AN: the last part of VOLARE coming out!
Sebelum kalian melanjutkan, sempatkan menerima ucapan terima kasihku karena kalian telah sampai pada bagian ini, terima kasih banyak ^^
Seperti story sebelumnya. No sequel! No request of KaiSoo next life in VOLARE.
Belajarlah bersyukur, semuanya. Haha
See you on next story ^o^
Majukan fanfiksi berbahasa Indonesia!
VOLARE 10 [Part 2]
Present by RoséBear
Warning: Everything include in the rating applies to the level of language, adult content and sexual situation in this story.
Disclaimer : Just a fanfiction! [Create :171130- publish : 170912)
Pagi itu dia beruntung Baekhyun datang lebih awal hingga masih sempat mengingatkan Kyungsoo jika hari ini dia memiliki pekerjaan penting.
"Rasanya sangat enak. Terima kasih untuk sarapannya Baek. Aku akan berangkat sendiri."
Alis Baekhyun terangkat mendengar teriakan Kyungsoo di mana wanita itu kini telah menutup pintu dan meninggalkan Baekhyun sendirian.
"Bukan aku yang membuatkanmu sarapan, kupikir itu adalah Kai."
Sayangnya ucapan Baekhyun tidak berarti apa-apa lagi. Kyungsoo telah meninggalkannya.
Sementara di tempat lain.
Prosesnya dimulai lagi dari sini. Ia mulai dengan membangun jadwal yang menarik semua orang untuk bekerja lebih awal.
Pagi itu, Kai datang setelah mengetahui jika restoran ayahnya akan dibuka sejak siang hanya hingga jam sembilan malam. Ada alasan kenapa kini dia berdiri di balik kitchen set, sekali lagi melibatkan diri untuk mendapatkan posisi yang sebenarnya.
"Kau bisa menggunakan bahan apapun yang tersedia di ruang penyimpanan."
Suara Suho menjadi awal dari bagaimana Kai memperlihatkan sikap baiknya. Ia tersenyum dan segera menggelengkan kepala. Tanpa diduga Kai mengeluarkan sesuatu dari bawah tempat memasak. Satu kantung truffle hitam yang dia bawa sendiri.
"Aku membawanya sendiri."
Suho mengangguk, "Waktumu hanya 30 menit."
"Aku ingin kau menyelesaikannya dalam tiga menit."
Semua pandangan terarah pada Yunho yang baru saja bicara. Bagaimana sekarang Kai harus menyelesaikan sebuah pastry dalam tiga menit? Itu yang orang-orang pikirkan. Hanya saja, lelaki tan itu tersenyum dan menganggukkan kepala.
Kai bergegas mengambil beberapa bahan makanan tambahan. Tidak sekalipun dia menyia-nyiakan usahanya selama berbulan-bulan menahan diri. Pria itu kembali dengan membawa roti kering dan keju. Sementara emosinya sangat stabil dan tidak memaksakan diri. Dia memiliki bahan makanan yang sangat mahal untuk sebuah percobaan. Di mana Kai sama sekali tidak menyia-nyiakan kemampuan maupun kesempatan yang dia miliki.
Bagaimana lelaki itu menyelesaikan krim keju dengan cepat kemudian memotong roti kering, melumuri bagian atas dengan krim keju lalu sedikit parutan truffle.
Siapa yang peduli berapa banyak waktu yang dia habiskan untuk sebuah sajian yang tampak begitu elegan. Kai tersenyum dan mengangkat pundaknya, dia bahkan tidak menyentuh tiga menit untuk sajian barusan.
Suho menghembuskan napasnya melihat sajian Kai.
"Kau bisa menjelaskan masakanmu."
"Tidak ada nama untuk masakan ini. Namun aku berencana mengambil nama restoran ini sendiri, Volare. Truffle hitam memiliki aroma daging rusa, ozon dan hazelnut karena pada dasarnya mereka tumbuh pada pohon oak dan hazelnut. Aku tidak menggunakannya terlalu banyak, selain aroma yang kuat, terlalu banyak mengkonsumsi truffle hitam bisa membuat seseorang mengalami pusing. Porsi yang sesuai dengan sepiring roti kering dan saus krim keju untuk memberikan rasa gurih."
Ia kembali tersenyum ketika Yunho maju untuk mencoba potongan pertama. Lelaki tua itu meletakkan sendok dan dia tersenyum pada Kai.
