Note: Chapter ini adalah remake yang berguna untuk kembali meluruskan plot yang sebenarnya. Dulu saya terlalu terburu-buru dan mengacaukan pikiran saya jadi membuat plot yang malah asal. Jadi, di sebelum terlalu jauh saya berusaha untuk merubah jalurnya.

Terima kasih.

.

.

.

.

Hela nafas beberapa kali terdengar dari mulutnya. Naruto sekarang masih menyayangkan aksinya beberapa hari yang lalu. Dia ini adalah seorang yang berusaha netral untuk saat ini dan aksinya membunuh Kokabiel terhitung sedikit ceroboh. Jika saja dia bisa sedikit menahan amarahnya, dia pasti tidak akan membuat dunia supranatural heboh. Dia memang memberikan sedikit suntikan sihir pada simbol yang ditunjukkannya kepada iblis rambut merah kemarin. Seharusnya siapapun yang melihat simbolnya akan melupakan tentang kemunculannya. Naruto lupa bahwa iblis kemarin adalah seorang iblis tingkat tinggi yang sudah memiliki peeragenya. Berarti efek sihir manipulasi pikirannya tidak akan berfungsi seratus persen. Terpikir seperti ini membuat kepalanya kembali pusing.

Jika benar sihirnya tidak berfungsi seratus persen, berarti identitasnya pasti akan terungkap cepat atau lambat.

Naruto adalah salah satu eksistensi kuno dari dunia manusia. Meskipun umurnya baru beberapa ratus tahun yang jika dibandingkan dengan eksistensi kuno lainnya tergolong muda, Naruto memiliki dampak yang begitu besar di dunia ini. Seperti yang sudah dikenal dari namanya. Dia adalah seorang Raja dulu. Lebih tepatnya Maharaja jika dinilai dari luasnya wilayah yang masuk ke dalam teritori kekuasaanya. Dia memiliki kekuatan mistis yang besar. Sangat besar malah.

"Sudahlah. Tidak ada gunanya menyesali sesuatu yang sudah lewat," gumam Naruto pelan.

Naruto berdiri dari duduknya. Dia sekarang berada di apartemen kecilnya yang berada di Kota Kuoh. Ya, dia tinggal di kota yang sama dengan basis operasi keluarga iblis Gremory dan Sitri yang masing-masing dipegang oleh Rias Gremory dan Sona Sitri. Entah apa alasannya malah tinggal di tempat seperti ini. Dia sendiri juga tidak mengerti.

Dilangkahkannya kedua kaki miliknya mendekat ke jendela terdekat. Dari tempat ini Naruto bisa melihat pemandangan kota yang sebenarnya biasa saja, tapi entah kenapa terasa nyaman jika dilihat. Gemerlap lampu yang menyinari sudut-sudut kota ditengah gelapnya malam memberikan warna tersendiri bagi siapapun yang melihatnya. Rasa damai seolah-olah menyelimuti tempat ini. Terlebih setelah penyerangan Kokabiel selesai kemarin.

Naruto melihat arlojinya yang terpasang di tangan kanannya. Waktu menunjukkan pukul 23:18.

"Kurasa sedikit jalan-jalan boleh lah ya."

Kamar Naruto dihiasi oleh beberapa barang antik. Salah satunya adalah topeng rubah yang tergantung di dindingnya. Diambil dan dipakainya topeng itu lalu dia melangkah keluar menju pintu keluar apartemen. Ada sebuah hal yang ingin dilakukannya saat ini. Di balik topeng rubah itu seringai dingin kini terkembang.

"Saatnya berburu…"

.

.

.


King of Despair

Disclaimer: Naruto belongs to Masashi Kishimoto and High School DxD belongs to Ichie Ishibumi.

Rated: M

Genre: Adventure, Fantasy, Magic.

Warning: OC, OOC, AF, OP(?), typo, miss typo, gak jelas bet, aneh, dan segala macamnya.

Silahkan dinikmati jika memang bisa dinikmati.


Chapter 2

.

.

.

"Sudah jelas kan?! Fraksi hinamu itu memang benar-benar berniat untuk menyulut perang!"

Sirzech Lucifer, pemimpin utama fraksi iblis mendesis berbahaya kepada seorang pria yang memiliki rambut hitam dengan poni pirang. Meskipun sedang diintimidasi oleh salah satu eksistensi terkuat di dunia, pria itu tetap mempertahankan wajah santainya. Dia malah tertawa ketika mendengar itu. Pria itu malah menopang dagunya.

