[Chapter 30]
Setibanya Kyungsoo di Kantor, ia mengernyitkan dahinya setelah mendapatkan sebuah pesan dari Kai yang mengajaknya untuk makan malam hari ini. Tetapi bukannya senang, Kyungsoo justru merasa khawatir karena nyatanya Kai sedang tidak sehat, dan makan malam di luar bukanlah ide yang bagus.
Tak lama setelahnya, ia dikejutkan oleh sebuah panggilan yang berasal dari Kai. Dengan tidak yakin ia menerima panggilan tersebut.
"Selamat sore, Tuan."
"Kenapa kau tidak membalas pesanku?"
"Ahh… a-aku baru saja membacanya."
"Apa kau mau makan malam bersamaku?"
Kyungsoo terdiam sejenak. Kemudian ia membuka bibirnya setelah mengumpulkan cukup banyak keberanian.
"A-aku tidak bisa membiarkan Tuan keluar untuk makan malam. Bukankah Tuan masih sakit?"
"Ahh, aku tidak suka kau masih memanggilku Tuan."
Pipi Kyungsoo merona. "Aku akan memasakkan makanan apapun yang… umm kau… inginkan."
Kyungsoo merasa canggung luar biasa saat mengganti kata 'Tuan' menjadi 'kau'.
"Kau… akan datang ke Apartemenku nanti malam? Begitu maksudmu?"
"Um."
Kyungsoo dapat mendengar tawa kecil dari Kai.
"Aku ingin makan steak buatanmu malam ini."
Kyungsoo tersenyum. Steak bukanlah masakan yang sulit. Ia bahkan cukup pandai dalam membuatnya.
"Baiklah. Aku… a-akan datang ke Apartemenmu malam ini."
Cepat-cepat Kyungsoo memutuskan sambungan telepon tersebut, sebelum ia pingsan di tempat. Ia masih sangat menyayangkan kesehatan jantungnya, dan tidak ingin terkena serangan jantung jika ia meneruskan percakapannya dengan Kai. Ia bahkan tidak memperdulikan jikalau Kai menganggapnya tidak sopan. Ia akan meminta maaf pada Kai nanti.
Ya, ia akan meminta maaf atas ketidaksopanannya sebagai seorang Asisten.
.
.
.
"Kembalilah ke Perusahaan."
Chanyeol berdecih mendengar permintaan yang dilontarkan oleh sang Ayah. Pagi ini, sang Ayah tiba-tiba memintanya untuk bicara secara empat mata di Ruang Keluarga. Dan ia tidak habis pikir kenapa sang Ayah masih betah berada di Mansion ini, mengingat sang Ayah adalah orang yang sangat sibuk.
"Apakah Ayah akan mengabulkan satu permintaanku sebelum aku kembali ke Perusahaan?" tawar Chanyeol.
Ia tahu sang Ayah menatapnya marah, tetapi ia tidak perduli. Ia sudah banyak mengorbankan hidupnya untuk sang Ayah selama ini.
"Apapun itu, akan Ayah kabulkan."
Chanyeol menganggukkan kepalanya dan menyadarkan punggungnya pada daun sofa mewah yang ia duduki. Ia menatap mata sang Ayah dengan tajam, bermaksud agar sang Ayah mendengarkan kalimatnya kali ini secara baik-baik.
"Aku ingin Menikah dengan Park Baekhyun."
Raut wajah Park Sungjin seketika berubah. Tidak terlintas sedikit pun di pikirannya bahwa Chanyeol akan melayangkan permintaan semacam itu. Apakah Puteranya ini benar-benar telah mengalami kelainan?
"Kau tidak bisa melakukannya, Park Chanyeol," tegas Park Sungjin.
"Tentu aku bisa melakukannya Ayah."
"Dia adalah Anakmu."
"Ya, tapi aku mencintainya. Dan ingin menjadikannya sebagai pendamping hidupku."
Park Sungjin mendesahkan nafasnya berat. Ia tidak mengerti dengan jalan pikiran sang Putera.
"Apa kau yakin Baekhyun mau Menikah denganmu?" tanya sang Ayah.
"Bukankah Ayah sudah melihatnya sendiri? Dia pun mencintaiku seperti aku mencintainya, Ayah."
Katakanlah, ini adalah hukuman bagi Park Sungjin karena telah melakukan kesalahan di masa lalu. Meskipun ia adalah orang yang sukses, tetapi ia sama sekali tidak memperdulikan Keluarganya. Ia lebih mementingkan Perusahaan daripada Keluarga yang sangat membutuhkan peran sang Ayah darinya.
Keadaan semakin memburuk, ketika sang Istri meninggal Dunia dan membuat Chanyeol sangat terpukul, karena Chanyeol lah yang paling dekat dengan sang Ibu. Ia baru sadar, bahwa ia telah membuat hari-hari Chanyeol semakin berat setelah kepergian Ibunya. Ia memaksa Chanyeol untuk mengurus Perusahaan di usianya yang masih sangat belia. Di usia yang seharusnya Chanyeol masih mencari jati dirinya.
Ia tidak sadar bahwa telah menjadikan Chanyeol sebagai Robotnya.
"Bagaimana Ayah?"
Sang Ayah bangkit dari duduknya dan berdiri membelakangi sang Putera.
"Lakukanlah apapun yang kau inginkan, asalkan jangan di Negara ini. Kau bebas Menikahi Puteramu asalkan kau mampu menjadikan itu sebagai rahasia. Jika tidak, maka kau akan menghancurkan Perusahaan Ayah."
Itu tidak masalah bagi Chanyeol. Ia tidak keberatan jika harus menyembunyikan status Pernikahannya dengan Baekhyun dari semua orang. Asalkan Baekhyun sudah resmi menjadi miliknya, itu sudah lebih dari cukup.
"Baiklah, aku akan kembali bekerja di Perusahaan dan meneruskan Bisnis Ayah. Tetapi setelahnya, aku meminta waktu dari Ayah, untuk melaksanakan Pernikahanku dengan Baekhyun di luar Negara ini. Bagaimana Ayah?"
Sang Ayah tidak menjawab dan hanya meliriknya. Kemudian pergi begitu saja dari hadapannya.
Ia tidak memiliki pilihan lain selain membiarkan Puteranya dan sang Cucu Menikah.
.
.
.
Kyungsoo cepat-cepat kembali ke Apartemennya. Ia bergegas membersihkan dirinya dan memiliki pakaian yang terbaik untuk ia kenakan malam ini. Tak lupa ia mampir ke Supermarket untuk membeli bahan makanan yang akan ia masak nanti.
Pipinya memerah merona dan tak kuasa menyembunyikan degupan keras di jantungnya. Ia memilih-milih bahkan makanan sambil memainkan ponselnya. Ahh, sepertinya ia harus menghubungi sang Ibu saat ini.
"Ibu, aku ingin mengunjungi Rumah Tuan Kim dan menjenguknya karena ia sedang sakit hari ini."
