Kageyama berlari mengejar siluet itu.

Dia berbelok ke gang sempit, melompati pagar, memanjat ke tangga darurat gedung dan menembak beberapa kali. Sayangnya, tak satupun peluru yang berhasil mengenai sasaranya.

Adalah The Small Giant. Sang pencuri bayangan yang kini menjadi target pengejarannya (Kageyama memanggilnya 'Pendek' atau 'boke' karena The Small Giant terlalu panjang untuk disebutkan). Yang kini tengah melompat – lompat di antara pipa dan gedung dengan begitu mudahnya. Seakan ada sepayang sayap yang membentang di punggungnya, lompatannya begitu tinggi dan jauh, juga lincah. Dia tertawa sambil sengaja bermain-main dengan Kageyama yang berkali-kali gagal menembaknya.

"Berhenti kau, boke!"

Dia dan Small Giant berhenti di atas gedung yang sama. Hanya saja, atap yang dipijaki sang pencuri lebih tinggi lima meter darinya. Dia berdiri anggun di atas tangki air. Ekor rompinya melambai halus terkena angin. Dia tersenyum sambil menunjukkan kotak permata berharga seratus lima puluh juta dollar yang kini ada di tangannya.

"Ini yang kau cari, Kageyama-kun?" Tanyanya sambil tersenyum.

Terpancing emosi, Kageyama berlari mendekati tangga. Dia mulai kehabisan tenaga, tapi tetap bersikeras mengejar mangsa yang kini hanya berjarak satu tingkat dengannya. Small Giant berjongkok, seperti sengaja menunggu. Pipinya bertopang dagu.

"Seperti biasa, kau yang paling bisa mengejarku sampai sini." Katanya genit setelah Kageyama sampai di atas, "Aku selalu salut padamu, tampan."

"Aku akan menangkapmu kali ini!"

"Dengan nafas terputus-putus begitu?"

Tak peduli dengan ledekkan tersebut, Kageyama berlari mendekat. Small Giant cekikikan dan kembali berdiri.

Entah latihan macam apa yang selama ini diikuti sang pencuri hingga kini dia mampu melompat dari tangki air tersebut sampai ke pagar pembatas, dan kembali turun ke atap tempat Kageyama berada sebelum ia naik. Ia mendarat dengan mulus dan tegap tanpa terkilir sedikitpun. Seolah badannya begitu ringan dan setengah kuintal lebih sama sekali bukan apa-apa baginya.

Untuk mendekatinya, kini Kageyama harus kembali ke bawah. Manik biru gelap terperangah dan marah di waktu yang bersamaan. Merasa dipermainkan seperti kucing yang dipancing dengan bola untuk dikejar berbolak-balik.

"Brengsek!" Umpatnya.

Di tengah emosi, otaknya masih mampu memerintahkan diri melihat sekeliling untuk mencari ide. Dan hal itu berbuah bagus, ujung matanya berhasil menemukan sesuatu. Sebuah tali tambang yang cukup panjang tergulung di dekat kakinya. Melihat itu, tangannya pun segera bergerak meraihnya.

Dengan gerakan sigap, ia mengalungkan tambang itu ke salah satu kaki tangga. Salah satu ujung talinya dibelit erat ke tangan kanan dan ujung yang lain dipegang sebagai sulur agar bisa meluncur dengan lancar. Dia melompat jauh dan hinggap tepat lima meter di depan sang pencuri yang kini tengah melongo takjub. Kagum dengan perjuangan si Polisi.

"Wow."

Hampir saja ia berhasi menembak kaki Small Giant kalau saja sang pencuri tidak segera sadar akan gerakan tangannya. Kepala berombak melompat menyamping. Tali yang tadi dipakai oleh Kageyama ditarik dan dibelitkan ke kaki Kageyama. Sang polisi terperanjat dan oleng ke belakang. Tapi sebelum punggungnya menghantam tanah, sudah ada tangan kurus yang meraih kerahnya. Gerakan itu begitu cepat sehingga waktu dia sadar, sang pencuri sudah mendekatkan wajah keduanya hingga bibir mereka bertemu.

Manik blueberry melebar spontan. Bibir (yang sebenarnya terasa begitu lembut) itu menekan halus pada miliknya. Lidah basah berlari sekilas mencari kesempatan.

"Aku dapat!" katanya sambil segera melompat mundur.

Kageyama membeku. Terpaku dengan bodohnya karena lagi-lagi, lagi-lagi, ciumannya terambil oleh si pencuri bayangan yang kini sedang tersenyum nakal.

"Kali ini kita sudahi saja ya, kapan-kapan kita bertemu lagi. Bye bye, tampan."

