Ketika sibuk berpikir, penutup mata nya dilepas. Dan entah tarikan darimana, ia langsung menoleh ke kanan.

Di bagian kanannya, ia menemukan Jeon Jungkook tengah menatapnya dengan pandangan dinginnya dengan ekspresi wajah tak terbaca.

.

.

.

Mendapatkan tatapan seperti itu, tak ayal ia merasakan sedikit debaran yang ia asumsikan bahwa ia ketakutan. Pastilah Jeon Jungkook membencinya karena surat yang kemarin pemuda itu baca.

Suara pembawa suara membuatnya kembali menatap ke depan setelah beberapa saat bertatapan dengan Jeon Jungkook yang sepertinya masih menatapnya dengan tatapan tajam. Atau hanya perasaannya saja–? Ketika mendapati kamera menyorot dirinya, Taehyung hanya bisa tersenyum kikuk.

Kemudian acara mulai pada bagian inti nya setelah sebelumnya hanya berbicara mengenai pembukaan dan sedikit bumbu agar acara tidak terlalu monoton.

Taehyung mengikuti arahan dari MC untuk meletakkan sebuah alat yang berbentuk seperti topi di kepalanya. Ia pernah melihat ini, saat menemani Seokjin menonton acara ini juga. Dimana saat bertemu pertama kalinya, saat fans dan idol bertemu– mereka akan diukur perasaannya dulu.

Jika tidak salah nantinya layar agak besar di belakangnya akan menunjukkan sebuah gambar pengandaian bagaimana perasaan mereka berdua. Dan ketika mendengar mesin mulai dinyalakan, Taehyung berpikir bagaimana perasaannya pada Jeon Jungkook– tetapi ia hanya merasakan kehampaan. Tak ada debaran sama sekali.

Ketika tengah sibuk memahami perasaannya pada Jungkook, Taehyung dikejutkan dengan pekikan serta beberapa bisik-bisik dari penonton maupun juri. Hal itu tentu saja membuatnya menoleh ke layar dan mendapati gambar dua orang yang saling membelakangi.

Tanda bahwa tak ada perasaan khusus diantara mereka. Jika ia tak salah, ini pertama kalinya terjadi hal ini. Biasanya antara idol atau fans ada perasaan entah itu bahagia ataupun apa sehingga layar akan memberikan gambar bahagia. Tidak seburuk ini–

Hal itu tentu saja membuat suasana menjadi canggung tapi MC berusaha menghilangkan kecanggungan itu dengan mengatakan hal itu merupakan hal yang bisa saja terjadi. Mengingat bagaimana surat Taehyung pada Jungkook. Hal itu membuat Taehyung merengut tak suka, seperti suratnya bisa dijadikan senjata ampuh saja.

Kemudian, Taehyung hanya menunduk selama acara masih berlangsung dengan Jungkook tetap di sampingnya. Entah, Taehyung tak ingin penasaran dengan apa yang pria itu lakukan. Karena sedari tadi ia bisa merasakan seseorang tengah memperhatikannya, tapi ia tak mau terlalu percaya diri bahwa itu Jungkook tengah memperhatikannya.

Maka, ketika acara sudah selesai– dimana MC menutup acara tersebut dan mengatakan untuk menunggu episode selanjutnya dimana pasangan baru (dirinya dan Jungkook) akan memulai kehidupan bersama mereka. Itu membuat Taehyung kembali mengerutkan keningnya sebelum turun dari kursi dengan perlahan.

Baru saja ia bersiap akan kabur, Taehyung dipanggil oleh tim yang mengatur bagaimana kegiatan ia dan Jungkook untuk episode selanjutnya. Jadilah ia masih di dalam studio dan melihat orang-orang yang sibuk merapikan alat-alat yang entah untuk apa gunanya.

"Taehyung-ssi?" panggil seseorang membuat Taehyung langsung mencari keberadaan orang yang memanggilnya. Ia melihat seorang pemuda dengan rambut hitam pekatnya didekatnya.

"Y-ya?" tanya dirinya dengan gugup yang membuatnya sedikit memarahi dirinya. Kenapa ia bisa terdengar gugup begini.

"Jangan gugup. Kami disini hanya ingin menanyai, bagaimana gambaranmu mengenai hal kencan? Mungkin saja kami bisa memenuhi permintaanmu." Pemuda itu tersenyum ramah sebelum menjelaskan bagaimana program ini bekerja. Dimana kegiatan itu biasanya di dasarkan keinginan dari pasangan, jadi tidak ada paksaan sama sekali.

