Panggil Arata yang saat ini ikut terbang digendongan ayahnya, dengan ketinggian 3 meter diatas tanah.
"Sudah sore saat mandi Arata-kun." Arata langsung cemberut mendengar kata ibunya itu, dia menggadahkan kepala keatas bertemu wajah ayahnya. Seolah minta pertolongan dari ayahnya agar bisa bermain lebih lama.
Baraqiel tersenyum tipis. "Besok kita bermain lagi Arata, sekarang mandi ya." Arata merasa belum puas terbang bersama ayahnya. Baraqiel lalu terbang dengan pelan menuju Shuri.
"Fufufu, besok Arata bisa bermain sepuasnya bersama Tou-chan, sekarang ayo mandi." Shuri mengambil Arata yang berada digendongan Baraqiel, terlihat wajahnya yang masih cemberut membuat Shuri mencium pipi Arata dengan gemas. "Fufufu, jika kamu cemberut terus, itu membuat Kaa-chan gemas menciumnya sayang."
"Dan untuk kalian berdua," ucap Shuri pada Naruto dan Baraqiel. "Cepat selesaikan sparing kalian, karna aku tak mau melihat ada yang terlambat lagi saat makan malam. Dan jika kalian terlambat . . . "
"Bersiaplah menerima hukuman dari langit dan juga tak ada jatah makan malam." Dengan tersenyum manis Shuri mengancam mereka berdua, tapi itu terlihat bukan senyum yang manis bagi Naruto dan Baraqiel. Mereka seperti melihat senyum Shinigami yang mengincar nyawa mereka, dan ditambah dengan hukuman dari langit itu, membuat mereka semakin merinding ketakutan.
"Siap Shuri-sama!" Keduanya hormat dengan tegas dan terlihat sangat kompak, Arata tertawa lucu saat melihat ayah dan Naruto sangat kompak seperti itu.
Shuri tersenyum simpul, lalu membalikkan tubuhnya dan memasuki rumah. Mereka berdua mengambil nafas lega, dan sepertinya mereka harus cepat memulai sparing mereka agar tak mendapatkan hukuman.
"Sebaiknya kita cepat mulai saja Naruto."
"Hahaha, kurasa paman benar."
.
.
.
Saat ini Naruto berada ditempat biasa dia gunakan untuk latihan, kini Naruto sudah terlihat mulai tumbuh, dengan tinggi badan lebih dari 1 setengah meter, tubuhnya juga mulai berisi. Naruto saat ini sedang melakukan serangkaian gerakan atau serangan dengan katana.
Melakukan tebasan menyilang, lalu horizontal dari kiri kekanan, melakukan lagi dari atas kebawah sambil memutarkan tubuhnya dan dia akhiri dengan tebasan berputar sebanyak dua kali.
Memutar katana yang dia pengang, lalu dengan pelan menyarungkan katananya pada sarung katana yang ada dipinggang kiri.
"Jadi bagaimana menurutmu?" Tanya Naruto entah pada siapa.
"Masih kurang cepat lagi." Ternyata Naruto sedang meminta pendapat dari Flame.
Menghela nafas panjang. "Sepertinya aku harus meningkatkan latihan fisik lebih keras lagi." Ternyata latihan fisik yang dia jalani selama beberapa tahun ini, belum membuat dirinya melewati batas fisik manusia.
Melewati batas fisik manusia yang berarti, membuat fisik setara dengan fisik makhluk supranatural. Naruto harus melakukan hal tersebut, agar bisa ikut perannya dalam dunia suprantural. Selain itu, kemampuan Flame yang mampu menghilangkan kekuatan lawan, memiliki bayaran stamina pengguna.
Menguras sedikit stamina saat menggunakan kemampuan tersebut, karena itulah Naruto harus memiliki fisik yang kuat.
"Ya begitulah Naruto, lagi pula 150 kg itu masih terbilang ringan."
Naruto menggorek telinganya dengan jari kelingking. "Apa aku tidak salah dengar Flame, 150 masih kau anggap ringgan, kegilaan apalagi yang akan kau berikan padaku." Naruto sungguh tak percaya dengan omongan Naga dua warna itu, 150 ringan dia bilang, lalu yang berat itu berapa.
"Tentu saja kau tidak salah dengar, memang kenyataanya 150 itu masih ringan memurutku." Yah bagi seekor Naga 150 masih ringan atau mungkin sangat ringan sekali.
"Sialan kau, tentu saja itu ringan bagimu tapi tidak untukku." Rutuk Naruto dengan kesal, apakah Flame itu tak tau perbandinagan tubuh dan kekuatannya.
.
.
Sementara itu, tak jauh dari tempat Naruto berada, ada dua remaja dengan ransel yang besar dipunggung mereka. Kedua remaja itu memakai celana jeans hitam panjang dan jaket biru gelap, satu lagi memakai jaket berwarna hitam. Dan keduanya sedang berjalan kearah tempat Naruto berada.
"Apa kau yakin akan tinggal disini Sasuke-kun?" Tanya remaja yang memiliki rambut campuran hitam dan putih itu pada rekannya.
"Hn, aku yakin dengan keputusanku Haise," balas pemuda berambut hitam. "Aku bisa merasakan dunia luar dengan bebas, lagi pula kita tak akan terus tinggal dihutan juga Haise."
"Maksudku bukan itu, apa kau yakin bisa tinggal dihutan, sementara ini adalah pertama kali untukmu melihat hutan. Kita tak tau bahaya apa nanti yang akan datang dan apakah kita bisa mengatasinya." Jelas Haise, atau bisa dikenal sebagai Hiase Sasaki.
Sasuke terdiam mendengar penjelasan temannya itu, sebelum menghela nafas pelan. "Aku tak terlalu memikirkan bahaya yang akan datang Haise, menurutku itu sebuah tantang," dia berhenti berjalan dan membuat Haise pun ikut berhenti. "Lagi pula, aku lebih memilih mendapatkan bahaya dari pada harus mendekam di rumah lebih lama lagi."
Haise tau bagaimana perasaan Sasuke yang terus terkurung dimainson, tidak boleh keluar dari mainson apapun alasannya, bahkan sekolah pun tidak boleh dan orang tua Sasuke mendatangkan guru terbaik secara langsung untuk mengajari Sasuke dirumah.
