Dunia malam adalah dunia yang mampu membuat orang di dalamnya dapat merasakan kebebasan diri, itulah yang di pikirkan beberapa orang di dalamnya. Mencari kesenangan dan kenikmatan duniawi.

Sex, Drunk, Narkotika, Judi dan lainnya adalah hal yang terlalu biasa di jumpai di sini.

Terkadang harga diri tidak berguna di sini. Lelaki hidung belang dan para wanita 'malam' mereka mencari keuntungan antar sesama.

Walaupun tak sedikit orang orang yang benar namun menjerumuskan dirinya ke dalam lubang hitam.

Bercinta untuk bersenang senang dan mencari uang dengan melayani pelanggan hingga puas.

Dunia yang sudah buta akan moral dan lebih memihak 'uang' menjadikan dunia ini semakin mengelikan.

Tidak ada orang pure baik di dunia ini pasti semuanya punya sisi gelap tersendiri.

.

.

.

.

.

.

REVIVAL

.

.

.

.

.

.

WARNING! RUDE LANGUAGE! ADULTS! TYPOS! EBI AND ALL OF THEM

.

.

.

DON'T LIKE DON'T READ!!

.

.

.

BE GOOD READER(?)

.

.

.

.

HERE WE GO!

.

.

.

.

.

.

.

.

Hinata meminum alkoholnya dengan sekali tenggak "Haah!" Desahnya saat minuman keras itu melesak panas ke dalam tenggorokannya.

"Hey baby" sapa seorang pria berkemeja coklat terang yang sudah sedikit berantakan "Mau ku temani baby"

Pria mabuk itu duduk di depan Hinata dan perlahan tangan pria itu mengelus paha Hinata yang terekspos karena dirinya hanya memakai hotpants jeans

Hinata hanya terdiam dan membuat sang pria semakin gencar menjelajahi pahanya.

"Mau bersenang senang denganku malam ini?" Tawar pria berambut coklat.

Hinata berdiri dari duduknya lalu mendekati pria mabuk itu, mengalungkan kedua tangannya pada leher pemuda itu dan mendekatkan wajahnya pada wajah pria itu "Tidak brengsek" bisiknya geram namun terdengar sensual di pria mabuk itu.

Lalu dirinya langsung pergi meninggalkan pria itu yang menatap kepergiannya "Kau akan menyesal telah menolakku baby!" Teriak pria mabuk itu dan kembali meneguk alkohol yang sedari tadi di bawanya.

Hinata mengabaikannya dan terus berjalan di antara kerumunan orang.

Grep!

"Akh!" pekiknya kaget saat tiba tiba pantatnya di remas oleh seseorang.

Pelakunya adalah lelaki bajingan yang sudah mabuk berat terlihat wajahnya yang memerah, padahal dia sedang bersama wanita pesanannya tapi tangan bejatnya mala berkeliaran ke mana mana "Brengsek kau bajingan tua!" Umpat Hinata namun respon yang di dapatnya adalah senyuman mesum dari lelaki tak tahu diri itu. "Mati saja kau sialan!" Umpatnya kembali sambil mengeluarkan jari tengahnya pada tua bangka itu lalu pergi meninggalkan club itu.

..

.

.

.

.

.

Clek!

"Tadaima" Hinata kembali ke rumahnya pada jam 1 dini hari.

Rumahnya gelap namun bisa di lihat bahwa keadaan rumahnya sangatlah berantakan.

Tv di biarkan menyala, Botol bir, kaleng minuman, sampah makanan bahkan tak ayal ada bekas kondom dan beberapa helai baju dalaman seperti bra dan celana dalam yang dipastikan milik wanita pesanan ayahnya yang tertinggal.

Hinata memunguti sampah sampah seperti biasa setiap harinya, lalu melirik ayahnya yang tertidur di sofa dengan telanjang dada dan celana pendeknya.

"Ayah, pakai selimut" ucap Hinata yang memakaikan selimut pada ayah angkatnya. Ya ayah angkatnya.

Kakuzu adalah ayah angkatnya. Pria yang berusia sudah berkepala empat itu sangat hobi bersenang senang dengan wanita, mabuk dan penggila uang.

..

.

