Naruto © Masashi Kishimoto
Highschool DXD © Ichiel Ishibumi

Warning: Fanfiction Uncensored. Mature only. Penggambaran kekerasan, pembunuhan, pemerkosaan, perbudakan dan politik garis keras ada disini.


"BUNUH!"

"DARAH!"

Coloseum bergema, seluruh penonton menerikan kata kejam untuk aku dan pria gendut didepanku.

Aku akan bertarung, dan untuk kesekian kalinya aku akan mempertaruhkan hidupku diatas arena ini.

"Naruto, kau akan bertarung, pilih senjata dan hiduplah untuk kemenangan!"

Aku hanya menatap datar seorang pria berambut coklat yang berteriak tadi, dia melotot dari atas podium.

Namaku Naruto, usiaku 16 tahun dan aku adalah seorang budak yang terjebak didalam sebuah lubang hitam tempat ribuan bangsawan menikmati sebuah pertunjukan berdarah.

Pertarungan sampai mati.

Aku sama sekali tidak tahu kenapa aku berakhir sebagai seorang budak, kenangan terakhir yang aku ingat adalah ketika aku berhasil menyelamatkan 3 orang pelajar yang terjebak didalam perang Harem mereka sendiri.

.

Flashback

Aku adalah seorang tuna wisma berusia 21 tahun dan tidak memiliki pekerjaan. Aku gemuk dan jelek. Meskipun dikenal dengan title seorang pria baik, aku tentunya memiliki penyesalan dengan hidupku ini.

Sebenarnya aku bukan seorang tuna wisma, setidaknya tiga jam yang lalu. Aku adalah seorang NEET veteran yang hampir empat tahun terakhir ini tidak pernah meninggalkan kamarku kecuali untuk mandi, makan minum dan sebagainya.

Sebagai NEET aku bahkan tidak menghadiri pertemuan keluarga, dan tanpa kusadari juga Ayahku telah meninggal.

Aku tidak tahu Ayahku meninggal, sehingga pada hari pemakamannya aku sedang masturbasi di kamarku. Kenyamanan masturbasiku tidak bertahan lama ketika kedua saudaraku tiba-tiba masuk, mengenakan pakaian berkabung, dan menyatakan bahwa mereka memutuskan hubungan kekeluargaan mereka denganku.

Aku mengabaikan mereka karena aku terlalu pokus dengan game Eroge didepanku, aku terus masturbasi. Mungkin karena geram dengan kelakuanku itu adik laki-lakiku mengambil pemukul kayu dan menghancurkan komputer dihadapanku yang langsung memudarkan tampilan karakter loli yang mengangkang gembira menggodaku.

Melihat komputer yang kuanggap lebih berharga dari hidupku itu hancur aku langsung menerjang mereka, tapi karena kakak laki-lakiku memiliki sabuk hitam di karate akupun berakhir dipukuli dengan sangat kejam olehnya.

Setelah menyadari kesalahanku yang tidak bisa dimaafkan akupun terisak-isak dan memohon pengampunan. Mereka bilang tidak, dan tanpa sempat berganti pakaian akupun berakhir diusir .

Meninggalkan rumah dengan terpaksa akupun berjalan tidak menentu kesana kemari.

KAU TIDAK BERGUNA! MANUSIA HINA!

Berbagai makian serta cercaan yang dikeluarkan kakakku masih segar diingatanku, hatiku merasa hancur total ketika keluargaku sendiri mengatakan hal seperti itu.

Apa yang harus saya lakukan selanjutnya? Mencari pekerjaan, lalu tempat tinggal.

Bagaimana aku harus melakukan itu? Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan untuk mencari pekerjaan, aku tidak memiliki keahlian lain selain mengoperasikan komputer. Pekerjaan yang memungkinkanku mengoperasikan komputer adalah pekerjaan diperusahaan besar, dan terhempaslah aku karena tidak ada satupun perusahaan yang akan menerima seorang pengangguran mantan NEET sepertiku.

Toko alat tulis Toko swalayan? Mungkin aku bisa pergi ke sana, tapi aku tidak punya uang. Masalah uang bisa diatur, aku bisa meminjam dari lembaga keuangan daerah tempatku tinggal.

Dengan asumsi bahwa aku beruntung berhasil meminjam uang dari lembaga keuangan, aku bisa mendapatkan makanan, pakaian ganti, dan membeli beberapa alat tulis untuk membuat surat lamaran.

