Jeon Jungkook hanya sekali melihat bayi seumur hidupnya ketika ia berusia 4 tahun. Di mana saat itu Omega dan Beta wanita masih umum berkeliaran di seluruh Korea Selatan.
Makhluk mungil tidak berdaya, yang hanya menangis saat ingin makan dan buang air. Tetapi menggemaskan saat mereka merespon kasih sayang orang-orang di sekitar.
Jungkook tidak menyukai bayi, tapi ia tahu bahwa bayi adalah pertanda bahwa akan selalu ada regenerasi kehidupan.
Terakhir kali Jungkook melihat wajah eommanya adalah saat ia berusia 6 tahun. Beta tersebut mati karena wabah yang tiba tiba menyerang ke seluruh belahan dunia. Merenggut nyawa berjuta-juta Omega dan Beta wanita.
Saat ia berusia 8 tahun,
Presiden Korea Selatan, Moon Jae-In, mengumumkan bahwa seluruh Omega dan Beta wanita yang masih bertahan hidup untuk dibawa ke Seoul, untuk mendapatkan perlindungan dan penghidupan yang layak.
Saat ia berusia 10 tahun,
Bayi terakhir yang terlahir di Korea Selatan diumumkan melalui media, mengundang keributan di negara-negara Asia Timur.
Saat ia berusia 11 tahun,
Korea Utara mengumumkan penyerangan ke daerah perbatasan.
Hingga saat itu, perang dimulai, dan sebagai penanda bahwa yang terburuk belum menampakkan diri.
SPRING DAYS
Summary: 2045, Omega dan Beta perempuan mengalami degradasi populasi, angka kelahiran menurun, cuaca yang terus memburuk, perang dunia. Jeon Jungkook, wakil kapten dari Pasukan Brigade Khusus ke 13, harus terjun ke dalam kejamnya peperangan dan menemukan setitik harapan di dalam tahun-tahun yang mengerikan.
Warnings: Rape, forced pregnancy, ABO AU, mpreg, gore, character death.
Pairings: KookV, NamJin, YoonMin
10 Januari 2045, Korean Peninsula
11.58 a.m
"Ha, dul, set..."
Jungkook mengangkat kedua tangannya yang menonjol dengan otot-otot berlumur keringat. Tubuhnya yang setengah telanjang, terlihat mengkilap dengan peluh yang mengucur di tubuhnya. Sudah kelimapuluh kalinya ia melakukan sesi push up yang rutin dilakukannya setiap kali ia tidak berada di luar untuk melakukan misi. Ruang latihan yang sudah bertahun-tahun digunakan sebagai tempat untuk melatih kemampuan individu anggota pasukan Brigade Khusus ke-13 tersebut, bergema oleh suara hitungan yang keluar dari mulut Jungkook.
Alpha berusia 25 tahun tersebut tidak menoleh sedikitpun saat ia mendengar suara pintu besi terbuka digeser.
"Jungkook-ah, Namjoon sudah menunggu kita semua di ruangan rapat."
Hoseok, seorang Beta dengan rambut berwarna merah; berusia 27 tahun memanggilnya.
Jungkook menancapkan dengkulnya ke atas permukaan lantai dan menghentikan latihannya. Setelah mengambil handuk di dekat treadmill, ia hanya mengangguk, "Ye, Hyung, aku menyusul nanti."
Hoseok berlari kecil meninggalkan Jungkook.
Setelah ia mengenakan kembali kaos berwarna putih yang selalu ia kenakan di luar waktu tugas, Jungkook pergi menuju ruangan rapat.
Sudah 9 tahun ia pergi dari Seoul, meninggalkan ayahnya yang sudah tua di titipan saudara jauhnya, mengikuti jejak kakak laki-lakinya untuk melindungi Korea Selatan. Semenjak usia 16 tahun, anak-anak di Korea dihadapkan pada pilihan untuk melindungi Korea sebagai pasukan militer pertahanan pertama atau sebagai pasukan keamanan kepolisian biasa. Jungkook memilih yang pertama, karena di dalam benaknya, cepat atau lambat, Korea Selatan akan menghilang dari peta jika tidak ada yang melindungi—sama seperti negara-negara lainnya yang menghilang semenjak tahun 2021 yang lalu. Bahkan Cina yang dulu terkenal sebagai negara yang berpotensi menyaingi Amerika, kini terpecah-pecah menjadi beberapa negara kecil.
Semuanya akibat degradasi populasi Omega dan Beta wanita, menyebabkan angka kelahiran semakin langka. Ditambah lagi negara-negara adikuasa dan negara-negara yang memiliki potensi militer tinggi, mulai menyatakan perang terhadap negara-negara yang lemah keamanannya. Musim-musim yang terus memburuk membuat negara-negara miskin di dunia pada akhirnya menyerah pada takdir, sementara dunia politik dunia semakin tidak jelas arahnya.
Termasuk Korea Selatan sendiri.
Tetapi Jungkook, di usianya yang ke 25 tahun, telah mengemban tanggung jawab sebagai wakil kapten Pasukan Brigade Khusus ke 13 di bawah Namjoon. Prestasinya selama ia terjun ke peperangan membawanya ke posisi yang membuatnya semakin dihormati sebagai Alpha yang tidak boleh dipandang sebelah mata. Bahkan Republic of Korea Army Special Forces Black Berets, menganugerahinya dengan lencana spesial dan julukan heugpyobeom, pantera hitam.
Sekarang ini, ia ditugaskan untuk melakukan misi khusus ke daerah perbatasan Korea Selatan dan Korea Utara. Tugas untuk melakukan penyerangan diam-diam ke salah satu markas tentara Korea Utara. Sesampainya Jungkook di ruangan rapat, ia tidak perlu memotong Namjoon untuk mengulangi rencana penyerangan mereka.
