****I'm Sorry Bcoz I Want You****

.

.

by Panwinkeu

Warning :: GS (Genderswitch)

Rated :: M

Pairing :: Park Jihoon x Park Woojin x Lai Kuanlin

Ini merupakan fic pertama ku, masih coba-coba menulis dan menyalurkan khayalan yang ada di kepala. Sebenarnya aku ini Panwink Ship, tapi sukak juga ama 2park or Pink Sausages. Dan ide fic ini ga tau kenapa malah ke Pink Sausages ha ha ha padahal awal mo Panwink tapii belakangan ini momen 2park juga bikin greget . Apalagi ujin suka mo nyosor-nyosor jiun mulu~~ Kan aku jadiiii au ah. Yah baca aja lah bagi kalian yang suka 2park!

.

.

.

.

.

.

– Jihoon POV –

Tidak terasa sekarang sudah memasuki tahun 2018, dan sebentar lagi aku akan menginjak umur 23 tahun. 23 tahun? Wahh bukankah umur segitu sudah pantas untuk menikah? Yaa aku sedang menunggu kekasih ku melamar ku. Hehe

– Jihoon POV end –

.

.

Jihoon berdiri di depan apartemennya sedang menunggu seseorang menjemputnya. Rambut panjangnya ia ikat ke belakang, baju putih dengan renda dibagian dada dan tangan, jas berwarna abu-abu dan rok di atas lutut yang berwarna senada dengan jas yang ia kenakan. Make up minimalis dengan pipinya yang memang agak bulat dan bibirnya yang selalu ia lapisi liptint berwarna cherry yang sangat ia sukai menambah kesan manis pada dirinya. Sungguh ia sangat menggemaskan dan cantik. Orang-orang yang melihatnya mungkin akan berpikir bahwa ia masih seorang pelajar.

Tidak lama jihoon menunggu, mobil putih berhenti tepat di depannya. Ia masuk ke dalam mobil tersebut, sebelum ia masuk ia sempat berdecak. Ck!

"Kau lama!"

Pria yang duduk di samping jihoon atau yang saat ini sedang memegang kemudi mobil melihat jam yang ia kenakan. Matanya memicing melirik jihoon.

"5 menit dan kau bilang aku lama?"

"cepat jalan! Kita bisa terlambat.." Jihoon tidak menanggapi pertanyaan yang diajukan padanya. Pria itu pun tidak langsung menjalankan mobilnya tapi ia menoleh ke samping kanannya untuk melihat jihoon.

"wae?"

"ya! Park Woojin! Palli~~ Kau ingin kita dimarahi bos karna datang terlambat?" ya Park Woojin. Pria yang saat ini bersama jihoon adalah sahabat dari kecilnya? Dari kecil atau bahkan dari janin? Entahlah. Mungkin saja dari janin saat mereka dikandung orang tua mereka masing-masing, karna orang tua mereka berteman baik jauh sebelum mereka dilahirkan. Dan pada akhirnya persahabatan orang tua mereka turun pada mereka. Yah begitulah.

Woojin tersenyum smirk menanggapi ucapan jihoon. Ia mulai menjalankan mobilnya.

"bukankah bos kita adalah kekasih mu, untuk apa kau takut dimarahi olehnya?"

"kalaupun ia marah dan menghukum mu.. Paling-paling dia akan menghukum mu dengan sebuah ciuman" jihoon langsung memukul bahu woojin. Pipinya bersemu merah mendengar ucapan woojin yang seenaknya saja. Bahkan ekspresi wajahnya itu datar sekali saat mengucapkannya. Dasar Park Woojin menyebalkan! Batin Jihoon.

.

.

.

.

Jihoon turun lebih dulu dari mobil, ia segera masuk ke kantor Lai Corporation dan meninggalkan woojin. Woojin biasa saja dengan sikap jihoon tersebut, karna jihoon memang selalu seperti itu jika ia sedang kesal. Jihoon itu cepat sekali marahnya padahal hanya karna hal-hal sepele saja. Cepat marah tapi cepat juga baiknya. Seperti itulah sifat jihoon. Menurut woojin, jihoon itu manja tapi sok bersikap dewasa.

– Woojin POV –

Ia hanya berkata jujur tadi. Memang benar, saat itu pernah ia dan jihoon datang terlambat. Kekasihnya itu memanggil kami berdua ke ruangannya. Lalu memberi ku hukuman untuk mengerjakan proyek yang harus diselesaikan hari itu juga. Ck! Keterlaluan sekali bukan? Padahal kami berteman baik. Kami berteman sejak diperkuliahan. Setelah ia memberi tahu hukuman untuk ku, ia menyuruh ku untuk langsung pergi dan meninggalkan ia dan jihoon di ruangannya. Saat itu aku penasaran hukuman apa yang akan ia berikan pada jihoon. Sebelum aku benar-benar keluar, saat akan menutup pintu aku sengaja menutupnya perlahan. Dan apa yang ku lihat?