Tunggu dulu, aku pernah mendengar bahwa sebuah surat lamaran pekerjaan membutuhkan alamat tempat dimana sipelamar tinggal. Ini sudah berakhir. Tepat pada saat ini, aku sepenuhnya menyadari jika hidupku sesungguhnya sudah berakhir.

... Hah.

Aku lelah berjalan, duduk ditrotoar dan mendonkak menatap langit yang mendung.

Tik... Tik...Tik

Mulai hujan.

Air hujan mulai berjatuhan membasahi pakaian yang Kukenakan, mereka semua tanpa ampun mencuri panas tubuhku.

Mulai dingin, aku harus sesegera mungkin mencari tempat berlindung, dan ketika aku kembali mengingat bahwa aku sudah menjadi seorang tuna wisma...

... Aku ingin mengulang hidupku dari awal.

Aku lahir sebagai anak ketiga dalam keluarga yang agak kaya. Dua kakak laki-laki, satu kakak perempuan, dan satu adik laki-laki.

Masa dimana aku masih disekolah dasar, aku dipuji sebagai anak jenius diantara anak-anak seusiaku. Meskipun aku tidak dianggap jenius dalam studi, aku adalah seorang Dewa dalam semua permainan. Dengan mukjijat itu aku bahkan selalu menjadi pusat perhatian seluruh kelas disekolah dasar.

Kemudian di SMP aku masuk ke klub komputer, berkonsultasi dengan majalah, mendapatkan cukup uang untuk jasaku merakit dan memperbaiki komputer.

Titik jatuh hidupku bermula ketika aku berada dimasa SMA ... Tidak, ini dimulai ketika tahun terakhirku di SMP. Aku begitu sibuk bermain-main dengan komputer dan beberapa sarana hiburan sehingga aku mengabaikan studiku. Berpikir kembali sekarang, di situlah semuanya dimulai.

Aku berpikir bahwa belajar merupakan hal tidak berguna untuk masa depan. Aku merasa itu tidak bisa digunakan dalam kehidupan nyata. Pada akhirnya, aku memasuki sekolah tinggi dan menjadi individu siswa yang paling tolol, dianggap terburuk di seluruh prefektur. Meski begitu, aku pikir itu bukan masalah seurius untuk kehidupanku.

Pemikiranku semakin menjadi-jadi. Aku berakhir menjadi seperti orang gila yang hampir setiap waktunya selalu menghubungkan kejadian nyata ke kejadian fantasy yang aku yakin orang normal biasa menganggapku sangat aneh.

Aku mengidap sindrom Chunibyou.

Berawal darisana aku tidak pergi ke sekolah selama sebulan, dan berakhir menjadi seorang hikikomori. Aku tidak ingin keluar kamar, aku selalu merasakan dan selalu melihat beberapa monster dan sejenisnya selalu berlalu lalang mengamatiku.

Seluruh keluargaku hawatir ketika dalam dua bulan terakhir aku selalu mendekam didalam kamarku. Mereka bertanya, dan aku menjawab dari balik pintu jika aku tidak ingin keluar dari tempat teramanku.

Mereka memaksaku berkonsultasi sengan psikiater, dan ketika mendapatkan keterangan bila otakku sudah bermasalah dan mengidap keracunan teknologi... Mereka hanya menundukan kepala dan memandangku dengan seluruh tatapan prihatin.

Tidak ada orang dalam situasi seperti yang aku alami akan terus bersekolah. Tidak ada jalan. Jadi, tidak peduli apa kata orang lain, aku meneruskan gaya hidup saya yang tertutup.

Tidak masalah aku sendirian ditempat ini, selama aku memiliki komputer dan internet, aku bisa menghabiskan waktuku bermain dengannya. Karena pengaruh internet, aku mulai tertarik pada banyak hal, dan melakukan berbagai hal. Perakitan model plastik, lukisan patung-patung, membuat weblog dan masih banyak lagi.

Aku menghasilkan beberapa jalan untukku menambah penghasilanku.

Keluargaku tersenyum, mereka merasa senang dengan beberapa ideku menghasilkan uang untuk mereka.

Akan tetapi setelah dua tahun bekerja dibalik layar aku mulai kehilangan motivasiku, aku merasa dirugikan ketika melihat beberapa saudaraku tersenyum bahagia dengan jutaan uang yang aku hasilkan. Mereka membeli segala sesuatu: pakaian mahal, motor, mobil dan sebagainya. Sedangkan aku, aku hanya mendapatkan beberapa makanan ringan dan sedikit uang untuk perawatan komputerku.

Aku muak. Aku memutuskan berhenti menyokong keuangan keluargaku dan beralih untuk menyenangkan isi hatiku.