Terkurung dimainson meski semua fasilitas terpenuhi, tentu belum bisa membuat Sasuke merasa bahagia dan bebas, terlebih sekarang mereka berumur 16 tahun. Dimana masa pubersitas remaja dan rasa ingin mengetahui sesuatu lebih jauh, dan juga Sasuke ingin manjadi seperti remaja lainnya yang tak terkurung dalam mainson.
"Jika itu keinginanmu, aku akan menemanimu Sasuke-kun."
Sasuke tersenyum tipis mendengar jawaban temannya itu. "Hn, arigatou Haise." Melanggkahkan kakinya kembali kedepan dan diikuti Haise disamping kirinya.
"Kalian tak perlu khawatir soal keselamatan dari bahaya nanti." Suara menyapa indra pendengaran mereka, suara itu berasal dari armband berwarna hitam milik Sasuke yang tiba tiba muncul.
"Kuroura!" Sepertinya mereka melupakan sesuatu, yah sesuatu itu adalah dua mahluk yang mendiami tubuh mereka. Yang telah membantu lolos dari kejaran bodyguard milik ayah Sasuke, dengan memberikan sedikit kekuatan dari mereka saja.
"Untuk keselamatan kalian, akan kuberi kekuatan kami saat kalian membutuhkannya, bukan begitu Kazura!"
"Tentu, kalian adalah inang kami, jika kalian terbunuh, maka kami harus menunggu waktu yang lama untuk mendapatkan inang baru." Kali ini berasal dari armband milik Haise yang berwarna perak.
"Jadi, kita harus kemana sekarang?" Tanya Sasuke pada dua makhluk yang mendiami tubuh mereka.
"Kita akan masuk lebih dalam kehutan, untuk mencari tempat yang cocok untuk melatih kalian." Selain menjadi tempat persembunyian Sasuke sementara dari pencarian ayahnya, hutan juga menjadi tempat mereka berlatih nantinya.
"Baiklah, ayo Haise!" Ajak Sasuke, mereka terus berjalan kedepan. Namun baru 10 meteran, Kuroura merasakan energi yang kuat didepan sana, bukan cuma Kuroura tapi Kazura pun merasakannya juga.
"Sasuke, Haise, didepan sana aku merasakan aura yang kuat!" Kuroura memberitahu apa yang dia rasakan.
Mereka berdua berhenti. "Apa mungkin itu adalah aura dari saudara kalian ?" Tanya Haise dengan penasaran.
"Bukan Haise, ini bukan aura dari saudara kami. Jika itu memang dari aura salah satu dari kami, pastinya kami menggenalinya." Kazura memberitahu pada inangnya bahwa didepan saja bukan aura salah satu dari mereka.
"Aura ini jauh lebih kuat daripada milik saudara kita, jika dibandingkan dengan aura Byakko-sama hampir sepadan." Kali ini Kuroura menggutarakan opininya.
"Lalu, apa yang harus kita lakukan?" Jika auranya hampir sepadan dengan dewa penjaga arah mata angin, bisa dipastikan bahwa ini bukan level mereka, jika terjadi pertarungan. Terlebih, mereka belum menguasai dengan sempurna kekuatan dari Kuroura dan Kazura.
"Kita lihat terlebih dahulu Haise! Lagi pula kita tak ada niat buruk sama sekali, terlebih arah dalam hutan berada disana."
"Kurasa apa yang dikatakan Sasuke benar, kita cek terlebih dahulu, namun jika terjadi pertarungan, aku sarankan untuk lari saja, karena kalian belum memiliki penggalaman sama sekali dalam bertarung!" Ucap Kuroura dengan serius, karena jika sampai terjadi pertarungan, pasti mereka bisa dikatakan akan kalah telah, mulai dari segi kekuatan dan penggalaman.
"Tentu!" Jawab mereka dengan serentak.
.
.
Kembali ketempat Naruto berada, saat ini Naruto sedang menebas pohon yang dia jadikan samsak, bukan hanya sekedar tebas saja yang Naruto lakukan, tapi sambil bergerak dengan cepat. Menggangap bahwa pohon itu benar benar musuh yang nyata, entah berapa tebasan yang Naruto lakukan. Sudah tak terhitung lagi jumlahnya, banyak sayatan pada pohon berukuran sedang itu. Pohon yang masih rindang itu harus menjadi samsak Naruto dalam mengguasai kenjutsunya.
Merasa puas melihat hasil tebasanya, Naruto pun menyudahi latihannya. Lagi pula dia ingin menyambut dua aura yang bisa dibilang cukup kuat sedang berjalan kearahnya, jika dua aura itu adalah mata mata. Pastinya harus dia tangkap dan mungkin menghapus ingatan mereka agar tak tau tentang dirinya.
Karena tempat ini sangat jarang dikunjungi olah makhluk supranatural atau mungkin tidak pernah sama sekali, namun dia tidak bisa langsung menyimpulkan bahwa dua aura itu mata-mata. Bisa jadi dua aura tersebut tersesat atau mungkin, entahlah dia tak ingin terlalu memikirkannya dengan serius.
.
Sementara diantara semak semak samping kiri Naruto yang agak jauh, Sasuke dan Hiase telah melihat pemilik aura kuat yang dikatakan Kuroura. Remaja yang terlihat seumuran dengan mereka, sedang istirahat bersandar pada pohon yang memiliki bekas sayatan yang banyak.
"Pemuda itu seumuran dengan kita!" Ucap Haise dengan ambigu. "Jadi! Apa aura itu berasal dari pemuda yang disana Kazura?"
"Ya, kau benar Haise. Dan disini aku bisa mencium aroma Naga dalam tubuh pemuda itu."
"Apa dia memiliki Sacred Gear sama seperti kita!" Dengan penasaran Haise bertanya.
"Sepertinya begitu Haise, jika tebakanku benar. Dia inang dari salah 1 Naga Surgawi!"
"Naga Surgawi?" Ucap keduanya dengan penuh tanda tanya.
"Hahh, akan kuceritakan nanti. Tapi yang membuatku binggung! Bagaimana mungkin sekelas Naga Surgawi bisa tersegel dalam Sacred Gear seperti kita Kazura?"