Langkah kakinya berjalan menuju meja dan menulis sesuatu di secarik kertas. Menggulung kertas itu lalu memasukkannya ke dalam gelas kaca.
"Kalian bisa menentukan pilihan untuk menerimanya atau tidak."
Satu persatu Kai memastikan diri. Dia tahu apa yang telah ditulis ayahnya. Kai sudah memahami itu bahkan dalam waktu yang singkat.
Menjadi juru masak itu bukan hal yang mudah. Harus memahami beberapa prilaku, tidak membahayakan diri sendiri ataupun pelanggan. Selain itu menyajikan makanan bukan sekedar lezat melainkan memperhitungkan kandungan gizi di dalamnya.
Dia menunjukkan tingkat keterampilan yang begitu tinggi. Menemukan sebuah gairah dan minat pada jalan yang sama.
20.14 KST
Dia telah bekerja dengan sangat baik ditambah pekerjaan hari ini luar biasa. Di mana Kyungsoo menemukan dirinya bersama beberapa rekan kerja baru. Ilhoon mengajak mereka ke sebuah restoran italia untuk merayakan keberhasilan mereka.
"Katakan apa yang ingin kalian nikmati. Aku akan minta juru masak di sini menyiapakannya."
Sekali lagi dia dibawa ke tempat yang sama. Tidak pernah dia memiliki perhatian berlebihan, namun sesuatu membuat Kyungsoo bertanya di mana Ilhoon bisa menyapa Suho dengan sangat baik ketika pria itu menyajikan makanan untuk mereka.
"Kau mengenal orang -orang di sini?"
Ilhoon tersenyum atas pertanyaan Kyungsoo.
"Tentu saja. Ayahku pemilik restoran ini."
Degh
Jawaban singkat Ilhoon membuat Kyungsoo merasa sedikit kaku. Owhh... Dia melakukan sebuah kesalahan di mana kesadaran Kyungsoo baru saja terkumpul.
"Kau mengenal Kim Jongin?" Detik itu dia bertanya memastikan.
"Adikku?"
Kyungsoo kembali terdiam untuk jawaban barusan, -dia menggeleng segera.
'Ahh terlalu banyak yang kau pikirkan Kyungsoo.''
"Kau mengenalnya Kyungsoo?" Pertanyaan Ilhoon membuat Kyungsoo tersenyum canggung. Namun dia segera menggeleng.
"Hanya beberapa kali bertemu."
Dalam transisi itu dia memilih diam dan tidak mengambil banyak percakapan. Satu hal yang penting bagi Kyungsoo saat ini adalah tempat tidurnya. Sekarang, dia ingin segera berbaring.
Ketika dia mengalami situasi semacam ini. Ia putuskan untuk kembali ke apartemennya seorang diri. Selain itu, Kyungsoo berterima kasih karena kesibukannya di mana Baekhyun memberikan bantuan untuk membersihkan tempat tinggalnya.
Tidak langsung tidur, bahkan setelah membersihkan diri ia memilih menyalakan kembali laptopnya.
"Aku minta maaf, tapi aku sangat ingin menulisnya."
Satu persatu kata tersusun dengan baik hingga membentuk rangkaian kalimat yang saling berhubungan. Kyungsoo kembali menulis hingga larut malam. Saat orang-orang tertidur dengan lelap.
Bersamaan dengan itu, Kai baru saja menemui Sehun dan dia mendapat banyak pertanyaan tentang keberadaannya. Kai tidak hanya menemui Sehun, namun lebih pada Luhan. Dia telah melahirkan bayi laki-laki yang sangat tampan. Jika Kai boleh berpendapat, sepertinya Sehun menjadi dominan untuk bayi laki-laki itu. Menemui Sehun dan Luhan adalah untuk menyampaikan sesuatu.
~ RoséBear~
Ketika dia memilih untuk mengakhiri hubungan pada hari itu, secara sederhana Kai menyadari sesuatu. Dia tidak hanya menyakiti Kyungsoo, tapi dirinya sendiri.
Ia tersenyum menemukan Kyungsoo berbaring di ranjang dengan terbungkus selimut tebal. Beberapa menit Kai hanya duduk di pinggir ranjang Kyungsoo, jemarinya menyingkirkan helaian rambut dari wajah manis itu. Perlahan tubuhnya condong ke depan dan mendapatkan kelembutan pipi Kyungsoo untuk bibirnya sendiri.