Tidak banyak hal yang bisa dilakukan olehku dibalik komputer. Aku mulai dengan membaca beberapa web novel, manga, fanfiction dan lain sebagainya. Setelah semua itu selesai aku mulai menonton beberapa anime dan memainkan beberapa game Eroge.

Tidak terasa waktu berlalu, setelah 6 bulan kemudian isi otakku penuh dengan berbagai refrensi aku mulai menerbitkan karyaku sendiri untuk membalas budi dengan orang-orang yang membiarkanku menikmati hasil karya mereka.

Aku mulai menerbitkan weblog yang mengerikan, atau beberapa fanfiction dan mulai menulis web novel.

Menjadi seorang Author tidaklah mudah, kadang kala hasil karyaku diabaikan begitu saja seperti sampah, kadang hanya menggunakan kata baku yang monoton untuk menambah kolom komentar yang aku sendiri pikir itu sangatlah tidak berguna.

Apalagi ketika beberapa komentar yang bisa membuatku badmood dan sakit, istilah meremehkan dan dianggap sebagai promotor copy n paste sangatlah tidak manusiawi.

Aku sendiri berawal dari seorang pembaca yang menikmati hasil karya oranglain, adapun beberapa poin yang hampir serupa dengan karya yang aku baca itu bukan berarti aku melakukan copy n paste dengan karya tersebut.

Ketidaktahuan menyesatkan semuanya, jadi aku lebih baik mengabaikan komentar tidak manusiawi tersebut.

Terus bergelut dengan kesenangan ini membuatku lupa diri sampai akhirnya aku diusir dari rumah, menjadi tuna wisma super miskin yang hanya memiliki selembar pakaian yang menutupi tubuhku.

Jika memungkinkan, aku ingin mengulang kembali kehidupanku dimana masa sekolah dasar berlangsung, atau kembali ke masa sekolah menengah pertama yang bisa menghasilkan uang dari hobiku mengoprek komputer. Tidak, bahkan jika itu hanya satu atau dua tahun yang lalu. Sekalipun sedikit waktu, aku masih bisa melakukan sesuatu dengan itu. Meskipun sedang putus asa setengah mati, aku bisa memulainya dengan membuat kehidupanku lebih berguna.

Jika aku berusaha keras, bahkan jika aku tidak menjadi yang terbaik, setidaknya aku berhasil menjadi seorang profesional dalam bidangku.

Manga, novel, game, atau bahkan hacker. Aku yakin jika akhirnya nanti bisa membuat prestasi kecil dan menghasilkan banyak uang dari beberapa karyaku. Sayangnya itu tidak terjadi, aku tidak pernah bekerja keras sebelumnya, sehingga membuatku menjadi orang gagal dan tidak berguna.

"Kenapa kau berbuat SEPERTI INI PADAKU?!"

"Aku bilang jika aku sudah bosan denganmu! Aku sudah punya pacar baru!"

"Orang INI!"

Aku mendengar beberapa orang yang berdebat.

Apa keributan itu? Aku mendongkak dan langsung melihat tiga siswa SMA sedang berdebat.

Sepertinya ada semacam perang harem yang sedang berlangsung. Anak laki-laki yang lebih tinggi bertengkar dengan gadis itu, dan anak laki-laki satunya mencoba untuk menengahi..

Lelah dengan anak laki-laki tinggi itu si gadis perempuan berlari menyebrang jalan, si anak laki-laki tinggi itu berusaha mengejarnya. Namun dia terlebih dahulu didorong oleh anak laki-laki pacar baru sigadis, kemudian menyusul gadisnya menyebrang jalan.

Si anak laki-laki tinggi menggeram, dia bangkit berdiri dan berlari mengejar pasangan itu.

Pada saat yang sama, aku mendengar deru mesin yang cukup nyaring, aku menoleh dan mendapati bahwa sebuah truk sedang melaju menuju trio SMA dengan kecepatan yang luar biasa.

"A- A- AWAS!"

Aku mencoba memperingatkan mereka dengan berteriak, tapi karena aku sangat jarang berbicara membuatku terbata-bata.

Mereka masih acuh, kemungkinan suara hujan yang semakin deras membungkam teriakanku.

Apa yang harus kulakukan? Aku harus menyelamatkan mereka. Tapi pada saat yang sama, aku berpikir: mengapa aku harus menyelamatkan mereka? Aku punya firasat bahwa jika aku tidak menyelamatkan mereka, aku akan menyesalinya lima detik kemudian. Karena itu, aku harus menyelamatkan mereka.

