Hyojin mengerjap beberapa kali untuk membiasakan pengelihatannya dengan cahaya. Pemuda bersurai merah gelap itu meringis ketika kepalanya berdenyut nyeri.

"Tidur nyenyak, Kim Hyojin?"

Hyojin mengernyit, mulutnya terbuka, tetapi suaranya enggan keluar.

Dokter itu tersenyum. "Tidak apa. Beberapa pasien juga mengalami shock setelah koma untuk waktu yang tidak sebentar."

"Koma?" tanya Hyojin pelan.

"Jangan paksa pita suaramu." Dokter itu lagi-lagi tersenyum, "Aku sudah memberi izin kunjungan untuk pasien."

"Kak Hyojin!"

Hyojin terkejut. Kemudian ia menarik sudut bibirnya ke atas. "Ryujin."

Gadis bernama Ryujin itu mengusap sudut matanya.

"Ya! Cowok jahat! Berani tidur kayak gitu lagi, bakalan aku siram air cucian!" sentak Ryujin.

"Maaf," ujar Hyojin pelan. Kemudian matanya mengedar, menemukan Woo Jinyoung si teman dekat Ryujin, Kim Byeongkwan yang merupakan teman kerjanya, dan lelaki dengan surai hitam di dekat Ryujin. Lelaki itu tersenyum lega melihat Hyojin, membuat Hyojin balas melempar senyuman canggung.

"Kak Hyojin inget aku kan?" tanya Byeongkwan.

Hyojin tertawa pelan. "Iya ingat kok, Byeongkwan sama Jinyoung."

Alis Jinyoung mengerut. "Kalau Kak Hangyeom?"

"Kak Hangyeom? Siapa?"

Ryujin tertawa. "Kak, nggak lucu becandanya."

Hyojin menatap Jinyoung dan Ryujin bergantian. "Tapi, siapa dia?"

"Itu aku," sahut si lelaki bersurai hitam. Ia menarik nafas dalam sebelum melanjutkan, "Aku Song Hangyeom."

"Dia siapa?" tanya Hyojin sambil menatap Ryujin.

Hyojin melihat Hangyeom mengulas senyum pahit. "Aku, pelanggan cafe favoritmu."

"Kak Hangyeom!"

Hangyeom menepuk bahu Ryujin pelan, "Nggak papa, Ryu."

Hyojin tidak mengerti, mengapa Ryujin malah menangis? Apa yang salah?

.

.

[1/?]

.

.