"Sudah kubilang, Lucifer-dono. Aku tidak memerintahkannya untuk melakukan hal sekeji itu. Dia benar-benar melakukan hal itu atas kemauannya sendiri," bantah Azazel si pria santai.

Azazel sendiri adalah seorang gubernur fraksi malaikat jatuh. Dia hanya seorang veteran perang yang senang melakukan penelitian dan tidak tertarik dengan yang namanya peperangan. Apalagi yang berskala global seperti Great War. Azazel sangat paham dengan konsekuensi dan dampak yang dihasilkan pada bumi jika terjadi sebuah peperangan antar ketiga fraksi ini. Sudah gila dia jika menyetujui usul pencetusan perang akbar itu lagi.

"Tidak ada bukti bahwa kau berbicara jujur, Azazel. Kau hanya seorang malaikat buangan yang penuh dosa."

"Dan begitu pula denganmu. Jika kau lupa, leluhur pertamamu adalah makhluk pertama yang dibuang dari surga karena membangkang pada Ayah. Jika kau berbicara tentang seberapa kotor aku, kurasa aku juga bisa menceritakan betapa kotor bangsamu," balas Azazel. Agaknya dia tersinggung atas ucapan Sirzech. Memang benar dia ini seorang malaikat jatuh, tapi dia adalah pribadi yang cinta damai. Tidak ada gunanya menutupi fakta bahwa dia tidak memerintahkan Kokabiel melakukan aksi gila.

Sirzech menatap tajam Azazel atas balasan ucapannya. Benar-benar dia tidak terima dengan sikap Azazel yang seolah-olah tidak bertanggung jawab atas anak buahnya sendiri.

"Maa maa… sudahlah. Azazel mengatakan yang sebenarnya kok, Lucifer-dono. Aku secara pribadi sangat mengetahui bahwa Azazel tidak memiliki niatan buruk seperti itu," ucap Michael melerai.

Rasanya sudah cukup perbincangan sengit ini terjadi. Jika diteruskan Sirzech pasti benar-benar kehilangan kendali atas emosinya yang biasanya selalu terjaga dengan baik. Bila itu terjadi, pasti akan terjadi sebuah pertempuran besar yang akan menggemparkan dunia.

Sirzech menghela nafasnya lelah setelah mendengar ucapan Michael. Berbeda dengan pada Azazel, Sirzech bisa percaya pada Michael karena dia tidak akan pernah berbohong karena dia adalah seorang makhluk suci. Jika dia berbohong, pastilah dia akan jatuh saat ini juga.

"Baik. Maafkan aku atas sikapku yang tadi, Azazel-dono," sesal Sirzech.

Azazel hanya tersenyum maklum.

"Tidak masalah."

Serafall Leviathan yang sejak tadi mendengar pertengkaran antara Sirzech dan Azazel merubah ekspresi wajahnya menjadi lega. Sejak tadi dia tidak ikut bicara karena harus menjaga emosinya dan tidak ingin memperkeruh suasana yang sudah buruk.

Sebuah ingatan tiba-tiba muncul di kepala Serafall. Benar, ada sesuatu yang harus dibicarakan oleh mereka semua, para pimpinan fraksi akhirat yang memiliki peran besar. Serafall mulai membuka mulutnya untuk memulai topik.

"Nah, kurasa ada sebuah hal yang lebih penting untuk disampaikan di sini."

Tiga kepala pria menoleh ke satu titik yang sama. Mereka melihat Serafall yang tumben-tumbennya menunjukkan ekspresi seriusnya. Jika ada sebuah perubahan seperti ini, pasti ada hal besar yang mendasarinya.

"Ingat dengan pria pirang yang tiba-tiba datang dan membunuh Kokabiel?" tanya Serafall.

"Tentu saja, pria misterius itu menarik banyak perhatianku," jawab Azazel.

Serafall menganggukkan kepalanya setuju dengan pernyataan Azazel.

"Pertama kali kudengar laporan Sona dan Rias, aku benar-benar tidak mengetahui apapun tentang pria itu. Entah kenapa ingatan Sona dan Rias menjadi kabur dan tidak mengingat apa yang terjadi setelah Kokabiel terbunuh. Seolah-olah ingatan mereka dimanipulasi, digunakan untuk menutupi fakta apapun tentang pria itu. Jujur saja, itu sangat mengganggu pikiranku."