"Benarkah? Apakah ia sakit parah?"
"Tidak Bu. Ia hanya demam karena sering bekerja sampai larut."
"Ahh syukurlah. Sampaikan salam Ibu padanya. Ibu do'akan ia agar cepat sembuh."
Kyungsoo tersenyum. "Tentu Bu. Dan Ibu juga harus cepat sembuh agar kita bisa menghabiskan waktu bersama lagi di Rumah seperti dulu."
"Tentu sayang. Ibu akan berusaha untuk sembuh dan memasakkan makanan kesukaanmu lagi."
"Aku menyayangi Ibu."
"Ibu juga menyayangimnu."
Panggilan itu berakhir dan Kyungsoo segera membayar barang belanjaannya di Kasir. Ia segera menghentikan Taxi dan menuju ke Apartemen Kai.
Sepanjang perjalanan, senyuman tak luntur dari wajah manisnya. Itu karena ia membaca pesan dari Kai yang tak hentinya ia terima. Ia bahkan baru tahu bahwa Kai merupakan seorang Lelaki yang cukup cerewet. Lelaki itu sangat khawatir jika ia tidak jadi datang ke Apartemennya.
Dan di sinilah ia sekarang, tengah berjalan melewati Lobby Apartemen Kai menuju Lift. Belum terlalu malam karena saat ini jam baru menunjukkan pukul 8 malam.
Kyungsoo menghembuskan nafasnya untuk menghilangkan kegugupannya. Kini ia sedang berdiri di depan pintu Kamar Apartemen Kai dan baru saja memencet bel. Ia menunggu pintu itu terbuka untuknya.
Tak lama, ia disambut oleh senyuman menawan dari Kai. Perasaan gugupnya kembali muncul saat Kai memimpin langkahnya memasuki Kamar Apartemen mewah tersebut.
Ia bergegas meletakkan plastik belanjaannya di atas counter Dapur Kai. Tidak ada perbincangan yang terjadi. Tetapi Kyungsoo merasa bahwa Kai sedari tadi menatapnya dan hal itu membuatnya sangat tidak nyaman. Hingga ia memutuskan untuk menghampiri Kai yang masih berdiri di dekat counter Dapur tersebut, meskipun ia masih betah menundukkan pandangannya tidak berani menatap Kai.
"Wajahmu memerah Kyungsoo."
Suara berat Kai akhirnya menyapa indera pendengarannya. Setelahnya, ia tidak mengerti kenapa Kai membawa tubuhnya ke dalam pelukan hangat Lelaki itu. Kai memeluk tubuhnya dengan erat dan pelukan itu berlangsung cukup lama.
"Terima kasih telah menerimaku," gumam Kai setelah pelukan itu terlepas.
Wajah Kyungsoo semakin memanas. Ia tidak tahu apa yang harus ia katakan. Alhasil, ia hanya menganggukkan kepalanya sambil menelan ludahnya sendiri.
"Aku tidak tahu kau akan segugup ini. Kau tahu? Aku bahkan bisa mendengar suara degupan jantungmu," ucap Kai sedikit tawa.
Kyungsoo malu bukan main. Maka dari itu, ia segera membalikkan tubuhnya dan bersiap untuk memasak. Dan kali ini, Kai membiarkannya dengan memberikan ruang bebas. Dengan keringat kecil di dahinya, Kyungsoo memulai acara memasaknya. Kali ini, ia harus memasak makanan yang lezat untuk Kai. Lelaki yang dicintainya.
Hanya membutuhkan waktu selama 30 menit, kini semua masakan buatan Kyungsoo sudah tersaji di atas meja makan milik Kai. Kai yang melihat Kyungsoo sedang menata makanan itu, segera mendekati meja makan dan duduk di salah satu kursi di sana.
Masakan Kyungsoo terlihat lezat dan ia terlalu lapar untuk tidak segera menyentuh makanan itu. Ia menatap Kyungsoo, mengundang 'Kekasih barunya' itu untuk ikut makan. Kyungsoo mengerti arti tatapan itu dan duduk tepat di hadapan Kai.
"Aku tidak pernah makan masakan orang lain selain masakan Ibuku. Selebihnya, aku selalu memakan makanan buatan pabrik atau restoran yang rasanya sangat membosankan," ucap Kai.
Entah kenapa, Kyungsoo menganggap ucapan Kai sebagai pujian. Sehingga membuatnya tersenyum dan tidak sabar melihat Kai memakan masakannya.
"Aku harap masakanku enak," cicit Kyungsoo.
"Ini sangat enak!"
Kai melahap masakan Kyungsoo dengan cepat dan Kai benar-benar nampak menyukainya. Membuat Kyungsoo tersenyum melihat Kai menghabiskan masakannya dengan cepat.
"Kau bisa memasakkan makanan untukku setiap hari?" tanya Kai saat acara makannya selesai.
"Apa?"
Kai lagi-lagi tersenyum dan meletakkan gelas yang baru saja diminumnya. Kemudian ia berdiri dan menghampiri Kyungsoo. Ia tidak memperdulikan kegugupan Kyungsoo dan memaksa Kyungsoo untuk berdiri di hadapannya.
Ia menarik dagu Kyungsoo dan menatap mata bulat nan indah itu cukup lama. Setelahnya, tatapannya perlahan beralih pada bibir berbentuk hati milik Kyungsoo. Tanpa ragu, ia kecup bibir itu dengan memiringkan kepalanya. Ciuman itu semakin dalam, dan mereka sama-sama menyadari bahwa ciuman ini adalah ciuman yang berbeda dari ciuman yang mereka lakukan sebelumnya.
Kyungsoo sedikit kehabisan nafasnya, dan tangannya reflek terangkat untuk mendorong dada Kai. Namun Kai tidak membiarkan ciuman itu terlepas, dan justru semakin memperdalam ciuman itu. Tubuh Kyungsoo mendadak lemas. Ia sangat terbuai oleh ciuman itu, dan tidak dapat melakukan apapun selain membalas ciuman Kai yang dalam ini.
Sementara Kai, mulai membawa tubuh Kyungsoo menuju sofa di Ruang tengah yang terletak tak jauh di belakang mereka dan mendudukkan Kyungsoo di atas pangkuannya. Nafas Kai terdengar memburu dan ia nampak tidak rela melepaskan ciuman itu.
Kyungsoo segera membuka matanya dan memandang Kai dengan tatapan tidak mengerti. Nafasnya sedikit terengah, dan wajahnya semakin memerah.
"Lihatlah dirimu, kau berpakaian dengan sangat manis malam ini. Itulah yang membuatku tidak mampu menahan diriku untuk tidak menciummu seperti tadi," jelas Kai.
Kai tidak bohong. Ia sangat terpesona dengan penampilan manis Kyungsoo. Rambut hitam pekatnya, terlihat sangat kontras dengan kulitnya yang sangat putih. Terlebih pipi merah alaminya, membuat Kai semakin ingin merengkuh tubuh Asistennya tersebut.
