Cast : Kim Kai/Do Kyungsoo

Park Chanyeol/Byun Baekhyun

Genre: Horror, romance.

.

.

.

Chapter 3

Setiap manusia pastilah memiliki jiwa, karena jiwa adalah benih kehidupan. Bahkan menurut sebagian orang yang percaya, jiwa akan selalu hidup meskipun manusia itu meninggal.

Namun bagaimana jika ada manusia hidup yang menyerah akan jiwa dalam tubuhnya?

...

Ketika pagi menjadi awal untuk semangat beraktivitas, Kyungsoo justru terlihat sangat kacau di atas ranjangnya. Mata bulatnya terlihat lesu membengkak dengan bola mata merah akibat terus membuka matanya sepanjang malam, rambutnya pun terlihat kusut, seakan Kyungsoo enggan hanya untuk merapikannya dengan tangannya.

Kyungsoo melihat jam dinding di kamarnya, menunjukkan pukul tujuh pagi. Ia akhirnya bersyukur matahari sudah nampak, jadi ia bisa menghapus semua mimpi buruknya. Bahkan ia sadar semalam bukanlah sekedar mimpi.

Jujur, semenjak kejadian malam tadi, dimana sebuah suara serak yang sangat terdengar jelas ditelinganya membuat dirinya takut setengah mati. Ia bahkan tidak berani lagi menutup matanya.

Namun karena matahari yang sudah terlihat, membuat perasaan Kyungsoo kembali tenang, ia merasakan hangatnya matahari yang masuk ke jendelanya. Mungkin dirinya bisa beristirahat untuk beberapa jam, ia butuh istirahat. Persetan dengan boneka Kai.

Kyungsoo kembali merebahkan tubuhnya dengan perlahan, merasakan punggungnya yang entah mengapa terasa sakit. Pria mungil itu pun menutup matanya, dan hanya menjelang beberapa menit, Kyungsoo sudah pergi ke alam mimpi.

Tiga jam sudah berlalu, tidak ada tanda-tanda Kyungsoo akan bangun. Bahkan ia tidak sadar ketika sebuah suara decitan pintu terdengar sangat pelan dan mencekam.

Kamar itu tiba-tiba menjadi gelap seketika, matahari yang sebelumnya cerah, mendadak hilang ditutupi awan hitam. Udara hangat berubah menjadi udara dingin. Sebuah kaki lusuh dan kotor tanpa alas kaki menapak di antara lantai-lantai yang dingin, berjalan dengan pelan.

Seorang pemuda berjalan memasuki kamar Kyungsoo, memegang sebuah boneka yang menjadi mimpi buruk pria mungil yang sedang terlelap. Sebuah senyuman lebar terpatri di wajahnya yang juga lusuh dan kotor. Seperti ia tidak pernah membersihkan dirinya.

Langkah kaki itu lalu berhenti tepat di sisi ranjang Kyungsoo. Pemuda itu terdiam, tangan dengan kuku-kuku hitam dan panjangnya itu membuka selimut yang menutupi tubuh Kyungsoo, membuat sang pemuda kecil itu gemetar merasakan dinginnya udara. Mata gelapnya memperhatikan Kyungsoo dengan teliti.

Kekehan kecil terdengar dari mulut si pemuda. Ia meletakkan boneka dirinya di samping tubuh Kyungsoo, menolehkan wajah dirinya untuk berhadapan dengan wajah tidur Kyungsoo. Meyambut si pemuda kecil itu ketika ia bangun.

Ia merasa senang ketika dirinya berada di gendongan Kyungsoo.

Ia merasa senang ketika Kyungsoo bercerita untuknya sebelum tidur.

Bahkan meskipun replika dirinya yang Kyungsoo sentuh, ia seperti dapat merasakan kehangatan tangan lembut pemuda itu.

Kai berterima kasih pada Chanyeol yang telah membawakan cahaya untuknya.

...

Kyungsoo bergerak tidak nyaman, ia membuka matanya dari tidur panjangnya dan berniat merentangkan tangannya.

Namun pergerakannya terhenti ketika merasakan sesuatu menyentuh lengannya. Kyungsoo menoleh ke kanannya dan mendapati Kai berbaring di sisinya dengan mata yang juga sedang menatapnya.

"Ah!" Kyungsoo berteriak dan terjatuh dari ranjangnya. Suara jantungnya tidak lagi dapat ia kontrol.

Kyungsoo bangkit dari lantai dan berjalan mundur menjauhi ranjang dimana Kai berbaring. Ia mematap Kai dengan garang, namun, tangan kecilnya gemetar ketika ia menunjuk boneka Kai.

"Kau!--"

"Kenapa Kau terus mengusikku?! Apa yang Kau inginkan?"

Orang yang melihat Kyungsoo pasti akan menganggap bahwa pemuda itu gila, karena ia terlihat seperti orang gila ketika berteriak pada sebuah boneka.

Kyungsoo tertawa, ia benar-benar bisa gila jika seperti ini terus. Pemuda itu menghela nafas pelan dan berjalan mendekati kembali boneka terkutuknya.

"Bagaimana dia bisa ke kamarku?" Bisik Kyungsoo, ia masih tidak paham dengan boneka itu. Ini terlalu menyeramkan, seperti film horor yang ia sering tonton.

"Kalau kau begini terus, aku akan pergi dari sini. Aku tidak peduli lagi dengan uang dari orang tua mu yang aneh itu. Bagaimana bisa mereka mengadopsi boneka sebagai seorang anak?!"

Beberapa detik setelah mengatakan isi hatinya, ketika dirinya hendak berbalik untuk meninggalkan boneka itu, tiba-tiba Kyungsoo mendengar suara bising seperti kaset rusak yang sangat keras. Kyungsoo menutup kedua telinganya karena suara itu membuat telinganya menjadi sakit.