Kim Namjoon, Alpha berusia 27 tahun tersebut sudah 3 tahun mengemban jabatan sebagai kapten dari Pasukan Brigade Khusus ke 13. Hal ini bukan berdasarkan kemampuan individunya dalam melakukan misi (karena Jungkook selalu nomor 1 dalam kemampuan fisik; kemampuan teknik penyerangan dan pertahanan lainnya), tetapi karena kepemimpinan dan perencanaannya yang tidak dapat disaingi oleh siapapun. Jungkook merasa, justru misi-misi sebelumnya yang berhasil adalah berkat rencana matang yang disiapkan oleh Namjoon.
Di dalam ruangan rapat, selain mereka berdua, ada Hoseok selaku ahli persenjataan; Yoongi selaku operator radio militer dan alat komunikasi lainnya; Chanyeol—seorang Alpha dan ahli mesin; 7 orang lainnya Beta yang terdiri dari Junmyeon, Kyungsoo, Yongguk, Daehyun, Jongdae, dan Yugyeom sebagai anggota biasa. Sementara satu orang lainnya adalah Seokjin, Beta yang merupakan kekasih Namjoon—meski hubungan mereka tidak diketahui oleh pimpinan lain; dan bertugas sebagai tim medis di pasukan inti Pasukan Brigade Khusus ke 13.
"Sudah ada Won-sik dan Hyun-woo di daerah X ini," kata Namjoon menerangkan, "Mereka akan membantu kita memposisikan diri dan mencari jalur tercepat yang aman ke markas pasukan brigade," ia berhenti untuk menjilat bibirnya, nampak ragu, "Masalahnya adalah, mereka tidak yakin seratus persen bahwa di markas ini ada yang berjaga. Hanya beberapa tentara terlihat berjaga di sekitar, dan mereka beberapa kali bolak balik membawa tawanan berpenutup kepala warna hitam."
"Apa mereka tidak punya informasi lainnya?" tanya Jungkook. "Bisa saja kan, tawanan-tawanan tersebut ternyata orang-orang penting yang pernah diculik oleh Korea Utara. "
"Mungkin saja, apalagi di daerah yang agak terpencil seperti ini," jawab Namjoon, "Di sekitar sana Won-sik dan Hyunwoo juga sudah memastikan bahwa ada banyak ranjau, jadi mungkin Yongguk akan membantu Chanyeol di barisan depan."
Chanyeol terlihat agak gugup, "Kapan kita mulai misi ini?"
Namjoon mengangkat kepalanya untuk melihat anggotanya satu persatu, "Malam ini. Pukul 1 malam, waktu Korea Utara."
10 Januari 2045, Korean Peninsula
00.40 a.m
Udara dingin, 5 derajat celsius, tidak mengurungkan keinginan Jungkook keluar melakukan misi malam itu. Ia melihat ke sekitarnya, sudah ada Namjoon, Seokjin, Yoongi, Hoseok, Chanyeol, Yugyeom, dan Kyungsoo di belakangnya. Ia mengambil goggle dan memasangnya, sementara Kyungsoo masih memantau kejauhan di depan.
"Bagaimana?"
"Ada dua orang berjaga-jaga di depan markas. Tapi aku belum melihat sinyal dari Won-sik dan Hyun-woo," kata Kyungsoo pada Namjoon.
Tepat pukul 1 malam, sesosok hitam melambaikan tangan ke arah mereka, menandakan bahwa keadaan sudah aman. Chanyeol mengeluarkan alat pendeteksi ranjau, dan membuat aba-aba pada yang lain untuk mengikutinya.
Selama mereka menjalankan tugas, Jungkook teringat akan misi pertamanya saat ia berusia 17 tahun. Saat itu ia masih anak kecil yang labil dan tidak percaya diri, takut akan misi pertama yang dijalaninya. Berhari-hari ia tidak tidur di tempat tidur yang empuk karena harus bergantian jaga malam berdua dengan Yugyeom.
Tetapi ada seorang seniornya yang terkadang datang untuk menemani mereka. Berbagi cerita soal pengalamannya di tahun-tahun pertama mendaftar jadi tentara junior, dan beberapa lelucon soal petinggi-petinggi di pusat. Orang tersebut juga sangat cekatan dan selalu mencetak poin besar di setiap misi yang diberikan. Jungkook sangat menghormati dan mengidolakan orang tersebut.
Kim Taehyung.
Seorang Alpha; mentor Jungkook di tahun-tahun pertamanya.
Tetapi kemudian Alpha tersebut menghilang saat ia ditugaskan untuk menyelinap masuk ke daerah perbatasan Korea bersama dengan 25 orang lainnya—untuk membakar gudang penyimpanan senjata Korea Utara. Berhari-hari—hingga mereka menunggu berminggu-minggu lamanya, Taehyung dan kawan-kawan mereka yang lain tidak kunjung kembali. Sampai akhirnya mereka menemukan beberapa orang mayat teman mereka yang terbaring tidak bernyawa di antara timbunan pasir putih, menandakan bahwa misi yang sedang mereka jalani mengalami kegagalan.
Namjoon mengatakan pada saat itu, tidak mungkin ada harapan bagi mereka yang telah tertangkap oleh pasukan Korea Utara untuk kembali dalam keadaan hidup-hidup.
Mereka mengikuti perkataan Namjoon dan percaya bahwa teman mereka telah tewas dengan membawa kehormatan, tetapi Jungkook tidak.
Sudah 8 tahun lebih Jungkook tidak melihat sosok Taehyung lagi. Melihat senyum kotak yang unik di wajah Alpha tersebut setiap kali Jungkook bergurau dengannya.
Ia juga mengingat betapa sering Yugyeom, Seokjin dan Yongguk mengomentari perubahan sikapnya semenjak saat itu. Dulu ia adalah anak yang selalu membuat onar, tapi malu-malu saat harus berhadapan dengan Alpha dan Beta yang lebih tua darinya, tapi selalu membuat candaan lucu yang membuat orang tertawa bahkan di saat-saat paling terdesak.
Tapi semenjak ia mendapatkan kabar bahwa Taehyung menghilang bersama 5 orang lainnya, ia berubah menjadi pribadi yang tidak banyak bicara dan bergerak sesuai nalurinya. Ia menutup perasaannya dalam-dalam, bahkan tidak merespon saat Seokjin mengucapkan beberapa kalimat kelakar bodohnya pada Jungkook.