Mendengar hal itu, Taehyung langsung berpikir. Kencan ya– hmm. Seumur hidup, Taehyung tak pernah berkencan sama sekali. Terlalu sibuk dengan dunia nya sendiri atau bisa disebut bahwa Taehyung adalah kutu buku di sekolah. Dia tidak berpenampilan nerd, di bully pun tidak. Hanya saja, ia terlalu jatuh cinta dengan buku hingga tak menyadari orang-orang yang memberikan ketertarikan padanya.

"Aku. . . Ingin ke– tempat bermain?" Jawab Taehyung dengan ragu-ragu. Takut jika hal itu memberatkan tapi melihat orang-orang di sekitarnya mulai mengangguk mengerti, sepertinya hal itu tak memberatkan mereka.

"Bagaimana dengan anda, Jungkook-ssi?" tanya pemuda itu pada sosok yang hampir ia lupakan. Hal itu membuatnya menoleh dan menemukan Jungkook di sampingnya tengah menatapnya juga. Pandangannya bertemu dengan pemuda itu. Dimana ia terkejut karena bertatapan dengan Jungkook, dan Jungkook hanya menatapnya datar.

Pandangan mereka terkunci selama beberapa saat, sebelum yang lebih muda menoleh ke arah pemuda yang menanyai nya tadi.

"Hmm. Aku menurut saja, mungkin disana aku bisa melepaskan penat juga." Jungkook mengangguk menyetujui saran Taehyung untuk ke tempat bermain. Hal itu mau tak mau membuat Taehyung tersenyum, tanpa bisa ia kendalikan. Yang juga tanpa ia sadari– senyum merekah miliknya itu berhasil menghisap Jungkook dalam lingkaran pesona.

Dimana Jungkook hanya bisa menahan nafas karena menurutnya, senyum Taehyung adalah senyum terbaik yang pernah ia temui.

Lalu perhatiannya kembali teralih ketika mendengar bunyi derap langkah mendekati dirinya. Ia segera menoleh dan mendapati manajernya itu di dekatnya.

"Kita harus segera meluncur ke stasiun tv lain untuk penampilanmu, Jungkook." ujar Sejin– nama manajer Jungkook– yang segera dihadiahi anggukan oleh anak asuhnya itu.

"Baiklah. Apakah ada yang perlu dibicarakan lagi? Maaf jika seperti tidak sopan, tapi aku harus undur diri dulu." Ujar Jungkook sambil membungkukkan badannya dengan sopan. Suatu hal yang menarik perhatian bagi Taehyung yang selalu merasa jika Jungkook adalah artis yang tidak tau sopan santun.

Ia hanya diam sambil menatap Jungkook yang mulai melangkah menjauh bersama manajernya. Tapi baru beberapa langkah, pemuda itu kembali lagi dan berhenti di hadapan Taehyung. Yang membuat ia melihat Jungkook yang juga tengah menatapnya dengan mengajukan ponselnya kearah Taehyung.

Melihat hal itu, sontak Taehyung menaikkan sebelah alisnya. Yang dibalas dengan senyum tipis Jungkook, ah– atau lebih tepatnya senyum menyebalkan.

"Minta nomormu." ujar Jungkook sambil menaruh ponselnya ke tangan Taehyung.

Mendengar Jungkook yang bahkan tidak memanggilnya dengan sopan membuatnya mencebik– dan itu kelihatan lucu untuk Jungkook. Ia segera mengetikkan nomornya sebelum mengembalikan ponsel itu ke pemiliknya secara kasar.

"Kau harus memanggilku Hyung." Ujarnya dengan nada memberitahu jika ia lebih tua beberapa tahun dari pemuda di depannya itu.

Mendengar itu tentu saja Jungkook langsung mendengus dan pergi begitu saja. Membuat Taehyung memutar kedua bola matanya dengan malas. Astaga.

.

.

.

"Bagaimana dengan kejutanku? Apakah kau menyukai nya? Oh– apakah dia tampan?"

Begitu memasuki rumah, yang Taehyung bisa dengar adalah pertanyaan Seokjin yang begitu banyak. Bahkan ia tak memberi Taehyung waktu untuk menjawab, dia sibuk memekik senang karena Taehyung akhirnya bisa merasakan berkencan juga.

Berkencan my ass, batin Taehyung sambil langsung berlalu ke kamarnya. Ia lelah, dan karena besok adalah hari rabu, Taehyung berpikir apakah ada pr atau tidak. Tetapi ketika mengingat ia sudah mengerjakan hampir seluruh tugas yang ia punya, maka ia yakin. Bahwa ia sudah mengerjakan tugas untuk besok dan bisa bebas tidur untuk sekarang.

