LESSON III: THE BEST INTERESTING PART OF ROLLERCOASTER AND LIFE IS UP THEN DOWN.
Disclaimer: Gintama is not mine! It's Sorachi-sensei masterpiece.
.
.
.
[Jalanan Kabuki-cho]
06.30 P.M.
Sepasang muda mudi yang tengah bergandengan tangan, dibalut busana Cina Tradisional melalui jalan Kabuki-cho yang mulai memadat akan orang-orang yang beraktifitas disekeliling mereka. Warna langit yang mulai memudar segera disambut oleh terangnya lampu-lampu disetiap sudut distrik tersebut. Sang pria mengenakan Chang-san hitam panjang, memakai kacamata hitam dan bertopi top-hat untuk mengurangi kecurigaan orang-orang pada rambut Vermillion yang menjadi ciri khasnya.
Sang wanita mengenakan Cheong-sam berwarna putih polos dengan sedikit ukiran merah keemasan dibagian bawahnya. Rambut hitamnya dikepang dan diuntaikan didepan bahu kanannya, poni hampir menutupi alis dan bulu mata lentiknya, hair-pin emas berbentuk bunga Lavender nampak menghias pangkal dari kepang dibelakang kepalanya. Penampilan yang sangat menawan ditambah wajah nan cantik jelita dengan aura bangsawan yang terpancar dari dirinya, mengingatkan sang pria akan seorang sosok bernama Kouka.
Dari sudut pandang manapun orang-orang akan melihat pasangan itu sebagai pasangan Yato biasa, mungkin sebagian akan beranggapan bahwa mereka adalah pasangan pedagang yang sedang berkunjung untuk berbisnis di Edo dari planet luar. Walau semua mata tertuju pada pasangan itu, tak ada satupun dari mereka yang menyadari kalau mereka sebenarnya adalah dua orang yang memiliki kedudukan tertinggi di Edo saat itu, sang Komandan Militer Edo, Kamui dan Tuan Puteri Pewaris Shogun ke-14, Tokugawa Soyo.
"Ne, kita mau kemana sayang?" Kamui melempar pertanyaan kepada sang wanita yang sedang menggandengnya.
"Hmm… Aku tidak pernah kencan sebelumnya, sebenarnya aku ingin bertanya dengan Kagura-chan tapi aku belum sempat menemuinya. Jadi aku tidak tahu." Soyo menjawab dengan kaku.
Hasil dari tanya-jawab itu membuat sepasang kekasih yang baru "jadian" ini langsung terdiam hingga rintik-rintik air hujan perlahan turun untuk menyapa mereka. Kamui melepas lengannya dari genggaman Soyo lalu dengan cepat menarik Soyo untuk berlari mencari tempat berteduh terdekat. Saat sampai didepan sebuah bangunan, sang wanita yang tidak terbiasa melakukan aktifitas fisik berat itu terengah-engah dengan seluruh tubuh yang sudah basah kuyup.
"Yah~ pakaian yang kau berikan jadi basah Ka-… sayang…"
Hampir saja Soyo keceplosan menyebutkan nama Kamui didepan orang banyak, dia sadar kalau orang-orang tahu itu Kamui, maka kencan mereka akan kacau. Tempat mereka berteduh saat ini juga sangat ramai karena hujan memaksa orang-orang yang berada disekitar sana ikut berteduh. Mendengar pasangannya bersedih karena hujan dadakan itu, sang lelaki menarik pelan lengan cheong-sam Soyo, mengalihkan pandangan Soyo dari wajah Kamui kearah yang ditunjuk jarinya.
"Hey, mau kesana? Sambil menunggu hujan reda dan mengeringkan baju kita?" Ajak Kamui menunjuk sebuah bangunan diseberang mereka berteduh dengan plang 'Kitty Hotel', sebuah Love Hotel elit dengan pelayanan yang cukup memuaskan dan sangat terkenal di Edo.
Merasa tak ada pilihan lain, toh tak mengapa kalau Soyo ikut bersamanya akhirnya mereka berdua berlari menerobos hujan dan masuk ke hotel tersebut.
"Selamat malam tuan, ada yang bisa kami bantu?" ucap seorang resepsionis kepada Kamui.
"Kami ingin menyewa kamar untuk beberapa jam kedepan. Apakah disini juga menyediakan layanan laundry?"
"Baik tuan, layanan laundry tersedia untuk kamar Golden-class keatas. Bagaimana?"