("Jungkook-ssi, kapan terakhir kali kau tertawa keras?" Yugyeom selalu bertanya padanya jika candaannya selalu ditanggapi dingin oleh Jungkook.)
Mungkin sekarang Taehyung sudah mati, bersama dengan senior-seniornya yang lain, kalau kata orang-orang. Tapi Jungkook berusaha untuk tidak termakan ucapan itu. Ia yakin, di lain sisi di dunia ini, pasti Taehyung masih hidup.
Ya, masih hidup.
"Jungkook, tolong kau bereskan penjaga di sana."
Jungkook nyaris melompat kaget saat Namjoon membuyarkan namja tersebut dari lamunannya.
Tanpa disuruh dua kali, ia menyelinap diam-diam ke belakang tentara penjaga yang sedang menguap di dekat meja jaganya. Dengan cepat, Jungkook mengangkat pisau dan menyayat leher penjaga yang sedang tidak menyadari keberadaan Alpha bersurai hitam tersebut—dengan satu sayatan sempurna yang dalam dan mematikan. Tanpa suara, tubuh penjaga tersebut jatuh ke atas tangan Jungkook. Hoseok membantunya menyeret tubuh tentara tersebut di antara semak-semak. Dua orang penjaga lainnya keluar dari dalam markas, kali ini Namjoon dan Yoongi memukul kepala mereka dengan siku, sebelum akhirnya mengakhiri dengan sayatan di leher.
Untuk sementara, markas kembali sepi.
Chanyeol pergi ke ruangan kontrol, berusaha mengutak-atik kode untuk membuka gerbang markas selama selang beberapa detik. Jungkook dan Yoongi masuk ke dalam markas tanpa suara, sementara Kyungsoo dan Hoseok berjaga di belakang mereka.
Hampir setengah jam mereka menghabiskan tentara yang memunculkan diri, sampai akhirnya mereka yakin markas tersebut aman untuk sementara.
"Hei," kata Yoongi berbisik, "Tidak kah kalian merasa aneh? Sepertinya markas ini terlalu sepi, dan tidak begitu banyak tentara berjaga yang membahayakan."
"Kurasa juga a—"
"Menunduk dan pakai masker kalian!" seru Jungkook pada ketiga temannya.
"Jebakan?!"
Dari seluruh sisi ruangan mulai mengepulkan asap mencurigakan berwarna putih. Jungkook tidak perlu menebak dua kali untuk mengetahui bahwa gas tersebut adalah gas tidur. Ia memimpin ketiga temannya untuk mencari tempat aman, sementara suara langkah kaki berderap di sekitar mereka.
"Sialan, sialan, sialan..."
Hoseok berkomat-kamit panik.
Yoongi menunjuk ke sebuah pintu besi yang dirantai dan dikunci oleh banyak gembok. Tanpa banyak berpikir, Jungkook menembak gembok tersebut dan menyuruh teman-temannya untuk melompat ke dalam. Di dalam sana gelap, hanya ada beberapa penerangan yang bersumber di ujung lorong sempit memanjang.
"Di mana ini?" tanya Hoseok masih panik.
"Tenang, Hyung! Fokus saja untuk memasang timer bomb di pintu tadi!"
Mereka langsung berlari menyusuri lorong panjang. Di dalam sana hening, hanya terdengar suara letupan air jatuh—dan suara ledakan hebat di dekat pintu. Jungkook merasakan sekitarnya bergetar hebat sebelum akhirnya keadaan kembali tenang.
"Mereka punya ruangan rahasia," bisik Kyungsoo masih tidak percaya, "Apa jangan-jangan ini tempat persembunyian tentara yang lain?"
"Kurasa tidak mungkin. Lebih tepatnya, mungkin tepat ini hanya tempat persediaan senjata yang kita cari," kata Yoongi.
Jungkook berhenti di depan sebuah pintu besar dari lapisan baja dan besi berat, yang setengahnya sudah berkarat. Ia memberi tanda pada Kyungsoo untuk membukanya, sementara ia dan Yoongi mengarahkan pistol tangan berlaras pendek mereka ke depan, mewanti-wanti apabila ada sesuatu yang mencurigakan dan mengancam nyawa mereka.
Pemandangan yang mereka dilihat di dalam membuat mereka terkejut setengah mati.
Beberapa tentara—ada yang berpakaian utuh, setengah utuh, dan telanjang bulat—sedang melakukan seks beramai-ramai. Ada banyak laki-laki muda, berusia sekitar 18 tahun hingga sekitaran 20 tahunan, dengan tubuh dirantai ke tembok—dipaksa untuk melakukan oral seks dan seks dengan posisi aneh lainnya dengan tentara-tentara tersebut. Jungkook bisa mendengar suara Hoseok menahan mualnya.
Omega.
Dari indera penciumannya yang tajam, Jungkook tahu bahwa yang ia lihat saat ini adalah kumpulan para Omega yang seharusnya sudah jarang ditemui di belahan dunia manapun. Aroma manis Omega sangat mudah ditangkap dan dibedakan dengan aroma Alpha maupun Beta lain. Tapi kini di antara aroma manis tersebut, ia bisa mencium aroma busuk keringat dan aroma musk yang menjadi ciri khas Alpha dan aroma tawar milik para Beta.
Dengan perasaan campur aduk, Jungkook berbisik pelan, menyuruh ketiga teman-temannya untuk menembaki satu persatu tentara musuh yang mereka lihat.
Suara teriakan, erangan kesakitan, darah, isi cairan otak, semuanya bercampur jadi satu sewaktu suara tembakan pistol berdengung dan bergema di seisi ruangan.
Omega-Omega tersebut kini berteriak ketakutan, berlari kesana-kemari dengan panik mencari perlindungan. Tentara-tentara yang masih hidup, belingsatan mengambil senjata mereka lalu menembaki Jungkook dan kawan-kawannya dengan kalang kabut, menyebabkan beberapa tembakan meleset justru mengenai Omega-Omega tersebut. Tembakan lainnya mengenai saluran gas dan menyebabkan ledakan lainnya bermunculan di sekitar mereka.