Tapi baru saja ia selesai untuk mandi, ia mendapati ponselnya berdering. Ia melihat layar ponsel miliknya dan refleks mengerutkan dahinya ketika mendapati nomor tak dikenal menghubunginya. Maka dari itu, Taehyung menimbang beberapa saat sebelum akhirnya mengangkat panggilan masuk itu.

"Halo?" Sapanya pada sang pemanggil begitu mengangkat telefon tersebut.

"Oh, halo? Apakah benar ini Kim Taehyung?" Tanya suara berat di seberang. Yang tidak usah diberi tau dua kali, Taehyung yakin itu adalah suara Jungkook.

"Jeon Jungkook-ssi?" Bukannya menjawab pertanyaan Jungkook, tetapi ia malah kembali mengutarakan pertanyaan.

"Ah benar, ini kau. Kukira kau bisa saja asal memberiku nomor. Mengingat ekspresi sebalmu tadi." Tuhkan, mulai lagi. Taehyung hanya berdecih.

"Terlalu hiperbola. Dan juga sudah ku bilang kan? Panggil aku hyung." Ia mencibir karena Taehyung malah seakan memaksanya untuk memanggil pemuda bersurai coklat itu Hyung.

"Baiklah, Hyung. Nah, besok pagi akan dilakukan syuting lagi. Mereka mengatakan akan meminta ijin ke sekolahmu besok. Sehingga kau tak dikira membolos." mendengar itu mau tak mau Taehyung membolakan kedua matanya.

"Apa!? Duh, sekolahku. Dan juga– kenapa hanya aku yang di ijinkan? Bagaimana sekolahmu, Jeon Jungkook?" Taehyung menghela nafas mendapati mungkin saja beberapa hari ini ia akan meminta temannya– Minjae untuk mengajarinya pelajaran.

Lalu bukannya mendapatkan jawaban, yang bisa ia dengar adalah tawa renyah dari Jeon Jungkook. Dan mendengar tawa itu, tanpa Taehyung sadari– ia menyukai tawa itu.

"Aku melakukan home schooling. Jadi hal itu tak terlalu dipermasalahkan, aku yang mengatur disini." Suara berat itu mengalun dengan penuh kesombongan yang ia bisa rasakan.

"Iya, dasar tuan sombong. Baiklah, ini sudah malam. Jadi kurasa lebih baik aku tidur daripada besok menjadi zombie, tuan Jeon." Saat mendapati jarum jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, mau tak mau Taehyung harus tidur. Karena memang sedari dulu jam tidurnya adalah pukul 10.

"Oke. Dan lagi, besok jika aku sudah sampai. Kau akan kuhubungi, mengingat nomorku ku privacy." Mendengar hal itu, Taehyung langsung menjauhkan ponselnya dan melihat kembali layar ponselnya. Menyadari bahwa Jungkook memanggilnya secara 'privacy' sehingga mau tak mau, ia tak bisa menyimpan atau tau nomor pemuda itu.

Eh, kenapa juga ia harus tau nomor pemuda itu.

"Halo Taehyung hyung? Kau marah ya karena nomorku di privacy? Duh maaf ya. Aku tidak mau kau menyebarkan nomorku ke teman-temanmu sih. Siapa tau niat itu ada di benakmu." Oke, Taehyung menyesal mengapa tidak langsung mematikan ponselnya saja. Kenapa ia harus tetap menjaga panggilan itu.

"Terserahmu saja Jeon Jungkook. Sudah, selamat malam." dan dengan itu ia langsung mematikan sambungan panggilan lalu merutuki betapa menyebalkannya Jeon Jungkook.

Ia lalu bersiap tidur agar energi miliknya yang terkuras hari ini bisa terisi penuh lagi. Sehingga besok ia bisa melalui hari dengan baik, semoga saja si Jeon Jungkook itu tidak menyebalkan.

.

.

.

Pagi harinya, Taehyung bangun dengan badan luar biasa segar- mengingat ia bangun pukul 7 pagi. Ia juga tidak heran ibu nya tidak membangunkannya karena pastilah pihak sekolah sudah menelfon ibu nya. Mengingat kepala sekolah adalah pamannya sendiri.

Lalu Taehyung berjalan dengan gontai ke kemar mandi untuk segera mandi.

Butuh waktu 15 menit bagi Taehyung untuk mandi sebelum akhirnya keluar dengan sebuah setelan Jeans hitam dipadukan dengan sweatshirt berwarna kuning. Dimana ada logo planet di samping sweatshirt yang ia pakai.