"Oke, saya pesan satu kamar Golden-class untuk 2-3 jam kedepan."
"Baik tuan, mohon maaf atas nama siapa, tuan?"
Mendengar pertanyaan itu, Kamui tersentak sesaat… Lalu segera tertawa kecil kearah sang resepsionis, "Zhie… Nama saya Zhie Wei tapi kartu pengenal saya tertinggal di terminal saat saya baru tiba di Edo, apakah tidak apa-apa? Kami kehujanan saat ingin kembali ke terminal, jadi saya hanya membawa uang tunai dibaju saya."
Resepsionis yang juga seorang amanto wanita mulai menaruh curiga pada pasangan itu, saat dia menatap Kamui dengan ekspresi memelas, lalu kearah wanita disampingnya yang sejak tadi hanya terdiam karena kedinginan dan bersin akhirnya dia mengijinkan hal itu, tentunya dengan sedikit bantuan uang tip yang diberikan Kamui.
Kamui ceroboh, dia harusnya menyiapkan tanda pengenal palsu sejak di istana. Padahal dia tau mereka akan berkencan dengan penyamaran. Hampir saja dia tidak bisa menginap ditempat yang hangat saat hujan mengguyur Kabuki-cho saat itu. Terlebih saat Soyo menggigil kedinginan karena tidak membawa payung juga merupakan idenya. Cih, benar-benar awal yang buruk saat kencan pikirnya. Untung dia membawa uang lebih didompet.
Sesampai dalam kamar, tanpa menghiraukan dirinya. Kamui segera membuka semua pakaian dan mengelap badan Soyo yang basah lalu menyelimuti dan menyetel penghangat ruangan. Tanpa ada sepatah katapun yang keluar dari mulut kedua insan itu.
"Soyo, tunggulah sebentar. Aku akan mengeringkan baju dan menyiapkan air hangat untuk mandi." Tegurnya dengan tersenyum manis kearah Soyo.
Soyo yang kedinginan hanya menatap lekat sosok lelaki yang bolak-balik untuk melakukan pekerjaan yang disebutnya tadi, saat hendak mengambil baju Soyo yang tergeletak dilantai, Kamui juga melepaskan bajunya untuk dikeringkan bersama.
Nampak sebuah bekas luka panjang membentang diagonal dipunggungnya, walaupun Yato memiliki kekuatan untuk memulihkan diri, tapi beberapa luka yang terlalu dalam juga tetap akan meninggalkan bekas. Soyo memberanikan diri untuk memanggilnya.
"Ka-kamui… Bisakah kau menemaniku sebentar? A-aku ingin bersamamu disini…"
Kamui yang mendengar itu langsung duduk ditepi ranjang dekat Soyo, "Ada apa, Hime?"
"Kenapa kau memanggilku masih Hime? Humph!"
"Ara, jadi kau ingin kupanggil 'sayang' selamanya? Baiklah, akan kulakukan sebagai rasa terima kasihku untukmu sayang."
Soyo yang tertunduk merengut langsung kembali melempar pertanyaan.
"Terima Kasih? Justru aku yang berterima kasih padamu sayang…" Balas Soyo keluar dari balutan selimut untuk menghangatkan tubuh Kamui yang masih dingin karena hujan tadi dengan memeluknya dari belakang.
"Soyo, maafkan aku… Aku hanya lelaki kaku yang bahkan tidak tahu cara berkencan dan membahagiakan wanita, apakah hubungan seperti ini terlalu ce-"
Telunjuk yang lebih lembut, segera mengunci bibir Kamui yang sedang berbicara lalu dekapan hangat membungkus dirinya dari belakang. Tangan yang lebih halus dari tangannya itu mulai berjalan menyusuri dada Kamui, mengitari beberapa bekas luka yang berada ditubuh kakak Kagura itu.
"Kau tahu, aku sudah lama ingin berjalan bersamamu, bukan sebagai tuan dan pengawal. Hanya sebatas seorang pria dan wanita yang menikmati malam mereka…"
Kamui mendengarkan apa yang dikatakan sang tuan puteri dengan seksama dan menutup matanya.
"… Entah sejak kapan aku ingin bersamamu, aku ingin kau segera pulang dari misi luar angkasa, ingin kau menghabiskan harimu lebih banyak untukku, aku khawatir menunggu kepulanganmu, apakah kau baik-baik saja diluar sana…"
Suara Soyo terasa berat, aliran titik air yang hangat jatuh dipundak Kamui. Kamui tetap terdiam, masih mendengarkan, tahu bahwa Soyo ingin mengungkapkan apa yang dia rasa selama ini. Telapak tangan kanannya merengkuh telapak tangan Soyo yang berada tepat diatas jantung Kamui.