Suara bising itu dalam sekejap berubah menjadi teriakan yang bersahutan. Kyungsoo jatuh terduduk, menutup kedua mata dan telinganya ketika dirinya mendengar suara orang-orang yang berteriak minta tolong.

Tubuh kecilnya kembali bergetar hebat, rasa takut menggerogoti dirinya. Jika ini hanya mimpi, tolong bangunkan dirinya sekarang juga.

"Aku tidak bisa, ini terlalu berat untukku." Mata bulatnya terbuka perlahan, terlihat tetesan air mata yang mulai turun membasahi wajah dan pipinya.

"Hentikan semuanya! Jangan lakukan ini!" Kyungsoo kini menangis dengan histeris, layaknya orang yang kehilangan pikirannya.

...

Di sebuah ruangan kecil dengan penerangan yang sangat minimal dan dinding yang bercorak hitam pekat, terlihat seorang pemuda kecil tertidur di atas ranjang yang kecil.

Pemuda itu mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya membuka kedua bola mata sipitnya.

Baekhyun bangkit dengan perlahan ketika merasakan tulangnya seperti diremukkan secara bersama-sama. Ia benar-benar merasa sakit.

"Aku dimana?" Baekhyun melihat sekitarnya dengan heran, kepalanya benar-benar sakit, ia bahkan tidak mampu mengingat kejadian sebelumnya.

Pemuda itu turun dari ranjangnya, berpegangan erat pada sisi ranjang, menahan dirinya agar tidak jatuh saat itu juga karena dirinya yang masih terlalu lemah.

Ia terdiam. Mencoba mengingat kembali apa yang terjadi pada dirinya.

"Kau sudah bangun." Baekhyun terlonjak kaget kala ia mendengar suara berat tepat di telinganya.

Dengan cepat dirinya berbalik menjauhi asal suara itu yang menyebabkan tubuhnya terjatuh karena gerakan tiba-tibanya.

Jantungnya berdetak kencang, seketika ingatannya kembali ke saat beberapa jam yang lalu.

Jam? Apakah bahkan ini baru beberapa jam?

"Astaga Kyungsoo!" Ketakutan Baekhyun untuk beberapa detik lenyap ketika ia kembali mengingat Kyungsoo yang mencoba meneleponnya.

Baekhyun harus kembali. Ia harus menolong Kyungsoo.

Ia harus pergi, bagaimanapun caranya.

"Dimana ini?" Baekhyun mencoba menutupi kegugupannya, menatap kegelapan yang ada di depannya.

Hening.

"Aku serius! Dimana aku sekarang?! Dimana Kyungsoo?!" Keheningan ini membuat kepala Baekhyun terasa sakit, ia takut, ia hanya ingin pulang, berkumpul kembali dengan keluarganya dan Kyungsoonya.

"Aku berbicara padamu!"

Baekhyun menegang merasakan jari-jari dingin yang menggelitik lehernya dengan perlahan. Air mata tidak sanggup lagi ia tahan, ketegangan ini benar-benar menyiksa.

"Ini dirumah kita."

Dengan nafas yang terengah, Baekhyun mencoba memberanikan dirinya untuk membalas,"Kita? Kau bercanda?"

"Aku ingin pulang."

"Aku bilang aku ingin pulang."

"Tidak."

"Aku tidak peduli, aku akan pulang." Baekhyun menahan nafasnya kala tangan dingin yang lehernya mencengkramnya dengan kuat. Menutup jalan nafasnya. Oksigen seakan sulit untuk dirinya hirup.

"Aku bilang tidak. Tidak sekarang dan tidak selamanya."

Baekhyun memegang tangan dingin yang masih mencengkram lehernya, berusaha melepaskan tangan tersebut, sedangkan

air matanya terus membahasi wajahnya yang sudah memucat. Dadanya terus berusaha mendapatkan oksigen.

Ketika Baekhyun hampir menutup matanya, tangan itu tiba-tiba melepaskan dirinya, membuat dirinya mengambil kesempatan untuk meraup udara sebanyak-banyaknya.

Ini gila. Ia kira ia akan mati.

"Lepaskan aku! Aku tidak kuat lagi. Kumohon.." Baekhyun terisak, ia menangis kencang. Ia merasa bebannya terlalu berat untuk dipikul. Ini terlalu tidak masuk akal.

Semua ini sangat tidak masuk akal.

Baekhyun berjalan mundur beberapa langkah, menyembunyikan dirinya di sudut ruangan yang kecil ini. Tubuh kecilnya bergetar dengan tangisan yang terus terdengar dari bibir kecilnya.

Tangisan itu semakin kencang saat dirinya kembali merasakan sebuah tangan yang mengelus rambutnya dengan lembut.

"Berhenti..--berhenti mengikutiku."

'Kyungsoo, dia terus mengikutiku. Tolong. Siapapun tolong aku.'

Chanyeol tersenyum.

Ia tersenyum melihat pemuda kecil yang tidak berontak ketika dirinya mengelus rambut halusnya. Meskipun ia mendengar tangisan dari Baekhyun, ia tidak peduli, selama Baekhyun bersamanya, ia akan melakukan apapun.

"There's no way out. We all know the choice. You stay or you die."

Tbc

...

HAIII LAMA YA NUNGGUNYA? EHEHE, kuliah lagi sibuk, terlalu banyak tugas dan praktik. Maaf kalo gasesuai harapan.

Btw ribet ya mindahin dari wattpad ke ffn... mager mindahin draftnya.. kalo aku mindahin ini ke wattpad gimana?

Habis ini mau update yang mana?

Selamat malam, semoga pada suka ya