Kim Seokjin. mahasiswa semester nyaris 6 pada salah satu Universitas ternama di Seoul, hari-harinya dipenuhi dengan berbagai macam kesibukan. apa lagi ini adalah bulan akhir dari masa magangnya di salah satu perusahaan. hari ini ia kembali ke kampus, karena akan memberikan beberapa laporan kepada koor prodi. etts. tidak semudah itu bertemu dengan koor prodinya, beliau orang yang sangat perfectsionist dan juga tukang menyuruh. catat tukang menyuruh.
ia sudah hatam dengan sikap dari sang koor prodi. sangat amat paham bahkan saat ia baru memulai kuliahnya pada semester pertama. pada saat itu Seokjin mengikuti sebuah open recutement kepanitiaan di jurusannya. awalnya ia hanya ingin mencoba, melakukan pendaftaran, wawancara dan sebagainya. Seokjin sangat berharap ia tidak lolos kepanitiaan, namun takdir berkata lain. ia lolos dengan sempurna. satu yang ia malas adalah waktu liburnya akan di renggut oleh rapat-rapat yang tak begitu penting. tapi ia sudah terlanjur masuk dalam kepanitian itu. pada hari h acara Seokjin biasa saja, tak terlalu sibuk, karena ia hanya menjaga presensi yang ada di meja registrasi. sampai ahirnya koor prodi 'si tukang penyuruh' pun datang.
"kamu, tolong ambilkan plakat yang ada di gedung fakultas." katanya mendikte.
"baik bu, akan saya ambilkan." kata Seokjin sembari beranjak dari kursinya.
guess what. tak ada satu temannya yang ingin mengatar Seokjin. sudah jelas alasannya, gedung fakultas terlampau jauh dari aula tempat diselenggarakannya acara ini.
Seokjin hanya bisa berdecak kesal sembari berjalan menuju gedung fakultas.
dan
yap
sekarang, hari ini, hal tersebut terulang kembali.
ini sudah pukul 17.45 sudah terlalu sore untuk memenuhi permintaan sang koor yang menyuruhnya memanggil pengurus gedung jurusannya.
nihil.
Seokjin tidak dapat menemukan pengurus gedung Jurusan. tidak ada orang di dalam tempat pengurus gedung.
and then, 'si tukang penyuruh' tetap menyuruh Seokjin untuk memanggil pengurus gedung yang berada di belakang gedung fakultas.
"aku lelah! baru saja ingin pulang mengapa nenek sihir ini terus menyuruhku? tidak bosakah ia menelefon pihak fakultas? ah kolot sekali pemikiran nenek sihir ini." Seokjin hanya bisa berkata kepada dirinya sendiri sambil berjalan menuju ke tempat para pengurus gedung.
ia melewati gedung anak-anak seni. anak-anak yang terlampau aktif, dengan rambut gondrong, gaya selengean ala anak berandalan. yap, anak-anak seni memang mempunyai look yang sangat unik. tak peduli rapih atau tidak, bersih atau tidak, mungkin itulah jiwa seni mereka.
seokjin memilih jalan memutar, melewati Graffiti corner kesukaannya. setelah 6 bulan menjalani masa magang Seokjin tersadar grafiti-grafiti yang ada di tembok ini sudah berubah 100%. memang anak-anak seni terlampau rajin untuk selalu menggubah dinding ini.
Seokjin berjalan sambil memperhatikan tulisan-tulisan yang tertera pada dinding-dinding yang tak terlalu tinggi, tapi cukup membuatnya tak dapat melihat pemandangan di balik dinding ini.
"hiksss..."
"aku akan berikan segalanya. hiks."
"apa lagi yang kau ingin kan?hiksss. aku adalah milikmu.hiks"
"raga ku jiwa ku, bahkan badan ku.hiks. tolong aku.hiks.. hiks"
fakus Seokjin pun buyar mendengar tangisan pilu seorang wanita, yang entah dari mana asalnya.
Seokjin terpaku. sambil terus mencerna kalimat-kalimat yang keluar dari mulut sang wanita.
"hiks. ambil badan ku kumohon."
