Disclaimer : Naruto © Mashashi Kishimoto & High School DxD © Ichie Ishibumi.

Rate : M (Untuk bahasa, tindakan, dan adegan dewasa lainnya)

.

.

.

Tahun x877 dunia mengalami krisis global. Peperangan pecah di seluruh kerajaan. Tidak ada tempat sembunyi dan tak ada lagi ketenangan. Hari-hari damai dan tentram kini telah berubah menjadi terror, teriakan penuh kesengsaraan menggema di sudut kota. Tidak ada yang berani keluar apalagi mengeceknya, semua orang hanya meringkuk ketakutan ... berharap agar teror segera berlalu.

Drap ...

Drap ...

Drap ...

Langkah kaki dalam perlahan mendekat. Orang-orang menahan nafas mereka dengan jantung yang seakan melompat keluar. Mereka berdoa pada dewa, meminta pertolongan demi keluarga dan diri mereka. Wahai Ehto-sama, berikan perlindungan pada kami semua, musnahkan semua monster dan bawalah perdamaian ke tanah Althea ini.

Meskipun ini sia-sia, orang-orang terus memanjatkan doa demi menanamkan dusta di dalam diri. Membohongi hati mereka sendiri untuk lari dari keputusasaan.

"GRAAAAAAGGGHHT!"

Teriakan penuh kebencian terdengar keras, menggema ke rumah-rumah warga bagaikan dewa pencabut nyawa. Tubuh mereka gemetar dalam seketika.

Teror, ketakutan, putus asa, kesedihan, kepedihan.

Semua emosi negatif itu menenggelamkan cahaya harapan yang terkumpul dan suara yang sama terdengar kembali. Kali ini nadanya lebih menyeramkan daripada sebelumnya, seolah ingin membunuh tiap makhluk hanya dari jeritannya saja.

... lalu garis pandang warga terselimuti oleh cahaya putih penuh niat membunuh.

BooooOOOoooMM!

Dalam sekejap kota yang dihuni oleh ribuan orang itu luluh lantah, kehancuran total yang tak pernah terbayangkan dari ibu kota Kekaisaran Victoria tercatat dalam sejarah untuk pertama kalinya.

Penyebab kekacauan ini adalah monster, makhluk buruk rupa dengan kekuatan melebihi manusia normal, sang eksistensi terkutuk yang diyakini hanya membawa bencana ke dunia.

Pada awalnya monster adalah musuh yang mudah ditangani, orang-orang hanya perlu datang ke guild petualang dan memperkejakan beberapa Adventure untuk menghabisi mereka. Namun bagai manusia yang beradaptasi pada keadaan sekitar, monster-monster mulai berevolusi dari waktu ke waktu sampai pada akhirnya kekuatan mereka melebihi perkiraan. Hal tersebut diperparah dengan kemunculan para demon. Dengan sihir dan kekuatan fisik yang melebihi nalar, ras demon sekali lagi mendeklarasikan perang pada dunia.

Sampai detik ini pun ... manusia terus terpojokkan hingga kematian seolah menjadi hal 'normal' di kalangan masyarakat. Mereka putus asa, tertekan, depresi, dan sedih. Namun sama seperti cerita-cerita terdahulu ... ketika jaman kegelapan datang, maka harapan juga akan hadir.

.

.

Berjalan melewati pepohonan kering berlatar hitam putih pertanda keputusasaan. Memikul beban teman-teman yang telah menunggu kepulangannya seiring dengan jati dirinya yang menghilang terbawa sang kegelapan, pemuda itu mengambil sebilah pedang dari ketiadaan.

"Dia benar-benar sampai disini ..."