Semua orang tertegun. Benar juga. Apa yang dikatakan Serafall sangat benar. Jika dipikirkan kembali, mereka terlalu terfokus pada dasar kasus Kokabiel. Mereka melupakan sebuah akhir dari kasus itu.

Ada seorang individu asing berkemampuan tinggi yang membereskan Kokabiel. Mereka benar-benar buta terhadap hal ini. Seorang pria pirang yang bahkan tidak diketahui identitasnya berhasil membunuh salah satu malaikat jatuh terkuat. Jika mereka mencari identitas hanya berdasarkan pada informasi dasar, yaitu penampilannya hanya akan membuat mereka berhenti pada jalan buntu yang menyebalkan.

"Sona dan Rias sudah benar-benar tidak bisa ditanyai lagi?" tanya Sirzech.

Serafall menggelengkan kepalanya.

"Sudah coba menanyai mereka di Ruangan Kejujuran di Dunia Bawah?"

"Sudah. Tidak ada tanda-tanda bahwa mereka berbohong."

"Kalau begitu, memang bisa dipastikan bahwa ingatan mereka dimanipulasi," ucap Azazel yang ikut ke dalam pembicaraan.

Azazel tahu dengan keberadaan Ruang Kejujuran yang disebutkan oleh Sirzech. Tempat itu adalah ruangan yang diciptakan dan dimantrai supaya memaksa siapapun berkata dengan jujur di ruangan itu. Bahkan seseorang dengan tingkatan Sirzech, Michael, dan dia tidak akan bisa menolak mantra itu. Logikanya berarti tidak mungkin Rias dan Sona bisa berbohong karena mereka ada di tingkatan yang jauh dibawah mereka.

"Oke, asumsikan ingatan mereka dimanipulasi, siapa yang bisa melakukannya? Maksudku adalah, ada banyak orang yang bisa melakukan hal itu dan kita sendiri juga tidak tau siapa saja mereka dan sedang berada di mana mereka. Apa tujuannya melakukan hal seperti ini?' tanya Sirzech serius.

Sungguh, mereka tidak mengetahui apapun tentang kejadian ini. Motif pelakunya yang tidak diketahui membuat mereka gusar. Tidak akan jadi soal jika yang melakukan hanya sekedar individu dengan tingkatan kekuatan setara Yuuto yang merupakan Knight Rias atau bahkan Tsubaki Shinra yang merupakan Queen Sona. Pasti mereka bisa membereskannya semudah membalikkan telapak tangan karena ada sebuah jurang besar yang menandai perbedaan tingkat kekuatannya. Lain lagi jika seseorang misterius itu adalah seseorang yang bahkan bisa membunuh Kokabiel dengan beberapa kali serang saja meskipun entah kenapa bisa seperti itu.

Mereka akan bersyukur jika orang itu berada di pihak mereka yang berencana membentuk sebuah aliansi perdamaian. Jika dia adalah pihak yang sebaliknya? Ancaman besar akan bertambah jika itu terjadi dan mereka pasti akan kerepotan dalam menanganinya.

"Kurasa kita bisa sedikit menyingkirkan hal itu dulu sekarang. Maksudku, dia menyerang Kokabiel yang sedang berusaha membuat kekacauan besar. Anggap saja kita sedang mendapatkan bantuan besar dalam mencapai perdamaian," ucap Michael memberikan perspektif yang lain.

Mendengar ucapan Michael, tiga orang yang lainnya kembali terlarut dalam pikirannya selama beberapa detik sebelum menganggukkan kepalanya serempak.

"Benar. Saat ini dia masih belum bisa dianggap sebagai ancaman. Tapi menurutku akan lebih baik jika dia dihitung sebagai seorang yang harus diwaspadai," ucap Sirzech membenarkan pernyataan Michael lalu memberikan usulannya.

Mewaspadai yang dimaksud oleh Sirzech adalah mewaspadai bukan sebagai musuh tapi orang yang berpotensi menjadi musuh. Itu adalah dua hal yang berbeda dan akan memberikan perbedaan dalam bagaimana cara mereka memberikan pandangan dan perlakuan kepada pria pirang misterius ini.

"Oke, aku secara pribadi setuju. Jika dia sampai pada titik dimana dia menjadi sebuah ancaman, kita harus benar-benar memikirkannya dengan baik," jawab Azazel.