Kageyama masih tak berkutik saat buruannya sudah melompat tinggi meninggalkannya. Bergerak menjauh dan menjauh sampai tak terlihat lagi. Setelah belasan kali pertemuan, belasan kali pengejaran, belasan kali kehabisan nafas, lagi-lagi, dia kecurian dua hal berharga. Sebuah benda berharga ratusan juta dollar dan ciumannya.

Sekejap setelah kesadarannya pulih, dia pun meledak.

"Ke-kembali kau, bokeeeee!"

Jewel And Kiss!

Part 1

Police!Kageyama x PhantomThief!Hinata

Original story: Haikyuu! By Furudate Haruichi

.

.

.

Primroselin

.

.

Enjoy

Sang pencuri bayangan, The Small Giant. Seseorang dengan tinggi 160an saja dan berambut hitam berombak. Wajah bagian atasnya tertutup oleh topeng. Dengan berkostumkan kemeja putih dan rompi bartender berwarna hitam pekat, sosoknya begitu dikenali di kepolisian dan masyarakat. Bahkan mungkin seluruh Jepang mengenalinya.

Tentu saja. Siapa yang tidak kenal dengan pencuri ulung kelas dunia yang mampu mengambil belasan benda bernilai di atas lima puluh juta dollar seorang diri? Siapa juga yang tak kenal dengan sosok bocah pendek yang mampu membodohi lusinan kawanan polisi yang terfasilitasi lengkap dan ber-helikopter sampai mereka hampir tak berkutik lagi? Ya, Small Giant. Yang sudah menjadi musuh utama Kageyama dua tahun belakangan ini. Pencuri pendek itu mampu membuatnya dipindahtugaskan dari kantor kepolisian Kitagawa Daichi ke Karasuno.

Sebagai polisi muda, Kageyama mempunyai banyak prestasi cemerlang. Kecepatannya dalam berpikir dan menentukan tindakan membawa sebuah keuntungan tersendiri baginya. Walau pengalamannya dalam kepolisian tidak lebih banyak daripada seniornya, tapi mereka begitu percaya dan mengandalkan dirinya. Namanya cukup tersohor karena ia mampu menangkap penjahat-penjahat berkelas tinggi yang susah dijangkau oleh polisi lain. Dan oleh karena itulah, dua tahun yang lalu, dia diturunkan ke Karasuno. Tujuannya tentu saja, The Small Giant.

"Bagaimana, Kageyama?" Tanya Sawamura-san, kepala kepolisian di Karasuno.

"Saya berhasil mengejarnya sampai ke gedung Sakanoshita. Bahkan bisa dibilang hampir saja menangkapnya." Jawab Kageyama sambil meluruskan kakinya yang masih sakit karena pengejaran tadi, "Tapi dia memang belut brengsek yang licin."

"Terlepas begitu saja, ya?"

"Maafkan saya."

"Ini bukan salahmu. Kita berjumlah tujuh puluh orang dan tak ada bandingannya dengan dia sama sekali."

"Aku penasaran," Sugawara yang sedang memeriksa hasil foto olah Tempat Kejadian Perkara mendadak bersuara, "Latihan apa yang dia pelajari selama ini sampai bisa lolos dengan hampir tanpa bukti begini?"

"Seperti ninja." Kageyama menyahut, "Semua lompatannya, gerakannya dan gaya berlarinya, saya bisa bilang itu teknik ninja."

"Ninja, ya?"

"Sudah lama tak ada." Sawamura berkomentar.

"Semua barang hasil curiannya pun selalu tak ada kabar sama sekali. Tsukishima mengaku tak pernah melihat jejak benda itu di deep web sekalipun."

"Aku rasa dia tidak sebodoh itu menjualnya melalui media internet. Mungkin di pasar gelap." Kageyama menggigit bolpoin tanpa sadar, "Dia pasti tahu kepolisian besar seperti kita punya seorang ahli digital forensik sekelas Tsukishima."

"Aku rasa pasar gelap pun beresiko untuknya. Ingat, kepalanya saja bernilai dua ratus juta dolar. Bisa saja dia dibunuh oleh klientnya sendiri kemudian. Tak ada orang waras di pasar gelap." Asahi, si polisi berjenggot yang sedari tadi diam di pojokkan mulai ikut berpendapat.

"Lalu lari kemana semua barang curiannya itu?" alis Sugawara berkerut.

"Dia menyimpannya untuk koleksi saja?" Sawamura asal menerka, buntu. "Jadi di suatu tempat di negeri ini, ada satu ruangan yang berisikan semua koleksi benda yang dicurinya."

"Itu mengerikan, Daichi."

"Tapi kemungkinan itu ada."

"Dia pasti kaya tujuh turunan."

"Lebih."

"Oke, lima belas."

"Suga."

