The Bird Of Hermes Is My Name

Eat My Wings To Make Me Tame


Sekolah masih seperti biasanya, Triomesum yang suka mengintip dikala istirahat, kelompok OSIS yang sibuk dengan pekerjaannya setiap waktu,,, oh, satu hal yang tidak biasa, di depan gerbang Sekolah terdapat sosok baru, sosok yang baru kali ini terlihat di lingkungan Sekolah.

"Jadi, ini Sekolahnya? Well, sekolah yang besar untuk ukaran kota yang kecil", dengan gumaman ringan, sosok itu melangkah, memasuki lingkungan yang pertama kali dipijakinya.

Mata biru yang mempesona, lekuk tubuh yang memikat serta gestur berjalan yang berwibawa, ditambah dengan beberapa aksesoris tubuh yang melekat padanya, membuat siapapun pasti akan rela melirik berkali-kali padanya.

Lorong sekolah sepi, hal yang wajar jika mengingat sekarang waktu jam pelajaran dimulai, satu-satunya alasan kenapa dia diizinkan Masuk ke akademi adalah karena dia adalah seorang Guru baru, tentu saja, lagipula penjaga gerbang SMA Kuoh terkenal akan keganasannya dalam menutup gerbang, tanpa kompromi.

Sekarang, dia sampai di depan pintu sebuah kelas, disana tertulis kelas XI 1. Dahinya mengkerut bingung, dirinya tidak mendengar suara kegaduhan di dalam, tidak seperti kelas di beberapa sekolah yang pernah dia ajar beberapa tahun belakangan,,, tampaknya dia lupa bahwa sekolah itu khusus perempuan.

Ckleka

Pintu terbuka, menampakkan Keadaan kelas, 'Lumayan', pikirnya. Tata letak meja yang rapi, papan tulis yang bersih, serta siswa siswi yang kelihatan penasaran, sungguh suana yang sempurna untuk memperkenalkan diri sebagai Guru baru.

Menaruh bukunya di meja, sosok itu menatap ke depan, menatap ke arah murid-murid yang balas menatapnya, "well, aku rasa tidak perlu adanya perkenalan formal, namaku Naruto Uzumaki, kalian bisa memanggilku Naruto-Sensei", kelas hening, masih mencoba memproses kejadian yang baru saja terjadi.

Seseorang mengangkat tangan, dibalas dengan gerakan isyarat oleh orang yang kita kenal sebadgai Naruto, "ano,,, apa sensei yang akan menggantikan azuma-sensei?", pertanyaan bodoh, pikirnya "apakah masih belum jelas? Tentu saja aku yang akan menggantikannya, sekarang buka buku kalian halaman 112, kita lanjutkan pelajaran kalian"

**5 Month Later**

Naruto-sensei, begitulah murid murid sering memanggil, guru yang terkenal Killer ini membuat gempar satu Sekolah akan caranya muncul, beberapa siswi mencoba mendekat, setidaknya hanya untuk diacuhkan kembali, ya semua siswi, kecuali Sona Shitori, seorang ketua OSIS yang terkenal akan keganasannya.

Naruto dan Sona bahkan pernah digosipkan menjalin cinta terlrang, antara guru dan murid, disebabkan saking akrabnya hubungan mereka, bahkan dirumorkan, seorang siswa pernah melihat Naruto dan Sona jalan bersama , dalam sebuah Karnaval yang kala itu ada di Kota Kuoh.

Dan sekarang, dua orang yang tengah dengan santer dirumorkan kembali terlihat bersama, kembali menjadi pusat perhatian di tengah keramaian murid-murid di sekolah, dan tentunya, mereka kembali mengabaikan semua itu. Hal ini memang sudah menjadi wajar di Sokolah, setidaknya beberapa bulan yang lalu.

"Jadi, apa yang dikatakan keluargamu?", Naruto berbicara, mencoba menarik perhatian lawan bicaranya.

"Mereka tetap bersih keras, mereka memaksaku untuk tetap bertunangan", menghela nafas, Sona menatap sendu ke arah Naruto " sudah tidak ada yang bisa diperbuat lagi"

Naruto, raut mukanya mengeras "Kalau begitu, biarkan aku yang bicara langsung dengan keluargamu, apa susahnya?", nada suaranya mengeras, sedikit, terlalu sedikit.