Jungkook menembak mati tentara-tentara tersebut dengan mudah. Google dan maskernya terciprat darah segar. "Ini tentara terakhir yang kutembak hari ini, aku harap," gumamnya. Ia menoleh ke arah yang lain untuk memeriksa apakah ada Omega yang masih hidup.
Hatinya terasa ngilu melihat beberapa Omega di depannya sudah tewas akibat menghirup gas beracun. Namun yang paling menyayat hatinya adalah beberapa Omega di antaranya sedang mengandung—tubuh mereka yang telanjang memperlihatkan perut mereka dengan ukuran bervariasi—bahkan ada yang dari ukuran perutnya menandakan bahwa ia sedang mengandung anak kembar. Kyungsoo yang dari tadi hanya memeriksa dengan diam, kini jatuh terduduk dengan suara tangisan tercekat di tenggorokan. Hoseok membungkukkan tubuhnya sambil memegangi perutnya yang mual, dan Yoongi hanya memandangi wajah-wajah Omega tersebut dengan mata nanar.
"10 tahun aku melihat Omega untuk terakhir kalinya," kata Yoongi lirih, "Tetapi kini aku malah menemukan mereka sudah tidak bernyawa." Jungkook hanya bisa diam menatap Yoongi, "Korea Utara pasti menggunakan Omega-Omega ini untuk memperbanyak populasi mereka. Tapi entah berapa dari mereka yang berhasil hidup..."
"Hyung." Yoongi mengangkat kepalanya untuk melihat Jungkook memanggilnya.
Jungkook memutar tubuhnya saat ia mendengar suara orang melenguh di belakangnya. Matanya terbelalak lebar. Ia memberi petunjuk pada Yoongi untuk mengikutinya.
Di sebuah sel dengan pintu setengah terbuka, berdiri seorang Omega berambut abu-abu—dengan dibantu oleh seorang Omega mungil berambut blonde dengan kedua tangannya. Poninya menutupi sebagian matanya, dan Jungkook merasa ia pernah mengenal kedua mata tersebut... di suatu waktu dan di suatu tempat.
"Tolong—"
Jungkook berlari menuju Omega tersebut dan langsung memapah tubuh Omega yang hampir kehilangan kesadaran tersebut, sementara Yoongi memapah Omega blonde di sebelahnya. Kedua Omega tersebut setengah telanjang. Omega yang lebih tinggi—yang saat ini sedang dipapah oleh Jungkook, terbuka di bagian setengah dada ke atas.
Jantung Jungkook berdegup kencang. Ia mengenal suara tersebut.
Mengenal kedua mata tersebut.
Wajah tersebut, meski hanya separuh yang bisa ia lihat.
Dengan suara gemetar, ia berbisik, "Taetae-Hyung?"
Omega tersebut hanya menjawab dengan teriakan bernada rendah.
10 Januari 2045, Korean Peninsula
04.20 a.m
Jantung Namjoon tidak bisa berhenti berdegup kencang di dadanya. Matanya menerawang markas yang separuhnya sudah terbakar akibat ledakan-ledakan yang dihasilkan di dalam. Won-sik dan Hyun-woo berpatroli di sekitar markas dengan gelagat khawatir. Tangan Namjoon memijat-mijat pahanya dengan gugup, sementara Seokjin merangkul bahu Alpha tersebut—berusaha menenangkannya.
"Aku mendengar suara ledakan di dalam, Jin," kata Namjoon, "Bagaimana jika mereka—"
"Tapi tidak ada tentara musuh yang keluar dari dalam markas 'kan, Joon?" Seokjin setengah berbisik berusaha menenangkan kekasihnya, tetapi sesungguhnya ia sama khawatirnya dengan Alpha tersebut. "Jungkook sangat ahli dalam tembak-menembak, pasti mereka selamat selama Jungkook bersama mereka."
Pintu gerbang tiba-tiba terbuka sambil mengepulkan asap berwarna putih. Namjoon, Seokjin, Yugyeom dan Chanyeol langsung bersiap-siap untuk menembak saat mereka mendapati Jungkook, Yoongi, Hoseok dan Yoongi keluar dari sana.
"Kalian selamat!" seru Yugyeom gembira.
"I-itu?" Chanyeol menunjuk ke arah 3 orang yang masing-masing dipapah oleh Jungkook, Yoongi dan Kyungsoo.
"Jin-Hyung!" seru Jungkook panik, matanya merah karena sempat terkena semprotan gas, "Aku butuh pertolongan!"
Seokjin menghampiri mereka dengan wajah bingung, "H-huh?!"
Terdengar suara erangan yang memilukan dari salah satu orang yang mereka berhasil selamatkan. Mata Seokjin membelalak saat ia mengerti apa yang terjadi, "Tidak mungkin—"
"Jin-Hyung, cepatlah!"
Seokjin langsung meminta Yugyeom dan Jungkook membawa Omega yang paling tinggi di antara Omega lainnya tersebut menjauhi markas dan timbunan ranjau yang membahayakan. Ia menidurkan Omega tersebut di atas matras yang dipersiapkan oleh Won-sik dan Hyun-woo selama mereka berjaga semalaman untuk mengintai kegiatan tentara Korea Utara di dalam markas.
Omega tersebut mengerang kesakitan, napasnya menderu-deru pendek. Bagian selangkangannya kini berlumuran darah segar. Seokjin menelan ludah, "Omega. Dan dia sudah pembukaan sepuluh. Sepertinya." Beta yang bertugas sebagai paramedis tersebut terlihat kalut karena baru pertama kali inilah ia melihat pemandangan yang sama sekali tidak pernah percaya akan lihat secara langsung. Jika sebelumnya ia hanya membaca buku tentang pengetahuan akan alat reproduksi Alpha, Beta dan Omega, kini di hadapannya benar-benar ada seorang Omega yang hendak melahirkan.
"Astaga, astaga—" Hyun-woo menatap dengan tidak percaya di sebelahnya, ikut panik.