"Entahlah, aku juga tak tau. Mungkin itu adalah hukuman dari Kami-sama untuk mereka! Kau tau sendiri kan bagaimana sifat dari para Naga."
"Sifat para Naga?" Tanya keduanya lagi sambil saling memandang dengan polos, bagaimana pun mereka tak mengetahui soal dunia Supranatural dengan luas.
"Kebanyakan Naga menjunjung tinggi kebanggaan dan kekuatannya, membuat mereka terlihat sombong karena kekuatan mereka yang dianggap paling superior. Soalah-olah mereka eksistenti yang terkuat!"
"Bahkan ada pula yang dengan berani menantang Kami-sama!"
"Begitukah!" Suara yang terdengar polos disamping kanan, membuat mereka terlonjat kaget, sampai Sasuke terjengkang kebelakang.
Mereka terkejut karena Naruto telah berada didisini, terutama Kuroura dan Kazura yang tak mendeteksi keberadaan Naruto didekat mereka. Terlebih jarak mereka ada 10 meter lebih, dan tak terdeteksi pergerakkan sedikitpun.
"Ba-bagaimana kau ada disini!" Ucap Sasuke yang telah bangun dari terjengkangnya.
"Berjalan!" Ucapnya kembali dengan nada polos, masih diposisi yang sama, kaki menyilang dan menggunakan tangan kanan untuk menopang dagu, seolah-olah sedang menikmati percakapan dari mereka.
"Itu tidak mungkin! Jika kau hanya berjalan kesini tanpa terdeteksi oleh kami!" Sangah Kuroura yang tak percaya akan ucapan Naruto.
"Memang kenyataannya aku berjalan kesini!" Balas Naruto, 'dengan menggunakan kemampuan Flame yang mampu memperlambat waktu!' Sambungnya dalam hati.
Kemampuan lain Flame yang menjadikannya Naga Surgawi terkuat, memperlambat waktu. Saat waktu melambat, hanya penguna saja yang tak terpengaruhi dan membuat pengguna akan terlihat bergerak dengan cepat atau bahkan tak terlihat. Dan dalam kasus ini, Naruto yang sudah tau bahwa dia di intip, menggunakan kempuan Flame untuk mengejutkan para pengintip.
Namun dalam kondisi tanpa menggunakan Balance Breaker menguras stamina Naruto, meski tak banyak menguras stamina saat tidak menggunakan Balance Breaker.
"Aku tak percaya, katakan siapa kau sebenarnya? Tidak mungkin ada manusia yang bisa bergerak sangat cepat melebihi kecepatan cahaya, terlebih jarak antara tempatmu berada tadi lebih dari 10 meter, jika pun kau berjalan pastinya kami bisa mendeteksi keberadaanmu yang mulai bergerak!"
"Oi, Oi kau bertanya seperti detektif saja! Dan yang seharusnya bertanya siapa kau? Itu aku karena kalian telah mengintipku!" Dengan protektif Naruto memeluk tubuhnya sendiri.
Semua sweatdrop mendengar ucapan Naruto tentang mengintip, namun Sasuke yang mulai sadar dari sweatdropnya, berdecak kesal. Bagamanapun kata itu menggangap mereka mesum.
"Huh! Untuk apa kami mengintipmu bodoh!"
Alis Naruto berkedut mendengar itu, siapapun yang dipanggil bodoh pasti tak terima. "Nanda to temeyaro!" Dengan tajam Naruto menatap Sasuke.
"Apa kau tuli, untuk apa kami mengintipmu! Tak ada manfaatnya sama sekali, jika kau perempuan sekalipun, aku juga tak akan mau mengintipmu!"
Naruto berdiri dari duduknya. "Sialan kau, sini akan kujadikan samsak wajah datarmu itu!"
"Sasuke-kun, kau tak boleh bicara begitu! Bagamanapun ini juga salah kita yang memang mengintipnya!" Tutur Haise, menggingat itu memang salah mereka yang memang hanya ingin mengecek saja.
"Naruto tenanglah! Biarkan aku yang bicara."
"Bagaimana aku bisa tenang jika terus melihat wajah datarnya itu!"
"Hahh sudahlah tak akan ada habisnya jika terus kau lanjutkan Naruto! Yang lebih penting, ada apa kalian kemari Kuroura,Kazura!"
Naruto diam tanpa mengoceh kembali, Flame tau mahkluk yang ada didalam tubuh kedua remaja itu. Bisa jadi kenalan lamanya, atau mungkin sahabat karib Flame dulu.
"Flame! Bagaimana bisa kau tersegel dalam Sacred Gear?" Kuroura terkejut saat mendengar suara itu, yah dia kenal suara tersebut. Sangat mengenalinya malahan, bukan cuma dia yang kenal suara itu saudaranya juga kenal dengan Flame.
"Jangan pikirkan hal tersebut terlebih dahulu, ada apa kalian kesini?"
"Baiklah! Tapi kuharap kau mencerikannya pada kami! Tujuan kami kesini adalah untuk melatih mereka."
"Begitu ya! Mungkin kita bisa berlatih bersama, kebetulan inangku ini juga sedang melatih dirinya untuk andil dalam dunia supranatural."
"Kurasa itu ide yang bagus!"
Kuroura sangat setuju dengan saran yang diberikan Flame pada mereka, tentu itu bisa mempermudah latihan yang akan dijalani nanti. Karena ada Naruto yang telah menjalani latihannya terlebih dahulu dan bisa memberikan masukan dalam latihan nanti.
"Oyy Flame jangan seenaknya memutuskan!" Ucap Naruto yang tak setuju dengan ide dari patnernya itu.
"Dasar bodoh! Kau pikir aku memutuskan ini tanpa alasan yang jelas ha!"
"Alasan? Kuharap alasanmu itu baik untukku!"
"Dengar ya, selama ini kau hanya sparing dengan Baraqiel, hal tersebut tak akan membuatmu berkembang! Karena kau sudah tau seluk beluk semua tentang kekuatannya-"
"Lalu apa hubungannya dengan latihan bersama mereka." Potong Naruto terlebih dahulu, menurutnya meski sudah tau tentang serangan dari pamannya itu tetap tak memungkiri bahwa jika terus sparing kemampuannya meningkat.