Sugawara menjawab dengan menaikkan pundak, "Aku hanya ingin mencairkan suasana. Kalian semua berwajah tegang seperti anak kuliahan yang akan sidang skripsi."

.

.

.

.

.

Kageyama mengalirkan kran air di wastafel untuk menyegarkan diri. Fisik dan batinnya lelah. Ia ingin segera pulang dan berbaring di kasurnya yang nyaman. Jam sudah menunjukkan pukul dua pagi. Lima jam lagi ia harus kembali bertugas. Sepertinya dia hanya punya waktu tiga jam untuk tidur atau dia tak akan punya kesempatan untuk sarapan esok hari.

Hampir semua sisi kepalanya ia basahi oleh air. Telinga, leher bahkan sampai rambut bagian belakang. Rasa segar langsung menyesap cepat dan membuat matanya kembali segar.

Kageyama mengelap muka dan bercermin, mengawasi wajahnya wajahnya tak sekusut tadi, tapi masih ada sisa stress yang terpancar di sana. Wajahnya yang entah kenapa, disebut 'tampan' oleh Small Giant sedang terpampang di hadapannya. Melihat wajahnya sendiri begini, memori mengenai pertemuan pertamanya dengan Small Giant pun muncul..

.

(Kageyama berlari dengan setengah tak percaya. Manusia mungil itu benar-benar melompat dari satu gedung ke gedung lain dengan begitu mudahnya. The Small Giant, yang selalu disebut oleh para anggota kepolisian sebagai pencuri bayangan tergesit itu memang sesuai dengan sebutannya. Semula, Kageyama hanya menganggap orang-orang itu mengada-ada akan keahliannya. Mereka hanya ingin menutupi ketidakmampuan mereka menangkapnya. Tapi kini, mau tak mau, Kageyama dijejali paksa dengan kenyataan bahwa teknik The Small Giant bukanlah teknik sembarangan. Mereka tidak membual, tidak melebih-lebihkan. Dia memang nyata. Pencuri seperti ini memang benar adanya, hadir tepat di atas ubun-ubunnya.

Kageyama membelok ke gang. Mengikuti ke arah mana kaki pendek itu mengarah.

"Berhenti kau, Small Giant!"

Dengan cukup mengejutkan, si pencuri benar-benar berhenti. Dia menoleh ke belakang. Matanya yang tajam mengarah ke Kageyama, untuk pertama kalinya.

"Hee…" Kaki mungil itu berdiri santai di tepi atap sebuah toko setinggi lima meter.

Kageyama ikut menghentikan langkahnya. Tak kalah egois untuk memandang balik.

Sosok itu terdiam beberapa saat, mengawasi dari atas. Mengintimidasinya dengan biner berpendar warna senja dari lubang topengnya yang berbentuk sayap burung gagak. Cahaya bulan dari langit berada tepat di atas kepalanya dan membuat kehadirannya benar-benar terasa. Kageyama meneguk ludah tanpa sadar. Meskipun bertubuh kecil, dia beraura besar. Sesuai dengan namanya, 'The Small Giant'.

"Berhenti kau di sana! Serahkan dirimu dan batu yang sudah kau curi!"

Bukannya merespon yang dikatakan oleh Kageyama, dia justru melompat turun ke sebuah mesin penjual minuman di hadapannya dengan santai. Dengan sigap Kageyama mengeluarkan pistol. Berjaga-jaga.

Dan dia memang berbeda dengan pencuri yang lain. Dia tidak kabur ataupun menghindar begitu melihat pistol mengacung padanya. Sepertinya, dia langsung tahu kalau Kageyama belum berniat menembak.

"Kau baru ya? Aku tidak pernah melihatmu."

"Ya!" Jawab Kageyama lantang tanpa menurunkan pistolnya, "Aku ditugaskan ke sini khusus untuk menangkapmu!"

"Hooo... Pantas saja. Aku terkejut. Baru kali ini ada yang bisa mengejarku sampai sejauh ini." Ujung bibirnya terangkat membentuk senyuman, "Ganteng juga."

"Kau juga, ternyata lebih pendek kalau dilihat dari dekat."

Sesuai dugaan Kageyama (dan memang disengaja) rambut hitam berombak itu beringsut marah. Mukanya berubah merah dan pipi itu menggembung seperti anak kecil yang tak mendapat permen coklat favoritnya.

"Siapa yang kau sebut 'pendek', hah?!"Bentaknya sambil menunjuk Kageyama dengan lucunya. Benar-benar mirip anak TK yang sedang dikerjai.

Menarik juga.

"Memang siapa lagi di sini yang lebih pendek dariku?"

"A-aku tidak pendek!"

"Kau jelas-jelas pendek."

"Tidak!"