Kyungsoo lagi-lagi menunduk dan tidak tahu harus berkata apa. Bibirnya terasa sulit untuk ia gerakan pasca ciuman yang dilakukan oleh Kai barusan.
"Kyungsoo… bukankah kita sudah menjadi sepasang Kekasih sekarang?" tanya Kai.
Kyungsoo menjawabnya dengan anggukkan dan mulai menatap mata Kai.
"Aku sangat mencintaimu, Tuan," gumam Kyungsoo. "M-maksudku… aku sangat mencintaimu," ralatnya.
"Sejak kapan?"
"Sejak pertama kali kita bertemu. Saat… aku melakukan interview denganmu."
"Selama itu?" Kai cukup terkejut atas jawaban Kyungsoo.
"Um."
Kyungsoo meremas kedua tangannya sendiri. Ia tidak pernah sedekat ini dengan seorang Laki-laki. Dan hal itu membuatnya amat sangat gugup.
"Kenapa aku tidak menyadarinya?" goda Kai.
Kyungsoo tersenyum kecil. Bahkan ia pun tidak mengerti kenapa ia begitu pandai menyembunyikan perasaannya terhadap Kai.
"Awalnya, aku tidak pernah berharap bisa sedekat ini denganmu. Aku sudah cukup bahagia dengan perasaanku yang seperti ini. Hanya dengan melihatmu setiap hari, telah membuatku bersemangat," ucap Kyungsoo.
Kai baru mengetahui bahwa ada seseorang seperti Kyungsoo di Dunia ini. Lebih senang menyimpan perasaannya daripada mengutarakannya.
"Apa kau pernah menjalin hubungan dengan seseorang sebelumnya?" tanya Kai. Kyungsoo menggeleng dengan cepat.
"Ahh, aku rasa aku adalah orang yang sangat kaku," ucap Kyungsoo menyindir dirinya sendiri. Ia tersipu sambil menggaruk tengkuknya sendiri.
"Aku tidak terkejut. Dilihat dari reaksimu, kau begitu gugup saat aku menyentuhmu tadi."
Kyungsoo kembali canggung, dan hendak bangkit dari pangkuan Kai. Namun Kai menarik pinggangnya dan kembali mencium bibir Kyungsoo tanpa mengatakan apapun. Kyungsoo sangat menggemaskan, dan membuatnya sangat penasaran. Ia tidak dapat menahan dirinya untuk tidak menyentuh Kyungsoo lebih jauh.
Kai mengubah posisi mereka, dengan membaringkan Kyungsoo di atas sofa dengan dirinya yang menindih Kyungsoo. Ia bersumpah tidak melakukan pemaksaan terhadap Kyungsoo, karena Kyungsoo sama sekali tidak menolak apa yang saat ini ia lakukan. Kyungsoo hanya terdiam dan menerima semua perlakukannya.
Tangan miliknya tergerak untuk melepaskan satu persatu pakaian yang dikenakan oleh Kyungsoo. Saat bahu mulus itu terekspos, Kai segera menciptakan beberapa tanda cinta di sana. Ia menyadari seluruh anggota tubuh Kyungsoo bergetar, tetapi demi Tuhan, ia tidak dapat menghentikan semua ini begitu saja. Nafsunya sudah terlanjur bangkit, dimulai dari dirinya yang mencium bibir manis Kyungsoo secara dalam.
Pandangan Kyungsoo meredup. Ia mencengkram pinggang Kai selagi Atasannya yang kini telah menjadi Kekasihnya tersebut tengah mengerjai tubuhnya. Ia sungguh malu, karena hal ini adalah yang pertama baginya. Namun ia berusaha untuk mengikuti kata hatinya, karena ia memiliki cinta yang besar untuk Kai.
Kyungsoo menahan nafasnya, ketika Kai menautkan jemari mereka dan kembali meraup bibirnya. Ia merasa sangat basah karena lidah Kai mengajak lidahnya untuk bertarung. Tak jarang Kai menjilati bibirnya dengan sangat sensual dan membuktikan bahwa Kai adalah seorang pencium yang handal.
Ciuman itu terhenti untuk sesaat, dan Kyungsoo disajikan oleh pemandangan Kai yang sedang melepaskan kaos yang dikenakannya. Bibir Kyungsoo sedikit terbuka karena merasa takjub dengan tubuh atletis yang dimiliki oleh Kai. Setelah itu, Kyungsoo buru-buru menutup kedua mataya karena merasa sangat malu. Ia sudah berjalan sejauh ini bersama Kai.
"Kyungsoo, aku tidak pernah merasa seyakin ini pada seseorang sebelumnya. Aku hanya ingin memastikan bahwa kau adalah milikku dan tidak akan terbagi oleh siapapun. Bisakah aku melakukannya sekarang?" pinta Kai dengan suara yang lembut.
"M-maksudmu?"
"Aku ingin bercinta denganmu."
Deg!
Kyungsoo tidak tahu apakah ia mengizinkan Kai untuk menyetubuhinya atau tidak. Tetapi ia tidak mampu menolak Kai barang sedikit pun. Ia pun menginginkan Kai. Ia ingin Kai menjadi miliknya juga. Dan tidak terbagi oleh siapapun.
"Aku berjanji tidak akan menyakitimu," lanjut Kai.
Kyungsoo tidak dapat melihat sedikitpun kebohongan dari mata Kai. Kai mengatakan kalimat itu dengan begitu yakin dan tegas. Dan selama ia mengenal Kai, Kai bukanlah seorang yang sembarangan menebar janji pada siapa pun.
Kedua tangan Kyungsoo perlahan terangkat untuk menangkup wajah Kai dan menariknya hingga bibir mereka kembali bertemu. Kyungsoo menyesap bibir Kai dengan lembut dan dalam. Sementara Kai yang baru saja mendapatkan jawaban dari Kyungsoo, menyunggingkan senyuman kecilnya dan mulai menyentuh Kyungsoo lebih dalam lagi. Dengan hati-hati ia membuka kedua paha putih nan mulus milik Kyungsoo, dan mengarahkan miliknya ke lubang sempit milik Kyungsoo.
Awalnya tubuh Kyungsoo menegang, namun dengan sentuhan-sentuhan lain yang ia lakukan, Kyungsoo mulai rileks dan kesempatan itu ia manfaatkan untuk memenuhi tubuh Kyungsoo. Ia mendorong pinggulnya lebih dalam dan ia mendengar suara rintihan kecil yang berasal dari bibir Kyungsoo.
"Apakah sakit?" bisik Kai. Kyungsoo menganggukkan kepalanya dan dahinya sudah dipenuhi oleh keringat kecil.