"Sebentar sebentar. Kita sudah berbicara seperti ini padahal inti dari konferensi ini, yaitu pembentukan perjanjian perdamaian belum terjadi," sela Serafall dengan nada lucunya. Dia tertawa di akhir kalimatnya.

Michael tersenyum dan Azazel tertawa mendengarnya.

"Bukankah sudah jelas? Aku sangat yakin kalian pasti akan setuju!"

"Tunggu dulu. Kita buat momen ini dengan benar!"

Mereka berempat membuat sebuah perjanjian perdamaian antara tiga fraksi. Dengan sahnya perjanjian ini, maka mereka juga secara resmi menjadi aliansi.

Saat ini mereka berempat sedang menikmati momen bersejarah yang baru saja tertulis. Hanya diskusi ringan yang sedang terjadi karena inti dari konferensi ini sudah tercapai. Wajah mereka melukiskan ekspresi yang lebih santai daripada awal mulainya pertemuan ini. Setidaknya untuk Michael, Serafall, dan Sirzech. Azazel memperlihatkan wajah sedikit gusar.

Azazel saat ini sedang berpikir bahwa akan benar mereka sudah mengambil sebuah langkah untuk semakin maju, tapi ada sebuah hal yang sedikit mengganggu pikirannya sekarang ini.

Berdasarkan informasi yang diterimanya dari agen yang berada di bawah kendalinya, seharusnya akan ada sebuah serangan yang terjadi ketika konferensi ini berlangsung. Seorang iblis kelas ultimate yang merupakan salah satu keturunan dari Maou Leviathan akan menyerang peserta konferensi ini. Entah kenapa dia tidak segera datang. Bukan berarti Azazel ingin konferensi ini diserang, tapi karena dia merasa ada yang janggal jika Leviathan itu tidak datang.

'Aneh… Sangat aneh. Mungkinkah mereka mengganti rencana? Jika memang ingin membuat kerusuhan, seharusnya sekarang adalah saat yang tepat karena ada empat orang pemimpin dari tiga fraksi. Momen ini begitu langka,' pikir Azazel serius. Dia secara pribadi sangat percaya ada yang sedang terjadi sekarang. Entah di mana. Dia berani bertaruh bahwa itu adalah sesuatu yang besar.

Seluruh pemikiran Azazel terbukti benar ketika pintu ruangan ini terbuka. Seseorang yang menggunakan jubah bertudung masuk ke dalam dengan langkah tergesa. Bahasa tubuhnya menunjukkan bahwa ada sesuatu yang harus disampaikan secepat mungkin. Sirzech sepertinya mengenali orang ini jika dilihat dari caranya melihat.

"Apa yang terjadi?" tanya Sirzech.

"Mohon maaf atas kelancanganku yang langsung masuk tanpa izin, Lucifer-sama. Ada sebuah laporan yang ingin saya sampaikan. Tim saya sedang berpatroli di sekeliling sekolah ini dalam radius lima kilometer dan kami menemukan sebuah kubah sihir tingkat tinggi sedang terbentuk empat kilometer dari sini. Kami berusaha mendekat untuk memeriksa apakah itu akan menjadi sebuah ancaman tapi seolah ada sebuah medan yang memaksa kami berhenti ketika sudah beberapa meter. Ada sedikit aura iblis yang kemungkinan tingkat ultimate bocor dari sana," lapor orang itu dengan cepat.

Semua orang di sana tersentak. Terlebih Azazel yang sudah memikirkan tentang hal ini. Iblis kelas ultimate bukanlah eksistensi yang bisa diabaikan begitu saja karena mereka tingkat kekuatan yang begitu tinggi. Bisa saja iblis ini adalah musuh dan mereka harus menindak cepat.

Azazel tanpa menunggu apapun langsung berdiri.

"Kita hentikan dulu pertemuan ini. Laporan dari orang ini menandakan sebuah hal yang besar. Kita harus segera ke sana," jelas Azazel. Sedikit banyak dia merasa gelisah entah karena apa.

"Setuju. Kau," tunjuk Sirzech kepada pemberi laporan.

"Bentuk pasukan gabungan antara ketiga fraksi secepat mungkin. Bagi mereka menjadi beberapa tim dan perintahkan untuk berpatroli ke seluruh Kota Kuoh. Ingat, lakukan dengan senyap. Aku ingin mereka sudah berpencar dalam waktu lima menit. Bubar!" perintah Sirzech.