"Jangan potong ucapanku bakkayaro!" Naruto hanya nyengir tanpa dosa. "Dengan adanya mereka nanti bisa menjadi lawan sparingmu, untuk melihat sejauh mana hasil latihan yang kau jalani sampai saat ini."
"Hanya itu, kau tau Flame aku bisa mengalahkan mereka dengan mudah jika kau mau!" Dengan sombongnya dia berucap.
"Jangan sombong dasar bocah!" Dengan geram Flame memperingati inangnya itu, dia tidak suka dengan kesombongan. "Jangan berpikir bahwa kau sudah menjalani latihan selama bertahun tahun menjadikanmu kuat melebihi siapapun, hingga kau bisa sombong seperti ini. Ingatlah dirimu dulu, kau memulainya dari nol hingga sekarang mampu menggusai semua kekuatanku! Ingatlah aibo diatas langit masih ada langit! Yang berarti jangan kau bangga hanya dengan kekuatanmu saat ini, bisa sombong dengan yang lebih lemah darimu!"
Ceramah panjang Flame membuat Naruto terdiam, terlebih dengan nada tak suka yang digunakan Flame membuat Naruto tak berani membantahnya sama sekali. Flame tak pernah menggunakan nada yang seperti itu selama bersamanya, yang berarti menandakan ketidaksukaan Flame akan apa yang dia katakan tadi.
Menundukkan kepalanya, menyesali perkataanya yang terlontar tadi. "Maaf Flame! Kau benar, masih ada yang lebih kuat dariku. Terima kasih! Sudah menggingatkanku, kau bukan cuma pelindungku, namun juga teman yang akan memberiku nasehat jika aku salah jalan seperti tadi!"
Dia sadar, bahwa tadi hampir jatuh kedalam jurang kesombongan. Beruntung Flame langsung menegurnya untuk tidak jatuh kedalam jurang, dia merasa beruntung memiliki rekan seperti Flame.
"Sudah menjadi tugasku untuk selalu menginggatkanmu Aibo, aku tak ingin inangku salah jalan."
Mereka berempat hanya mendengarkan dalam diam, Sasuke dan Haise tak terlalu memikirkan pembicraan mereka. Meski tadi Sasuke sempat tidak terima dengan ucapan Naruto yang meremehkan mereka.
"Sifatmu tak pernah berubah heh Flame!" Kuroura mulai angkat bicara.
"Selalu tak menyukai kesombongan." Timpal Kazura.
"Mau bagaimana lagi itu sudah menjadi sifatku!"
"Huh! Jadi kalian akan tinggal dimana?" Tanya Naruto pada mereka, dia memutuskan untuk menerima saran dari Flame.
"Kami akan tinggal dihutan ini!" Dengan kalem Haise menjawab.
"Hah! Apa kalian yakin? Dihutan ini banyak tamanaman beracunya! Jika kalian sampai memakannya, maka kalian akan demam selama seminggu!"
"Ada baiknya kalian tinggal bersama kami!"
"Oy Flame lagi-lagi kau memutuskan seenak pusarmu!" Protes Naruto yang sangat menolak keras usulan itu.
"Aku tidak punya pusar dasar bodoh! Jika mereka tinggal bersamamu akan membuat suasana lebih baik, setidaknya kau harus berinteraksi juga dengan remaja seumuranmu Naruto. Jangan cuma latihan saja yang kau pikirkan, menjadi kuat itu boleh, namun jangan lupa bahwa kau butuh orang lain suatu saat nanti!"
Mengaruk kepalanya yang tak gatal. "Hah! Aku tak terlalu mengerti maksudmu!"
"Intinya teman itu penting, kau mengertikan?" Jelas Flame dengan singkat.
"Yah kalo itu aku mengerti!" Dia hanya mengangguk kepalanya.
"Huh, sebaiknya kita kembali Naruto, ini sudah hampir senja."
"Yah kau benar!"
Matahari sebentar lagi akan tenggelam, menandakan waktu akan berganti. Naruto harus segera pulang agar tak mendapatkan ceramah dari bibinya.
Baru saja Naruto melangkah dia teringat sesuatu. "Tunggu sebentar! Bagaimana aku menjelaskannya pada paman dan bibi, kalo ada tamu yang menginap?" Bagaimanapun harus ada persetujuan dari paman dan bibinya itu, karena mereka lah yang bertanggung jawab atas dirinya.
"Kalo soal itu, serahkan saja padaku!"
"Baiklah! Kuserahkan semuanya padamu!" Dia hanya pasrah saja, apa yang akan dilakukan oleh Patnernya itu. Naruto pun berjalan menjauh atau lebih tepatnya berjalan pulang.
"Ayo! Kita ikuti mereka Sasuke."
"Apa mereka bisa dipercaya Kuroura?" Tanya Sasuke sambil menggikuti Naruto dari belakang dengan jarak agak jauh.
"Tenang saja, mereka bisa dipercaya! Terlebih Flame, kami sangat percaya padanya!"
"Itu berlaku untukmu, bukan untukku!"
"Hah! Apa kau tak lihat Sasuke, Flame menghentikan inangnya itu untuk menyerangmu! Itu sudah cukup membuktikan bahwa mereka bisa dipercaya, terlebih dengan adanya kami."
"Apa ada yang kau khawatirkan Sasuke-kun?" Tanya Haise yang berada disamping kiri Sasuke, dia melihat Sasuke yang belum percaya sepenuhnya dengan Naruto.
"Tak ada Hiase!" Jawabnya dengan tenang, sambil menatap punggung Naruto.
"Begitukah!" Ucapnya dengan pelan, dia tau bahwa Sasuke tidak mudah percaya pada orang asing meski orang itu terlihat baik sekalipun.
.
Saat ini mereka telah sampai dikediaman Naruto tinggal, rumah khas jepang yang terlihat sederhana, tak ada cat pada rumah tersebut.
"Tadaima!" Ucap Naruto membuka pintu, sementara Sasuke dan Hiase masih berada diluar.
"Niii-tann!" Teriak Arata mengema sampai luar, hingga Sasuke dan Hiase bisa mendengarnya.
Arata berjalan dengan tergesa-gesa dari ruang tengah, membuatnya jatuh tersungkur kedepan.