Jungkook memegang tangan Omega yang ia percaya sebagai Taehyung. Bertahun-tahun ia tidak bertemu Taehyung, ia masih bisa mengenali orang tersebut. Pertanyaannya adalah, Taehyung yang ia kenali selama ini adalah Alpha-tetapi Omega yang kini sedang berusaha bernapas adalah Taehyung yang dulu ia kenal dekat.
Tapi bagaimana mungkin?
"Hyung, tidak bisakah kau melakukan sesuatu?! Ia terlihat kesakitan!" seru Jungkook panik, tangannya tergenggam erat di tangan Omega tersebut.
"Bagaimana aku tahu?! Aku belum pernah membantu persalinan sama sekali seumur hidupku!" gerutu Seokjin. "K-kalau aku lihat di buku—umm, kau harus mulai mendorong? Kau tahu, seperti buang air besar?"
Omega tersebut hanya menatap Seokjin dengan mata nanar, "Aku tahu rasanya melahirkan, babo." Ia menggerung rendah dan melebarkan kedua kakinya, selangkangannya terus mengucurkan darah. Hoseok tidak dapat menahan rasa mualnya dan memuntahkan isi perutnya ke semak-semak. Suara gerungan tersebut berhenti selama beberapa detik, dan orang-orang mengamati sesuatu yang muncul di antara selangkangan Omega tersebut dengan takjub.
"Astaga, itu—?" Won-sik tidak dapat fokus ke sekitarnya selain ke selangkangan Omega tersebut. Ia melihat ujung sesuatu yang mirip dengan kulit manusia, tetapi berambut dan berlumuran darah. Tangannya meremas tangan Yugyeom yang saat ini wajahnya berubah pucat melihat pemandangan di hadapannya.
"K-kepalanya-kurasa ini kepalanya!" seru Seokjin, "Ya, aku bisa melihat wajahnya!" ia berseru senang, "Sedikit lagi, dua atau tiga dorongan lagi dan bayi ini akan keluar ke dunia!"
Ucapan Seokjin tersebut membuat yang lain memasang wajah was was namun penuh rasa takjub. Bayi pertama yang mereka lihat setelah bertahun-tahun populasi manusia tidak bertambah. Harapan baru. Masa depan yang baru.
Jungkook diam selama proses bersalin tersebut berlangsung, matanya tidak berhenti menatap Omega di hadapannya. Wajah Omega tersebut dibasahi oleh keringat, matanya menyipit menahan rasa sakit, dan beberapa kali bibirnya mengeluarkan darah karena gigitan yang dihasilkan akibat menahan erangan.
Ia benar-benar mengenal Omega ini.
Taehyung.
"Taetae-Hyungie?"
Omega tersebut menatap mata Jungkook dengan mata berkaca-kaca, "J-Jungkook-ah—hnggh!"
Dengan napas menderu, ia mulai mengejan dan berusaha mendorong bayi yang kini tersumpal di antara selangkangan dengan sisa-sisa tenaganya, memeras tangan Jungkook kuat-kuat.
Sesosok manusia kecil keluar dari tubuhnya.
Semua orang hampir berseru senang saat Yoongi melempar pertanyaan,
"Kukira dia akan menangis?"
Seokjin memeriksa bayi tersebut dengan waswas. Tubuhnya yang berlumuran darah sudah membiru, dingin, tidak bergerak sedikitpun. Beta tersebut berusaha menekan dada bayi yang sudah membiru tersebut, melakukan emergency CPR. Matanya meneteskan airmata ketika tidak ada respon dari tubuh bayi—laki-laki tersebut, "Tidak ada—ia tidak merespon—"
"Ia sudah—"
Namjoon tidak melanjutkan.
Jungkook melihat Omega di sampingnya berusaha mengumpulkan sisa tenaganya, wajahnya kini basah entah karena keringat atau airmata. Tangannya berusaha meraih bayi yang digendong oleh Seokjin, "Berikan dia padaku..."
"Dia sudah mati..." Jungkook berkata, wajahnya sarat dengan emosi.
"Aku tahu—" Omega tersebut menangis sesenggukan, "Dia bukan yang pertama mati... Ya, lebih baik begitu daripada mereka mengambil yang masih hidup..." tangannya menyentuh wajah bayinya yang sudah dingin. Ia meletakkan bayinya tepat di atas dadanya, menyanyikan lagu yang entah sudah berapa tahun tidak pernah ia dengar.
Jungkook teringat eommanya pernah menyanyikan lagu itu untuknya.
Dan pagi keesokannya, mereka mengubur tubuh mungil yang seharusnya menjadi masa depan umat manusia.
11 Januari 2045, Korean Peninsula
08.40 a.m
"Berdasarkan data analisisku, ketiga Omega ini bernama Park Jimin menghilang di Daegu sekitar 6 tahun lalu," Junmyeon menunjuk foto seorang anak laki-laki chubby, dan mengarahkan foto tersebut ke layar proyeksi 3D, "Yang ini bernama Byun Baekhyun, juga masuk ke data orang yang juga menghilang sekitar 6 tahun lalu dari Seoul," ia menunjuk foto pria muda berusia akhir 20 tahun, "Dan yang ini, salah satu anggota pasukan Brigade yang pernah dikirim oleh Bang Si Hyuk-daejangnim. Kim Taehyung."
Namjoon, Seokjin dan Jungkook saling berpandangan.
"Tapi tidak ada satupun dari mereka yang memiliki sejarah sebagai seorang Omega!" seru Jungkook, "Bahkan Taetae-Hyung bukan seorang Omega. Kalian pasti ingat dia adalah seorang Alpha, kan? Dia juga dikenal sebagai Alpha yang cocok sebagai penerus Leeteuk-nim!"
"Aku mengerti itu, tapi berdasarkan data fisik dan pemeriksaan seks, Byun Baekhyun sepertinya baru mengalami heat sejak berusia 21 tahun. Park Jimin, mengalami heat semenjak berusia 16 tahun, dan Kim Taehyung sejak 18 tahun," papar Seokjin, "Dari hasil pemeriksaan juga, mereka sudah berkali-kali mengalami kekerasan seksual. Terutama Taehyung, tubuhnya menunjukkan bahwa ia sudah mengalami kehamilan sebanyak 4 kali. Mungkin lebih, melihat hasil pemeriksaan ultrasound. Dia—dia memiliki rahim dalam kondisi yang sangat bagus. Dan dari bentuk mulut alat reproduksi tambahannya—dia sudah hamil berkali-kali."