Si tiang listrik itu mendekati jihoon dan menarik tengkuknya lalu menciumnya. Ck!

Tidak adil sekali bukan?

Hei bukan berarti aku ingin diperlakukan istimewa seperti jihoon. Hanya saja, sebagai CEO ia seharusnya bersikap profesional saat di kantor. Jangan karna jihoon adalah kekasihnya ia tidak menghukumnya dengan benar. Hukuman ciuman? Hah itu namanya enak. Kalau ciuman bisa dijadikan sebagai hukuman, berarti aku juga menerapkannya. Jika jihoon melakukan kesalahan aku bisa menghukumnya dengan sebuah ciuman. Eh?

– Woojin POV end –

.

.

Jihoon masuk ke ruangan kerjanya yang di dalamnya ada lagi sebuah ruang. Tidak lama woojin masuk dan melihat jihoon yang sedang berkutat dengan komputernya. Ya jihoon adalah sekretarisnya woojin. Jihoon mengabaikan woojin yang berjalan masuk ke ruangannya.

Ada berkas yang harus ia berikan pada woojin untuk di tanda tangani, tapi jihoon malas sekali bertemu woojin. Ia masih kesal. Jihoon mempoutkan bibirnya. Menimbang-menimbang. Jika ia tidak masuk, lalu siapa yang akan menandatangi berkas tersebut? Kalau ia masuk, ia harus berhenti kesal pada woojin. Hhhh

Dan disinilah jihoon sekarang, berdiri di depan meja kerja woojin. Woojin menatapnya.

"cepat tanda tangani!"

"beginikah kau bersikap pada atasan mu? Saat ini kita sedang bekerja nona Park Jihoon-ssi.." jihoon mendelik mendengar ucapan woojin barusan.

Huh! Jihoon mempoutkan bibirnya lalu mencoba tersenyum "tolong anda tanda tangani sekarang woojin-ssi.. karna setelah ini aku harus menyerahkannya pada CEO" woojin mengulum senyumnya. Menggoda jihoon sungguh hal yang menyenangkan. Ia pun langsung menandatangi berkas yang diberikan jihoon. Setelah itu, jihoon langsung mengambil berkasnya lalu berlalu pergi. Sebelum menutup pintu, ia menoleh ke belakang "aku tidak mau pulang dengan mu" lalu mengolok woojin dengan mengeluarkan lidahnya.

Blam! Pintu tertutup dengan keras.

Woojin tersenyum dengan memperlihatkan gingsulnya. Kekanak-kanakan batin woojin gemas melihat tingkah jihoon barusan.

.

.

.

.

Jihoon mengetuk pintu sebelum masuk ke ruangan yang di dalamnya ada seorang pria tampan dengan tinggi semampai, kulit putih seputih susu, dan lesung pipi masing-masing di kedua belah pipinya yang tampak saat ia tersenyum melihat sosok jihoon masuk.

Ia sedang memegang kotak kecil berwarna merah di mejanya.

"Stop in there!" jihoon memberhentikan langkahnya untuk mendekati meja yang diatasnya ada papan bertuliskan CEO Lai Kuanlin. Jihoon terkejut, kenapa ia disuruh berhenti?

Kuanlin berjalan mendekati jihoon dan berhenti tepat di depan jihoon "kau tau apa kesalahan mu hari ini?" jihoon mengedipkan matanya dengan mulut yang sedikit terbuka. Jihoon meneguk air liurnya karna tak menyangka kuanlin akan tau bahwa ia tadi terlambat, padahal ia hanya terlambat 5 menit. Ia menggigit bibirnya. Shit! Jihoon-ah berhenti! Jangan menggoda ku.

.

.

.

.

Eeeeaaaa stop dulu ah, mo tanya reader yang baca mo di lanjut ato berenti aja sampe sini?

Siapa tau ga ada yang minat ama ini fic, huhu..

Mo belajar coba bikin fic dengan kata-kata yang bagus dan enak dibaca kaya fic-fic yang pernah aku baca, bacanya itu berasa kebawa dalam fic nya. Tapi itu sih emang author-nim yang udah pro.. Ingin mencoba menulis seperti mereka tapi apa daya tak bisaa, inilah ciri khas ku dalam menulis. Seadanya~~ Hehehe~~

Kalo misalkan ada reader yang minat dan minta lanjut, adegan rated-M nya akan ada di next chapter ya hoho.

Akhir kata panwinkeu ucapkan terima kasih. Wassalam. *kek pidato aja lu*

Oiya.. story ini ada aku buat juga di wattpad dg nama akun yang sama "Panwinkeu" hehe