"Huwaaa, cakiitt! Hiks hiks hiks!" Pecah sudah tangis Arata, membuat Shuri langsung menghampirinya. Naruto pun langsung berjalan menuju Arata, karena dia waktu akan menangkapnya tapi tak menjangkaunya.
Mendudukkan Arata dari telungkapnya. "Sshhh! Cup! Cup! Cup!"
Dari belakang Arata ada Shuri. "Sshh! Anak Kaa-chan jangan nangis ya!" Shuri mendudukkan tubuhnya, lalu mengusap lutut putranya. "Sakitnya sebentar lagi akan hilang jika sudah diusap Kaa-chan!"
"Hiks! Hiks! Hiks!" Arata masih tetap menangis sambil merentangkan kedua tangan, meminta gendong ibunya.
"Cup! Cup! Cup!" Shuri mengendong putranya dengan pelan, sambil mengusap lembut punggungnya.
"Bibi ada yang akan menginap disini, apa boleh?" Tanya Naruto secara langsung.
"Boleh saja! Apa temanmu yang akan menginap nanti?"
Naruto terdiam mendengar pertanyaan itu, apakah mereka itu temannya. Tidak! Dia tak mengenal mereka dan mereka juga tak mengenal dirinya, lalu harus dia jawab apa? Berbohong bukanlah sifatnya.
"Y-ya!" Dengan agak ragu dia menjawab.
Shuri tersenyum simpul sambil terus mengusap punggung putranya. "Jika begitu baguslah, dan dimana mereka?" Dia tak melihat teman dari Naruto, mungkin masih diluar.
"Mereka ada diluar bibi."
"Kita temui mereka kalo begitu!"
Mereka berjalan keluar untuk menemui Sasuke dan Haise, Shuri melihat dua remaja yang seumuran dengan Naruto, memiliki rambut yang berbeda, wajah yang berbeda pula, namun membawa ransel yang sama besarnya dipunggung mereka.
"Jadi kalian ya teman dari Naruto-kun?" Tanya Shuri pada remaja yang beberapa meter didepannya.
"Hai! Perkenalkan saya Haise Sasaki!" Dengan sedikit menundukkan kepalanya Haise memperkenalkan dirinya.
Lalu pandangan Shuri beralih pada Sasuke yang masih berdiam diri. Merasa jika diperhatikan terus, Sasuke merasa cangung sendiri.
Menghela nafas pelan. "Sasuke Uchiha domo!" Sasuke berucap dengan pelan.
"Sasuke-kun dan Haise-kun ya, Shuri Himejima bibi Naruto-kun, dan ini putraku Arata!" Ucap Shuri yang masih mengusap lembut putranya. "Bibi senang jika Naruto-kun memiliki teman seperti kalian, dia selalu saja memikirkan latihan saja, seolah yang lain itu tak penting! Meski sudah kubilang beberapa kali masih saja tetap tak mau untuk mencari teman, namun sekarang, bibi senang karena Naruto-kun punya teman, karena teman itu sangatlah penting!"
Ucap Shuri dengan panjangnya membuat Naruto sweatdrop ditempat, bibinya hanya bicara dengan panjang saat menceramahinya saja.
"Bibi sudah jangan diteruskan, lebih baik kita masuk kedalam saja!"
"Kamu benar Naruto-kun! Nah ayo masuk, anggaplah rumah sendiri ya!"
Sasuke terdiam setelah mendengar ucapan Shuri itu, 'Teman'. Dia hanya memiliki satu teman, yaitu Haise. Hanya Haise yang menjadi temannya, karena kekangan orang tuanya membuat dia tak boleh keluar. Sehingga dia tak bisa berteman dengan anak lain, berbeda dengan Haise yang dirawat oleh keluarganya.
Karena orang tua Haise dulu bekerja pada keluarganya, dan saat Haise ditinggal orang tuanya meninggal. Ibunya memutuskan untuk merawat Haise dan menjadi temannya, meski ucapan Shuri tak ada benarnya bahwa mereka berteman. Namun, entah mengapa Sasuke cukup merasa senang mendengarnya.
Mengela nafas pelan setelah melihat bibinya telah masuk kedalam rumah. "Baiklah, karena aku belum memperkenalkan diriku pada kalian. Maka, namaku Naruto Namikaze, hm! Kurasa hanya itu saja!"
"Yah, senang berkenalan dengamu Naruto-kun!" Balas Haise dengan senang.
.
.
8 bulan, Sasuke dan Haise tinggal bersama Naruto. Selama 8 bulan ini, banyak perubahan terjadi. Mulai dari sifat Sasuke yang bisa mempercayai Naruto, meski Sasuke masih tetap tak banyak bicara.
Namun perubahan sikap dan interaksi sangatlah drastis, saat pertama dulu Sasuke masih banyak cangungnya, kecuali jika dia diejek oleh Naruto. Tak ada rasa cangung sama sekali, Sasuke akan langsung membalas ejekan dari Naruto, hingga akhirnya berakhir saling mengejek terus menerus.
Namun tak ada main kekerasan, hanya saling menjelekkan satu sama lain, tapi jika ejekan yang dilontarkan terlalu dalam. Maka akan berakhir melempar serangan, seperti saat ini.
Naruto melontarkan ejekan pada Sasuke dengan menyebutnya kepala ungas, Sasuke yang tak terima langsung memberikan serangan petir hitam miliknya. Sambil mengucap sumpah serapah yang tak terhitung jumlahnya.
Naruto menghindari serangan petir Sasuke yang tercipta dari ketiadaan, inilah perbedaan Sacred Gear milik Sasuke dan Naruto dengan yang lain. Mampu mengeluarkan element mereka tanpa menggunakan lingkaran sihir, meski dalam jumlah yang besar.
"Kesini kau kepala kuning!" Teriak Sasuke dengan penuh kekesalan.
Menciptakan lagi ribuan tombak petir dilangit, sehingga membuat cuaca yang tadinya cerah menjadi mendung.
"Wow!" Ungkap rasa kagum Naruto pada hasil karya Sasuke. "Tapi itu masih belum cukup kepala ungas hehehe!"
Dengan cepat ribuan tombak petir hitam itu meluncur kearah Naruto, meluncur dari atas kebawah seolah tertarik gravitasi membuatnya bergerak lebih cepat. Naruto merentangkan tangan kanannya yang terselimuti gauntlet miliknya keatas.