Tidak apa-apa jika aku berakhir mati, toh semua manusia pada akhirnya juga akan mati, setidaknya aku bisa sedikit berharap tidak sepenuhnya menyesal dengan kehidupanku.

Sudh diputuskan, aku berlari dan tertatih-tatih menuju mereka. Kakiku tidak bergerak seperti yang aku inginkan, karena aku belum banyak menggerakannya selama empat tahun terakhir ini.

Nafasku menderu, ini adalah pertama kalinya aku menyadari bahwa olahraga adalah sesuatu yang sangat penting.

Sangat menyakitkan, rasanya aku tidak ingin berlari lagi.

Tapi aku masih memaksakan diriku, aku terus berlari.

Saat melihat truk itu mendekat di depan matanya anak laki-laki yang mendorong mantan pacar gadisnya itu memeluk pacarnya dengan erat. Anak laki-laki satunya lagi yang mengejar pasangan itu membeku, kedua matanya melebar melihat truk yang melaju cepat ketempat mereka semua.

Namun itu hanya smentara, ketika aku sampai ditempat mereka, aku meraih kerah belakang anak laki-laki yang membeku tanpa ragu dan menggunakan seluruh kekuatanku untuk menyingkirkannya dari jalur lalu lintas membuatnya menjauh dan jatuh ke pinggir jalan.

Belum selesai sampai disana, aku kembali berlari dan menbarakan tubuhku ke pasangan kekasih itu kedepan, menjadikanku satu-satunya sasaran empuk truk tersebut.

Bang!

Hanya sepersekian detik berhasil menyingkirkan pasangan itu tubuhku langsung terpental oleh momentum kecepatan truk yang langsung menghantam tubuh tambunku.

Nafasku sesak, kedua mataku memburam dan muncul kilatan cahaya yang membuat pandanganku mengabur.

Apakah ini cahaya yang dikabarkan tentang kilas balik sebelum kematian? Apakah ini berarti saya melakukan sedikit hal berguna dalam hidupku? Atau, apakah aku tidak akan mati tanpa penyesalan? Segala macam pertanyaan memenuhi benakku.

Hanya sekilas sebelum aku merasakan hentakan mematikan yang kurasakan dari bagian belakang tubuhku, semua tulang belakangku terasa remuk.

Mungkin tubuhku telah berhenti menabrak sebuah beton bangunan sisi jalan, menabrak tiang listrik atau apapun itu aku tak tahu.

"Puhh ...!"

Udara di paru-paruku terdorong keluar. Paru-paruku tersadar, menuntut udara lebih banyak lagi.

Aku tidak bisa mengucapkan sepatah katapun. Tapi aku belum mati. Akumulasi lemak mungkin yang menyelamatkanku ... Tapi begitu aku bersukur, truk itu tiba-tiba muncul di depan mataku lagi.

Aku diratakan seperti tomat di antara jalan dan truk itu.

Saat itulah aku sepenuhnya menyadari bahwa aku sedang dikirim menuju kematianku yang sesungguhnya.

Tubuhku terasa terombang-ambing disebuah tempat yang cukup asing, aku merasakan itu sehingga aku mencoba untuk membuka mataku.

Saat aku membuka mataku hal pertama yang aku lihat adalah...

...Aku melihat sebuah telapak kaki yang mendatangiku, memukul tepat diwajahku sehingga membuatku berguling merasakan sakit akibat hantaman itu.

"Berlatihlah lebih keras! Master tidak ingin kau mati tanpa memberinya sebuah keuntungan!"

"Hey, apa-apaan ini?! Kenapa kau menendangku?!"

Aku meringis, terkejut dan merasa takut ketika melihat seorang pria bertubuh dan berwajah kasar melotot sekaligus mencaci makiku.

Aku terdiam dan terus gemetar. Aku bertanya-tanya tentang arti semua ini, aku tak tahu bagaimana aku bisa berakhir menjadi sasaran amukan pria didepanku ini.

Aku akui bahwa aku adalah orang yang pengecut, dibuktikan ketika pria itu berjalan menghampiriku aku hanya bisa gemetar ketakutan.

Aku mulai meronta ketika pria kasar itu meraih leherku, mencengkram sebuah kalung yang...

...Kalung? Tunggu dulu, tubuhku juga merasa sedang melayang, dan ketika aku menunduk kebawah aku melihat bahwa kedua kakiku sedang sepenuhnya terangkat tidak menyentuh tanah.

Pikiranku langsung terhubung dengan kata Neraka, ya Neraka selalu digambarkan dengan sebuah Api yang berkobar tanpa henti, dan melihat suasana sekitarku jelas tidak bisa menggambarkan ini.