Berdiri angkuh di hadapannya, 4 sosok yang sejatinya bukan manusia. Postur mereka besar dengan atmosfir berat yang menakutkan, wajah mereka seperti manusia pada umumnya namun memberikan intimidasi kuat dari sorot mata yang tajam. Jika si pemuda adalah manusia biasa, dia pasti sudah gemetar ketakutan dihadapan makhluk superior-superior tersebut. Sambil menggenggam sebilah pedang ditangannya, ie kembali memperbaharui tekadnya. Mata shafire si pemuda menajam, memperhatikan dengan seksama beberapa informasi yang muncul dihadapannya.

«Cry L. Vaunded Hilmes Lvl 87»

HP: 1.400.000/1.400.000 | MP: 1.400.00/1.400.000

.

«Bastard E. Bloody Bodin Lvl 88»

HP: 1.800.000/1.800.000 | MP: 1.300.00/1.300.000

.

«Rusack V. Eyeskull Gadevi Lvl 86»

HP: 1.500.000/1.500.000 | MP: 1.100.000/1.100.000

.

«Eagle M. Claw Arzhang Lvl 89»

HP: 1.000.000/1.000.000 | MP: 1.400.000/1.400.000

"Manusi-"

Wajah lusuh penuh debu dari pemuda itu berubah ganas melesat pada sesosok makhluk menyerupai manusia dengan postur tubuh tingi besar. Tangannya yang penuh akan otot terselimuti kulit keras bak adamantin menahan serangan yang datang dengan mudah. Sayangnya, itu adalah kesempatan yang bagus untuk melancarkan serangan lainnya.

"[Terminal Blaze]"

Muncul api di lengannya yang kemudian melingkar, mencampurkan api jenis merah dan biru menjadi satu kesatuan dan melepaskannya bagai tornado dengan suhu tinggi. Ia tidak benar-benar memberikan kekuatan penuh pada serangan tersebut, namun dalam kadar yang normal ... serangan itu bisa melelehkan mineral sekelas adamantine dalam beberapa detik.

Matanya melirik sekilas pada bar warna hijau yang terlampir di atas kepala Gadevi, sekitar 1/10 bar tersebut telah menghilang. Tidak terlalu banyak, namun cukup memuaskan dengan kekuatannya yang sekarang.

Pemuda berpakaian Lihgt armor itu segera bermanuver ke sisi lain sambil mengaplikasikan [Aerodinamik] dibawah sebuah tinju keras melesat ke arahnya. Tapi sebelum dia menyadarinya, pukulan lainnya menyambutnya dari sisi yang lain. Ia yang tidak siap menerima serangan tersebut mati-matian menahannya dengan segenap usaha. Tapi sayangnya, pukulan itu terlalu keras hingga tubuhnya harus terbawa oleh momentum dan menghantam tanah, menciptakan sebuah parit instan sepanjang lintasan dimana ia terseret.

"Belum selesai!"

Arzhang, sang jenderal monster dengan kemampuan tinggi pada sihir menciptakan sebuah lingkaran sihir yang dibingkai berbagai tulisan-tulisan kuno. Wajahnya yang tertutup tudung hitam nampak menyeringai ketika sihir tersebut terbentuk.

"Licht vom Aussterben."

Dimensi yang sedari tadi terlahap oleh kegelapan mendadak menjadi terang. Cahaya berwarna putih kebiru-biruan muncul di langit-langit, menciptakan ratusan pilar-pilar raksasa yang kemudian hancur, membumi hanguskan apapun yang dikiranya dapat membahayakan si pemilik skill.

Beberapa menit setelah rentetan ledakan terjadi, Arzhang memejamkan kedua matanya, merasakan aliran mana yang terpapar di seluruh permukaan tanah hanya untuk memastikan kematian dari manusia yang berhasil sampai di tempat mereka berada.

'Sudah berakhir.'

Bibirnya melengkung saat kesimpulan itu diambil. Sihir yang baru saja ia lepaskan bukanlah sihir sembarangan. Dari sekian banyak sihir yang eksis di dunia, [Licht vom Aussterben] adalah salah satu sihir cahaya penghancur yang dapat menghilangkan sebuah kerajaan dari permukaan Althea. Sudah sewajarnya ia mati, apalagi …

"Pada kenyataannya, dia hanya manusia."