Sirzech mengalihkan atensinya kepada rekan-rekannya.

"Sekarang, mari kita pergi. Aku merasakan sebuah firasat…" ucap Azazel menggantung.

"Ya, mungkin ini berhubungan dengan dia."

Dia yang dimaksud adalah pria itu.

Pria pirang yang membunuh Kokabiel.

.

.

.

Sebuah gudang penyimpanan besar empat kilometer dari Kuoh Academy, terlihat tertutup oleh sebuah kubah tebal berwarna transparan berdiri megah. Manusia biasa tidak akan bisa melihat kubah ini dan jika ada yang mendekat akan secara langsung dialihkan menjauh dikarenakan oleh mantra sihir. Berbeda dengan manusia, iblis tingkat tinggi dan yang bertingkat setara akan langsung menyadari keberadaan kubah ini jika mereka sedang fokus.

Di balik kubah, di dalam gudang, terlihat seorang pria pirang sedang menenteng sebuah katana merah. Darah segar menghiasi bilah tajamnya. Pakaian pria itu sedikit terkoyak di beberapa bagian tubuhnya dan juga ada beberapa bercak darah tipis di koyakan itu. Topeng rubah berwarna jingga terpasang kokoh di wajahnya. Menyembunyikan wajah dan segala ekspresinya.

Beberapa meter di depan pria itu terlihat seorang wanita cantik sedang terduduk di atas genangan darahnya sendiri. Penampilannya terlihat menyedihkan. Ekspresi takut terlihat mendominasi wajah wanita itu. Dia adalah Katerea Leviathan, seorang putri iblis keturunan dari raja iblis kuno Leviathan yang sudah mati dalam perang akbar antara tiga fraksi akhirat ratusan tahun yang lalu.

"Hei. Di mana wajah sombongmu tadi, Akuma-san? Aku sangat ingin melihatnya lagi sekarang."

Sebuah ucapan dingin terdengar dari pria itu.

'Manusia rendahan ini! Dia sudah menghancurkan rencanaku untuk menyerang para pemimpin tiga fraksi dan juga membuatku seperti ini! Keparat! Aku tidak akan membiarkannya pergi hidup-hidup…' geram Katerea dalam hati.

Katerea mendecih meskipun dia sedang dalam kondisi babak belur. Harga diri tingginya telah menguasai logikanya. Cepat saja, dia mengeluarkan seekor ular kecil berwarna hitam dan memakannya tanpa jijik.

Naruto, pria bertopeng rubah itu mengangkat sebelah alisnya ketika melihat aksi nekat dari iblis di depannya. Gila saja di tengah sebuah pertempuran seperti ini dia malah makan. Sebegitu laparnya kah dia?

Sebuah lonjakan energi terasa begitu kuat dirasakan oleh Naruto. Katerea adalah asal dari lonjakan energi itu.

'Ah, jadi begitu. Ular itu menyimpan energi sihir murni yang sangat kental. Dia menggunakannya untuk memperkuat tubuhnya sendiri,' pikir Naruto ketika menyadari lonjakan energi itu.

Katerea merasakan tubuhnya sendiri bertambah kuat dari sebelumnya. Rasa sakit yang mengganggunya tadi sekarang hampir tidak terasa setelah mengonsumsi ular itu. Memang sebuah keputusan yang tepat ketika dia memilih membawa ular pecahan dari Ophis sang Ouroboros Dragon. Meskipun begitu, Katerea masih merasa begitu kecil dihadapan manusia bertopeng ini. Kekuatan manusia yang dihadapinya benar-benar berada pada level yang berbeda darinya. Dia tidak bisa mengukur secara pasti karena dia tahu bahwa pria ini mungkin hanya setengah serius.

Tiga buah lingkaran sihir terbentuk di depan Katerea dan dia mengeluarkan masing-masing sepasang tentakel besar dari satu lingkaran sihirnya. Bisa diketahui bahwa tentakel itu memiliki kekuatan yang besar. Tiga pasang tentakel buatannya menjulur cepat ke arah Naruto, berusaha untuk mencabik-cabik tubuh fananya.

"Well, sepertinya sedikit merepotkan, ya."