Setelah merasa bahwa penampilannya sudah cukup, Taehyung segera keluar dari kamarnya. Pemandangan pertama yang ia lihat dari tangga adalah ruang tamu rumahnya dipenuhi oleh orang-orang yang tidak ia kenal sebelumnya.

Maka dari itu, ia segera bergegas– jika saja orang-orang itu adalah tamu penting ibu nya. Ketika sampai di lantai satu rumahnya, semua orang segera menempatkan perhatian mereka pada Taehyung. Beberapa berdecak kagum, bagaimana manisnya Taehyung. Di lain sisi, Taehyung hanya memandang mereka dengan bingung sebelum mendekat.

Ketika ia sudah ada di ruang tamu, ia bisa melihat pemuda yang kemarin mengajaknya bicara mengenai acara kencan untuk program We Got Married. Ah, rupanya orang-orang ini adalah staff dari We Got Married yang pastinya menjemputnya.

Ia segera membungkuk dengan sopan ketika jemarinya di senggol oleh jemari ibunya. Menandakan ia harus menghentikan tingkah bodohnya– yang sayangnya begitu menggemaskan bagi staff We Got Married.

"Ah, annyeonghaseo. Perkenalkan nama saya Kim Taehyung, mohon bantuannya untuk hari ini." Suaranya mengalun lembut. Setelahnya ia bisa melihat para staff sedikit membungkuk dan juga mengatakan hal yang sama pada hari ini.

Begitu melihat bahwa tamu yang berkunjung pagi-pagi kerumahnya itu sudah mendapatkan tujuannya. Ibu Taehyung perlahan pergi ke dalam, tentu saja setelah berpamitan sebelumnya.

Ia bilang tidak ada keperluan disini, karena tujuan utama mereka kesini adalah Taehyung.

Lalu dimulai penjelasan pemuda yang tadi memperkenalkan dirinya sebagai Kyungsoo. Pemuda dengan mata bulat yang begitu menggemaskan, dengan pemuda yang kemarin menanyai dirinya mengaku sebagai Jongin itu ikut membantu Kyungsoo untuk menjelaskan beberapa hal yang rumit bagi dirinya. Maklum, ini pertama kalinya ia ikut hal semacam ini jadinya ia masih lah sangat awam.

Maka setelah memastikan Taehyung paham alur hari ini, dimana ia akan menunggu Jungkook di taman bermain setelahnya mereka akan mulai kegiatan kencan mereka (itu terserah Taehyung maupun Jungkook akan bagaimana nantinya). Lalu tim juga sudah menyiapkan sebuah restoran untuk makan siang mereka– begitu mendengar hal itu apalagi mengetahui restoran yang dipilih adalah restoran mahal mau tak mau Taehyung memekik heboh–. Lalu mereka akan ke sungai Han, entah bagaimana Jungkook nanti karena pemuda itu yang mengusulkan untuk ke Sungai Han.

Mereka pun segera berangkat dimana Taehyung menumpang di mobil Jongin, dimana ia berada di belakang karena kursi pengemudi di isi oleh Jongin dan disampingnya adalah Kyungsoo. Sepanjang perjalanan, Taehyung hanya diam sambil mendengarkan percakapan Jongin dan Kyungsoo yang terdengar ehm– mesra.

Tapi kemudian fokusnya teralih ke sebuah benda yang menempel di belakang kursi Kyungsoo. Ia lalu memperhatikan benda itu, kemudian menyadari bahwa benda itu adalah kamera. Ia tak bodoh untuk mengetahui itu kamera, dilihat dari lampu merah yang menyala di samping kamera itu, menandakan kamera itu hidup.

Tapi tak memikirkan soal kamera, ia lebih tertarik pada afeksi yang diberikan oleh Kyungsoo pada Jongin. Seperti membantu Jongin mengambil minuman pemuda itu yang sempat mereka beli ketika perjalanan. Dan juga tatapan penuh sayang oleh Jongin pada Kyungsoo. Mau tak mau, Taehyung yang terkenal sebagai si 'penasaran' mulai memilih pertanyaan yang tepat sebelum akhirnya memberanikan diri pada dua orang di depannya.

"Maaf, tapi apakah kalian pacaran?" Suara lembut Taehyung menginterupsi percakapan mereka. Membuat Jongin melihatnya sejenak begitu juga Kyungsoo tapi bedanya Jongin langsung fokus ke jalanan kembali. Sementara untuk Kyungsoo tersenyum manis ke arahnya.

"ah, apakah kami seperti itu?" tanya Kyungsoo dengan suara manisnya membuat Taehyung mengerjap polos. O-ow apakah ia salah memberikan mereka pertanyaan itu?