Nafas Kyungsoo terengah-engah. Kai membiarkan Kyungsoo bernafas dengan lega beberapa saat. Tak lama, ia merendahkan tubuhnya dan mensejajarkan wajahnya tepat di depan dada Kyungsoo. Ia kecupi dada Kyungsoo dan menjilatinya dengan lembut. Bersamaan dengan miliknya di bawah sana yang menerobos masuk ke dalam lubang Kyungsoo hingga benar-benar tenggelam sepenuhnya. Ia langsung merasakan cengkraman tangan Kyungsoo di bahunya, namun itu tidak masalah, karena ia tahu bahwa ini terasa cukup menyakitkan bagi Kyungsoo.
Tidak ingin membuat Kyungsoo semakin kesakitan, Kai memaju-mundurkan pinggulnya mulai dari tempo pelan hingga lama kelamaan menjadi cepat. Tubuh Kyungsoo mulai terhentak-hentak di bawah tubuhnya. Tak hentinya ia memandangi tubuh polos Kyungsoo, karena hal itu membuatnya semakin bergairah. Ia putuskan untuk kembali melumat bibir Kyungsoo dan menikmati pergesekkan kejantanannya di dalam lubang Kyungsoo di bawah sana.
Tak jarang ia melontarkan desahannya karena rasa nikmat yang menyerang. Meskipun ia merasa sedikit bersalah karena melakukan hal yang jauh bersama Kyungsoo secepat ini. Namun ia berjanji akan membayar mahal semua ini dengan cintanya. Ia bahkan rela berkorban untuk Lelaki lugu ini.
"Kyungsoo… maafkan aku, tidak dapat menahannya. Aku sangat menginginkanmu," bisik Kai di sela aktivitas panas mereka. Kyungsoo yang mulai menikmati persetubuhan mereka, hanya tersenyum dan mengusap rambut Kai dengan sayang.
Kyungsoo sama sekali tidak keberatan dan hanya ingin menikmati saat ini bersama Kai. Ia merasa sangat senang karena akhirnya Kai memilihnya dan menjadikan satu-satunya orang yang diinginkannya saat ini.
"Aku mencintaimu, Do Kyungsoo."
Kyungsoo menggigit bibirnya saat merasakan milik Kai semakin membesar di dalam lubangnya. Kai semakin menyiksanya dengan mempercepat tempo gerakannya. Kyungsoo memeluk erat tubuh Kai dan semakin erat saat Kai menyemburkan cairan hangat di dalam lubangnya. Nafas Kai terengah-engah dan Kai segera menyamankan tubuhnya di dalam pelukan Kyungsoo.
Kyungsoo meneteskan airmatanya tanpa sepengetahuan Kai. Ia baru menyadari bahwa ia telah memberikan sesuatu yang berharga pada Kai.
Setelah menenangkan diri beberapa saat, Kyungsoo berusaha untuk bangkit dari posisinya menjadi terduduk dan bersusah payah menjauhkan tubuh Kai darinya. Mereka dalam keadaan yang sama-sama polos saat ini. Kyungsoo menunduk sejenak merenungi apa yang baru saja terjadi. Ia bahkan mengabaikan rasa perih yang menyerang bagian bawah tubuhnya.
Dengan perlahan ia menolehkan kepalanya pada Kai, dan ia menghela nafasnya lemah.
"Apa yang telah kita lakukan?" gumam Kyungsoo.
Kai yang sedikit merasa bersalah, segera membawa Kyungsoo ke dalam pelukannya dan mengecup dahi Kyungsoo dengan lembut.
"Maafkan aku. Bertahanlah di sampingku, aku berjanji tidak akan mengecewakanmu, Do Kyungsoo. Aku sangat mencintaimu."
Setidaknya, ucapan cinta Kai membuatnya menjadi lebih tenang. Ia menunjukkan senyuman kecilnya pada Kai dan memberikan kecupan singkat di bibir Kai. Kekasihnya. Kemudian ia kembali menyandarkan tubuhnya di dada Kai. Menyamankan posisinya dan memeluk tubuh Lelaki yang dicintainya itu dengan erat.
"Aku juga sangat mencintaimu," gumam Kyungsoo.
Kai tersenyum. Dan mengangkat tubuh Kyungsoo ke dalam Kamarnya. Membaringkan tubuh polos itu di atas ranjangnya, dan menyusul berbaring di samping Kyungsoo. Ia melirik ke arah Kyungsoo yang masih membuka matanya dan tersenyum.
"Kau bisa tinggal di Apartemenku mulai sekarang. Aku tidak akan membiarkanmu tinggal seorang diri di Apartemenmu," ucap Kai.
Kyungsoo mengangguk sebagai jawaban. Setelah ia menyelimuti tubuh Kyungsoo, Kai kembali mengecup dahi Kyungsoo dengan sayang dan mereka terlelap menuju ke alam bawah sadar mereka.
.
.
.
Hari-hari Baekhyun menjadi lebih baik, sejak sang Ayah kembali bekerja di Perusahaan. Ia pun mendengar Kai sudah menjadikan Kyungsoo sebagai Kekasihnya meskipun banyak Karyawan yang cemburu pada Kyungsoo yang memiliki nasib sangat beruntung.
Kondisi Perusahaan pun semakin membaik, meskipun Luhan sudah tidak memiliki hubungan apapun lagi dengan sang Ayah. Ia cukup terkejut, mendengar pernyataan dari Luhan bahwa dirinya dan Chanyeol akan segera bercerai secara rahasia. Masalah finansial Perusahaan, Luhan tidak akan mempermasalahkannya karena ia akan bersedia membantu mereka.
Ingin sekali ia bicara dengan sang Ayah. Itulah mengapa, ia berada di sini. Di dalam Ruangan pribadi sang Ayah sebelum mereka kembali ke Rumah.
Baekhyun tersenyum menyapa sang Ayah yang baru saja menyadari kedatangannya. Kemudian ia berdiri di hadapan sang Ayah yang masih terduduk di kursi kerjanya.
"Apa kau sudah mau pulang?" tanya sang Ayah.
Baekhyun menggeleng cepat.
"Belum Ayah. Jam kerja kita masih tersisa satu jam lagi," jawabnya.
"Lalu… apa ada yang ingin kau bicarakan?" tanya Chanyeol lagi tanpa memalingkan wajahnya dari laptop.
"Aku senang mendengar Ayah akan bercerai dengan Luhan."
Chanyeol terdiam. Kemudian ia menatap Baekhyun dan bangkit dari posisi duduknya.
"Ayah tidak bisa menjalin hubungan dengan orang lain selain dirimu Baekhyun," Chanyeol menunjukkan senyumannya pada sang Putera.
Baekhyun menghela nafasnya dan memeluk leher sang Ayah. Lalu ia mempertemukan bibir keduanya. Entah kenapa, kali ini Baekhyun mengecup bibir sang Ayah cukup lama. Ia pun memejamkan kedua matanya erat. Nampak begitu jelas bahwa ia sangat mencintai Ayahnya tersebut.
"Ada apa hm? Apa kau sakit?" tanya Chanyeol saat ciuman itu berakhir. Wajah Baekhyun nampak pucat, dan itu membuatnya cukup khawatir.