Sona kembali menghela nafas, lagi-lagi senseinya membahas rencana itui, " tidak semudah itu sensei, masalahnya terlalu rumit"

"Kalau begitu, buatlah aku mengerti permasalahannya, jelaskan padaku", sona menunduk, tidak sanggup untuk membalas perkataan Senseinya, " Sona, jangan disimpan sendiri, itu hanya akan membuatmu semakin sakit"

Setelah beberapa lama terdiam, Sona berhenti, menatap mata Senseinya dengan pandangan paling serius yang bisa dia berikan, "Sensei, aku ingin bicara serius, sebenarnya aku ini adalah ib-"

"Kaicho" dia, Sona diintrupsi, melihat ke arah sumber suara, dan menemukan bawahannya, Tsubaki tengah menatapnya dengan pandangan panik, "ada masalah".

Mengalihkan pandangannya kembali ke Naruto, " Sensei, aku harus pergi, anggotaku membutuhkanku", tanpa menunggu jawaban, Sona pergi meninggalkan gurunya, yang sekarang balik menatapnya dengan sendu, "aku tahu Sona, aku tahu semuanya, kau,,, adalah pewaris Pilar Sitri, adik dari Leviathan, serta,,, gadis yang kucintai".

Dengan bisikan kecil, Naruto menghilang dari sana, bukan pergi, hanya menghilang, tanpa diketahui, serta tanpa disadari.

**23.00 p.m**

hiks hiks

Suara tangisan terdengar, menunjukkan pada dunia, bahwa di tempat itu, di sekolah itu, kehidupan masih ada.

" Sona", seseorang memanggilnya, menolehkan wajah hanya untuk dibuat terkejut dengan apa yang ada di depannya, gurunya, sekaligus orang yang paling dia hindari saat ini, sedang berdiri di depannya.

"A-apa yang Sensei lakukan di sini?", Sona bertanya, hanya sekedar untuk menghilangkan keterkejutannya.

"Hanya mencari suasana baru, kau tahu, di rumah aku merasa bosan, mungkin dengan menginap di sekolah, aku bisa sedikit mengurangi bosan", bohong, Sona tahu bahwa senseinya itu berbohong, dia yakin, senyuman ceria yang diperlihatkan gurunya adalah palsu.

Melihat diamnya Sona, memberikan dampak tersendiri bagi Naruto, entahlah, apa itu, bahkan sang pemilik hati pun tidak mengetahuinya.

" Jika semuanya menjadi terlalu berat, panggil saja namaku, mungkin saja aku akan tiba-tiba datang,,, hehehe", senyuman iu lagi, senyuman yang tidak pernah gagal membuat hatinya bergetar, bahkan pada saat ini, dalam kondisi ini.

"Hihihi... Sona terkikik geli, melihat tingkah orang yang dipanggilnya Sensei itu, " Apa Sensei benar-benar bisa membantu...?", dengan nada dibuat-buat, Sona mencoba untuk semakin menggoda guru pirangnya itu.

"Sona,,, apa kau meragukanku...? Hiks hiks, aku jadi sedih", dengan tidak ber-prikeguruan, Naruto malah melanjutkan drama yang diciptakan murid kesayangannya.

" Bila perlu, aku akan menghajar calon tunanganmu itu jika kau mau!", sambil berkata dengan semangat, Naruto meninju udara kosong, layaknya pemain Tinju profesional.

"Sensei", suara dari Sona menghentikannya, suara itu terdengar,,, berbeda.

"Aku ingin jujur padamu, sebenarnya, sebenarnya aku adalah,,, Iblis" dan dengan deklarasi dari Sona, satu pasang sayap Kelelawar muncul di punggung Sona, membuat Naruto terdiam.

"S-s-sona, b-b-bagaimana bisa k-kau,,, membuat benda ini!", dengan Mata berbinar, Naruto meraba sayap dari Sona, menganggap itu hanyalah hiasan.

"Sensei!", dengan nada frustasi, Sona membentak Senseinya, " tidakkah kau mengerti?! Aku ini Ib-"

"Lalu kenapa?", suara itu memotong perkataannya, suara tenang,,, yang bisa menenggelamkannya.

" Lalu kenapa jika kau Iblis?", Naruto mengulangi pertanyaannya, "apakah kau pikir aku akan meninggalkanmu?", suara itu melembut, bersamaan dengan sebuah tangan yang sekarang hinggap di kepalanya, Sona.