"… Kau selalu pergi dengan senyuman, terkadang pulang tanpa sadarkan diri. Kau selalu gegabah jika masalah pertempuran kata Abuto. Kau akan pergi kembali dalam beberapa hari lagi, dan kau bilang kalau hubungan ini terlalu cepat? Berapa tahun lagi kau akan menyadarinya? Sampai kapan aku akan menunggumu? Apa kau tahu kenapa aku selalu ingin membuatkanmu rumah, tempat dimana kau bisa kembali? Tentu karena aku mencintaimu, bodoh… dan aku tak ingin kau pergi dariku…"
Pelukan Soyo makin erat dan terasa lebih hangat, Kamui langsung membalikkan badan, menjatuhkan Soyo kembali ketempat tidur dan mengecup bibir merah Soyo dalam suasana yang sangat sentimentil itu.
"Maaf, maafkan aku jika selama ini terus membuatmu menunggu… Aku juga mencintaimu, Soyo. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu lagi." Sahutnya dengan suara seorang Gentleman... lalu melanjutkan apa yang harus dilanjutkan. (IYKWIM)
Hujan terkadang menyisipkan aura yang membuat sesorang ingin merasakan kehangatan, meluapkan beberapa rasa yang terpendam. Namun tak semua rasa yang terpendam itu buruk.
.
.
.
[Kabuki-cho]
09.00 P.M.
Awan hujan yang menaungi langit Kabuki-cho pergi setelah menyelesaikan tugasnya. Yang tersisa hanya genangan air yang membasahi jalanan kota itu, namun suasana dingin usai hujan itu tak menghalangi gemerlap malam distrik yang memang beraktifitas saat malam hari tersebut. Para promotor Kabaret Klub mulai mempromosikan masing-masing tempat mereka, tempat-tempat hiburan yang terhitung jumlahnya makin memadat saat hujan mereda.
Kamui dan Soyo meninggalkan hotel untuk melanjutkan kencan pertama mereka setelah pakaian mereka kering.
"Yappari, tempat yang enak untuk kencan sambil 'nyan-nyan' itu dikamarmu sendiri yah sayang, disini kita terbatasi oleh waktu dan harga, hahaha…" goda Kamui pada Soyo yang merapikan pakaiannya saat hendak meninggalkan Kitty Hotel.
"Baka, kalau begitu kamarku mulai besok juga dikenakan tarif!" Soyo ngambek saat merangkul kembali lengan Kamui dengan memalingkan wajahnya.
"Hehe, bercanda… Tte, kau mau coba Game Centre yang ada disana? Sepertinya asyik…"
Namanya Soyo, seorang wanita yang jarang marah, segera tersenyum bahagia meng-iya-kan ajakan pacar yang baru saja menembaknya secara resmi beberapa jam yang lalu. Walaupun dirinya sudah beranjak 19 tahun, dia jarang sekali ke Game Centre apalagi kalau sama lelaki malah belum pernah.
Mereka menghabiskan waktu di Game Centre dengan riang, tertawa, bercanda, saling menggoda terlepas dari tatapan orang-orang pada pasangan yang sangat mencolok ini.
Beberapa permainan mereka mainkan bersama, entah itu yang berpasangan atau yang berlawanan Kamui selalu kalah dari Soyo. Maklum, walaupun jarang tapi sesekali Soyo kesana bersama Kagura untuk melepas kebosanan. Berbanding terbalik dengan Kamui yang sok mengajak namun baru pertama kali kesana.
Saat Kamui merasa kesal karena kalah terus dari Soyo, dan ingin menyudahi petualangan mereka dalam Game Centre, Soyo langsung menarik lengan Chang-san Kamui dan berlari dengan ceria menuju sebuah bilik yang ada tak jauh dari tempat mereka.
"Sayang, kita mau kemana lagi? Apa kau tak puas menang terus dariku?" Sapa Kamui lembut.