Namun kemenangan yang baru beberapa detik Arzhang klaim harus sirna ketika sebuah pentagram sihir berpendar biru pucat muncul di tubuhnya. Menyadari hal tersebut, mata merah milik Arzhang menampakkan dengan jelas suatu kebingungan. Ia tidak merasakan sihir type serangan dari lingkaran berbingkai mantra kuno tersebut. Lalu ...

"Apa ini!?"

Pertanyaan bagus.

"Berakhir sudah untukmu Arzhang." Ujar Hilmes dengan dinginnya.

"Apa maksudmu Hilmes?"

"Kau sudah di tandai."

"Ditandai?"

"Inilah kenapa aku selalu menyuruhmu untuk waspada."

"Sebenarnya kau ini bicara apa?" Serius. Arzhang benar-benar bingung. Hilmes sangat jarang bicara kecuali diperlukan. Tapi kenapa sekarang tiba-tiba Hilmes menyalahkannya?

Tepat ketika dirinya dilanda kebingungan, Arzhang tersentak kaget. Pandangannya mengabur, kesadarannya perlahan terkikis, dan tubuhnya mati rasa. Ia berusaha untuk bergerak, namun tubuh seolah menolak perintah dari otak.

'Tu-buhku?'

Dari balik ledakan yang Arzhang ciptakan sebelumnya, sosok manusia yang dikiranya telah mati nampak masih berdiri. Wajahnya kotor oleh debu dan armornya retak di beberapa bagian. Tapi selebihnya, manusia tersebut baik-baik saja.

Kedua tangannya memegang sepasang pedang dengan pendar biru pucat mirip seperti lingkaran sihir di tubuh Arzhang. Dan dengan ayunan ringan namun bertenaga, sebuah shockwave berelemen petir melesat, melebar, dan menghancurkan Arzhang tanpa meninggalkan bekas.

Satu serangan yang mematikan.

Gadevi, Bodin, dan Hilmes melihat kematian Arzhang tanpa bersimpati. Mereka memang berada di posisi yang sama–Demon Lord dibawah naungan Demon God. Namun itu tidak berarti mereka memiliki hubungan yang dekat seperti . . . teman.

Kejam?

Well, pada dasarnya mereka memang demon.

"Si bodoh Arzhang akhirnya mati."

"Sangat menjengkelkan ketika dia terus-terusan menyombongkan sihir cahayanya."

"Hn."

Tap ...

Tap ...

Deg!

Mereka kemudian memfokuskan perhatian pada manusia yang kini berjalan mendekat. Kuda-kudanya santai dengan sebilah pedang di masing-masing tangannya. Ia tidak mengeluarkan energi kuat seperti yang para monster lakukan untuk mengintimidasi lawan. Tapi tetap, tiga demon lord itu merasakan dingin merambat ditulang belakangnya.

Bodin dan Gadevi serentak melesat dengan kecepatan tinggi. Senjata yang mereka sembunyikan kini terlihat jelas dengan aura yang mematikan. Keduanya menyerang dengan berbagai variasi serangan. Untungnya, mereka tidak sebodoh Arzhang hingga meremehkan lawannya. Membuat pertarungan menjadi lebih sengit dari sebelumnya.

Sang manusia bersurai pirang bermanuver ke samping. Namun tepat setelah ia berpindah posisi, sabit kebanggaan Gadevi menyambutnya. Posisi yang kurang menguntungkan membuatnya kesulitan untuk menghindar sehingga dia memutuskan untuk menahan serangan yang datang.

Terlintas di mata Gadevi, sebuah seringai kecil yang samar di wajah si manusia. Ia penasaran, tapi tidak sedikitpun Gadevi peduli. Sabitnya menghantam sang manusia sampai menciptakan gelombang kejut besar menembus tubuhnya. Kompresasi kekuatan yang terlepas itu sangat kuat, sampai rasanya mustahil ada yang bisa selamat. Apalagi kalau dia hanya manusi-

"Kau bajingan, Gadevi!"

