Summary: Janji Chanyeol pada Baekhyun itu tidak main-main loh.

Feliz*

Hanya kisah sederhana Chanyeol yang menyukai Baekhyun mulai Taman Kanak Kanak. Chanyeol hanya seorang bocah yang tak tahu apa itu cinta? pikirannya sesimpel gula kapas itu manis. Semudah satu ditambah satu dua. Ketika Ibunya bilang 'Selamat tidur Chanyeol, semoga mimpi indah, Ibu mencintaimu.'

Maka tanpa banyak bertanya, si kecil Chanyeol menyimpulkan sendiri apa itu cinta? Seperti semua yang dilakukan ibunya adalah cinta.

Tepat hari senin tahun ajaran baru di sekolah taman kanak-kanaknya, Chanyeol siap dengan semua kebutuhan dihari pertamanya belajar setelah libur panjang, mulai seragam baru, tas baru, sepatu baru, buku baru, senyum merekah pun tak luput dari paras tampan yang menggemaskan. Awan putih nan elok bergerak mengiringi langkah kaki kecilnya dengan tangan kanan dalam genggaman ibunya. Sekolahnya hanya berjarak 500 meter dari rumahnya. Chanyeol sempat bilang pada ibunya 'Bu, aku sudah naik satu tingkat. seharusnya Ibu tak perlu mengantarku.'

'Tidak untuk hari pertamamu sayang. Ibu akan memilih tempat duduk yang nyaman untukmu. Ibu akan memastikan hari pertamamu sekolah akan menyenangkan. Ibu mencintaimu.'

Chanyeol tidak bisa menolak. Itu bentuk cinta ibunya.

Bibir Chanyeol masih terlengkung manis ketika ibunya nenuntunnya duduk di kursi deret tengah paling depan. Ia mulai menyapa teman-temannya terkadang melambaikan tangan, 'Hi, apa kabar?'

Mata besar Chanyeol mulai menyipit memastikan, siapa gerangan gadis kecil berponi rata berambut lurus kepang dua miring sebelah tersenyum melihatkan gigi rapinya dan tangannya erat menggenggam tangan lelaki dewasa.

Lelaki dewasa itu membungkuk pada ibunya. "Pagi Nyonya Park. Bisakah saya titip Baekhyun untuk hari ini saja? pagi ini saya ada rapat dan tidak bisa ditunda."

"Tentu tuan Byun. Kau tidak perlu sungkan. Bukankah tetangga harus saling membantu."

Tuan Byun tersenyum lega, membungkuk hormat mengucappkan terima kasih, mencoba melepaskan tangan gadis mungil yang seperti tidak mau ditinggal "Sebentar saja Baekyun cantik, Ayah akan menjemputmu siang nanti." Tuan Byun meninggalkan kecupan dipipi bulat Baekhyun.

Chanyeol menarik narik baju ibunya meminta penjelasan.

"Namanya Baekhyun sayang, gadis imut ini tetangga barumu. Kau belum tahu, karena liburanmu kau habiskan dirumah nenek bukan?"

Chanyeol mengangguk, wajahnya mulai mengerut khawatir melihat Baekhyun mulai terisak. Ibunya berlutut mensejajarkan tubuhnya dengan Baekhyun mencoba memberi penjelasan. 'Baekhyun tidak perlu tak--'

"Jangan takut Baekhyun. Aku akan selalu disampingmu."

Ucapan Nyonya Park terpotong, bocah lelakinya telah mengambil tindakan lebih.

Chanyeol memeluk tubuh mungil Baekhyun dan memberikan usapan lembut pada punggungnya.

Seperti yang selalu Chanyeol lihat ketika Ayahnya menenangkan ibunya yang menangis entah karena apa?

"Kau janji?" Baekhyun memberikan jari kelingkingnya.

"Janji." Chanyeol menautkan jari kelingkingnya pada Baekhyun. Lalu menggenggam tangan lembut Baekhyun mengajak duduk di bangku tepat disamping kursinya.

Nyonya Park tersenyum manis melihatnya.

Janji Chanyeol tidak pernah main-main. Seperti janji ibunya. Ketika ibunya menepati janji memberikan mobil-mobil saat dia hafal bilangan satu sampai lima puluh, membelikan eskrim vanila saat PR mewarnainya mendapat nilai 100, mendapat sarapan pancake madu ketika ia bangun tepat waktu dan janji janji kecil yang yang tak pernah diingkari ibunya. Hingga karakter Chanyeol tumbuh seperti Ibunya.