Lelaki tua bajingan itulah yang menjadikannya seperti ini, menjadi wanita tidak benar. Semua berawal saat dirinya yang masih 15 tahun dipaksa melayani lelaki hidung belang karena ayah bajingannya membutuhkan uang. Ayah bajingannya hampir setiap hari meminta uang padanya bila dia tidak mau memberi atau tidak memiliki uang maka dia akan di pukul tanpa ada belas kasihan dan mengambil barang miliknya yang terlihat bisa di jual olehnya. Sehingga membuatnya harus bekerja kotor untuk mendapatkan uang demi kehidupannya yang menyedihkan.

.

Sedari kecil dia tidak pernah merasakan bagaimana kasih sayang orang tua, karena masa kecilnya terlalu kelam bila di ingat. Di buang di pinggir jalan lalu di adopsi oleh pria bajingan yang kerjaannya hanya meminta uang dan memukulinya hingga membuatnya menjadi seperti ini.

Hidupnya terlalu bebas, bahkan sudah di cap wanita tidak benar oleh masyarakat. Hinata tidak mengurusi hal itu karena urusan dirinya lebih penting ketimbang gunjingan mereka padanya.

.

.

Kalian pasti berfikir kenapa aku tidak kabur saja dari bajingan tua itu? Jawabannya mungkin membuat kalian berfikir aku ini gila.

Atau memang aku sudah gila? Hahaha.

Aku tidak ingin sendirian. Itulah jawabannya.

Bila ku kabur dari ayah angkatku aku akan sendirian di dunia yang kejam ini, aku tidak punya siapa siapa, aku sendirian dan mati sendirian! Lebih baik aku mati karena di bunuh ayah angkatku dan di kebumikan olehnya setidaknya ada yang mengurusi kematianku dan mengukir namaku di batu nisan -walaupun tidak yakin ayahku akan melakukannya namun aku masih pantaskan untuk berharap?

..

.

Tapi kalau aku sendirian lalu aku mati maka jasad ku mungkin akan di buat percobaan praktek di rumah sakit karena identitasku yang tidak jelas dan menguburnya di tempat pembuangan orang orang.

Aku tidak mau! Walaupun hidupku tidak berguna namun saat aku mati aku ingin mendapatkan hal layak untuk jasadku. Egois memang namun inilah pilihanku.

Walaupun aku adalah wanita tidak benar tapi aku adalah orang yang takut akan kesendirian. Setidaknya di rumah ada yang menunggumu -walaupun tidak benar benar menunggu, tapi itu sudah cukup bagiku.

...

.

.

"HINATA! HINATA! " teriak Kakuzu dari kamar mandi sehabis muntah muntah.

Lelaki itu hangover.

"Hinata! Kemari kau wanita jalang!" Teriaknya kembali kesal karena Hinata tidak kunjung datang.

Hinata merasa baru beberapa menit dia menutup matanya namun sekarang terbangun karena teriakan ayahnya yang seperti sedang kesetanan.

"Sebentar yah!" Balasnya teriak serak.

Memakaikan tubuh polosnya dengan kaos hitam besar lalu berlari ke arah kamar mandi ayahnya. Kebiasaannya bila tidur ialah telanjang.

"Ada apa yah—"

Plak!

Pipi putihnya di tempat keras oleh ayahnya, Hinata hanya menunduk diam dia sudah mengira hal ini akan terjadi di setiap pagi bila ayahnya mabuk.

"Dari mana saja kau ha! Kau tidak dengar aku muntah muntah sedari tadi! Cepat buatkan aku sup hangat untuk menghilangkan rasa sialan ini! Cepat!" Perintah amukan ayahnya sambil mendorong Hinata ke arah dapur

Hinata hanya mengangguk dan membuatkan ayahnya sup sekalian sarapannya, sejujurnya tubuhnya lelah sekali ingin beristirahat sebentar lagi tapi sepertinya sudah tidak bisa.

.

.

.

Tak.

Hinata meletakan sup hangat dan teh lemon untuk ayah angkatnya dan sepotong roti bakar untuknya sarapan.

Mereka makan dalam diam.