"Bodin!?"

Bingung. Gadevi yakin kalau serangannya barusan tepat mengenasi manusia itu. Tapi seketika, Bodin menggantikan posisi si manusia.

"Sihir teleportasi bodoh!"

"Tapi dia tidak pernah menggunakan sihir teleportasi sebelumnya."

Bodin batuk darah. "Itulah kenapa dia menggunakannya sekarang .. cough!"

"Sial. Dimana dia sekarang!"

Beberapa meter dari Bodin dan Gadevi, sang manusia menyeringai. Walau keadaannya tidak bisa dikatakan baik. Tapi situasinya sekarang benar-benar menguntungkan. "Bye ..."

"Wind-Lightning Dust."

Di sekeliling Gadevi dan Bodin, angin bergerak pelan dengan percikan listrik yang dinamis. Rasa nyeri bercampur horror mereka rasakan ketika angin dan petir saling bersinkronisasi menjadi satu. Gadevi yang belum menerima luka serius berusaha untuk kabur meninggalkan Bodin. Tapi tubuhnya membeku, dia tidak bisa bergerak.

"Apa lagi sekarang!? Aku belum mau mati bangsat!"

BooooOOOOooom!

Terlambat. Sihir ciptaan sang manusia aktif dahulu sebelum Gadevi sempat melarikan diri. Suara ledakan yang besar itu nampak berbanding terbalik dengan hasil yang diciptakan. Bukannya menghancurkan area sekitar dalam radius yang besar, serangan barusan hanya menciptakan kawah sedang seukuran tubuh Gadevi dan Bodin.

Lalu kini akhirnya ... sang Demon Lord peringkat pertama maju.

"Siapa namamu?"

Tidak ada respon.

"Baiklah."

Hilmes melepaskan jubah hitam yang ia kenakan hingga menampakkan lapisan armor dengan desain yang menyeramkan di tubuhnya. Pola-pola yang terukir disana lebih seperti wajah-wajah putus asa dari berbagai monster, dan rambut hitam kehijauannya ia tarik ke belakang hingga nampak wajahnya yang tertutup oleh topeng perak sekitar mata. Dan untuk sentuhan terakhir, ia mengeluarkan energi yang terlampau kuat seolah-olah gravitasi disana naik hingga 10x lipat.

'Berbahaya,' batin sang manusia dengan keringat dingin yang mengalir dari pelipis.

"Aku Hilmes, Demon Lord kepercayaan Demon God yang memimpin pasukan garda depan!"

Kraaak~ Booom!

Bagai terdorong oleh kekuatan yang terlalu besar, tanah pijakan Hilmes hancur berkeping-keping dan bahkan di belakang retakan tersebut tercipta gelombang kejut yang tidak kalah kuatnya.

Manusia yang menjadi lawan Hilmes membulatkan matanya antara kaget dan syok. Ia segera saja mencari keberadaan dari sang jenderal monster, namun tepat ketika pikirannya mencoba menyimpulkan dimana Hilmes muncul. Sebuah pukulan bersarang di perutnya.

"Kuaakh!"

"Cou―"

Bahkan sebelum manusia itu terbatuk akibat rasa sakit di perutnya, sebuah serangan kembali menghantam dirinya. Melemparkan tubuh berbalut armornya ratusan meter ke belakang hingga menghancurkan belasan pepohonan kering yang dilewatinya.

Pemuda bersurai pirang itu berusaha bangkit, matanya yang tenang berubah tajam menatap Hilmes.

"Curse Mark."

Sebuah lingkaran sihir yang sama seperti milik Arzhang muncul di perut Hilmes. Pendar biru pucatnya nampak terang lebih dari sebelumnya, menandakan perbedaan antara keduanya yang sangat kentara. Tetapi Hilmes tidak peduli. Dia meliriknya, hanya sekilas.