Wajah Jungkook, Namjoon dan Junmyeon memucat mendengar penjelasan Seokjin.
"L-lebih dari empat kali? Apa mungkin Korea Utara bermaksud menjadikan mereka inkubator manusia?" tanya Jungkook. Ia merasakan perutnya mual membayangkan kemungkinan tersebut. Taehyung disiksa dan dipaksa untuk berhubungan seksual, dan melahirkan anak-anak yang kemungkinan besar tidak berhasil bertahan hidup setelah mereka lahir.
"Kurasa hal itu mungkin sekali, apalagi anak-anak yang terlahir di dunia saat ini menjadi aset penting bagi semua negara. Aku yakin, di pasar gelap pasti menjual anak sudah menjadi hal yang illegal. Walau aku sendiri tidak yakin ada anak yang dilahirkan oleh para Omega ini berhasil selamat setelah dilahirkan," Namjoon berdiri dari kursinya, "Kurasa untuk sementara, kita tidak perlu mengabarkan orang-orang pusat mengenai hal ini."
Rapat singkat berakhir dan Jungkook pergi mengekor Seokjin menuju ruang rawat.
"Jadi, ia benar-benar Taetae-Hyung kan?"
Seokjin hanya mengangguk, "Jungkook-ah, aku mengerti bahwa kau sudah lama mengharapkan Taehyung masih hidup. Tapi kurasa sekarang bukan waktu yang tepat untuknya berinteraksi dengan Alpha lainnya. Kematian anaknya membuatnya depresi berat saat ini," jelas Seokjin.
Jungkook berhenti tepat di depan ruang rawat sementara Seokjin masuk ke dalam ruangannya. Alpha tersebut mematung sesaat sebelum akhirnya berjalan mengendap-endap masuk ke dalam ruang rawat. Di ruangan tersebut terdapat banyak pintu yang biasa digunakan untuk mengisolasi pasien yang mengalami trauma atau mengidap virus berbahaya. Jungkook tahu bahwa dari salah satu ruangan tersebut ada Taehyung di baliknya. Ia mendekati ruangan Taehyung, ruangan yang ia curi dengar berada di lorong paling ujung. Ia hendak membuka pintu ketika ia mendengar suara histeris dari dalam. Khawatir, Jungkook mendobrak masuk, "Taetae-Hyung-"
Taehyung berteriak marah kepadanya, matanya merah karena airmata, dan tubuhnya terguncang karena menangis sesenggukan.
"Hyung—"
"Aku ingin pergi—aku harus pergi—"
"Pergi kemana, Hyung?"
"Pergi! Aku mau pergi!" teriak Taehyung histeris, "Aku mau bertemu Jihoon!"
"Jihoon siapa—"
Taehyung menjatuhkan dirinya ke lantai jika Jungkook tidak cepat-cepat menahan tubuhnya.
Jungkook mendengar suara pintu didobrak dengan paksa, "Jungkook-ah, sudah kubilang—"
"Hyung, Taetae—"
Seokjin berdecak dongkol dan serta merta segera menyuntikkan suatu cairan penenang ke leher Taehyung sementara ia meminta Jungkook memegangi tubuhnya. Taehyung terjatuh ke dada bidang Jungkook setelah beberapa menit meronta-ronta, dan akhirnya tubuhnya menyerah pada dosis obat yang diberikan Seokjin. Beta tersebut menatap Jungkook dengan kesal, "Lihat akibat ulahmu. Kondisi Taehyung masih belum stabil untuk saat ini. Setidaknya berikan ia waktu untuk menyendiri."
Jungkook hanya memandang Taehyung dengan sedih.
Kemana Taehyung yang dikenalnya selama 9 tahun tersebut?
11 Januari 2045, Korean Peninsula
10.23a.m
Jimin dan Baekhyun, dua Omega lainnya selain Taehyung yang mereka selamatkan kemarin, kini duduk melingkar bersama anggota Pasukan Brigade Khusus ke 13. Di bawah kendali Namjoon, mereka ditanyai pertanyaan mendalam mengenai pasukan Korea Utara dan bahasan mengenai markas yang tanpa disangka-sangka menaungi Omega-Omega yang seharusnya beberapa tahun lalu sudah jarang ditemui di belahan dunia manapun. Suasana tidak diduga berubah tegang mengingat bahwa saat ini mereka sedang berhadapan dengan aset berharga di seluruh negara, dan kemungkinan Korea Utara sedang mencari siasat untuk merebut kembali Omega yang telah mereka ambil.
Jimin, Omega bertubuh mungil itu, memasang wajah datar saat Yoongi menanyainya. Beberapa pertanyaan hanya dijawabnya dengan anggukan lemah. Sementara Baekhyun sepanjang interogasi, terlihat berusaha menahan airmatanya. Jungkook langsung berasumsi bahwa Omega bernama Baekhyun tersebut merasa tidak nyaman harus diinterogasi setelah berhasil diselamatkan dari cengkeraman tentara Korea Utara.
Yoongi menjadi orang yang menanyai mereka, memulai pertanyaan dengan dehaman.
"Jadi, kalian bukan terlahir alami sebagai Omega?"
Jimin dan Baekhyun mengangguk.
"Kalian bilang, kalian diinduksi dengan hormon palsu? Untuk memicu heat palsu?"
Keduanya kembali mengangguk.
"Berapa kali-" Yoongi menatap Namjoon-memastikan bahwa ia menang harus menanyakan hal ini, "Berapa kali kalian-dipaksa-"
"Setiap minggu setidaknya tiga kali," jawab Jimin sambil menggenggam tangan Baekhyun, "Dan sekali dalam sebulan, untuk seks beramai-ramai."
Hoseok, Yugyeom, Chanyeol, dan Hyun-woo tidak dapat menahan ekspresi mereka.
"Lalu soal kelahiran-" Yoongi melanjutkan, "Berapa kali kalian harus melahirkan?"