"Hinata, bagi aku uangmu uangku sudah habis" pinta sang ayah

Hinata memejamkan matanya sejenak lalu kembali menatap mata putih hitam milik ayah angkatnya "Ayah, Kita harus berhemat, baru dua hari yang lalu aku memberi ayah uang yang ku punya dan jumlahnya tidak sedikit—"

Brak!!

"Kau mengajariku eh bocah?" Ucap ayahnya sinis "—Cepat berikan aku uang aku membutuhkannya!"

"Tapi ini untuk bayar sewa apartemen ini yah aku tidak punya uang lagi" Nada bicaranya agak meninggi karena memang benar uangnya hanya tersisa untuk bayar sewa apartemen mereka yang sudah hampir jatuh tempo.

"Itu bukan urusanku! Cepat beri aku uangnya sialan"

Grep!

"Akh! Ti-tidak yah ku-kumohon! Nanti kita akan tinggal dimana bila kita di usir dari sini!" Ucap Hinata yang masih mempertahankan pendapatnya walaupun rambutnya di jambak oleh ayahnya.

"Kau bisa menjual tubuhmu lagi pada pria berduit dan kau akan mendapatkan uang lebih banyak lagi! Sekarang cepat berikan uang itu, jalang"

Plak!

Plak!

Hinata di tampar oleh Kakuzu "Ti-tidak yah!"

Bugh!

"Ugh--" Hinata di lempar dari kursi dan tubuhnya menghantam lantai.

"Kalau kau tidak ingin memberikannya biar aku yang mencarinya!" Kakuzu pergi ke kamar Hinata untuk mencari uang simpanan wanita indigo itu

"Ayah jangan!" Hinata berlari mengejar ayahnya.

..

.

Set!

Bruk!

Set!

Breet!

Kakuzu mengobrak abrik kamar Hinata, baju baju di dalam lemarinya sudah berkeluaran, tempat tidurnya di acak acak, isi semua tasnya di keluarkan, laci mejanya sudah habis berantakan dan karpet lantainya di buka oleh ayahnya

"Ayah jangan! Kumohon jangan ambil uang itu!" Hinata memohon pada Kakuzu yang sudah berhasil menemukan uang simpanannya, dirinya menarik narik tangan ayahnya.

Bugh

"Ohok!" Hinata terbatuk saat ayahnya meninju perutnya

"Berisik kau, jalang!" Kakuzu menghitung uang itu, lalu menyisihkan 5 lembar dan melemparnya ke arah Hinata "Masih baik ku berikan beberapa untukmu! Pakai itu untuk bayar sewa!"

Kakuzu pergi meninggalkan Hinata yang masih terduduk di lantai, Hinata menangis diam lalu memunguti uang yang di berikan oleh ayahnya.

Meremas uang itu "Kami-sama kuatkan aku, maafkan aku" doanya dalam tangis.

Bila dia tidak melunasi sewa flat yang sudah jatuh tempo besok mereka akan benar benar di usir mengingat kemarin pemilik flat ini memperingatinya.

..

.

.

Terlalu banyak utang yang ayahnya pinjam dan dirinya lah yang harus membayarnya belum di tambah sifat palak ayahnya. Terlalu banyak hingga membuatnya pusing.

Dirinya baru gajian kemarin dan sekarang uang jajannya dan gajinya sudah di bawa oleh ayahnya. Dia tidak mempunyai uang sama sekali sekarang.

"Sepertinya hari ini akan melelahkan" ucapnya sambil menghela nafas panjang yang lelah.

.

.

.

.

.

.

To be continue

Hallo guys! kangen banget udh lama gak nonggol di sini wkwk.

.

sedih banget deh rasanya, gak bisa buka ffn di laptop alhasil formatnya jadi jelek banget dipindahin ke ponselT_T udah di edit tp gak support juga, gak bisa kasih longkap space sue bat, maaf banget dah.. nanti kalo udeh bisa di edit ulang! jadi numpang mampang dulu nih fic ya

.

ada yg tau caranya? please tell me.

btw pengen minta saran dong, bisa kali kasih tau judul cerita ganre hurt/comf pair naruhina apa aja yg penting ganrenyaganrenya h/c, coment di kotak yah nanti pasti di baca apalgi kalo cerita kalian hehe

(25/1/18)