"Ayah… apa kau akan percaya jika aku sedang…" Baekhyun menjeda kalimatnya dan melirik ke arah lain dengan gelisah. "…hamil?"
Tubuh Chanyeol mendadak kaku. Ia hanya menatap Baekhyun dengan pandangan terkejut dan mencari kebenaran melalui mata Baekhyun. Apa benar Puteranya ini sedang hamil dan tengah mengandung anaknya?
"Hamil?" ulang Chanyeol masih tidak percaya.
Baekhyun segera mengeluarkan sesuatu dari saku celana kantornya dan menunjukkan sebuah kertas kecil pada Chanyeol.
"Aku memberanikan diriku untuk datang ke Dokter dan memeriksa kelainan yang aku rasakan akhir-akhir ini. Aku pun terkejut setelah mengetahui bahwa aku… sedang hamil," Baekhyun mengecilkan suaranya di akhir kalimat.
Chanyeol masih terdiam kaku dan pandangannya mendadak kosong.
Baekhyun menggigit bibirnya sendiri, saat Chanyeol meraih kertas kecil itu dari tangannya. Chanyeol menelaah seluruh huruf yang tertulis di kertas itu dengan seksama dan Baekhyun hanya diam menunggu reaksi Chanyeol.
"Kau… benar-benar hamil?" ulang Chanyeol.
Baekhyun tidak mampu menjawab dan hanya menganggukkan kepalanya.
Setelahnya, Baekhyun melihat sang Ayah tersenyum dengan lebar dan kembali menatapnya. Baekhyun sangat terkejut kala sang Ayah menarik pinggangnya dan melumat bibirnya begitu saja. Tentu Baekhyun tidak mengerti kenapa Chanyeol bereaksi seperti ini, karena ia merasa bahwa kehamilannya akan mendatangkan masalah bagi mereka.
"Ayah…" gumam Baekhyun setelah ciuman itu berakhir.
"Aku sangat bahagia saat ini sayang," ucap Chanyeol dengan sumringah.
Baekhyun memiringkan kepalanya tidak mengerti.
"Kau sedang mengandung anakku, dan aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi untuk Menikahimu," lanjut Chanyeol.
Apa?
Menikah?
"Maksud Ayah?"
"Jangan panggil aku Ayah mulai sekarang. Aku akan menjadi Suamimu, Baekhyun."
Ini terdengar rumit. Tetapi bisakah ia melupakan status mereka sebagai Ayah dan Anak mulai sekarang?
Baekhyun membekap bibirnya sendiri bersamaan dengan menetesnya airmatanya. Chanyeol membawa tubuhnya ke dalam pelukan Lelaki itu dan ia merasakan kecupan hangat di puncak kepalanya.
"Yang kita lakukan yaitu, kita harus berpura-pura di hadapan semua orang. Aku akan menjadikanmu sebagai Istriku dan aku berjanji akan merawat anak kita. Aku sangat mencintaimu Baekhyun. Kumohon menikahlah denganku."
Baekhyun harus menerima semua kenyataan ini. Chanyeol sudah menganggap dirinya bukan lagi sebagai Ayah. Melainkan seorang Kekasih yang akan menjadi Suaminya sesaat lagi. Meskipun awalnya berat, tetapi ia tidak memiliki pilihan lain, karena ia pun memiliki cinta yang besar terhadap Lelaki ini.
Baekhyun mengangkat kedua tangannya untuk menangkup wajah Chanyeol. Ia tersenyum sangat tulus dan menatap jauh ke dalam mata milik Chanyeol.
"Tentu aku mau menikah denganmu. Aku… sangat mencintaimu, Park Chanyeol."
Chanyeol tidak bisa menolak ini. Baekhyun terlalu manis di matanya. Dengan cepat ia memeluk tubuh ramping Baekhyun dan mengangkatnya ke atas meja kerja miliknya. Ia sangat senang mendengar Baekhyun menyebut nama lengkapnya seperti itu.
"Aku tidak sabar menjadikanmu sebagai milikku, Baekhyun. Aku sangat sangat mencintaimu."
Setelahnya, mereka kembali berciuman dengan mesra seolah hari yang indah akan menyambut mereka esok. Tidak apa jika tidak ada yang mengetahui status mereka. Setidaknya, biarkan mereka merasakan kebahagiaan mereka sendiri. Tidak perlu ada orang lain yang mengetahuinya.
"Baekhyun… karena kita akan Menikah, aku akan memulai semuanya dari awal. Sebagai pasanganmu. Sebagai Lelakimu. Sebagai Suamimu. Dan kita akan menghabiskan waktu lebih banyak berdua."
Baekhyun mengangguk. "Tentu saja, Chanyeol."
.
.
.
2 Months Later.
Tidak ada yang menyadari perihal cutinya Park Chanyeol dan juga Park Baekhyun. Semua Karyawan yang bekerja di Kantor Park Corp, terlalu sibuk untuk mengerjakan tugas mereka dan mengira kedua orang yang paling berpengaruh di Perusahaan tersebut sedang menjalankan perjalanan Bisnis ke luar Negeri.
Namun pada kenyataannya tidak. Bukan seperti itu. Ya, Chanyeol dan Baekhyun sedang mempersiapkan Pernikahan mereka yang akan dilaksanakan esok hari di sebuah Negara yang sangat jauh dari Negara kelahiran mereka. Yaitu Irlandia, yang terletak di Benua Eropa.
Chanyeol yang menginginkannya.
Cuti satu minggu yang mereka ambil, akan mereka manfaatkan sebaik mungkin. Di Negara orang, mereka akan meresmikan status hubungan mereka pada tingkat yang lebih tinggi dan sakral.
Hari ini, Chanyeol mengajak Baekhyun ke sebuah tempat yang berjasa untuk mempersiapkan segala kebutuhan Pernikahan mereka. Di sini, Chanyeol dan Baekhyun akan memilih pakaian yang akan mereka kenakan di hari bahagia mereka. Yaitu sepasang jas buatan desainer terkenal, yang mana akan menambah kesempurnaan penampilan mereka esok hari.
Jas berwarna hitam yang Chanyeol pilih, nampak sangat sempurna jika disandingkan dengan jas berwarna putih gading yang Baekhyun pilih. Mereka semakin tidak sabar untuk mengenakan jas itu dan menunjukkannya pada Kerabat mereka yang akan hadir esok.
Cukup melelahkan, tetapi mereka tidak merasa lelah. Mereka bahkan berlatih untuk berdansa sesampainya mereka di sebuah flat yang mereka sewa untuk tempat tinggal sementara.
"Diizinkan untuk Menikah dengan seseorang yang istimewa membuatku sangat bahagia," Chanyeol memeluk tubuh Baekhyun dari belakang, saat Kekasih mungilnya tersebut tengah berdiri di balkon memandang langit di malam hari. Baekhyun tersenyum simpul menanggapinya.
Hari ini akhirnya tiba.