Melihat keterdiaman Taehyung, Kyungsoo segera terkekeh. Ia menunjukkan jari manis nya pada Taehyung, dimana jari manisnya itu terdapat sebuah cincin. Kemudian pemuda itu kembali menunjukkan jemari Jongin yang juga terisi oleh cincin.

Taehyung paham sekarang, maka ia langsung merespon hal itu dengan heboh.

"Wah! Aku tak menyangka! Selamat untuk kalian." Ucap Taehyung secara tulus membuat Kyungsoo merona karena malu. Pastinya soal Taehyung mengatakan itu akan ditayangkan dalam program ini, karena sedari tadi yang pemuda itu lakukan adalah diam saja. Mungkin masih canggung dengannya dan Jongin.

"Terimakasih." Ujar Kyungsoo dengan tulus. Kemudian ia merasakan mobil berhenti, ketika ia melihat ke sekitar, ia bisa melihat bahwa ia sudah sampai tujuan.

Ia kembali menoleh ke Taehyung dengan tatapan jailnya.

"Kurasa pangeranmu sudah menunggumu, Taehyung-ssi." Ujar Kyungsoo dengan nada jahilnya membuat Taehyung mendengar kata 'pangeran' merona sendiri.

Ia memilih diam saja dan segera keluar setelah mengucapkan terimakasih pada Jongin maupun Kyungsoo.

Ia lalu berjalan masuk ke dalam Taman bermain, dimana keadaan disekitarnya sudah ramai dengan anak-anak maupun remaja yang sibuk bermain. Beberapa orang mulai memperhatikan Taehyung, entah karena seorang kru kameramen yang merekamnya membuat mereka tertarik atau penampilannya yang salah.

Kakinya semakin melangkah mendekat ke sebuah Carousel yang tengah berputar, dimana di sana ada seorang pemuda yang berdiri membelakangi dirinya dengan mengenakan pakaian serba hitam, terkecuali topi putihnya yang segera mematahkan anggapan Taehyung bahwa pemuda itu habis dari pemakaman. Setelah melihat lebih dekat lagi, ia bisa melihat bahwa pemuda itu mengenakan jaket hitam yang begitu pas di tubuhnya. Dan Taehyung rasa, ia mengenal pemuda itu sampai akhirnya ia memberanikan memanggil suatu nama yang sedari tadi bersarang di kepala nya ketika melihat sosok pemuds itu.

"Jungkook?" ia berhenti melangkah, melihat apakah benar pemuda itu adalah Jungkook atau bukan.

Ia menunggu dengan sabar, hingga akhirnya pemuda itu berbalik dan menampakkan pemuda itu membawa sebuket bunga untuk nya.

Astaga, apakah detak jantungnya yang meningkat adalah karena ia kecemasan miliknya bahwa ia salah memanggil. Atau karena Jungkook yang begitu tampan dan panas dengan penampilannya sekarang.

Eh–? Apakah Taehyung baru saja memikirkan bahwa Jungkook itu tampan dan panas? Tidak boleh!- ia segera menggelengkan pemikiran bodohnya itu.

Ia lalu kembali mematri perhatiannya pada Jungkook, dimana pemuda itu melangkah dengan langkah tegas ke arahnya. Seakan tidak ada keraguan pada pemuda itu.

Sesampainya di depan Taehyung, pemuda itu segera memberikan buket bunga itu padanya. Dan Taehyung menerima nya dengan senang hati sambil mencium bunga itu. Ia suka bunga, dan suka sekali dengan mawar putih yang diberikan oleh pemuda di depannya.

Kemudian perhatiannya teralih pada tangannya yang perlahan digenggam oleh pemuda yang entah sejak kapan ada di sampingnya. Ia hanya tersipu malu– sambil terus-terusan merutuk bahwa betapa memalukannya sikapnya ini. Seperti dimabuk cinta saja, tapi tidak akan! Ingat, Taehyung itu adalah seorang yang tidak tertarik pada–

"Jadi, mau kemana kita hari ini hyung? Ingin bermain Carousel dulu? Atau Roller Coaster?" Jungkook yang menatapnya adalah kesalahan terbesar. Karena Taehyung merasa nafasnya ia tahan, menikmati bagaimana manik mata pemuda bernama Jeon itu mampu menahannya untuk tetap menyelami manik indah itu.

atau mungkin saja Taehyung belum tau bahwa ia sebenarnya sudah terperosok jauh kedalam pesona Jungkook. Tapi ia yang keras kepala selalu menolak hal itu, dan selalu percaya ia membenci pemuda itu.

TBC