Aku mendapati bahwa aku sedang berada disebuah ruangan asing dengan tanah lapang compang-camping dihiasi darah berceceran.

Ini bukanlah Neraka seperti yang telah digambarkan, berarti... Apakah aku diculik? Jika aku tidak mengingat tentang kenangan truk yang menggilas tubuhku, aku pasti akan berpikiran seperti itu.

Masih teru merenung akhirnya aku tak sengaja melihat tanganku... Ah, mereka sangat mungil, dan aku tahu jika ini bukanlah tanganku. Kalau begitu...

...Apakah Tuhan menjawab doaku yang ingin kembali ke masa kanak-kanak? Aku gembira, namun kegembiraanku tidak bertahan lama ketika pria kasar ini memukul wajahku.

Sial, kenapa dia terus memukulku? Apakah aku sudah melakukan sebuah kesalahan?

Masih bergelut dengan pikiranku akupun tersentak ketika tubuhku dilemparkan membanting lantai. Belum sampai disitu, ketika aku sulit mengatur nafas pria kasar itu juga langsung menghujaniku dengan beberapa tendangan yang aku yakin meremukan salah-satu tulang didalam tubuhku.

Sakit, sakit rasanya sehingga membuatku tak kuasa untuk menahan tangis.

"Berhenti! Berhenti menangis! Master tidak membutuhkan petarung yang cengeng!"

Pria kasar itu mengangkat kembali tubuhku, mencekik leherku dan berteriak seperti itu tepat didepan wajahku.

Aku mencoba untuk berhenti menangis, menggigit bibirku bahkan mencoba mencengkram kepalan tanganku untuk menghentikan gemetar tubuhku.

"Bagus, kalau begitu kita lanjutkan pelatihanmu."

Mulai darisana aku akhirnya menyadari bahwa jiwaku sepenuhnya belum dikirim kealam kematian.

Aku terjebak ditubuh asing seorang anak kecil berusia 6 tahun.

Aku adalah seorang budak dan sedang dipaksa untuk terus berlatih keras agar menjadi petarung yang sangat kuat.

Lebih penting dari itu semua, aku terjebak disebuah dunia asing yang dimana Sains dan teknologi belum berkembang.

Flashback of

.

Setelah merenungkan kehidupanku dulu... Aku sedikit berpikir jika ini merupakan sebuah hukuman dari Tuhan, dan menjadi seorang Budak yang selalu terancam dengan sebuah kematian terlalu berat untuk dijalani.

Persetan dengan takdir.

Aku tidak ingin berbuat hal yang sama seperti dikehidupanku dulu, menjadi orang tak berguna dan gagal.

Jika ini disebut renkarnasi, aku tidak ingin memilih kehidupanku yang selanjutnya lebih buruk dari ini karena menyerah dengan kegagalanku.

Aku ingin berjuang dengan hidupku, untuk itulah selama bertahun-tahun aku selalu berlatih lebih keras untuk menjadi semakin kuat dan bertahan hidup sampai aku akhirnya bisa keluar dari tempat ini dan mencari kesejahteraanku sendiri.

Aku sudah cukup muak dengan tempat ini, ini bukanlah sebuah habitat potensial untuk seorang Manusia, dan jika kesempatan untukku terbuka lebar akan aku pastikan aku akan pergi dari tempat terkutuk ini.

I

I

I

I

I

Pertarungan telah selesai dan para Budak yang selamat kembali ke sel-nya masing-masing.

Saat ini aku sedang makan didalam sel-ku. Merayakan kemenangan diatas kematian Budak penantang lain dalam kesendirian.

Ini adalah bagian yang sangat menarik dari tempat ini, untuk menjaga gizi dan perform di atas Arena para Budak tidak akan kekurangan makanan, bahkan kami semua diberi hak istimewa untuk makan sepuasnya dan disuguhi santapan mewah menggugah selera.

Tempat yang sangat menarik kan? Tentu saja TIDAK jika setiap harinya kau selalu dibayangi dengan ancaman kematian diatas Arena.

Aku berhenti menyendok makananku dan mendongkak menatap pintu. Seorang penjaga datang menemui sel-ku, dia membuka pintu dan melangkah masuk menghampiriku.

"Naruto, Master memanggilmu!"

Katanya sambil membuka rantai kaki dan melepas tanda Budak-ku. (Tanda: Kalung khas budak)

Tanpa mengatakan apapun akupun berdiri dan kemudian si penjaga membimbingku keluar dari sel.

Aku harus segera memenuhi panggilan Master.