Sebuah Gedung dengan desain klasik Eropa yang terkenal di Negara tersebut, akan menjadi tempat favorit karena keindahan dan kenyamanannya. Tempat yang juga sering digunakan untuk acara Pernikahan.
Pagi ini, Tamu berdatangan. Mempersiapkan kado terindah mereka untuk sang Pengantin. Mereka mulai menempati kursi-kursi mewah yang telah disiapkan. Hingga saat yang dinantikan pun datang…
Chanyeol dan Baekhyun berjalan keluar dari sebuah Ruangan menuju Ruangan utama yang sudah dipenuhi oleh Tamu undangan. Mereka bergandengan tangan dan senyuman tak luntur dari wajah berseri mereka.
"Hari ini aku bersumpah untuk mencintaimu, menghargaimu, menghormatimu dan mendukungmu sebagai teman dan juga Suamimu. Aku mencintaimu saat ini dan akan selalu mencintaimu."
Baekhyun tidak mempercayai hal ini. Ia Menikah dengan Chanyeol dan berdiri di hadapan Lelaki yang ia cintai. Chanyeol bahkan baru saja mengucapkan janjinya di hadapan semua orang dengan sangat yakin. Dengan menatap matanya dan juga dengan keseriusan.
Baekhyun menghela nafasnya dan hampir meneteskan airmatanya. Wajahnya memerah dan dadanya terasa sedikit sesak. Ia sangat bahagia. Impiannya untuk memiliki Chanyeol seutuhnya, sesaat lagi akan terwujud. Hingga ia membuka bibirnya dan mengucapkan kalimat yang tidak pernah ia ucapkan pada Chanyeol sebelumnya. Biarkan semua orang tahu bagaimana perasaannya terhadap Chanyeol yang sebenarnya.
"Kita… telah mendapatkan masalah yang sama, dan menghadapinya bersama. Tapi hal yang utama adalah bagaimana cara kita melewati masalah itu. Bersama kita akan membangun sebuah Keluarga yang berisikan tawa kita. Biarkan kita menjadi pasangan dan teman hidup. Hari ini, dan hari-hari yang akan datang setelahnya."
Baekhyun tidak percaya ia berani mengatakan kalimat itu pada Chanyeol. Terlebih saat Chanyeol mulai memasangkan sebuah cincin di jari manisnya. Dan juga ketika ia melakukan hal yang sama pada Chanyeol.
Chanyeol tidak dapat menahan dirinya untuk tidak memeluk Baekhyun. Ia pun menautkan tangan mereka lalu berciuman di hadapan semua Tamu yang hadir.
Hingga malam pun tiba. Saatnya Chanyeol dan Baekhyun berdansa di bawah kelipan lampu mewah yang memancarkan cahaya redupnya. Diiringi lagu yang romantis, mereka berdansa di tengah para Tamu yang berdiri melingkari mereka. Tak hentinya mereka saling bertatapan dan saling melempar senyum.
Ini adalah hari kebahagiaan bagi mereka.
Baekhyun memejamkan kedua matanya saat Chanyeol menghentikan tarian mereka, dan mulai mendekatkan wajah mereka. Hingga ia merasakan sapuan lembut bibir Chanyeol di atas bibirnya. Sangat nyaman dan sangat mendebarkan. Ia tidak mampu menguasai dirinya. Ia mencintai Chanyeol. Sungguh.
"Kau telah menggenggam hatiku di dalam kepalan tanganmu. Dan aku membiarkannya tetap berada di sana. Aku mencintaimu, Ayah."
.
.
.
Luhan melirik ke arah jam tangannya dan menurunkan kaca jendela Mobil yang saat ini dikendarainya. Ia berhenti tepat di depan sebuah Sekolah khusus Laki-laki dan menunggu gerbang besar itu dibuka. Ya, ia sedang menunggu Sehun pulang dari Sekolahnya.
Ia telah menghabiskan waktu selama 10 menit, dan Sehun belum kunjung membalas pesannya. Hingga beberapa detik kemudian, ia mendengar ketukan jendela Mobil kursi di sebelahnya. Senyuman Luhan pun merekah saat melihat Sehun tersenyum padanya setelah mengetuk jendela tersebut.
"Apa kau begitu merindukanku?" tanya Sehun dengan percaya diri.
"Cepatlah masuk, aku tidak mau Ibumu marah karena kau telat pulang ke Rumah," jawab Luhan.
Sehun hanya tertawa dan menuruti perintah Lelaki cantik tersebut. "Manisnya Kekasihku," goda Sehun sambil mencolek dagu Luhan.
"Pembual."
"Apakah suasana hatimu sedang buruk? Padahal aku berniat untuk menginap di Rumahmu," ucap Sehun santai. Membuat Luhan mengalihkan pandangannya dari jalanan.
"Untuk apa?" tanya Luhan.
"Kau akan tahu nanti."
Pipi Luhan merona seketika membayangkan dirinya berada di Rumahnya berdua saja dengan Sehun, sang Kekasih. Karena selama ini, mereka jarang bahkan hampir tidak pernah memiliki waktu untuk berdua. Tentunya karena kesibukan mereka masing-masing.
Luhan menuruti keinginan Sehun dan mengarahkan Mobilnya ke arah Rumahnya. Tidak membutuhkan waktu yang lama, mereka akhirnya tiba. Mereka segera turun dari Mobil tersebut, dan mulai memasuki Rumah Luhan.
Lagi-lagi Luhan melirik ke arah jam tangannya dan saat ini jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Ia ingin membersihkan dirinya terlebih dahulu, dan membiarkan Sehun menunggunya sambil menonton tv di Ruang tengah.
Selesai ia mandi, ia masih mendapati Sehun berada di posisi yang sama. Luhan menggelengkan kepalanya karena merasa heran dengan sikap Bocah SMA tersebut. Dan ia memutuskan untuk duduk di samping Sehun.
"Apa kau lapar?" tanya Luhan.
Sehun menoleh ke arahnya dan mengangguk cepat. "Um. Apa kau bisa memasakkan makanan untukku?"
"Tentu." Luhan berdiri dan melangkah menuju Dapur.
Sementara dari arah belakang, Sehun diam-diam mengikutinya dan saat Luhan sedang berdiri menghadap kulkas untuk mencari bahan makanan, secara tiba-tiba Sehun memeluk pinggangnya dengan erat. Tentu Luhan terkejut akan hal itu.
"A-apa yang kau lakukan Sehun-ah?"
"Um… memelukmu?" retoris Sehun.
Luhan menghela nafasnya dan cepat-cepat membalikkan tubuhnya ke arah Sehun. Namun secara mengejutkan, Sehun justru semakin memeluknya dengan erat hingga dada mereka bertubrukan.
"Sehun… aku tidak bisa masak jika kau memelukku seperti ini," Luhan sedikit memberontak.
"Tidak apa-apa. Aku bisa memakan masakanmu setiap harinya suatu saat nanti."