Melihat kesempatan terbuka, Kageyama segera mengubah arah moncong pistolnya.

"Dia hanyalah pencuri." Sawamura berucap padanya, "Tidak pernah ada kasus kematian karenanya. Oleh karena itu, kita tidak punya hak untuk membunuhnya. Maka untuk menghentikannya, tembak kakinya."

Pelatuk ditarik. Tangan Kageyama terhentak bebarengan dengan suara desing peluru yang membumbung sampai ke langit. Mesin penjual minuman mengeluarkan suara luka. Dan Small Giant?

Dia menghilang

"Eh?!"

Kageyama terperangah mendapati sang target sudah lenyap dari hadapannya

Cepat sekali!

"Kageyama...Tobio?"

Kepala hitam membeku. Rahangnya menegang karena suara itu terasa sangat dekat dengannya. Ujung matanya melihat sebuah bayangan di bawah hidung. Dan begitu dia menunduk, Small Giant ada di sana. Berjongkok tepat di bawahnya sambil membaca plat nama di dada Kageyama.

"Namamu bagus sekali!"

Kaki Kageyama bergerak refleks menendang bahkan sebelum dia sendiri menyadarinya.Small Giant melompat ke atas. Dengan kecepatan yang melebihi kedipan mata, bocah pendek itu menghantam tubuhnya dan Kageyama pun terjembab ke tanah.

Biner blueberry meringis kesakitan. Badannya tertindih oleh kaki Small Giant dengan kedua tangan yang tertahan di atas kepala.

Dan,

"Mmph!"

Semuanya begitu cepat. Terlalu cepat untuk dicerna oleh otaknya. Bahkan untuk saat ini, hanya matanya yang mampu memberi respon untuk apa yang terjadi. Kelopaknya melebar maksimal. Karena satu hal yang dia tahu adalah, Small Giant sedang menciumnya.

Ya, Small Giant memang sedang menciumnya. Otak Kageyama menjerit kebingungan. Sepasang bibir mungil milik pemuda itu sedang menempel pada miliknya. Benar-benar menempel. Mereka bergerak dan menari. Melumat bibir Kageyama sebanyak-banyaknya di tengah kekagetan sang lawan. Begitu merasa kalau Kageyama sudah mampu memberi perlawanan, dia segera melompat mundur.

Kageyama duduk dengan cepat dan menutup bibirnya dengan lengan. Mukanya memerah padam seperti kepiting rebus.

"A-apa yang sudah kau lakukan, bodoh?!"

Small Giant yang sudah hinggap lagi di mesin penjual minuman sebelumnya tersenyum dengan puas.

"Aku suka wajahmu. Jadi kucium saja."

"Jawaban macam apa itu?!"

"Nyatanya memang begitu kok, 'Kageyama Tobio'."

"Kau-!"

Suara Kageyama terpotong di tengah begitu merasakan sebuah hantaman pada tengkuknya. Pandangannya memburam seketika. Kesadarannya berurai lepas. Small Giant telah melesat secepat kilat ke belakangnya dan memukul titik kelemahannya. Ia pun rubuh begitu saja tanpa bisa melawan.

Dan sebelum semuanya menggelap, samar-samar dia bisa melihat Small Giant sedang berbicara padanya,

"Lain kali, aku minta ciumanmu lagi ya, Kageyama." )

.

Derit pintu kamar mandi yang dibuka menggeret Kageyama paksa kembali ke dunia nyata. Dia melihat kran yang tadi dibuka masih mengalir. Ennoshita-san yang tadi membuka pintu kamar mandi menepuk punggungnya pelan.

"Aku pikir kau sudah pulang, Kageyama."

"Ah, um." Butuh waktu cukup lama bagi Kageyama untuk kembali menguasai diri, "Saya perlu menyegarkan diri dulu."

Ennoshita tersenyum lembut seperti biasa, "Oh, kerja bagus hari ini."

"Terima kasih."

"Pulanglah. Pagi ini kau ada jadwal berjaga juga'kan? Istirahatkan dirimu sebisanya. Kita tidak tahu kapan akan ada benda berharga lagi. Dan kapan Small Giant akan muncul lagi."

Ya, Ennoshita benar. Kageyama butuh istirahat sebanyak mungkin dan dia sadar itu. Tanpa basa-basi pun dia menggangguk dan berpamitan.

Dia butuh memulihkan badan. Dia butuh tenaga dan pikiran yang sehat agar selanjutnya dia mampu mengejar The Small Giant dengan keadaan fit. Kageyama sudah tak bisa membiarkannya mencuri lagi. Baik itu benda berharga, atau ciumannya.

.

.

.

.

.

To be continue

.

.

.

author's Note : waw ini akan jadi projek besar (dan ber-rating dewasa) pertama prim.