"Kau meremehkan aku?" Dengan satu hentakan sihir dari tubuh Hilmes, lingkaran sihir tersebut hancur berkeping-keping.

Manusia itu membulatkan mata kaget.

"Sihir penanda bukan? Ini lumayan langka. Jadi wajar saja jika banyak yang tidak bisa menanganinya. Tapi untuk mereka yang memiliki sihir yang sama. Ini tidak berarti."

"Kalau begitu ..." Untuk pertama kalinya, manusia bersurai pirang itu berbicara, "Balance Breaker."

Setelah ia mengucapkan nama sihirnya, Hilmes menaikkan sebelah alis dibalik topeng peraknya. Tidak ada yang berubah. Sama sekali tidak ada yang berbeda dari manusia di hadapannya. Tidak atmosfir, tidak tubuhnya, dan tidak kondisinya. Lalu ... apa?

"Limit Breaker."

Dan pertanyaan Hilmes segera terjawab ketika tubuhnya merakan hantaman keras sampai-sampai tulangnya terasa remuk. Ia memaksa tubuhnya beregenerasi secepat mungkin dan ketika tinggal tangannya yang belum pulih, Hilmes segera mengorbankannya ketika sebuah tebasan pedang menghancurkan tangan kirinya menjadi abu.

Pikiran Hilmes masih belum bisa mencerna apa yang terjadi. Namun instingnya sebagai iblis mengambil alih dan segera memasang kuda-kuda waspada. Matanya melirik ke sekitar ketika sebuah sihir kembali terdengar di indra pendengarannya.

"Earth Hole."

Tepat dibawah pijakan Hilmes, sebuah lubang muncul dengan tiba-tiba. Hilmes sejujurnya dapat menghindari serangan simple semacam ini dengan mudah, namun sebuah pukulan menggagalkan aksinya.

Duaagh!

Dengan menggunakan tangan yang tersisa, Hilmes menahan pukulan dari atas kepalanya. Ia kini berada di dalam lubang. Tapi tidak sedikitpun memberikan jeda untuk melawan balik, manusia itu kembali melancarkan serangannya.

"Spear of the end."

Sebuah tombak tercipta di tangan berbalut sarung tangan putih milik si manusia. Bentuknya panjang dengan warna hitam kelam dan sepanjang tombak itu terlihat tato yang menjalar menembus tangan si manusia.

"Cerdik juga." Ujar Hilmes tenang. Sama sekali tidak terpengaruh akan tindakan si manusia.

"Namaku Namikaze Naruto."

"Untuk terakhir kalinya, huh?"

Naruto kemudian melesatkan tombaknya menuju Hilmes. Menimbulkan semacam efek pemusnah di lintasan serang. Tetapi kelihatannya Hilmes juga belum mau menyerah.

"TIDAK AKAN SEMUDAH ITU NARUTO! CERO!"

Menggunakan seluruh energi sihir yang ia punya, Hilmes memuntahkan sebuah bola energi seukuran bola basket menuju tombak milik Naruto. Jenderal monster itu yakin, ketika dua serangan tersebut saling bertemu pasti akan tercipta ledakan yang sangat besar sampai bisa memusnahkan eksistensinya dari Tartaros. Itu sangat beresiko, bahkan untuk Hilmes sendiri. Namun membiarkan seorang manusia melewatinya? Itu bahkan lebih buruk.

Dan ... BoooOOOoooooOOOooommmmMMM!

.

.

.

"Hah ... hah ... hah ..." Naruto mencoba mengatur nafasnya yang terengah-engah. Punggungnya ia sandarkan pada sebuah batang pohon, sedangkan tangannya bergerak mengambil Health Potion dari Invetorynya.