"biarkan aku menjadi milikmu seutuhnya.hikss. aku rela."
ini terdengar gila. "masa ada wanita yang ingin menyerahkan tubuhnya?" batin Seokjin.
beberapa menit Seokjin tidak dapat mendengar sura rintihan itu lagi. kini Seokjin tersadar dari lamunanya.
"mengapa aku masih disini? seharusnya aku memanggil para penjaga gedung yang diminta nenek sihir itu." Seokjin kembali berjalan. bukan. bukan Seokjin tak ingin mencari tau dari mana asal suara wanita tersebut. hanya saja Seokjin lelah, kehidupannya setelah magang baru saja berahir. ia tak ingin menyerahkan dirinya pada suatu hal yang tidak ada benefit bagi dirinya. jadi ia tak perlu repot-repot mencari wanita itu atau mungkin mecari sang pria yang telah menyakiti wanita itu dan memberinya pelajaran? ah masa bodo. ia tak mau ambil pusing.
bukk
Seokjin menabrak sesuatu.
Seokjin mencoba menatap apa yang baru saja ia tabrak. manusia kah? ah napaknya bukan. didepannya ada sesosok 'pria' dengan wajah memerah, urat-urat menonjol sempurna, keringat dan yang pasti badan tinggi menjulang. tunggu. ia manusia.
Seokjin mengerutkan dahinya.
"maaf" kata Seokjin bergegas meninggalkan mahluk tersebut ah tidak maksudnya manusia tersebut.
"aww" tak diduga kalimat tersebut keluar dari mulut Seokjin.
kini lengan kanannya di tarik dengan hebat dan sepersekian detik kemudian pungung Seokjin berhasil membentur dinding gafiti yang berada di belakangnya.
sakit, amat sangat sakit. mungkin saja tulangnya ada yang patah.
"aww, APA KAU SUDAH GILA!?" bentak Seokjin kepada sosok di depannya.
"jagan pernah ikut campur urusan orang lain!" semua kata itu diucapkan penuh dengan penekanan.
"yakk!" Seokjin mencoba meronta, karena jujur saja tengan kanannya sakit. amat sakit dicengkram manusia sialan ini.
"kalau ada berita aneh esok hari. ku pastikan hidup mu tak akan pernah aman.." katanya menggantung. kemudian menarik id card yang terpasang pada leher Seokjin.
oh tuhan ia lupa melepas id card magangnya.
"KIM SEOK JIN" sambung manusia itu dengan cepat. dan melesat pergi bak cahaya.
id card yang ia dapatkan susah payah saat akan magang pada salah satu perusahaan besar itu pun sudah tergeletak bak sampah. jagan ditanya. manusia aneh bin sialan itu mampu membuat id cardnya dengan mudah terputus dari tali yang mennyangkut indah di leher Seokjin.
"manusia sialan. dia pikir mudah mendapatkan ini." gumam Seokjin sambil memungut kembali id cardnya.
Seokjin tidak akan pernah repot-repot memikirkan perkataan anak kemaren sore. ia tau manusia aneh itu hanyalah anak idiot yang baru masuk kampus dan seenaknya memarahi kaka tingkatnya. ya. Seokjin yakin dia anak baru disini. jika ia adalah anak lama atau mungkin kaka tingkanya, ia jamin ia mengenalnya.
_
buktinya pagi ini ia kembali ke kampus. tidak ada rasa takut, hanya saja rasa sakit di lengan kanannya yang mulai membiru dan pungungnya yang masih terasa nyeri.sialan.
"yakkkkkkk KIM SEOK JIN!!!!"
tidak, tak perlu repot untuk menengok pun Seokjin sudah tau siapa pemilik suara itu.
bukkk lelaki itu berhasil merangkul lenganya lada bahu bidang Seokjin.
"yak! Jung hoseok! sakit!"
"wah kau! saudah lama tak bertemu, kau menjadi semakin lemah." katanya meledek.
"...". demi tuhan sakit di punggunya kembali timbul.
"kau sudah selesai magang?" tanya manusia yang kelebihan energi tadi.
"sudah, aku kesini hanya ingin menemui dosen PA ku saja. dan ingin ke perpus untuk memperbaiki beberapa laporan."