"Aku dan Baek-hyungie," jawab Jimin lagi, "Kami hanya dijadikan budak seks. Tapi tidak pernah sampai melalui masa kehamilan," ia terdiam beberapa saat. Enggan berkata lebih jauh tapi kembali melanjutkan, "Tapi Taehyun dan enam orang lainnya, mereka memiliki beberapa Alpha tetap yang bertugas untuk membuahi rahim mereka. Enam orang yang lain ini-mereka beberapa kali gagal melahirkan bayi yang hidup hingga usia 7 tahun: hanya Tae-hyungie yang hingga 3 kali melahirkan bayi sempurna, 1 diantaranya yang masih hidup, kini ada di bawah pengawasan pemerintah langsung, di Pyongyang."
Jungkook menelan ludahnya, "Apa namanya Jihoon?"
Jimin dan Baekhyun menatapnya dengan terkejut. Baekhyun akhirnya menjawab lirih, "Ya, namanya Jihoon. Dia bayi yang lahir dari eksperimen pertama dan juga yang pertama kali bisa hidup hingga usia 7 tahun."
Namjoon mengambil alih, "Jadi, selama ini, hanya Taehyung yang berhasil hamil dan melahirkan, beserta beberapa Omega lainnya. Tapi untuk sementara ini, Taehyung lah yang satu-satunya paling berpotensi dijadikan inkubator manusia?"
Jimin dan Baekhyun mengangguk.
Ruangan kembali hening.
Artinya, seluruh umat manusia saat ini memang sedang berhadapan dengan akhir dunia.
Dan Taehyung hanya secercah harapan yang rapuh, yang bisa diambil kembali kapan saja oleh bukan hanya Korea Utara, tapi juga negara-negara lainnya.
Jungkook mengepalkan tangannya dengan marah.
"Kalau begitu, kita semua harus melindungi Taetae-Hyung. Bagaimanapun caranya," kata Jungkook bersikeras, "Korea Utara pasti bermaksud menjadikannya sebagai inkubator manusia, dan mungkin akan melakukan eksperimen pada anak-anaknya selanjutnya. Atau mungkin mengubah paksa anak-anak mereka menjadi Omega lagi, dan lebih buruknya kembali menjadikan mereka inkubator manusia untuk regenerasi kehidupan selanjutnya."
"Aku mengerti ucapanmu, Jungkook-ah, tapi-"
"Apa Namjoon-Hyung mau bilang bahwa Tae-hyungie lebih baik menjadi inkubator berjalan? Hanya hidup untuk melahirkan bayi, sementara ia tidak akan pernah bertemu dengan anak-anaknya? Bahwa sudah takdirnya untuk menjadi Omega, sementara dulunya ia adalah seorang Alpha?" suara Jungkook meninggi karena amarah, "Bagaimanapun, kehidupan manusia sekarang ini menjadi seperti ini karena ulah negara-negara tidak berperikemanusiaan di dunia, ulah-ulah kakek moyang kita, dan Hyung bilang bahwa cara mengembalikan kehidupan di muka bumi ini melalui satu orang Omega yang dulunya adalah seorang Alpha? Apakah semuanya terdengar adil?"
Suasana kembali hening untuk waktu yang lama, sebelum akhirnya Yugyeom mengangkat tangannya, "Kurasa, aku setuju dengan Jungkook-ssi, Daewi-nim."
"Aku juga." Chanyeol dan Yongguk mengangkat tangan mereka bersamaan, disusul dengan Kyungsoo, Junmyeon, Hoseok, Won-sik dan Hyun-woo yang bertepuk tangan untuk Jungkook.
"Aku sendiri juga kurang menyukai pemerintah, juga pimpinan lainnya," gumam Yoongi agak keras dengan sengaja.
Namjoon menatap Seokjin yang hanya membalasnya dengan senyuman dan bahu terangkat. Alpha tersebut memijat dahinya dan berkata, "Aku memang sudah bilang bahwa lebih baik untuk tidak mengabari Brigade 1 dan pemerintah pusat mengenai hal ini. Tapi kupikir lagi, sepertinya kita akan menerima tiga orang teman baru hari ini. Dan sudah menjadi kewajiban kita, untuk melindungi satu sama lain."
Seisi ruangan bersorak senang, sementara Jimin dan Baekhyun saling bertatapan satu sama lain, wajah mereka terlihat kaget-namun kemudian ekspresi mereka mencair menjadi senyuman girang. Jimin dan Baekhyun menghampiri Namjoon dan Jungkook, membungkukkan tubuh mereka dalam-dalam dan mulai menanngis sesenggukan, "K-kami tidak tahu harus membalas kalian dengan apa...kami—"
Yoongi hanya menjawab dengan seringaian khasnya, "Dae-bak! Kebetulan kami butuh kru untuk memasak. Sekarang akhirnya aku tidak perlu memasak untuk kalian, neeoheedeul! Oh atau mungkin aku butuh asisten untuk mengurus radio yang rusak?"
20 Januari 2045, Korean Peninsula
11.23a.m
Sehari setelahnya, Namjoon meminta Yoongi untuk mengabarkan Daehanminguk Yuk-gun sebagai pimpinan tertinggi militer mengenai keberhasilan misi mereka di Korean Peninsula. Oleh pimpinan pusat, mereka diminta untuk kembali mengawasi daerah perbatasan dengan tetap menjaga keamanan diri. Setelah mengontak mereka, Jungkook meminta izin pada Seokjin untuk menemui Taehyung. Beta tersebut mengizinkan, mengatakan bahwa beberapa saat ini keadaan psikis Taehyung sudah membaik, sudah mau menerima keberadaan Seokjin dan mulai menerima Jimin dan Baekhyun untuk mengobrol dengannya. Tetapi depresinya masih belum menghilang mengingat baru kurang dari 2 minggu ia telah kehilangan bayinya. Seokjin meminta Jungkook agar menjaga topik pembicaraan, tidak terlalu banyak membahas mengenai hal personal. Jungkook menyetujui tanpa berkata banyak.