Dengan 5 botol Health Potion yang tersisa Naruto hanya dapat mengisi 1/3 bar HPnya. Itu terlalu sedikit jika dia memang ingin melawan sang dewa monster. Apalagi, setelah menggunakan [Balance Breaker] dan [Limit Breaker], tubuhnya mengalami status sementara [Numb]. Kondisinya benar-benar buruk.

"Ugh ... ini menyakitkan," gumamnya pelan.

Ingin rasanya Naruto berkeluh kesah pada Kami-sama yang menciptakan takdir untuknya. Sejak awal Naruto bukanlah pahlawan seperti orang-orang dari dunia lain. Naruto itu hanyalah seorang manusia tidak berguna yang mengharapkan untuk dapat hidup dengan layak. Tidak perlu bertarung, bekerja, dan terus bersantai. Tapi semua tidak selalu berjalan seperti yang direncanakan.

Kedua orang tuanya mati ketika desanya diserang oleh gerombolan monster dan adiknya hancur karena para anak bangsawan yang selalu membullynya. Lalu kini ... dirinya dihadapkan pada ketidakmujuran yang lain.

Melawan pencipta mala petaka, sang Dewa monster. Terdengar gila, eh? Memang. Bahkan sampai sekarang Naruto masih menganggap ini hanyalah mimpi buruk, dan sebentar lagi ia akan terbangun di tempat tidurnya seperti dulu kala. Tapi ... Naruto tidak bisa lari dari kenyataan.

Dunia tengah mengalami krisis yang bisa saja berujung pada kemusnahan seluruh umat manusia. Dan hanya dia satu-satunya harapan setelah para pahlawan gagal menyelesaikan misi ini.

Naruto ... tidak punya pilihan.

Beberapa menit kemudian Naruto bangkit tanpa kesulitan, kelihatannya status [Numb]nya sudah hilang sepenuhnya. 'Tinggal sedikit lagi' ulang Naruto dalam hati. Berharap semua akan berakhir dalam sekejap dan dia dapat hidup tenang seperti dulu.

Naruto berjalan menembus padang tandus menghampiri sebuah pintu di balik dinding yang menghubungkan antara Tartaros dan dimensi yang lebih dalam, tempat sang Demon God berada.

Namun ketika Naruto membukanya, sebuah pemandangan deja vu menyambutnya.

"Dia benar-benar sampai disini ..."

Berdiri angkuh di hadapannya, 4 sosok yang sejatinya bukanlah manusia. Postur mereka― Tunggu! Ada yang benar-benar salah disini. Naruto telah mengalahkan mereka. Tapi kenapa?

"Terkejut, eh?" Sindir Hilmes pada Naruto.

"Seranganmu tadi, aku memang sempat lengah. Tapi terima kasih, sekarang aku mengerti bahwa meremehkanmu adalah kesalahan."

Itu Arzhang . . .

"Shishishi ... namamu Naruto kan? Keberuntunganmu telah usai."

Bodin . . .

"Sabitku sekarang haus akan darahmu, manusia."

Dan bahkan Gadevi.

"Ke-napa?" Naruto berusaha untuk menyembunyikan perasaan gelisahnya. Tapi itu sangat sulit. Dan ketika sang Namikaze terakhir menggunakan skill [Observe] pada 4 jenderal iblis, keputusasaan menghampirinya.

«Cry L. Vaunded Hilmes Lvl ?»

HP: ? | MP: ?

.

«Bastard E. Bloody Bodin Lvl ?»

HP: ? | MP: ?

.

«Rusack V. Eyeskull Gadevi Lvl ?»

HP: ? | MP: ?

.

«Eagle M. Claw Arzhang Lvl ?»

HP: ? | MP: ?

Info mereka menjadi (?), ini pertanda buruk.

"Kau pasti kebingungan sekarang," ujar Arzhang dengan seringai senang di wajah tertutup tudungnya. Naruto tidak membalas karena pada dasarnya dia memang bingung.