Apa?
Apa maksud Bocah ini?
"Aku sedang tidak bercanda, Sehun."
"Aku pun sedang tidak bercanda, Luhan."
Sehun melepaskan pelukan itu dan memegang kedua bahu Luhan secara erat. Mereka saling menatap cukup lama, dan Luhan tidak mengerti apa yang salah pada diri Sehun saat ini.
"Luhan… apa kau ingin hidup denganku? Maksudku… apa kau ingin menjadi teman hidupku selamanya?"
Luhan hanya menjatuhkan dagunya tidak mengerti ucapan Sehun barusan.
"Aishhh! Kenapa hanya diam saja?" gerutu Sehun.
Kemudian ia memasukkan satu tangannya ke dalam saku celana Sekolahnya dan mengeluarkan sesuatu dari sana. Dengan yakin, ia menunjukan sebuah kotak kecil berisikan sebuah cincin pada Luhan.
Luhan membulatkan kedua matanya menatap cincin itu, lalu ia kembalikan lagi pandangannya untuk menatap mata Sehun.
"Apa kau mau menjadi Tunanganku?"
Luhan memukul kepala Sehun lalu tertawa setelahnya.
Apa-apaan Sehun ini?
"Selesaikan dulu Sekolahmu lalu Kuliah setelahnya," ucap Luhan meledek Sehun.
Sehun meringis dan mengusap-usap kepalanya yang baru saja dipukul oleh Lelaki cantik itu. "Hya, aku serius. Setidaknya, aku ingin menjadikanmu sebagai Tunanganku dulu."
Luhan kembali tertawa atas sikap polos Sehun terhadapnya.
"Baiklah. Pasangkan cincin itu di jari manisku," ucap Luhan sambil menunjukkan jari manisnya pada Sehun. Sehun tersenyum dan cepat-cepat melingkarkan cincin itu di jari Luhan.
Belum sempat mengatakan apapun, dengan cepat Sehun mengecup punggung tangan Luhan lalu mengecup bibirnya dengan dalam. Mau tidak mau, Luhan menerima ciuman itu dan memejamkan kedua matanya. Tidak bohong, ia sangat senang mengetahui Sehun memiliki keberanian sebesar itu untuk mengajaknya bertunangan. Apakah benar jika Bocah ini akan menjadi pendamping hidupnya kelak?
"Luhan, aku mencintaimu."
Ya, Luhan tahu itu. Ia tahu bahwa Sehun memiliki perasaan yang tulus untuknya. Dan sayangnya, ia pun memiliki perasaan yang sama terhadap Bocah ini.
"Aku juga mencintaimu, Sehun."
.
.
.
Ibu Kyungsoo tahu bahwa Putera satu-satunya itu telah menjalin hubungan dengan Atasannya yaitu Kai. Ia pun tidak ingin mempermasalahkan hal itu, karena ia tahu bahwa sudah saatnya Kyungsoo menentukan hidupnya sendiri dan menemukan pasangan.
Kyungsoo bercerita banyak pada sang Ibu. Tidak ada sedikitpun yang dirahasiakan olehnya. Ia ingin sang Ibu mengetahui kisah hidupnya. Tentang karir dan juga asmaranya. Dan Kyungsoo sangat senang karena sang Ibu mengizinkannya untuk tinggal bersama sang Kekasih. Tentu ia berjanji akan melakukan yang terbaik untuk sang Ibu dan kehidupan mereka ke depannya.
Malam ini, sepulang kerja, Kyungsoo menyempatkan dirinya untuk mengunjungi sang Ibu di Rumah Sakit. Tidak lupa ia membawakan buah dan juga cemilan sehat untuk sang Ibu. Ia kembali menceritakan tentang hari-harinya pada sang Ibu.
Senyuman tak hilang dari wajah Ibu dan Anak tersebut. Wajah mereka begitu mirip dan juga mereka saling menyayangi. Tak hentinya Kyungsoo bercerita, hingga tak terasa malam semakin larut. Tidak ingin mengganggu istirahat sang Ibu, Kyungsoo memutuskan untuk pamit pulang pada sang Ibu karena besok ia harus bekerja kembali.
Setelah mengecup dahi sang Ibu, Kyungsoo berjalan keluar Kamar Rawat terkejutnya ia melihat Kai sedang berdiri sembari melemparkan senyum ke arahnya. Kyungsoo merasa sedikit terkejut dan melemparkan ekspresi bertanya, 'kenapa kau ada di sini?' pada Kai.
Kai tidak menjawab dan justru menarik tangannya, mengajaknya untuk menjauh dari sana.
Sesampainya di Parkiran, Kyungsoo hanya terdiam memperhatikan Kai seperti sedang mengambil sesuatu dari dalam Mobilnya. Kedua mata Kyungsoo membulat, saat Kai menyodorkan seikat bunga yang berukuran cukup besar kepadanya.
"Ini untukmu," singkat Kai.
Pipi Kyungsoo memanas. Wajahnya merona dengan cepat saat ia menerima bunga pemberian dari Kai.
"Aku tahu ini tidak cukup romantis, tetapi aku harap kau menyukainya," ucap Kai lagi.
Kyungsoo memandangi sejenak bouquet bunga tersebut dan perlahan senyumannya merekah. Benarkah Lelaki yang ia puja selama ini, baru saja memberikannya bunga?
"Apa kau menyukainya?" tanya Kai ragu-ragu. Pasalnya, Kyungsoo tidak bersuara dan hanya terdiam.
Kyungsoo mengangguk. "Aku sangat menyukainya."
Reflek Kai tersenyum setelah melihat senyuman manis Kyungsoo.
"Syukurlah," desah Kai merasa lega.
Kai mengalihkan pandangannya terlihat berpikir. Sementara Kyungsoo, ia menyadari bahwa sepertinya ada yang membebani pikiran Kai. Kai melirik resah ke sembarang arah dan tidak lagi menatap matanya. Kyungsoo memutuskan membuka suaranya dan berjalan mendekati Kai.
"Apa ada sesuatu?" tanya Kyungsoo hati-hati.
Kai nampak gugup, dan ini adalah pertama kalinya ia melihat sikap Kai yang kaku.
"Apakah ada yang membuatmu tidak nyaman?" tanya Kyungsoo lagi.
"T-tidak. A-aku hanya ingin bertanya sesuatu," ucap Kai cepat.
"Bertanya apa?" tanya Kyungsoo lugu.
Lagi-lagi Kyungsoo melihat Kai mendesahkan nafasnya. Namun ia memilih untuk bungkam dan menunggu Kai membuka suaranya kembali.
"Sejujurnya, aku tidak pernah merasa seyakin ini pada seseorang. Apa kau tahu, Kyungsoo? Kau membuatku sangat nyaman. Kau bagaikan Rumah untukku. Aku belum pernah menemukan seseorang sepertimu. Dan aku… a-aku…"
Kai menjeda kalimatnya dan secara mengejutkan, ia berlutut tepat di hadapan Kyungsoo.