"ahh oke. bagaimana kalau kita ke kantin? aku sangat lapar. habis itu aku temani kau di perpustakaan?."
"call" saut Seokjin setuju.
kini kedua anak yang kurang piknik tersebut sudah sampai di kantin kampus mereka, sudah siap dengan santapan yang tertata indah di meja makan.
makan dengan tenang. itulah Kim Seokjin.
"oiya, kau tau? belakangan ini ada berita menghebohkan!" katanya Hoseok dengan penuh semangat.
"apa? kau lulus tanpa harus menyerahkan laporan magang?" bals Seokjin meledek.
"ah kau ini. aku serius. katanya ada wanita yang 'disetubuhi' di gedung belakang fakultas seni."
"..." Seokjin hanya mengaguk tak peduli.
"dan yang parahnya! katanya yang menyetubuhi anak terpopuler di kampus ini! bukan hanya populer, katanya ia putra tunggal Joons Coorporation."
"kau ini tinggal dimana hah? ini kota dan ini kampus. kurasa hal semacam itu sudah biasa."
"yakk! kau memang tak punya hati. wanita itu bahkan kini di campakan. orang kaya memang seenaknya saja." lanjut Hoseok.
"dari pada kau susah payah mencari-cari berita tak bermutu dan mencampuri urusan orang. kau seharusnya membuat laporan magang mu! bocah!"
"ahh ya benar sekali ibu guru ini. ah yausadah aku ingin ke perpus mengembalikan buku yang sudah telat untuk dikembalikan. ahh pasti aku akan didenda."
"tidak. untuk bocah tua sepertimu mungkin kau disuruh menata buku-buku itu kembali.ck."
"YAK! itu lebih kejam! bagai mana orang awam seperti ku bisa merapikan ribuan buku? mencari nomor yang tak sesuai?" gerutu Hoseok. kemudian ia pergi melambaikan tangan.
Seokjin juga membalasnya dengn lembut. baru saja ia akan bangkit dan
dakkk
tubuhnya kembali terduduk di kursi, menghantam dengan sangat cepat dan kuat. membuat pantatnya sakit bukan main.
ya tuhan pungung ku belum selesai dari remuk kini pantat ku juga.
Seokjin mendongak untung mengetahui siapa orang yang kini mencengkram sikutnya dan menariknya untuk tetap duduk.
mata itu, mata yang tajam menusuk kedalam safar-saraf normal Seokjin. mata yang dapat dilihat mengeluarkan api kebencian, dan kemurkaan.
sepersekian detik Seokjin memutuskan kontak mata mereka. mencari objek lain, kamana saja asal tidak ke sang pemilik mata elang.
"sudah kubilang hidup mu tidak akan tenang setelah sore itu jika kau macam-macam." katanya denga suara deep voicenya berhasil membuat Seokjin merinding.
Seokjin muak! balum lengannya sembuh dari membiru yang kemarin ia dapatkan dari orang yang tak dikenal. apa kini sikutnya juga harus patah karena di cengkram kuat.
"ashh" Seokjin meringis pelan. sangat pelan.
"AKU TIDAK MENGERTI APA MAKSUD MU! TOLONG LEPASKAN" Seokjin berteriak dan meronta agar sang empunya tangan kasar tersebut mau melepas.
"ku bilang jagan MACAM-MACAM!"
oh tidak suaranya semakin mengancam. tidak, dia bahkan tidak berteriak seperti Seokjin. ia mengeluarkan suara dengan sangat pelan,tapi membunuh.
kini Seokjin perlahan memberanikan diri melihat pria tersebut. ia tidak salah, mengapa harus takut.
"maaf ya saya tidak punya urusan dengan anda. bahkan saya tidak mengenal anda. jadi tolong lepaskan saya." kata Seokjin sambil mencoba melepaskan tangannya.
kali ini berhasil. tanpa basa-basi Seokjin meninggalkan pria aneh bin sialan yang nyaris saja membuah sikunya patah.
_
uhuyyyy heheheh
ini ff pertama yang aku bikin.
semoga kalian suka, aku lagi belajar nulis ff nih semoga aja feelnya dapet ya heheg.
review yukkkk biar aku semangat ngelanjutinnya
sorry for typo:(