"Aku merindukanmu. Aku sudah bekerja keras hari ini, ahh kau juga bekerja sangat keras hari ini." Dia berbisik pelan. Mengusik ketenangan Kyungsoo membuat tangan wanita itu bergerak gelisah menyingkirkan wajah Kai.
"Hnghhhh."
Kyungsoo mengeluh atas perbuatan Kai barusan. Namun tidak mendapatkan kesadaran membuat Kai terkekeh pelan atas perbuatan Kyungsoo.
Tanpa sadar perasaan rindu pria itu memaksa tubuhnya untuk memeluk Kyungsoo erat. Menempelkan wajahnya pada Kyungsoo. Sayangnya ia tetap tidak begitu terganggu dan membiarkan Kai melakukan itu.
"Kau benar-benar kelelahan? Hahh~" napas hangat Kai berhembus di wajah Kyungsoo.
"Sebaiknya aku tidak mengganggumu lagi."
Ia berbisik pelan namun tidak membawa diri menjauh dari ranjang Kyungsoo.
"Aku merindukanmu. Aku juga mencintaimu." Kai berbisik pelan beberapa kali di telinga Kyungsoo.
~ RoséBear~
Drrtttt
Getaran ponsel di atas nakas membuat Kyungsoo terusik. Ia mengeluarkan tangan dari balik selimut meraba keberadaan benda persegi itu. Matanya terbuka sedikit membaca pesan singkat dari Baekhyun.
'Aku tidak bisa menemanimu hari ini. Chanyeol mengajakku keluar Kota.'
Dia memberi balasan sebuah emoticon flying kiss. Entah apa maksudnya, mungkin karena keadaan setengah sadar. Wanita itu mengembalikan ponsel namun saat akan kembali terlelap Kyungsoo menyadari sesuatu melingkari di perutnya. Perlahan kesadarannya terkumpul.
"Oh astaga! Aku tidur dengan seseorang!?"
'Apa tadi malam aku mabuk dan membawa seorang pria ke atas ranjang? I-ini ranjangku?'
Kebingungan menguasai ekspresi Kyungsoo. Jantungnya berdegup kencang saat akan berbalik badan.
"Selamat pagi."
Degh
"Oughh!"
Ia mendesah pelan karena tarikan tangan yang melingkar itu memaksa Kyungsoo menarik wajahnya menjaga jarak. Ada fase di mana dia mengalami banyak kesulitan, napas Kyungsoo tertahan saat matanya sulit berkedip.
"A-aku masih bermimpi?"
Kai terkekeh pelan atas komentar Kyungsoo. Kegugupan jelas menguasai wanita ini. Tapi Kai tidak ingin menggoda Kyungsoo seperti kemarin. Ia dekatkan wajahnya mencium bibir hati itu beberapa detik.
"Aku sangat nyata Kyungsoo."
"Kai." Suara Kyungsoo tertahan. Dia tidak bisa mengendalikan pikirannya yang benar-benar merindukan pria ini. Jemarinya menangkup wajah Kai. "A-aku tidak sedang berhalusinasi bukan?"
Kai menggeleng dia membawa tubuh Kyungsoo berbaring dan mencium wanita itu. Sangat lama menyapu bibir hatinya menumpahkan semua kerinduan yang ia miliki. Hingga tepukan pada dada Kai mengharuskannya melepaskan Kyungsoo. wajah memerah dengan napas terputus-putus, Kyungsoo benar-benar mempesona.
Ia bersedekap tangan, memandangi Kai yang masih tersenyum. "Kau... Benar-benar Kai."
Ia mengangguk untuk pertanyaan Kyungsoo.
"Terima kasih sudah mau menunggu orang sepertiku." Sekali lagi Kai mencium Kyungsoo. Membuat sesak dada dan kesulitan Kyungsoo bertambah saat tubuhnya terhimpit. Ia tepuk beberapa kali dada lelaki itu hingga Kai melepaskannya.
Kai hanya memperhatikan bagaimana Kyungsoo menggeleng. Tentu sulit untuk mempercayai diri sendiri tentang keberadaannya.
"Kyungsoo! Kau tidak sedang bermimpi. Aku sudah kembali. Apa kau tidak membaca pesan yang kutinggakkan?"