Sesuai janji Chanyeol pada Baekhyun. Chanyeol selalu disamping Baekhyun dalam suka dan duka. Pun ketika Baekhyun menangis kencang jatuh dari ayunan,

"Baekhyun, jangan menangis ya. Aku akan membelikan eskrim stoberi untukmu setelah pulang sekolah. Asalkan kau berhenti menangis." Chanyeol menghapus air mata Baekhyun.

"Janji?" Seperti sebelumnya Chanyeol mengaitkan jari kelingkingnya pada kelingking Baekhyun. Baekhyun mengelap ingus dengan punggung tangannya, tangisnya berhenti.

Chanyeol membantu Baekhyun berdiri, menepuk nepuk pelan baju Baekhyun yang kotor oleh debu, tak lupa ditiupnya lutut Baekhyun yang tergores.

Bel pulang berbunyi kedua bocah itu bergandengan tangan, senyum lebar tercetak jelas, sesekali mereka berlari untuk sampai di toko eskrim terdekat dari sekolahnya.

"Chanyeol,ah.. terimakasih."

Senyuman gadis mungil itu, sungguh menghangatkan hati Chanyeol kecil.

Chanyeol mengetuk pintu kayu tinggi bercat cokelat itu, sejak satu menit yang lalu, ia khawatir. Terdengar tangis dari dalam membuat hatinya cemas.

"Baekhyun! Baek!!!"

"Paman Byun!"

Chanyeol terus memanggil namun pintu tak kunjung dibuka. Sekotak muffin buatan ibunya masih Ia gengam di tangan kirinya. Ia ingin menikmati muffin itu bersama Baekhyun ditemani film kartun kesayangan di hari minggu, menyenangkan sekali. Rasa riang berubah sedih. Ada apa lagi dengan Baekhyun? Gadis mungil itu sedikit cengeng. Chanyeol tak henti mengetuk. "Baekhyun! Baek--

pintu dibuka

"Ya' Baekhyun kau kenapa?"

Baekhyun terisak di gendongan Tuan Byun. Wajahnya ia tenggelamkan di leher ayahnya.

"Baekhyun demam Chanyeol. Baekhyun merindukan ibunya."

Ya Tuhan, rasanya Chanyeol ingin memberikan apapun yang ia miliki untuk Baekhyun agar tangis gadis bermata sipit itu berhenti. Chanyeol tahu Baekhyun sangat sedih. Baekhyun yang malang, merindukan ibunya yang jauh diatas langit sana.

Entah kenapa bulir bening jatuh begitu saja menuruni pipi bulat Chanyeol.

"Baek, kau suka stroberi kan? jika besok aku sudah besar dan bekerja punya uang banyak, aku janji akan memberikanmu kebun stoberi. Bahkan jika kau ingin sepuluh kali lipat luas lapangan sepak bola, pun aku akan membilinya. Mulai sekarang aku akan menabung. Asalkan kau berhenti menangis."

Ajaib.

Isakan Baekhyun berhenti.

Baekhyun turun dari gendongan ayahnya. Mengelap ingusnya,

"Sungguh?"

Chanyeol mengangguk mantap. Dan kedua jari kelingking beda ukuran itu terkait. Mereka tidak tahu jika jari kelingking itu telah terikat benang merah. Jika salah satu terluka, maka jari kelingking itu akan menawarkan hal hal indah untuk menghapus kesedihan.

Entah atas dasar apa? yang Chanyeol tahu saat ini, Ia harus selalu ada untuk Baekhyun. Ia tak suka melihat Baekhyun sedih. Melihat senyum Baekhyun adalah sumber rasa bahagianya, sudah cukup itu saja bagi Chanyeol kecil.

"Bu, berapa harga kebun stroberi seluas lapangan sepak bola?" bukannya tertidur setelah mendengar dongeng dari Nyonya park, Chanyeol bertanya pada ibunya. Kerutan di dahi ibunya terlihat jelas.

"Apa sepuluh juta won cukup, Bu?"

"Chanyeol kau sedang tidak bermimpikan?" Nyonya Park bingung.

"Ibu gimana sih? Sudah jelas aku bertanya pada ibu, jelas aku belum tidur apalagi bermimpi."

"Iya sayang maaf. Beritahu apa alasan Chanyeol bertanya harga kebun stroberi?" Nyonya Park mengusap rambut tebal Chanyeol pelan.

'Kasih tahu, tidak, kasih tahu tidak ya?' suara batin Chanyeol.

"Sudahlah Bu... Lupakan saja. Selamat malam." Chanyeol berbalik memunggungi ibunya pura-pura tidur.

'Pasti ibu tidak tahu masalah harga tanah. Aku akan tanya pada Ayah saja

Percayakah janji Chanyeol untuk satu ini?

Janji Chanyeol pada Baekhyun itu tidak main-main loh.

End

Review ya!!!