[Burn] [Burn] [Burn] [Burn] [Burn] [Burn]
Tombak petir yang mulai mendekatinya hilang tanpa tersisa, semua serangan yang mendekatinya dalam radius 50 meter akan menghilang saat dia mengaktifkan kemampuan milik Flame.
Beberapa saat serangan petir mulai berhenti, begitu pula suara mekanik gauntlet ditangan Naruto ikut berhenti. "Apa hanya segini saja?" Jarak antara keduanya cukup jauh, namun Sasuke masih bisa mendengarnya. "Keluarkan semua yang telah kau pelajari selama ini kepala ungas!" Teriaknya sekeras mungkin.
Sasuke mengepalkan kedua tangannya dengan erat, aura hitam menyelimutinya. Tak hanya itu percikan petir hitam disekitar tubuh Sasuke, semakin banyak. Menandakan bahwa Sasuke saat ini benar kesal dengan Naruto.
"Sialan kau kepala duren! Kali ini kupastikan kau merasakan petir hitamku." Dengan luapan kekesalan yang tinggi dia berteriak. "Kuroura!"
"Wakatta!" Tanpa diberitahu Kuroura sudah tau keinginan Sasuke.
[Lightning] [Lightning] [Lightning] [Lightning] [Lightning] [Lightning] [Lightning] [Lightning]
[Lightning Move]
Dalam sekejap Sasuke menghilang meninggalkan percikan petir hitamnya, membuat Naruto mengedarkan padanganya kesegala penjuru. Namun instingnya berteriak bahaya diatasnya, melompat kebelakang dengan cepat untuk menghindari serangan.
Pukulan Sasuke yang meleset harus menghantam tanah, namun dia dengan cepat melaju kearah Naruto, dalam sekejap dia telah berada didepan Naruto dan langsung memberikan beberapa pukulan dengan cepat.
Naruto dengan tenang menangkis pukulan yang dilancarkan oleh Sasuke, dari kiri dan kanan. Sasuke terus menyerangnya dari sisi itu, lalu Sasuke mengayunkan kaki kanannya menyerang tulang rusuk Naruto.
Menangkapnya dengan kedua tangan, dengan cepat bergerak membelakangi Sasuke, lalu menundukkan tubuhnya dengan tangan kanan masih memegang kaki Sasuke yang dia tangkap tadi. Dengan satu langkah kebelakang Naruto melewati Sasuke, dengan lewat bawah sambil menarik kaki yang dipegangnya, membuat Sasuke keheranan dan melongo dibuatnya akan tingkah Naruto.
Merapatkan kedua kaki Sasuke yang ada digenggamananya, seringai iblis tercipta dibibir Naruto. "Nikmati ini kepala ungas!" Dengan kuat dia menariknya keatas, membuat Sasuke terbalik.
"Uuwoohh!"
Kaki diatas dan kepala dibawah yang akan menghantam tanah, namun reflek yang dimiliki sudah lumayan terasah. Dengan cekatan Sasuke menyangga menggunakan kedua tangannya, namun belum sempat dia mengubah posisinya. Sebuah tendangan mengenai tepat perutnya dan membuatnya terlempar dengan punggung menghantam tanah.
"Ahahahaha, ya ampun! Hahaha!" Naruto tak bisa menahan tawanya melihat itu.
Tak jauh dari tempat Naruto, Haise sedang duduk dibawah pohon. Menikmati semilir angin, dia hanya geleng kepala melihat itu. Sudah hal yang biasa terjadi jika Naruto mengejek Sasuke begitu pun sebaliknya.
Bukannya dia tak ingin melerai keduanya, tapi percuma saja jika dipisahkan, karena pasti kembali lagi saling mengejek, dan berakhir saling lempar sihir.
"Sialan si kepala duren itu! Selalu saja membuatku kesal karenanya!" Sasuke bermonolog sendiri.
Naruto menghentikan tawanya, dia melihat Sasuke telah berdiri dan menghadapnya dengan tatapan tajam. "Hooo, kau membuatku takut kepala ungas, jangan tatap aku dengan tatapan tajam seperti itu." Dengan nada yang dibuat-buat Naruto mengejek kembali.
"Akan kubuat kau gosong menerima seranganku!"
Sasuke mulai meningkatkan kekuatan dalam tubuhnya, aura hitam mulai menguar mengelilinginya, lebih banyak dari yang tadi. Percikan petir pun tak hanya ditubuh. Namun juga disekirtarnya,
'Belum! Ini masih belum cukup!'
'Lagi! Lagi! Lagi!'
[Lightning] [Lightning] [Lightning] [Lightning] [Lightning] [Lightning] [Lightning] [Lightning] [Lightning] [Lightning] [Lightning] [Lightning] [Lightning] [Lightning] [Lightning] [Lightning]
Suara armband Sasuke mengema dengan keras, Sacred Gear dalam tubuhnya merespon dengan baik keinginannya.
[Lightning Armor : Black panther]
Aura hitam telah menutupi seluruh tubuh Sasuke, dengan perlahan armor dari ketiadaan menempel pada kaki, lengan, perut, dada dan wajah Sasuke. Semua armor telah menutupi tubuh Sasuke, dari balik aura hitam mata berwarna emas menyala dengan terang.
Kini mereka bisa melihat bentuk Balance Breaker, dari hewan yang menjadi bawahan langsung dewa penjaga arah mata angin. Armor kepala terdapat gigi yang tajam, menunjukkan kegarangan seekor hewan buas.
Note : armor milik Sasuke aku ambil dari anime garo honoo koukin Gaia, saat tanpa jubah.
Naruto dibuat terperangah melihat armor yang terlihat garang itu, sangat berbeda dengan miliknya. Benar benar menunjukkan keganasan dari seekor binatang buas, dengan menampilkan gigi tajamnya. Ini sama kerennya dengan armor milik Haise, menurutnya.
Namun kekaguman Naruto hanya beberapa saat, dia harus merasakan sakit pada uluh hatinya. Terkejut! Saat sebuah tangan memukulnya, dia mengadahkan kepalanya keatas. Namun sebuah bogem mentah harus dia terima kembali, tepat mengenai pipi kanannya.