Perintah dari seorang Master adalah mutlak, meskipun aku belum menyelesaikan makananku dan masih merasa lelah aku tidak mungkin diberi kesempatan untuk menyanggah perintahnya.

"Master, kami sudah tiba."

"Masuk!"

Kami menaiki tangga, berbelok di tikungan dan tiba disebuah pintu yang tertutup.

Satu penjaga lainnya datang, dia membuka pintu dan mempersilahkan kami masuk.

Hal pertama yang aku temui diruangan itu adalah dua orang yang sedang duduk dan tersenyum kearah kami. Salah-satunya seorang Babi gemuk menjijikan yang langsung berdiri menghampiri tempat kami berada, dia adalah Master-ku dan pemilik semua Budak yang ada disini.

"Nah, sepertinya dia sudah datang, Milady. Aku rasa kita bisa langsung menegosiasikan harganya terlebih dahulu!"

Kata Babi membuat satu orang lainnya yang ternyata merupakan seorang wanita pertengahan 30 tahun dengan pakaian mewahnya berdiri menghampiri kami.

"Hm, melihat Budak seperti ini aku hanya akan membayar 2 gold."

"Naruto adalah petarung populer kami, dan juga dengan tubuh dewasa dalam usia muda menjadikannya memiliki harga yang jauh lebih dari itu."

Apa yang sedang mereka bicarakan? Tentu saja mereka sedang bernegosiasi tentang kontrak (Label) yang aku miliki. Singkatnya wanita bangsawan ini menginginkanku menemaninya -tidur- bersama.

Aku mencemooh pemikiran tersebut. Aku sudah terbiasa dengan hal seperti ini, beberapa nyonya bangsawan memang tak jarang menginginkan mendominasi para petarung yang masih bau darah karena pertempuran.

"Kenapa aku harus membayar begitu mahal hanya untuk Budak kotor ini? Dengan 2 gold aku bisa mendapatkan pelacur terbaik di kota ini!"

Apakah aku semahal itu? Aku mendengar tentang kata gold dan silver, aku tak tahu apa-apa tentang makna dua kata tersebut, yang aku tahu hanyalah berlatih, bertarung, makan dan memuaskan nyonya bangsawan yang ingin mendominasiku.

"Memang benar..." Si Babi mengangguk, kemudian dia mengeluarkan seringaiannya. "...Tapi anda tidak akan mendapatkan pelacur dengan kegagahan yang ditampilkan Budak-ku ini kan!?"

Nyonya berdehem.

"Apakah aku boleh memeriksa kualitasnya terlebih dahulu?"

"Silahkan, silahkan, selama anda puas maka saya akan mengambil bayarannya."

Wanita itu tersenyum sebelum berjalan maju mendekatiku.

"Jadi ini rasa dari Naruto-kun?!"

Dengan ekspresi yang tampaknya elegan namun penuh nafsu tangan wanita itu merayap di atas dadaku, terus turun dan mencapai perutku.

Aku bisa merasakan tangannya berjalan disekitar tubuhku, dengan kata lain aku tidak mengenakan apapun kecuali sebuah kaos tipis nan kumal.

Meskipun aku merasa tidak setuju, tapi perasaan sentuhan itu sedikit mampu membuat tubuhku menggigil.

Nyonya bangsawan ternyata seorang pelacur, aku sangat kasian dengan suaminya karena memiliki seorang istri seperti ini.

Tidak bisa ditolong, kehidupan para bangsawan memang sulit di mengerti. Laki-laki dengan strata sosial dan uang melimpah selalu memiliki beberapa wanita disekitarnya, tidak ada kesalahan jika wanita yang terabaikan akan membayar beberapa pelacur sepertiku untuk memuaskan dahaganya.

Disamping itu, kehidupan seorang nona atau nyonya bangsawan sangatlah tenang. Mereka tidak diijinkan untuk memiliki keterampilan bertarung, mereka lemah dan untuk alasan itulah kemungkinan para nyonya bangsawan memiliki kelainan untuk mendominasi seorang laki-laki kuat sangatlah besar.

"Aku melihat pertarunganmu, kau luarbiasa sehingga membuatku sangat menginginkanmu. Dan oh, kau juga memiliki tubuh yang sangat jantan!"

Sapuan tangannya terus turun, kemudian dia berhenti tepat diatas pangkal pahaku.

"Dengan kerendahan hati hamba sampaikan terimakasih, Milady!"

Menghadapi orang seperti ini yang terbaik adalah mengatakan hal seperti itu, setidaknya inilah yang aku pelajari secara paksa dari si Babi.