"Heeh~ kita gak main lagi kok, kita belum pernah foto berdua kan? Ayo kita ke photobox! Kau pasti akan terkejut… Ehehehe…"
Kamui hanya mendengus mengikuti pacarnya itu. Setelah mengikuti instruksi yang diberikan Soyo, karena dia sendiri tidak pernah berfoto disana, dia malah takjub dengan bilik photobox itu saat Soyo mulai menghias hasil yang ada dilayar, lalu setelah hasilnya keluar. ((a/n: Makanya jangan mikir perang mulu, yang kayak gini malah jadi gaptek lu mui. Haha))
Kencan berlanjut dan waktu sudah menunjukkan waktu hampir pukul 10 malam, tepat saat keluar dari Game Centre, perut Kamui mulai berbunyi. Maklum lah dia itu Yato yang porsi makannya banyak, lagipula beberapa jam yang lalu dia sangat "bekerja" keras untuk Soyo saat berada di Kitty Hotel. Mendengar lelakinya kelaparan, Soyo menyarankan suatu tempat. Tempat yang dulu sering dikunjungi mendiang Kakak-nya bersama Matsudaira. Snack Smile.
Karena hanya mengetahui namanya, merekapun berkeliling sambil menikmati jajanan yang tersedia dipinggir-pinggir jalan Kabuki-cho. Menghabiskan waktu kurang lebih 15 menit hingga akhirnya mereka dapat menemukan Snack Smile. Soyo yang terkejut karena mengira Snack Smile itu adalah restoran namun ternyata adalah Klub Kabaret langsung tertawa. Setelah bertanya apakah disana ada menu makan malam, akhirnya pasangan itu masuk kedalam.
Pasangan itu disambut oleh beberapa Kabajo, dan bertanya tentang reservasi tempat. Para Kabajo itu merasa wajah pasangan ini sangat familiar dan curiga. Merekapun bertanya, "Tuan, reservasi tempatnya atas nama siapa?"
Karena pemesanan ditempat seperti itu tidak seperti hotel yang memerlukan kartu identitas, Kamui tidak akan ceroboh untuk kedua kalinya, yang dia perlukan hanyalah akting yang meyakinkan. Kamui dengan cepat menjawab pertanyaan para gadis kabaret didepannya.
"Ah~ Kami ingin memesan meja untuk dua orang saja atas nama Wei. Saya Zhie Wei dan ini istri saya Liu Wei." Jawabnya tanpa ragu sambil memperbaiki letak kacamata hitamnya.
Soyo yang mendengar kebohongan manis Kamui langsung tersipu malu, menundukkan wajah dan memainkan kepang rambut yang menggantung didepan pundak kanannya.
Lagi, para Kabajo yang menaruh curiga terus memperhatikan wajah familiar Soyo. Soyo dan kamui sangat familiar di Edo karena keduanya adalah public figure, Soyo selain Pewaris tahta kerajaan, dia juga beberapa kali menjadi model kecantikan Edo sedangkan Kamui dengan paras tampannya tidak mungkin tidak dikenal wanita diseluruh penjuru Edo.
Setelah terpaksa percaya, akhirnya mereka dipersilahkan untuk duduk disatu meja yang agak terpencil sesuai permintaan Kamui. Soyo terkagum-kagum dengan tempat yang baru pertama kali dikunjunginya itu, bertanya-tanya apa yang membuat kakaknya sering berkunjung kesini sampai seorang pelayan wanita menghampiri untuk memberi menu dan menawarkan beberapa hostess cantik untuk menemani malam mereka. Soyo langsung melempar tatapan mematikan kearah Kamui, akhirnya dia sadar mengapa Shogun ketagihan untuk ketempat itu.
"Ah, Apakah kami bisa hanya memesan makanan saja. Lagipula kami hanya pasangan pedagang kecil yang sedang mampir disini untuk makan dan minum saat baru tiba di Edo, tentu tidak sopan jika saya menghabiskan waktu lebih banyak dengan wanita lain dibanding istri saya sendiri, benarkan sayang?" Kamui menjawab dengan senyuman pada pelayan lalu meminta penguatan pada Soyo.
"U-uh…" Soyo makin tersipu malu mendengar kata-kata romantis dari Kamui, semakin tenggelam dalam benaknya yang bergumam… "Ya-yabai, dia juga bisa gombal ternyata…"
Pelayan yang mendengar itu juga terhipnotis oleh kata-kata Kamui dan meminta maaf atas kelancangannya pada kedua orang pasangan "suami-istri" itu. Tak lama berselang, mejapun terpenuhi oleh hidangan yang siap untuk mereka nikmati. Ditemani kisah-kisah yang diceritakan oleh Soyo tambah menghangatkan dinner mereka malam itu, terkadang canda tawa mereka terdengar dalam keramaian klub itu. Sebuah kencan ideal bagi tiap pasangan yang baru saja jatuh cinta kembali.