Naruto terlempar kebelakang dengan cepat, hingga berhenti menabrak pohon hingga tumbang. Sasuke pelaku yang memukul Naruto itu hanya menatap datar, itu belum seberapa bagi Naruto. Menurutnya Naruto itu gila latihan, tidak mungkin lebih tepatnya maniak latihan, bahkan setelah latihan pagi sampai sore, malam masih melakukan latihan lagi.
Bangun dari jatuhnya, Naruto menatap Sasuke dengan seringai, inilah yang dia tunggu tunggu. "Lumayan kuat pukulanmu Kepala ungas!" Mengusap darah yang sedikit mengalir dari bibirnya. "Namun, itu belum cukup bagiku!"
Tuh kan! Seperti yang dia duga, Naruto itu maniak latihan dan pukulan sekeras itu masih dibilang belum cukup katanya.
"Kalo begitu ayo, akan kubuat kau babak belur kali ini!" Yah dia sering dibuat babak belur jika bertarung seperti ini, mulai dari ejekan dan saling serang, namun dia yang berakhir mengerikan.
Seringai Naruto melebar mendengar itu, yah inilah yang dia inginkan, bertarung dengan lawan yang kuat, meski Sasuke belum memaksimalkan kekuatannya, namun ada perasaan berbeda saat bertarung dengan orang yang memiliki kekuatan lebih.
"Bersiaplah Sasuke, saat ini aku sedang bergairah bertarung!" Tepat setelah mengucapkan itu, Naruto menghilang dari tempat dia berdiri.
Namun Sasuke yang memakai Balance Breaker mampu melihat pergerakan Naruto meski terlihat samar, selain memberikan perlindungan pada penguna, Sacred Gear ini juga menajamkan penglihatan seperti predator.
Naruto kini telah berada didepan Sasuke dengan pukulan tangan kanannya yang telah terarah kewajah, mengelak kekiri untuk menghindar. Lalu memberikan pukulan balasan dengan tangan kanannya, Naruto langsung mengkaitkan tanganya dengan tangan Sasuke.
Lalu dengan sedikit lompatan membelakangi Sasuke, Naruto mengkaitkan kedua kakinya dikepala Sasuke, dan dengan kuat menariknya kedepan membuang Sasuke.
Sasuke hanya bisa mengikuti pergerakan yang telah Naruto lakukan padanya, membuatnya harung rolling kedepan beberapa kali. Dan dengan cepat dia memposisikan tubuhnya berjongkok, menghadap Naruto kembali untuk mencegah serangan dadakan.
Dan benar saja Naruto telah berada didepannya dan memberikan tendangan kaki kanan, Sasuke menyilangkan kedua lengannya untuk menangkis serangan itu. Namun dia harus terseret kebelakang sedikit, menandakan kuatnya tendangan itu.
Menarik kakinya lalu menggangkatnya dengan tinggi, dengan kuat Naruto menghentakkan kebawah, Sasuke langsung mengambil insiatif melangkah kedepan, dengan pukulan tangan kiri.
Bukh.
Pukulan Sasuke terlebih dahulu mengenai Naruto, namun pukulan itu sepertinya nyasat ketempat yang salah. Dan benar saja, pukulan itu tepat mengenai sarang Naruto. Membuat yang memiliki sarang itu memutih wajahnya, menahan rasa sakit yang luar biasa.
"A-ahh-!" Hanya itu yang Naruto ucapkan sebelum tumbang kebelakang.
Mereka yang melihat itu membulatkan matanya, Haise dengan cepat menghampiri mereka, Sasuke pun mendekati Naruto.
"Oy Naruto, Oy bakka, kau dengar aku kan!" Sasuke mengguncang tubuh yang tak berdaya itu, namun tak ada respon sama sekali.
Haise yang telah tiba langsung mengecek keadaan Naruto. "Pingsan Sasuke-kun! Sebaiknya kita bawa pulang saja, kita juga harus mempersiapkan barang untuk pulang."
Menghela nafas pelan, menghilangkan kekhawatirannya. Dia khawatir bukan Naruto akan mati, tapi pembalasan yang akan diberikan oleh Naruto itu yang bisa dibilang membuatnya waspada. "Kau benar Haise, biar aku saja yang membawanya agar lebih cepat sampai!" Haise mengganguk sambil membantu Naruto naik dipunggung Sasuke.
"Kau juga gunakan lingkaran sihir atau kekuatan Kazura agar kita cepat sampai."
Haise mengganguk, Sasuke pun berlari dengan cepat meninggalkan Haise sendirian. Dan Haise berjalan dengan pelan, dia tak terlalu suka menggunakan sihir teleportasi yang telah Naruto ajarkan pada mereka.
.
.
Kini didepan tempat tinggal Naruto, semua berkumpul dihalaman rumah kecuali Arata yang tertidur. Sasuke dan Haise yang telah siap dengan barang mereka, ada beberapa ekspresi yang terlihat diwajah orang yang berkumpul disini. Mulai dari ekspresi datar Baraqiel, sedih Shuri yang akan membuat Suasana rumah ini agak sepi karena penghuninya akan pulang, dan ekpresi kesal dari Naruto.
Dia kesal tak bisa memberikan pelajaran pada Sasuke, yang telah membuatnya pingsan karena pukulan telak mengenai sarangnya itu.
"Terima kasih sudah mau menerima kamu disini, Baraqiel-san, Shuri-san dan Naruto-kun!" Dengan sopan Haise memberikan ucapan terima kasih pada mereka. "Maaf jika adanya kami membuat semuanya kerepotan!"
"Tidak Haise-kun, justru bibi senang dengan adanya kalian, membuat suasana disini semakin ramai!" Jawab Shuri.
"Terima kasih, hanya itu yang bisa kami ucapkan atas kebaikan kalian!"
"Maaf jika ada kata yang tak enak, pernah keluar dari mulut saya!" Kali ini Sasuke berbicara seperti akan mengakhiri pidato. "Dan terima kasih sudah menggingatkanku tentang penting orang tua!"
Mereka semua sudah tau bahwa Sasuke kabur dari rumah, karena Baraqiel yang menceritakannya, Baraqiel tau bahwa Sasuke anak dari keluarga Uchiha, pemilik perusahaan terbesar dijepang, dan Haise menceritakan hidup Sasuke yang terkekang terus dirumah, membuatnya tak bisa bersosial dengan remaja lainnya.