Jantung Jungkook berdegup kencang saat ia memasuki ruang tidur Taehyung. Omega tersebut duduk di celah lubang jendela, wajahnya menghadap keluar. Ia tidak memutar kepalanya saat mendengar Jungkook memutar kenop pintu. Jungkook diam mematung membayangkan wajah Taehyung saat ini, tetapi kemudian ia memutuskan untuk berdiri lebih dekat ke tempat tidur dan berdeham pelan, "Taetae-Hyung."
Taehyung menoleh sedikit, kepalanya masih menyandar pada lutut yang terlipat di depannya. "Jungkook-ah."
Jungkook merasakan pikirannya kosong, "Aku—"
"Aku tahu kau pasti sudah mendengar semuanya tentangku dari Jimin-ssi san Baekhyun," potong Taehyung. "Ya, benar. Sekarang aku ini Omega, bukan Alpha yang dulu pernah menjadi temanmu."
"Kau tidak pernah berubah dari Taetae-Hyung yang dulu aku kenal!" seru Jungkook dengan nada tinggi, "Kau-kau masih sama dengan Taetae-Hyung yang kukenal dulu. Kau percaya diri, punya selera humor yang aneh, berkemauan tinggi, keras kepala, kuat, tapi juga peduli dengan orang-orang di sekitarmu!"
"Apakah aku cukup keras kepala untuk mempertahankan anak-anakku?" Taehyung membalas ucapan Jungkook dengan pertanyaan, "Apakah aku cukup kuat untuk menerima bahwa aku tidak akan pernah melihat anak-anakku?"
Jungkook menelan ludah, "Hyung, kumohon-"
"Itu kenyataannya, Jungkook," kata Taehyung, "Aku masih terlalu lemah. Masih terlalu lemah pendirian untuk mempertahankan anak-anakku." Ia mulai menangis, tangisannya meski tidak sehisteris saat Jungkook menemuinya dua hari yang lalu-tapi pemandangan itu cukup menyayat hatinya dalam-dalam, "Bertahun-tahun mereka membunuhku pelan-pelan, melakukan eksperimen mengerikan, lalu memisahkanku dengan anak-anakku, Jungkook-ah—"
Jungkook mendekati tubuh Taehyung yang terguncang oleh isak tangis dan mendekap Omega tersebut erat-erat, "Mulai saat ini kau aman bersama kami, Hyung. Kami tidak akan membiarkan kalian bertiga jatuh ke tangan mereka. Kau sudah berjuang sampai sejauh ini, jadi biarkan kami yang berjuang untukmu," ujarnya setengah berbisik ke telinga Taehyung. Taehyung menggenggam kaus putih Alpha tersebut, menangis di dadanya yang bidang. Jungkook menggendong tubuh Omega tersebut dan membawanya ke tempat tidur, terus mendekap tubuh Taehyung hingga ia terlelap dalam tangisnya.
Saat Taehyung jatuh tertidur, Jungkook tidak mengedipkan matanya sedikit pun pada Omega di hadapannya itu. Tangannya bergerak ke bagian perut Taehyung, dan merasakan perut namja tersebut masih memiliki daging tambahan yang sepertinya ia dapatkan selama masa kehamilan.
Berapa banyak waktu yang Taehyung habiskan untuk mengandung anak yang mungkin pada awalnya tidak ia inginkan...
Berapa banyak siksaan yang harus ia tahan selama bertahun-tahun selama ia dipenjara...
"Aku akan selalu melindungimu, Hyung..."
Ia berbisik pelan, berharap tidak akan membangunkan Taehyung—namun di lain sisi berharap agar Taehyung mendengarnya.
Bertahun-tahun ia berharap akan bertemu kembali dengan Taehyung, dan saat inilah kesempatan terakhirnya untuk tetap mempertahankan Taehyung di sisinya.
22 Januari 2045, Hanbando Bimujang jidae
03.15 a.m
"Divisi Batallion ke 3, Horang, berbicara pada Songun." Seorang pria, Alpha, berbicara melalui komunikator berupa radio, "Ye, di sini Hyung-sik. Kami ingin menyampaikan bahwa kami sudah menemukan markas Heugpyobeom. Ye, dalam waktu tiga hari, kami berencana untuk melakukan penyerangan mendadak. Kami hanya perlu kordinat pasti di mana tempat itu berada. Ganti."
"Kalau begitu, kami tunggu hasil secepatnya dalam waktu 3 hari dari sekarang."
"Aku mengerti, Wonsa-nim."
Alpha berambut coklat tersebut mengakhiri komunikasi setelah mendengar konfirmasi di hujung pembicaraan. Ia menekan sebuah tombol di dekatnya, dan beberapa orang langsung berdiri mengitarinya.
"Dalam tiga hari ini, aku ingin kalian tidak menyia-nyiakan rencana yang sudah aku siapkan." Kata Alpha bernama Hyung-sik tersebut pada kawan-kawannya, "Kita akan melancarkan serangan dadakan. Kalau bisa, bunuh mereka semua dan bakar habis markas mereka. Besok, setelah Jae-hwan menghubungi kita dan memastikan situasinya sesuai rencana, kita akan melakukan penyerangan."
Seorang Beta menanggapi, "Lalu bagaimana dengan Omega-Omega yang berhasil mereka selamatkan?"
Hyung-sik menjawab tanpa ragu, "Aku ingin V tetap hidup. Aku tidak peduli dengan 2 Omega lainnya. Kuharap dalam misi ini, kalian bisa membawa pulang V kembali ke sini," ia terdiam beberapa saat, "Saat ini, dia adalah aset negara yang memegang peran penting dalam masa depan dunia ini."
TBC
Catatan penulis: Akhirnya keinginan untuk membuat ABO dengan genrenya action dan kehancuran di akhir dunia. Fanfic ini juga hanya memakai nama-nama asli dari dunia Kpop, secara saya kurang menyukai penggunaan OOC lol.
Jika kalian menyukai fanfic ini, bisa tinggalkan review atau follow up untuk mengetahui kelanjutan ceritanya! Akhir kata, terimakasih untuk waktunya untuk menyempatkan diri membaca!