Setelah menghabiskan makanan dan minuman mereka, pasangan "suami-istri" itu pun sepakat untuk langsung pulang, sesaat Kamui hendak menuju kasir, Soyo berkata ingin ke toilet karena merasa perutnya tidak enak. Kamui hanya meng-iya-kan, tanpa menaruh curiga dia hanya berpikir mungkin Soyo hanya memasuki siklus bulanannya. Sebelum mereka berpisah Kamui berkata akan menunggunya dipintu depan.
Ditoilet, Soyo mengelap keringat yang membasahi wajahnya dan mencuci tangannya di westafel. Terdengar suara bilasan diiringi salah satu pintu toilet yang terbuka membiarkan penghuninya keluar dengan sumpah serapah.
"Apa-apan dia itu, aku kan sudah dewasa. Setidaknya aku juga ingin minum Dom-Peri, aku tidak mau kecanduan Koronamin-C sepanjang hidupku, ano Kuso-Gaki! Tch…!"
Suara yang tidak asing bagi Soyo itu langsung mengalihkan pandangannya dan berhasil membuatnya terkejut melupakan perutnya yang sakit.
"Ka-Kagura-chan? Kau kah itu?" Ucapnya tak percaya dengan apa yang dia lihat.
"Are- So-Soyo-chan??? Apakah itu juga kamu?" Jawabnya tak kalah terkejut dengan penampilan Soyo.
Mereka segera berpelukan setelah mengetahui kalau lawannya itu adalah orang yang sangat dikenalnya. Keduanya sempat tidak mengenali satu-sama lain, karena Soyo mengenakan Cheong-sam pemberian Kamui sedangkan Kagura mengunakan Kimono Tradisional Edo dan rambutnya digerai panjang tanpa cepolan khasnya.
"Soyo-chan, kau cantik sekali memakai itu… Dimana kau membelinya, eh dan kenapa kau ditempat ini, -aru." Tanya Kagura penasaran.
"Ah, aku sedang kencan dengan Kakakmu Kagura-chan, dan ini dia yang belikan untukku sebagai hadiah" sahut Soyo dengan senyuman manisnya tanpa menghiraukan wajahnya yang makin memucat. "Kagura-chan sendiri sama siapa? Kau juga cantik mengenakan itu lho…"
"Ah, ini… Aku hanya kalah taruhan sama Si Sadist, dan dia memaksaku untuk mengikuti maunya, eeeeeh kau bilang kau kencan bersama Kamui? U-u-usooo…"
"Hontou-dayo… Kami sudah berpa-" belum selesai kalimat kebahagiaan dari Soyo, tiba-tiba pandangannya memudar dan memaksanya menghentikan gerak mulutnya. Lalu...
Braaaaakkk…
SO-SOYO-CHAN!!!!
-LESSON III END-
To be Continue
Author Note:
Hey minna-san!
Lama tak jumpa, hahaha... Maaf, karya abal-abal saya sempat tertunda hampir 2 minggu, karena laptop saya satu-satunya terinjak saat saya bangkit dari kubur- eh tidur maksudnya.
Di Chapter ini, menceritakan bagaimana KamuSoyo memperjelas hubungan mereka yang gantung, tentang perasaan mereka yg belum terjembatani selama 1 tahun terakhir, yup saat mereka mulai tinggal sekamar.
Saya hanya penasaran bagaimana saat Soyo mengenakan cheongsam sedangkan Kagura memakai kimono, jadi saya masukkan dalam chapter ini.
Untuk nama samaran KamuSoyo (Zhie Wei dan Liu Wei), itu murni ngarang, entah blank kepala gue mikir jam 2 malem. Jadi bagi yang tau kalau artinya jelek atau gimana saya minta maaf. Itu murni ketidaktahuan saya.
Karena mereka ini sangat Chinese Looked, saya membuat alibi mereka sebagai pedagang. Karena Cina salah satu Ras terbesar dalam dunia perdagangan.
Well, sekian bacotan penjelasan dan permohonan maaf saya. Mohon review dan support anda sekali lagi. Tanpa anda karya saya terasa hampa dan kurang.
Arigatou Gozaimasu
~Justaway-Madao
PS: Happy Gintsu Week everybody!