"Pe-pesan?" Ia menjadi sangat gugup.
Kai mengangguk pelan. "Ya. Saat kau bilang tidak akan mengganggu konsentrasiku. Aku memintamu menungguku. Aku membalas pesanmu karena tidak bisa bertemu denganmu sebelum berangkat."
Pria itu melepaskan Kyungsoo. Berguling ke samping menatap langit-langit kamar Kyungsoo,-Ia terlihat tidak menyukai situasi saat ini.
"Sudah kuduga kau tidak membacanya. Jika membacanya kau pasti akan memiliki hubungan yang baik dengan orang tuaku."
Saat itu Kyungsoo masih diam.
"A-aku harus mandi."
Dia beranjak dari tempat tidur. Melangkah meninggalkan Kai namun lelaki itu menahan Kyungsoo, membawa tubuhnya kembali jatuh ke atas ranjang.
Jarak wajah mereka sangat dekat, membuat Kai merasakan deruan napas hangat Kyungsoo. Wanita itu bertahan dengan menggunakan kedua tangannya di dada Kai.
Kai menatapnya, "aku benar-benar meninggalkan pesan itu di balik kertas memo yang kau tinggalkan." Kai memberitahunya. Sekarang dia sadar, mereka memiliki pikiran yang berbeda.
"A-aku benar-benar harus mandi. Ughh!"
Sekali lagi Kyungsoo berusaha melepaskan diri tapi kukungan Kai semakin menekan membawa tubuhnya semakin menempel.
"Aku merindukanmu."
Suasana jelas berubah, terlihat bagaimana Kyungsoo kesulitan merapatkan bibirnya. Dia juga merindukan pria ini, tapi Kyungsoo merasa bodoh jika ini hanya halusinasinya saja.
Kedua tangan Kai menangkup wajah Kyungsoo. Menciumnya penuh gairah, membimbing tubuh Kyungsoo untuk kembali berbaring di atas ranjang.
Napas wanita itu kembali terputus-putus.
"Aku sangat merindukanmu. Kenapa kau tidak pernah menghubungiku? Apa kau tahu setiap hari aku selalu merasa bersalah padamu?"
Kai paham kenapa sejak tadi Kyungsoo kesulitan menyadari keberadaannya. Dia harusnya ingat betapa Kyungsoo mencintainya, hari itu bukan hanya Kai yang tersakiti. Tapi Kyungsoo yang mengatakan itu pasti merasa sangat berat.
"Aku tidak memiliki kontakmu. Aku pergi ke gallery seni adikmu namun tidak menemukannya. Sementara aku harus segera pergi. Maafkan aku Kyungsoo."
Matanya melancarkan penyesalan yang mendalam karena membuat wanita ini salah paham.
"Tapi sekarang aku kembali karena begitu merindukanmu. Sebenarnya aku datang kemarin, tapi kau menganggapku hanya sebuah bayangan." Wajah Kai menunjukkan ekspresi terluka, sementara wanita ini masih fokus pada wajah tampan yang sekarang ada di atas tubuhnya.
"Kemarin?"
"Ya. Aku menyiapkan sarapanmu. Tapi aku harus pergi untuk melakukan sesuatu. Sebelum kemari aku bertemu Baekhyun. Dia mengingatkanku tentang janji yang pernah kita buat."
"Janji?" Kyungsoo bertanya karena dia mengalami kebingungan di mana pria itu kemudian mengangguk.
"Kau bilang akan menjadi seorang penulis, begitupun denganku. Aku ingin menemuimu saat aku telah menjadijuru masak resmi. Dan percayalah, aku berhasil mendapatkan posisi chef pastry di restoran Ayah." Dia memberi begitu banyak penjelasan, menahan Kyungsoo agar tidak melarikan diri.
"Kai, aku benar-benar harus mandi."
Ia menyingkirkan lelaki itu, kembali beranjak dan pergi ke kamar mandi.
Kyungsoo masih harus menenangkan dirinya, keberadaan Kai pagi ini membuatnya sangat bingung. Namun saat berdiri di depan wastafel dan menggosok gigi. Pria itu ikut masuk ke balik kamar mandi dan memeluknya dari belakang.
"Kita masih harus bicara Kyungsoo. Tidak peduli itu di sini atau kembali ke ranjang."