"Nfufufufu, apakah sudah merasa puas Milady? Mungkinkah saat ini kita bisa membicarakan bayarannya?"

Si Babi memanggilnya membuat wanita itu berdehem dan melepaskan jeratan tangannya terhadap tubuhku.

"Bagaimana dengan 7 gold?"

"Maaf, maaf, saya rasa harga itu terlalu rendah!"

Wanita itu melotot, dia memandang penuh ancaman terhadap Babi tua itu.

"10 gold, ini penawaran terakhir!"

Si Babi tersenyum setelah itu dia menatapku.

"Naruto, lepaskan pakaianmu! Dan kau..." Dia menunjuk salah-satu sipir penjaga. "...Ambil pedang yang dia gunakan tadi dalam pertarungan!"

Apa? Sepertinya wanita ini menyukai jenis pria kejam.

Mengesampingkan itu akupun lekas membuka pakaianku, dan tanpa keluhan serta rasa malu akupun berdiri telanjang dihadapan mereka.

Aku sudah terbiasa dengan ketelanjangan. Selain aku sendiri tak jarang menjadi Budak nafsu, aku juga sering menjumpai beberapa dari kami terutama Budak perempuan telanjang dalam sel-nya.

Mungkin yang aku maksud adalah tetangga sel-ku. Aku punya tetangga Budak perempuan, dan setiap malam aku akan selalu sulit tidur karena suara nyaring penuh pesta pora yang dilakukan para sipir penjaga terhadap tetanggaku itu.

Aku mendongkak dan menatap nyonya bangsawan yang balas menatapku dengan aura panas. Dia menjilat bibirnya dan perlahan melangkah menghampiriku, dan dalam waktu kurang dari satu detik tangan lentiknya itu kembali menelusuri seluruh tubuhku.

"Luarbiasa..."

"Naruto adalah favorit semua nyonya bangsawan, dia masih belum dewasa tapi dia masih memiliki keistimewaan dengan kekerasan dan ketebalannya."

Air liurnya sedikit tumpah, tangan lentik nyonya bangsawan itu membelai lembut tubuh kasarku.

"Anak laki-laki ini memiliki benda seperti ini?"

"Nfufufu, tapi karena dia baru saja selesai bertarung mungkin saja dia akan sedikit tidak bisa menahan diri, jadi tolong memaafkan ketidaksopanannya itu!"

Setelah puas dengan tubuh bagian atasku, nyonya bangsawan ini dengan lancang membelai kemaluanku.

Wanita ini sama sekali bukan typeku, tapi dirangsang sementara adrenalinku masih mengamuk jelas mampu mengobarkan naluriku sehingga perlahan namun pasti Penis-ku pun semakin berkembang.

Saat tanganku bergerak dan turut andil meremas kedua bahunya wanita itu sedikit mengerang dan semakin mendekat menempel dengan tubuhku.

Dia mengigau sambil menatapku dengan aura panas yang semakin terpancar dikedua mata coklatnya.

"Tapi 10 gold rasanya masih terlalu mahal, bisakah kita sedikit menurunkan harganya?"

"Maaf, nyonya yang lain selalu setuju dengan harga seperti itu!"

"Tsk!"

Dia mengeluh, tapi tangannya sama sekali tidak berhenti membelai Penis-ku, dan jika dia tidak segera berhenti aku yakin cepat atau lambat cum-ku akan bocor keluar membasahinya.

Masih bertahan dengan posisi kami, dan pada saat bersamaan pintu terbuka menampakan penjaga tadi datang membawa pedang ditangannya.

"Saya datang membawa pesanan yang anda minta, Milady!"

Nyonya tersenyum mendongkak kearahku, dengan cara menjilat bibirnya dia memintaku untuk berpose superior demi merangsang gairah abnormalnya.

Si Babi memerintahkan bawahannya untuk menyerahkan pedangnya kearahku, namun penjaga itu terdiam ragu memberiku pandangan skpetis.

Melihatku tanpa kekang dan bisa bergerak bebas, itulah yang dia hawatirkan.

Aku adalah salah-satu petarung populer ditempat ini, bukan tanpa alasan para penjaga itu takut denganku yang tanpa tali kekang yang menjerat kaki serta leherku.

Dengan keterampilanku yang mumpuni bisa saja aku menebas seluruh orang diruangan ini, tapi dengan adanya nyonya bangsawan diruangan ini menjadikanku sedikit tidak leluasa. Aku tidak mungkin membunuh si nyonya bangsawan, aku tidak perlu membuat diriku menjadi target pembalasan keluarganya yang terhormat.