Naruto dan Shuri menggingatkan Sasuke bahwa yang dilakukan orang tua itu semata untuk melindungi anaknya, meski harus menghancurkan kebahagiaan anak sekalipun. Naluri orang tua hanya ingin melindungi anaknya dari dunia luar, dan Haise meminta ijin kepada mereka untuk tinggal disini sementara waktu agar Sasuke dapat meraskan kebebasannya meski sebentar.
Mereka mengijinkan asal nanti Sasuke mau kembali kerumah dan meminta ijin jika ingin keluar kembali, Sasuke hanya menyetujuinya saja, meski dia hanya bisa merasakan kebebasan sedikit tapi itu tak masalah baginya.
Naruto maju kedepan. "Hora, jika kalian memang ingin pergi cepat sana!" Ucap Naruto dengan mengusir keduanya.
"Naruto-kun!"
"Tak apa bibi, aku hanya bercanda!" Berjalan hingga melewati keduanya, dengan posisi ditengah. "Akan kuantar kalian!" Ucapnya dengan nada yang datar.
Dari bawah tercipta lingkaran sibir motir kepala naga berwarna biru, dan perlahan menelan mereka.
"Apa tak apa membiarkan Naruto-kun mengantar mereka Anata?"
"Tak apa! Naruto sudah besar, dia bukan anak kecil lagi!"
Shuri mengela nafas pelan, dirinya terlalu khawatir dengan menantu masa depannya itu akan berbuat yang tidak tidak. "Kurasa kau benar Anata!"
.
.
Lingkaran sihir muncul ditempat biasa mereka latihan, mengeluarkan Naruto, Sasuke dan Haise. Mereka berdua dibuat binggung, kenapa Naruto mengajaknya kemari? Bukankah katanya ingin mengantar mereka.
"Apa maksudnya ini Naruto?" Tanya Sasuke pada Naruto yang kini menjauh dari mereka.
"Salam perpisahan!" Ucapnya ambigu.
Mereka menyeritkan dahi mendengar itu, apa maksudnya salam perpisahan disini. Namun pertanyaan mereka terjawab saat aura biru gelap menyelubungi tubuh Naruto.
"Sebenarnya tadi siang aku ingin memberikannya pada kalian, namun karena aku pingsan aku putuskan sebelum kalian berangkat pulang" dia berencana setelah bertanding dengan Sasuke dari ejekan itu akan langsung dengan Haise.
"Balance Breaker!"
[Burning Dragon Balance Breaker]
[Nightblue Gear Scalle Mail]
Mulai dari kaki, tangan, tubuh Naruto terpasang armor Balance Breakernya, dan setelah menutupi wajah, dua mata berwarna biru itu menyala dengan terang.
"Jadi majulah kalian berdua, dan bertarung sebagai salam perpisahan dari seorang teman!"
Haise maju satu langkah dan menaruh ranselnya dibawah. "Tentu Naruto-kun, akan kukeluarkan semua hasil latihan yang telah kita jalani bersama, meski aku tau tak akan menang darimu. Namun aku pastikan tak akan mengecewakanmu dalam pertarungan kita kali ini!" Ucapnya dengan nada tanpa ragu dan pasti. Aura keperakan menguar dalam tubuh Haise.
[Cyclone] 20X
[Wind armor : Silver Wolf]
Note : armor Haise dari anime yang sama, milik german luis Kiba.
Dari bawah sampai atas, tubuh Haise mulai tertutupi armor berwarna Silver. Mata kuning yang menyala dengan terang, gigi tajam memberikan kesan teror yang menakutkan.
Sasuke menghela nafas pelan, lalu menaruh ranselnya juga. "Aku terima salam perpisahan darimu Naruto, meski ini ada pembalasan untuk yang tadi siang! Aku tak masalah, karena kita teman!" Mengobarkan aura dalam tubuhnya semaksimal mungkin.
[Lightning] 20X
[Lightning Armor : Black Panther]
Tubuh Sasuke pun dengan perlahan tertutupi armor miliknya.
"Ayo/ majulah!" Ucap mereka bersamaan, dan melesat dengan cepat kedepan.
Saat jarak semakin tipis, mereka menyiapkan pukulan masing masing.
Blaaaaarrrrr
Flashback off.
.
.
Penyakit itu Tbc
.
.
.
Semoga chapter ini memuaskan bagi para reader yang sedang mengisi waktu luangnya, dan bagi yang telah fav dan foll, aku ucapkan terima kasih. Diakhir chapter ini flashback berakhir, maaf harus aku potong dari sini, aku mau menunjukkan kekuatan dan kemampuan Sasuke dan Haise dichapter selanjutnya.
Yah sekian itu dariku, lalu. . .
Kami segenap author Fanfiction Indonesia berisikan :
.
-Shiba Tatsuya
-Red Saber-Mordred
-hdpbgrd
-Jock'ztheblackdevil
-Chic White
-unknownman 18
-dwight's
-Azainagamasa dan PembawaCeritaIsekai
.weed, Azumamaro, dan RFI collection.
-Afly /
-Tandrato
-RayNaruKushi/Neon-Blue Sapphire
.
.
Halo para reader, kami sederet author tengah mengadakan event update serentak. Apa itu event update serentak? Kita para author ffn membuat sebuah kesepakatan dan menjadikan nya sebuah event berupa update bersama sama yg ditentukan pada tgl 27 oktober ini. Tujuannya, untuk menarik minat para reader lagi di ffn.. dan memancing adanya author author baru. Eit, belum selesai karena pada awal November nanti akan ada event update serentak gelombang kedua yg akan diisi oleh :
.
.
-Hyuugadevit-cherry
-Jangkryx
-Kuroyukki
-Rain no Lancelot/Uzumaki Naruto'chii
-Da Cinvi
-RyukaRa
-Arubatarion
-Apocalypse of Yami
-Shooting Quasar
-Author-Gorilla
-Phantom no Emperor/Cronos rose
-Brengzeck-id
-Kaze Riku
.
*#Publish&UpdateSerentak2018*
.
*- Ayo majukan Perfanfiksian Indonesia -*