Detik itu Kyungsoo memilih diam. Dia biarkan pria ini memeluknya, menjatuhkan kepala di pundak tanpa mengganggu Kyungsoo berkumur-kumur.
"Apa aku salah merindukanmu? Apa kau tidak mencintaiku lagi?"
Kai merasakan tubuh Kyungsoo menjadi kaku. Karena dia tahu bagaimana perasaan wanita ini, cinta Kyungsoo tidak pernah berkurang sekalipun dia sangat marah.
"Aku berusaha menyelesaikan pendidikan khususku agar bisa segera kembali dan menemuimu. Aku pikir kau benar-benar marah sampai tadi malam ketika bertemu temanmu aku sadar kau tidak membaca pesan yang kutinggalkan."
Pelukannya sedikit melonggar, membiarkan Kyungsoo membalik badan.
"Aku memberitahu tentangmu pada Ilhoon hyung dengan harapan dia bisa mengawasimu untukku, karena aku harus melakukan pelayaran sebagai tahap akhir pembelajaran."
Semakin Kai menjelaskan, maka bertambah ingatan-ingatan Kyungsoo betapa mudahnya dia mendapatkan kontrak kerja, Kai ada di balik semuanya.
"Kyungsoo, apa kau tidak mencintaiku lagi?"
"Tidak.. Tidak seperti itu." Tangannya menutup wajah karena malu.
"Aku... Aku sangat meridukanmu. Aku selalu memiliki cinta untukmu "
"Aku tahu itu." Kai tersenyum atas jawaban Kyungsoo. Ia menarik napas dengan dalam. "Kalau begitu, apa kau mau menikah denganku?"
Tubuhnya menjadi kaku, perlahan Kai menurunkan tangan Kyungsoo. Menemukan air mata mengalir dari mata bulat itu.
Ia menarik Kyungsoo dalam pelukannya, mendekat tubuh yang lebih pendek itu membawa kepalanya menunduk di atas kepala Kyungsoo. Sementara Kyungsoo Menyenderkan pipi di dada Kai. Berbisik pelan mengatakan perasaannya
"Aku sangat mencintaimu Kai."
"Ya aku tahu. Sejak dulu kau selalu mengatakan itu padaku, kau juga bilang akan membuatku mencintaimu. Dan sekarang sepanjang waktu aku memikirkanmu, oh Kyungsoo... Bisakah aku menciummu agar kau bisa mengukur betapa aku menginginkanmu saat ini?"
Ia mempout bibirnya membuat Kai terkekeh pelan.
"Maukah malam ini kita makan malam bersama keluargaku? Tidak hanya kita berdua tapi aku mengundang orang tuamu," mata Kyungsoo membulat lucu. Mempertanyakan maksud ucapan Kai. Dia membawa tubuh Kyungsoo semakin mendekat, mengangkat tubuh itu dari lantai dan membawanya keluar dari kamar mandi menuju ranjang. Pria itu memangku Kyungsoo yang masih mengalungkan lengan di leher Kai.
"Aku menghubungi orang tuamu, mereka bersedia kembali saat kubilang ingin menikahimu."
Dia diam beberapa saat menyadari tubuh Kyungsoo menjadi kaku.
"Kai... sebenarnya aku masih sangat mengantuk."
Kai terkekeh pelan menyadari Kyungsoo menjatuhkan kepala di pundaknya, ia bawa Kyungsoo kembali berbaring.
"Kau bisa tidur, selama ingat jika aku sudah mengatakan ini padamu."
~ RoséBear~
Kau menjadi sangat istimewa, semua juga tahu bagaimana kau mencintai lelaki itu. Sejak pertemuan pertama, pandanganmu tidak sekalipun peduli pada lelaki lain, kau terfokus pada tatapan tajam pria berkulit tan dengan senyum menawan yang begutu tampan memberimu secangkir americano.
Namun sesuatu masih membatasi Kyungsoo, dia telah duduk di atas sofa untuk beberapa waktu ketika kemudian Kai mengambil alih dapur kecil miliknya. Mereka telah bertunangan, tepatnya tadi malam. Kyungsoo memperhatikan cincin yang melingkar di jari manisnya. Ia tersenyum kemudian mengehela napas berat.
Perutnya bergemuruh tepat ketika pekerjaannya selesai. Kyungsoo mencetak beberapa lembar tulisan dari printer yang dia miliki. Mengambil mantel dan segera berjalan mendekati Kai.