"Akan ku beritahu. Para Demon Lord yang sebelumnya kau lawan, mereka adalah boneka-boneka tempurku. Manifesta sementara eksistensi para Demon Lord untuk mencari tahu seberapa kuat orang yang bisa sampai sejauh ini. Dan tersanjunglah, kau adalah orang pertama yang mengalahkan mereka."

Naruto tidak tahu harus berekspresi senang atau merasa tidak beruntung. Ia sudah sampai sejauh ini dan itu hanyalah boneka?

Naruto berusaha menekan keputusasaannya. Jika dia panik sekarang maka semuanya akan benar-benar berakhir.

"Kalau begitu."

Sebuah lingkaran sihir tercipta di bawah pijakan Naruto. Warnanya hitam dengan berbagai hurup-hurup kuno yang sukar dimengerti. Naruto mengerti. Itu sihir penanda. Sama seperti milik Naruto sebelumnya, tapi lebih kuat.

"Merasa terhormat lah ... kau adalah orang pertama yang merasakan sihir ini," seru Hilmes pada Naruto.

Hilmes, Bodin, Gadevi, dan Arzhang saling menyatukan sihir mereka di langit. Menciptakan lingkaran sihir yang berada di luar akal sehat. Bentuknya sangat besar, terdiri dari satu lingkaran sihir besar dan belasan lingkaran sihir lebih kecil yang saling bertautan satu sama lain, berada di beberapa lapisan yang berbeda, dan semua energi terfokus pada satu lingkaran sihir yang berada di posisi paling bawah.

Untuk terakhir kalinya, Bodin menyeringai lebar dengan tangan yang melambai. "Shishishishi, bye ..."

BwuuuuUUUUusssszzzZZZ!

Naruto menatap langit tempat dimana sihir pemusnah akan melahapnya. Terbesit di pikirannya. Apakah semua akan berakhir disini? Semua perjuangannya untuk melindungi umat manusia sebentar lagi akan selesai. Itu melegakan. Dia tidak perlu menanggung beban berat ini seorang diri lagi. Kali ini ... dia mungkin bisa bebas.

Kondisi ini ...

Bukankah ini saat yang tepat untuknya memejamkan mata dan menyerah seperti mereka yang telah mati?

.

Dunia akan lebih keras dari sekarang Naruto. Kau adalah seorang Pria, dan sudah tugasmu untuk melindungi yang lain. Teruslah tegar anakku.

.

Na-ruto, jika aku dan kau bisa selamat dari semua ini. Mau ... kah kau menikah denganku?

.

Kau mungkin bukan yang terkuat di dunia ini. Tapi aku percaya. Kau punya potensi paling besar dibandingkan semua orang. Maka teruslah berjuang ... tak peduli seberapa berat rintangan yang kau hadapi, teruslah maju, jangan menyerah, buktikan siapa dirimu Namikaze Naruto.

.

TIDAK!

"BALANCE BREAKER!"

Menyerah? Kau pikir masalah akan selesai ketika kau menyerah? JANGAN BERCANDA! Selama ini aku terus menanggung penyesalan yang tiada akhir, mencoba melakukan yang terbaik untuk menebusnya dan jika aku menyerah sekarang, menurutmu bagaimana aku akan bertemu dengan rekan-rekan dan keluargaku? Aku bukan orang yang istimewa, hanya orang tidak berguna yang dipaksa menjadi pahlawan. Orang-orang mungkin berpikir aku melakukan ini untuk menyelamatkan dunia, tetapi itu salah. Kulakukan ini untuk keluargaku, orang-orang yang memberikan bebannya padaku, dan tentunya untuk diriku sendiri. Jika aku menyerah sekarang ... mungkin aku akan sangat membenci diriku sendiri.

"LIMIT BREAKER!"

KabooooOOooooOOOooommMMMMM!

.

.

.