Naruto melompat kesana kemari berusaha menghindari serangan dari tentakel yang terlihat memiliki kecepatan normal di matanya, padahal kecepatannya sangat tinggi ketika dilihat oleh orang lain.

Pijakan demi pijakan dilakukannya untuk menahan keseimbangan tubuh dan sekarang dia hampir memijakkan kakinya di kayu yang melintang di atap-atap gudang. Ada sedikit hal yang tidak disadarinya karena terlalu sibuk memperhatikan pola serangan tentakel Katerea. Aneh-aneh begitu, tentakel Katerea tidak bisa diremehkan karena bisa saja menorehkan luka berat di tubuhnya.

Krakk!

Naruto tersentak ketika dia mendengar sebuah retakan saat memijakkan kakinya di kayu ini. Kayu yang dipijakinya patah dan harus memaksanya untuk terkena efek gravitasi bumi yang membuatnya terjatuh ke bawah.

'Celaka! Aku terlalu fokus pada serangan iblis itu!'

Katerea memiliki keuntungan di saat yang seperti ini karena Naruto sedang melayang di udara karena jatuh. Tentakelnya bisa digunakan dengan sangat fleksibel. Tentakel itu bisa merubah direksi serangnya dengan kecepatan tinggi dan sekarang menuju ke arah Naruto. Naruto berada pada kondisi tidak menguntungkan karena dia tidak memiliki cukup tambahan tenaga untuk menebaskan pedangnya pada tentakel Katerea yang berusaha menyerangnya. Tertarik ke bawah membuat lengannya akan membutuhkan lebih banyak tenaga meskipun hanya untuk menebas.

Tidak ada cara lain lagi yang dipikirkan Naruto, dia mengalirkan mana ke pedangnya dalam sekejap. Sebenarnya Naruto tidak terlalu ingin menggunakan mana miliknya karena khawatir akan bocor keluar meskipun tempat ini sudah dilindungi oleh kubah sihirnya.

Katana merah Naruto menyala redup sesaat setelah mana memberikannya sebuah kemampuan lebih. Naruto langsung menebaskan katananya dengan cepat ketika tentakel Katerea masuk ke dalam jangkauan serangnya.

Srashh! Srashh! Srashh!

Tebasan demi tebasan terjadi begitu cepat sampai ketiga pasang tentakel itu sudah sepenuhnya terbelah menjadi dua dan berubah menjadi abu.

Katerea begitu terkejut dengan kejadian di hadapannya. Seharusnya musuhnya tidak akan bisa merespon secepat itu karena kejadian barusan hanya terjadi dalam waktu sedetik saja. Gila! Dia benar-benar tidak memiliki kesempatan dalam menghadapi pria pirang ini. Salah satu kemampuan terkuatnya sudah dikeluarkan dan bisa dipotong setipis kertas. Sebelumnya bahkan tentakel ini akan merepotkan individu yang setingkat dengannya. Bagaimana orang ini bisa begitu kuat?!

Naruto mendarat dengan sempurna lalu menebas-nebaskan pedangnya untuk menghilangkan bekas darah di bilah pedangnya. Dia menatap datar Katerea yang sedang tambah panik.

'Ah, aku tadi kelebihan dalam mengalirkan mana. Aku berani bertaruh 'mereka' pasti 100% akan merasakan lonjakan energi yang kuhasilkan. Aku harus menyelesaikan pertarungan ini secepat mungkin dan membawa iblis ini untuk diinterogasi sebelum situasi semakin merepotkan,' batin Naruto.

Naruto menebaskan katana merahnya di udara dan langsung merubah katana itu menjadi darah merah yang berceceran di tanah. Ya, katana itu terbuat dari sihirnya yang memanfaatkan darah miliknya untuk diubah.

Alis Katerea terangkat sebelah ketika melihat aksi Naruto. Dia bingung kenapa musuhnya menghilangkan satu-satunya senjatanya. Apa maksudnya? Apakah manusia ini meremehkannya dan menilainya terlalu lemah sampai-sampai dia tidak menggunakan senjatanya? Ini adalah sebuah penghinaan besar! Wajah Katerea memerah sempurna karena amarahnya meledak.

"Manusia hina! Kau menghinaku dengan bertempur tanpa senjatamu!" seru Katerea marah.

Naruto tidak menjawab karena yang terjadi adalah kebalikan dari pemikiran Katerea. Naruto ingin bertempur dengan secepat mungkin. Jika masih menggunakan katana, dia tidak akan bisa dengan mudahnya menggunakan sihir dan berdampak pada waktu pertempuran yang semakin panjang.