"Kau tetaplah muridku, Murid kesayanganku", dan dengan perkataan itu, Sona merasa hangat, bebannya seperti hilang, dan sumua masalah yang selama ini dipikirkannya seperti lenyap.

"Karena itu,,, jadilah Sona yang biasa, Sona yang berwajah datar, serta,,,Sona yang aku cintai" dan dengan itu, Sona hanya bisa menjawab Senseinya dengan sebuah gumaman, "Uhm".

**Underworld, 00.01**

"Sona, tenanglah", Tsubaki, Quinnya, sedang mencoba untuk menenagkannya, yang sekarang, mereka berdua menjadi pusat perhatian seluruh iblis yang sekarang berada di sana.

"Bagaimana aku bisa tenang Tsubaki, jika aku,,, jika aku akan menikahi makhluk yang bahkan tidak aku cintai", suara itu menggema, membuat deklarasi yang nyata kepada iblis yang berada di Sekitarnya.

"Hahaha, semuanya sudah terlamnat Sitri, malam ini,,, kau akan menjadi milikku", seringaian khas iblis tercipta, seolah mengejek semua perlawanannya

"Lihatlah, budakmu, Raja naga Vitra tidak bisa mengalahkanku sesuai kesepakatan, jadi, alasan apa lagi yang kau punya untuk menolakku?", Sona terdiam, melihat kearah budaknya, Saji, yang sekarang tengah tak sadarkan diri di depannya.

"Aku-aku, aku mempunyai seseorang yang kucintai!", dan dengan nada tegas, Sona menjawabnya, sekali lagi membungkam iblis-iblis yang tadi berbisik tentangnya.

"Haha,,, hahaha, hahahahahaha...", Raiser tertawa, mendengar penuturan dari calon Istrinya, " itu tidak penting Sona, kita ini Iblis murni, yang tentunya harus menjaga kemurnian kita dengan menikahi sesama Iblis murni".

Raiser semakin menajamkan penglihatannya, berusaha untuk mengintimidasi Sona dengan tatapan mata, "lagipula, kita tidak pantas untuk mempunyai sesuatu yang,,,, tidak berguna".

Dan dengan perkataan Raiser yang terakhir, Sona meledakkan amarahnya, " tidak berguna katamu!? Beraninya kau! Dia, adalah Senseiku!", sebelum pandangannya menyendu.

"Sensei yang kucintai, Nar-tidak, namanya bukan itu", mendongakkan kepalanya, Sona balas menatap tajam Raiser, " namanya, adalah,,,, Arucard"

Dan secara mendadak, Aura di ruangan itu memberat, menebarkan teror yang tak terkira bagi makhluk-makhluk yang berada di dalamnya.

Mata semua iblis membola, tak terkecuali Raiser, mereka melihat sebuah keanehan yang mereka berani bersumpah pada Raja Iblis Satan bahwa mereka pertama kali melihatnya.

Disana, dibawah Sona, yang sekarang masih menatap tajam Raiser, sesuatu yang aneh terjadi.

Bayangan dari Sona mempunyai mata, dua mata yang sa-tidak, bukan dua! Tiga, empat, lima,,, sampai akhirnya bayangan itu hanya terisi oleh mata, yang selanjutnya hanya membuat nyali Riser mengecil adalah,,, mata-mata itu melihat kearahnya, tepat kearahnya.

Dan seolah memperburuk suasana, benerapa mata yang berada di tengah bayangan itu menyatu, menciptakan mulut dengan gigi-gigi yang tajam serta mengancam.

Dan yang selanjutnya terjadi, adalah sebuah suara yang lebih mirip terdengar geraman mengucapapkan sesuatu, dan ucapan itu tidak akan pernah dilupakan Raiser, itu adalah...

.

.

.

.

TBC


Yo yo yo, salam kenal untuk kalian semua, saya Author baru di jadi, saya mohon bantuannya dari reader dan Senpai sekalian. Oh ya, jika mempunyai pertanyaan, silahkan saja tanya di kolom Komentar.

Maaf juga untuk word nya yang sedikit, saya cuman mau lihat bagaiman reaksi reader sekalian akan fanfic saya yang norak ini.

Maaf juga jika banyak Typo, maklum, saya nulisnya pakek HP, hehehe. Baiklah sekian dari saya, bye bye...