"Aku tahu ini bukanlah tempat yang romantis. Tetapi aku tidak bisa menahan perasaanku ini lebih lama lagi."
Deg deg deg!
Jantung keduanya sama-sama berdebar keras. Saat ini adalah moment paling mendebarkan untuk mereka berdua.
Kai menunjukkan sebuah cincin yang sangat cantik tepat di depan Kyungsoo. Ia menatap Kyungsoo secara dalam, sementara Kyungsoo masih tidak percaya dengan kenyataan yang ia alami saat ini.
"Maukah kau Menikah denganku, Kyungsoo? Aku ingin kau menjadi pendamping hidupku."
Itulah kalimat yang sangat didambakan oleh semua orang di Dunia ini. Tidak terkecuali Kyungsoo. Kai baru saja memintanya untuk menjadi pendamping hidupnya. Hal ini bahkan lebih dari keinginannya. Lebih dari semua mimpi-mimpinya terhadap Kai.
Tak lama, Kyungsoo menganggukkan kepalanya dan tersenyum haru. Ia membiarkan Kai memakaikan cincin tersebut di jari manisnya. Setelahnya, Kai membawa tubuhnya ke dalam pelukan Lelaki itu. Memeluk tubuhnya dengan sangat erat seolah hanya ada dirinya yang bisa ia peluk di Dunia ini.
Kyungsoo pun mendengar isak kecil dari Kai. Ia tahu bahwa Kai sedang menangis saat ini. Maka dari itu, ia melepaskan pelukan itu dan menggunakan satu tangannya untuk mengusap lelehan airmata yang mengalir di wajah Kai.
"Kenapa kau menangis?" tanya Kyungsoo. Kai tertawa kecil dan berusaha untuk menyeka airmatanya sendiri.
"Aku sangat senang. Aku sangat senang bisa bertemu denganmu di Dunia ini. Dan bahkan, aku baru saja menjadikanmu sebagai milikku," ucap Kai penuh haru.
Kyungsoo menarik leher Kai dan membawa Lelaki tersebut ke dalam pelukannya. Mereka berpelukan kembali dan ia mengecup kecil pipi Kai.
"Akulah yang seharusnya berkata seperti itu. Aku sangat beruntung bisa bertemu denganmu. Kau membuat mimpiku menjadi nyata. Bahkan lebih indah daripada semua mimpi-mimpiku selama ini," ucap Kyungsoo.
Kai tersenyum dan melepaskan pelukan itu. Dengan cepat ia meraih dagu Kyungsoo dan mengecup bibir berbentuk hati tersebut. Menyalurkan segala perasaannya terhadap Asistennya ini.
Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan selain Menikahi Lelaki bermata bulat ini. Maka, ia melakukannya.
Dan kini ia siap untuk menjalani hari-hari indah yang akan menyambutnya bersama Kyungsoo. Ia berjanji tidak akan menyakiti Kyungsoo. Ia akan menjaga Kyungsoo hingga maut memisahkan mereka.
"Jika kau memiliki cinta yang besar untukku, aku memiliki cinta yang jauh lebih besar untukmu. Kau adalah mimpiku, Kai. Mencintaimu selama hidupku, adalah tugas utamaku di Dunia ini. Dan aku akan melakukannya dengan baik."
.
.
.
[Side Story]
Ting tong!
Baekhyun berlari ke arah pintu utama Mansion Park, dan menerima langsung sebuah bouquet bunga beserta terselip kartu ucapan dari si pengirim. Pagi ini terasa sangat menyejukkan karena baru saja turun hujan, terlebih di genggamannya saat ini terdapat rangkaian bunga yang cantik.
Senyuman selalu ia tunjukkan selama ia menuju kembali ke Kamarnya. Ia sesekali menghirup aroma wangi bunga yang menguar. Saat ia memasuki Kamarnya, ia melihat sang Suami baru saja bangun dari lelapnya. Ia segera melangkah mendekati sang Suami dan mengucapkan selamat pagi padanya.
"Selamat pagi."
Sapaannya ditanggapi dengan senyuman lebar dari sang Suami. Ia memejamkan kedua matanya saat ia mendapatkan sebuah kecupan kecil di dahi.
Tak lupa, ia tunjukkan rangkaian bunga pada Suaminya tersebut.
"Kita mendapatkan bunga," ujarnya. Sang Suami hanya mengangguk dan memerintahkannya untuk membaca kartu ucapan dan siapa yang mengirim bunga tersebut.
Baekhyun mendudukkan dirinya di sofa besar yang ada di Kamar mewah tersebut. Lalu jemari lentiknya meraih kartu kecil yang tersemat di antara bunga-bunga cantik itu.
To :
Park Chanyeol & Park Baekhyun.
Senang mendengar kalian akhirnya Menikah. Aku sempat tidak mempercayai hal itu.
Tetapi itulah kenyataannya. Aku turut bahagia.
Aku harap hubungan kalian berjalan dengan baik ke depannya.
From :
Kim Junmyeon.
Senyuman Baekhyun perlahan luntur. Pandangannya mendadak kosong dan jemarinya terasa kaku saat mengembalikan kartu ucapan itu kembali ke tempatnya semula.
"Kim… Junmyeon?" gumam Baekhyun.
Chanyeol segera menoleh ke arah Baekhyun dengan ekspresi yang sama.
"Darimana ia mengetahuinya?" ujar Chanyeol.
.
.
.
.
.
.
END. FIN.
.
.
.
.
.
.
HAHHH~! AKHIRNYA SELESAI JUGA!
YUTA LEGA BANGET BISA SELESAIIN FF INI.
DAN SESUAI JANJI YUTA, YUTA BAKAL LANJUTIN FF YUTA YANG LAIN.
SO, TETEP FOLLOW CERITA YUTA BIAR GAK KETINGGALAN CERITANYA :'V APASIH?
OK, YUTA MAU UCAPIN TERIMA KASIH UNTUK READER YANG SUDAH MEMBACA FF INI SAMPAI TAMAT, DAN JUGA READER YANG SETIA REVIEW CERITA INI. YUTA SENENG BANGET BACA REVIEW DARI KALIAN. YUTA MERASA DITANGGAPI/? WKWK
UNTUK FF INI, TIDAK ADA SEQUEL ATAU EPILOG. CERITA INI MURNI TAMAT SAMPAI DI SINI. UNTUK KALIAN YANG MASIH PENASARAN, BISA MENGANDAI-ANDAI SENDIRI GIMANA KELANJUTAN CERITA DADDY INI WKWK
YUTA SENENG BIKIN READER BERIMAJINASI SENDIRI :'V
THEN, UDAH SEGITU AJA PENUTUP DARI YUTA.
JANGAN LUPA REVIEW THE LAST CHAPTER DARI FF DADDY INI YAA~ YUTA TUNGGU REVIEW DARI KALIAN.
TERIMA KASIH. SARANGHAE BBUING~!