Tangan kanan Naruto terangkat ke depan ketika melihat Katerea secara pribadi melesat cepat ke arahnya berbekal tongkat sihirnya. Sepertinya iblis ini terlalu percaya diri dan berusaha menghancurkan Naruto hanya dengan kekuatan fisik. Naruto sendiri tidak akan membiarkan Katerea bahkan sampai menyentuhnya lagi. Bisa gawat jika hal seperti itu terjadi.

"Blood Magic: Holy Chain!" gumam Naruto pelan.

Sebagian genangan darah Katerea berubah cepat menjadi sebuah rantai merah yang mengeluarkan aura suci berkadar tinggi. Sebelum sempat Katerea menyentuh Naruto, rantai sihir Naruto sudah terlebih dahulu mengekangnya kuat-kuat. Memaksa Katerea berhenti melesat. Rantai itu juga menahan kekuatan iblis Katerea yang tadi meledak-ledak.

"Bajingan! Kau menggunakan cara busuk!"

"Hah?! Apa maksudmu? Sudah tau aku menggunakan sihir berbasis darah, kau malah meninggalkan darahmu di belakang tubuhmu. Otak penuh harga dirimu itu tidak sadar kalau darahmu bisa kumanipulasi?"

Gigi Katerea menggeletuk keras ketika mendengar jawaban Naruto. Sedikit banyak memang itu adalah salahnya sendiri yang kurang memperhatikan kemampuan dasar musuhnya.

"Kurasa tidak perlu lama-lama."

"Blood Magic: Shadow Piercer!"

Sisa genangan darah Katerea berubah menjadi semacam tombak besar dengan ujung runcing. Tombak ini juga mengeluarkan aura yang sama dengan rantai darah yang diciptakan Naruto. Tombak itu melesat dengan kecepatan luar biasa tinggi menuju Katerea.

Jlebb!

"Uaarrrghh!"

Tombak sihir yang diciptakan Naruto dengan nama Shadow Piercer tadi sekarang sudah menancap dalam-dalam di dada kanan Katerea. Naruto sengaja mengarahkannya ke dada sebelah kanan untuk menghindari terkena jantung Katerea yang bisa membuatnya mati seketika. Naruto memiliki sebuah rencana untuk mengorek informasi dari Katerea yang latar belakangnya masih asing dimata Naruto.

Kulit Katerea yang berwarna kecoklatan perlahan berubah menjadi pucat seolah kehilangan rona kehidupannya. Darah di dalam tubuh Katerea sedikit demi sedikit terserap ke sihir Naruto yang berbentuk tombak itu. Meskipun begitu, Katerea masih hidup dan sekarang kehilangan kesadarannya.

Konsep sihir penciptaan tombak berkecepatan tinggi Naruto memang sederhana, tapi karena terlalu sederhana itu malah berbahaya karena tidak memperlihatkan kemampuannya yang lainnya. Dalam kasus tombak ini, bisa dibilang tombak ini adalah Anti-Mortal Being karena akan menyerap darah siapapun yang bagian tubuhnya tertancap.

Naruto menurunkan tangannya yang sejak tadi masih terulur ke depan. Di saat yang sama, rantai darah dan tombak yang menancap di tubuh Katerea berubah wujud kembali ke bentuk darah yang cair. Karena hilangnya tombak, dada kanan Katerea terlihat berlubang dan mengeluarkan sangat banyak darah. Naruto memegang luka itu dengan cepat dan luka Katerea tertutup oleh darah yang menggumpal seolah mengantikan fungsi kulit yang melindungi tubuh.

Diangkatnya tubuh Katerea dalam gendongannya, Naruto kemudian menghilang dalam kegelapan gudang. Meninggalkan bekas kekacauan di tempat ini.

.

.

.

Empat makhluk beda berbeda bangsa sedang terbang tinggi di langit Kota Kuoh. Mereka sekarang sedang mencari tempat yang dimaksudkan oleh anak buah mereka. Sebenarnya mereka berniat pergi dengan teleportasi, tapi sihir itu tidak bisa dilakukan. Mereka sudah yakin bahwa koordinat yang mereka pikirkan benar. Entah apa yang memaksa sihir teleportasi tidak bisa, mereka yakin bahwa itu adalah medan sihir yang sama dengan yang memaksa anak buah mereka tidak bisa mendekat ke kubah sihir yang mencurigakan mereka.