Cukup beresiko, dan jika aku berencana untuk kabur, aku perlu memiliki beberapa sekutu untuk melancarkan aksiku ini.

Apakah aku perlu membebaskan seluruh Budak dari sel mereka? Pilihan yang menarik, tentu saja dengan membebaskan mereka akan menimbulkan sebuah kekacauan dimana seluruh penjaga akan terlalu sulit menghentikan pemberontakan kami.

Waktu yang sangat tepat.

Ketika aku memikirkan segala rencana dan siasat pintu ruangan kembali terbuka memuntahkan satu penjaga lainnya yang berlutut terengah-engah.

"Zabuza berulah lagi!"

Seluruh penjaga bahkan si Babi dibuat terkejut dengan pemberitahuan itu.

"Ini sudah biasa, kita hanya perlu untuk kembali menangkapnya!"

Lagi-lagi dia... Zabuza Momochi, dia adalah Budak veteran serta petarung terkejam yang dimiliki oleh tempat ini, tak jarang dia berulah membunuh penjaga untuk mencoba meloloskan diri.

"Tidak bisa, dia sudah membunuh 7 penjaga, pelatih kepala tidak ada disini!"

"Sialan!"

Si Babi berteriak marah, kemudian dia tak sengaja memandangku dan wajahnya langsung pucat.

Apakah dia mencurigai sesuatu?

Aku mendengar tentang ketiadaan pelatih kepala, menghubungkan dengan situasi saat ini aku yakin ini akan menjadi sebuah situasi yang membuat acara pelarian ini sangat menguntungkan.

Pelatih kepala merupakan seorang mantan kapten tentara kerajaan, keterampilannya tentang bertarung dan pertempuran tidak bisa diragukan lagi. Dia adalah orang yang menjadi pilar utama tempat ini, dia melatih Budak cara bertarung, dan dia juga berlaku sebagai penjaga utama yang membuat hampir semua Budak yang berusaha melarikan diri akan kandas ditangannya.

Kemungkinan besar Zabuza mengamuk karena ketiadaan pelatih kepala dan aku tahu pasti bahwa aku harus ikut meramaikan drama ini.

Sudah aku putuskan.

Aku mendorong si nyonya sehingga membuatnya terjungkal, setelah itu aku merebut pedang miliku dari penjaga dan langsung menebas memutus kepalanya.

"Waaaaaaaaaaaaa..."

Master Babi meneriakan keterkejutannya. Tidak hanya si Babi, dua penjaga lainnya juga terlihat terkejut dengan tindakanku.

Sebelum mereka mengerti dengan situasi ini, aku lekas menyerbu kearah mereka, menebas kepala salah-satu penjaga dan menusuk yang lainnya tepat di jantung.

"TIDAAAK!"

"APA YANG KAU LAKUKAN?!"

Nyonya bangsawan yang melihat kekejamanku menjerit, begitupula dengan master Babi yang akhirnya menyadari kekacauan yang aku timbulkan.

"Aku tidak akan membiarkan Zabuza-san bersenang-senang sendiri."

Jawabku seadanya. Dia pasti mengerti, aku menyelinapkan kata yang memiliki makna bahwa aku juga sedang melakukan pemberontakan.

"PENJAGA! PENJ-"

Aku tidak membutuhkan teriakan itu, untuk itu aku menebas lehernya membunuh master Babi itu.

Aku tahu Babi tidak memiliki leher, tapi ini Babi berbeda sehingga aku bisa membuat kepalanya terbang dan memantul-mantul diatas lantai.

Setelah puas melihat tubuh Babi yang tergeletak mati, aku menahan pedang diatas bahuku dan memandang nyonya bangsawan yang gemetar ditempatnya.

"Maaf membuatmu kecewa, aku memiliki sesuatu yang lebih penting daripada menjadi pemuas nafsumu!"

Setelah mengatakan itu akupun berbalik, mulai melangkah pergi meninggalkan nyonya bangsawan sendirian dengan empat mayat menemaninya.

Huuum, aku sudah tidak sabar menghirup udara bebas.

xxxxxTOBE CONTINUEDxxxxx

Semoga kalian menikmati konsep baru yang Esya gunakan. Ini masih awal (Prolog), dan tentunya Fanfic ini masih membutuhkan beberapa waktu untuk terlihat lebih menarik.

PROMOSI!

Ada yang suka dengan Eyeshield 21? Esya punya project sampingan disana, dan Esya harap kalian menyempatkan waktu untuk mengunjunginya, terimakasih!