Hilmes menatap ledakan energi di hadapannya dengan perasaan was-was. Ia tidak bisa menghilangkan perasaan gelisah sesaat sebelum sihir penghancur menghantam Naruto. Matanya. Ketika Hilmes melihat lurus pada bola mata shaffir itu, perasaan tegang bercampur horror merasuk ke dalam dirinya.

Dan ketika asap debu menghilang dari pandangan semuanya. Bodin, Gadevi, dan Azrhang terpaksa harus merasakan ketegangan yang tidak alami.

Tepat di tengah-tengah ledakan, berdiri sosok Naruto dengan armor yang telah hancur. Tubuhnya penuh luka namun tidak ada yang fatal. Bahkan, bola mata shaffirnya nampak tajam memberikan tekanan pada keempat jenderal monster.

Gadevi, secara tidak sadar mundur dengan kaki gemetar. Sihir barusan adalah sihir terkuatnya. Tidak ada yang pernah bisa menahannya kecuali sang Demon God. Tapi kenapa, eksistensi lemah seperti manusia dapat menahannya? Apakah mungkin ... dia sama kuatnya dengan sang Demon God?

"Ti-tidak mungkin."

Arzhang berusaha untuk menolak kenyataan. Tapi tidak peduli bagaimana ia berusaha untuk menyangkal. Bukti di hadapannya membungkam omongan Arzhang.

"Dia sudah mati."

Perkataan dari Bodin menarik perhatian jenderal yang lain. Jika diperhatikan dengan seksama, memang sudah tidak ada lagi sihir yang tersisa dari Naruto. Tapi siapapun juga tidak akan pernah mengira kalau dia sudah mati. Maksudnya, jika kalian menatap lurus iris birunya maka jelas bahwa masih tersimpan keinginan kuat di dalam sana.

"Benar-benar gila."

"Dia mati sambil berdiri."

"Jika kalian tidak keberatan, aku ingin memakamkannya dengan layak." Ucap Hilmes yang langsung dihadiahi mata melotot dari lainnya.

"Kau bercanda?"

"Tidak."

"Hilmes! Kau adalah Demon! Kenapa juga harus memakamkan manusia dengan layak! Apa kau lupa dengan semua manusia yang telah kau bunuh!?"

"Teruslah meracau Arzhang. Manusia itu telah mendapatkan rasa hormatku. Ini adalah keinginanku dan tidak satu pun suara dari kalian yang dapat menghentikanku."

"Tch. Terserahlah!"

.

Name: Namikaze Naruto

Job: Champion World

Title: The Last Hope

Level: 85

Affiliation: Human Kingdom-Victoria.

STR: 11.030

VIT: 10.400

AGI: 13.120

INT: 10.580

WIS: 12.900

Status: Die

Skill: -

Balance Breaker : Sebuah sihir yang mengambil point pada status yang lain untuk digunakan pada beberapa status tertentu.

Limit Breaker : Menghancurkan batasan dari diri sendiri untuk menaikkan seluruh status sampai 3x lipat dalam periode waktu tertentu. Setelah batas waktunya habis, pengguna akan kelelahan dan terkena status [Numb / Lumpuh]

Curse Mark : Sihir penanda yang memberikan debuff pada musuh. Berfungsi untuk menurunkan deff, dex, attack, dan tambahan status [Paralysis]. Beberapa sihir penanda juga dapat digunakan untuk menaikkan serangan tertentu. Sebagai contoh, Naruto menggunakan sihir penanda type petir untuk menurunkan Lightning Resist milik lawan sampai 50%. Sehingga, ketika Naruto menyerang dengan element petir maka kekuatannya akan naik sebesar 50%

Aerodinamic: Sihir yang membuat pengguna dapat bergerak bebas di udara dengan menendang udara di kakinya.

To be continued.

A/N: Ini re-make dari fict The Gamer Story dan kemungkinan besar alurnya bakalan berbeda jauh dengan yang sebelumnya. Entah kalian mau hujat ataupun dukung, itu pendapat kalian. Saya gak akan keberatan, terimakasih.