Azazel menemukan sebuah kubah transparan besar. Itu adalah tempat yang ingin mereka datangi. Tanpa mengatakan sepatah kata pun, dia menambah kecepatan terbanngnya mendahului tiga rekannya yang lain sebelum terlambat sampai. Sirzech, Serafall, dan Michael seolah paham maksud Azazel dan mengikutinya.

Mereka mendarat sempurna. Kubah sihir yang mereka lihat dari kejauhan tadi ternyata sedang perlahan-lahan menghilang. Ekspresi kecewa tercetak di wajah mereka. Terlebih Azazel yang sangat ingin tahu dengan hal ini.

"Kita terlambat. Dia baru saja pergi. Memang benar aku merasakan sisa aura iblis tingkat ultimate di sekitar sini. Di dalam sana adalah tempat yang seharusnya terasa aura ini lebih kental," ucap Serafall.

Tidak ada yang berbicara. Mereka masih memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi berdasarkan pandangan mereka masing-masing.

Kubah semakin pudar dan sekarang bahkan sudah menghilang sepenuhnya juga medan sihir disekitarnya.

Deg!

Seolah jantung mereka berhenti. Ketika kubah sihir tingkat tinggi itu sepenuhnya menghilang, ada sebuah aura yang terasa sangat tidak mengenakkan untuk mereka. Karena mereka sudah pernah di situasi hidup dan mati, mereka sangat mengenali perasaan ini.

"Ini…" ucap Sirzech menggantung.

"Ya! Tidak salah lagi…"

Michael yang sejak tadi belum berbicara mengangkat suaranya. Dia sangat kenal dengan yang ini. Dulu bahkan saat perang akbar terasa begitu kental. Dia tidak mengerti siapa yang bisa mengeluarkan aura seperti ini tapi dia sangat mengenalinya. Terasa sampai ke tulang-tulangnya.

.

.

.

"… Aura keputusasaan."

.

.

.

To be continue


Hei, halo! Boleh marah-marah kok sama saya wkwkwk… Bener-bener aneh rasanya ketika saya berhasil menulis sepanjang ini lagi. Ini adalah kali pertama saya mengupdate fic setelah setahun dan saya malah memilih untuk meremake chapter 2 daripada meneruskannya ke chapter 3.

Sumpah, saya merasa bahwa chapter 2 yang saya rilis tahun lalu itu adalah sebuah kesalahan dan saya langsung down sendiri karena membacanya. Gila aja gitu. Plotnya bakal hancur kalau saya memaksa meneruskan. Jadi, saya memutuskan untuk mengganti konten chapter 2 itu menjadi yang ini. Jadi bisa lebih linear dan tidak lompat ke sebuah permasalahan yang langsung besar.

Maafkan saya karena baru bisa mengupdate karena saya sendiri juga sangat sibuk dengan kehidupan nyata saya. Serius, masa SMA benar-benar masa yang sangat menyenangkan. Jadi panitia di hampir seluruh acara mayor yang diadakan oleh sekolah jadi tidak memberikan saya waktu untuk kembali menulis cerita dan ketika saya menulis lagi, saya kehilangan taste.

Ada yang nyindir kenapa saya bisa ngereview karya orang panjang lebar dan saya malah nggak update. Terima kasih, saya benar-benar termotivasi. Kalau anda tidak bilang gitu ya saya sendiri nggak tau bisa up nggak wkwkwk… Makasih banyak ya!

Saya rasa cukup deh curcolnya ya?

Oke, masuk ke dalam pembahasan cerita, saya terlihat jika Naruto tidak ingin identitasnya terbuka. Gak akan seru juga kalau terungkap begitu saja wkwkwk… Nah, ngomong-ngomong, pasti kalian merasa kalau Katerea terlalu lemah atau apalah apalah. Gak salah juga, tapi saya menyelipkan beberapa statement di atas sana yang menjelaskan dia tidak segitu lemah. Silahkan dicari dan dicermati sendiri. Gitu aja.

Terima kasih sudah membaca, saya sangat mengapresiasi jika anda mau sedikit memberikan tanggapan atas karya saya sejauh ini. Mungkin mau ngasih kritikan juga nggak masalah. Saya akan sangat terbantu.

Dadah!