Ia memeluk lelaki itu dari belakang, menghentikan aktivitas Kai yang memotong beberapa sayuran untuk di masukkan ke dalam saus keju.
"Ya sayang?" Kai bertanya pelan.
Wanita itu sedikit berjinjit, membuat mulutnya tepat berada di sebelah telinga Kai.
"Aku sangat kelaparan. Bolehkah aku keluar mencari makanan? Aku juga ingin memasukkan draft pertamaku ke kotak surat. Kau tahu aku mulai menulis sesuatu?"
Kai diam beberapa saat. Tampan berpikir kemudian membalik badan. Menemukan Kyungsoo yang memperlihatkandraft yang dia maksud.
Menyingkirkan semua peralatan memasak dan mengangkat tubuh Kyungsoo untuk duduk di atas kitchenset. Pria itu menahan tubuhnya di depan Kyungsoo dengan kedua tangan yang bertopang pada sisi-sisi tempat memasak.
Ia mendongak agar bisa memperhatikan wajah kebingungan Kyungsoo.
"Kau ingin mengirim tulisanmu?"
Kyungsoo mengangguk pelan.
"Kau bisa membacanya jika ingin." Bahkan setengah ragu dia mempersilahkan.
Kai tersenyum atas penawaran Kyungsoo, "aku sudah membacanya kemarin malam."
Tentu saja tanpa sepengetahuan Kyungsoo.
"Apa kau marah?"
Kyungsoo menggeleng. "Aku memang ingin kau menjadi pembaca pertamaku."
Chup
Dia mendapatkan sebuah ciuman singkat atas kalimat barusan.
Kai bicara beberapa hal namun fokus Kyungsoo terganggu oleh beberapa mangkuk berisikan makanan yang tampaknya menjadi pekerjaan Kai pagi ini.
Segera dia sadar kemana arah pandang Kyungsoo yang gelisah. "Kau mau mencobanya?"
"Eoh?" Dia menggeleng segera. Kyungsoo masih ingat Kai melarangnya hari itu. Kalimat itu masih melekat dengan baik pada Kyungsoo, hingga dia berpikir tidak untuk mengulangi kesalahan yang sama. Namun senyuman Kai berbeda. Pria itu bergerak, mengambil sendok teh dan memotong waffle pizza yang baru dia selesaikan beberapa saat lalu.
"Buka mulutmu."
Setengah ragu Kyungsoo membuka mulutnya, menerima supan dari Kai.
"Katakan padaku bagaimana rasanya?"
Degh
Menjadi sulit bagi Kyungsoo menelan potongan yang diberikan Kai ketika dia harus segera memberikan sebuah komentar.
"Ahh sebaiknya aku..."
"Tidak Kyungsoo."
Ia menahan tubuh Kyungsoo yang ingin melompat turun.
"Katakan padaku apa yang kau rasakan? Maksudku, jika aku menjadi pembaca pertamamu, aku mau kau menjadi yang pertama mencoba masakan utamaku. Aku akan senang mendengar apa yang kau katakan. Aku akan memperbaiki dengan segera, kumohon katakan sesuatu."
"Hmm." ia berpikir sebentar. "Sangat lezat, aku merasakan irisan ham dan potongan nanas lalu keju yang begitu meleleh."
Kai tertawa pelan. "Apa menurutmu anak-anak akan menyukainya? Kau tahu? Keponakanku mengajak teman-temannya ke restoran Ayah sore ini, Aku ingin menyajikan ini untuk mereka."
Kyungsoo meletakkandraft yang dia pegang. Mengalungkan tangan di leher Kai.
"Kau harus tahu Kai, aku tidak pernah menemukan seseorang yang tidak menyukai pizza. Dan ini sesuatu yang menyenangkan mendapatkan waffle pizza yang kau buat. Aku pikir mereka akan menyukainya."
Tidak butuh waktu lama untuk mereka menjadi sangat dewasa.
Ahh pria itu benar-benar telah menjadi dewasa, seperti burung layang-layang, dia terbang tinggi dan begitu bebas. Namun kemudian ia sadar harus kembali. Sejauh apapun burung itu terbang, dia tahu tempat untuk kembali, hingga kemudian dia menemukan tempat baru karena akan membentuk sebuah keluarga. Bukankah kehidupan seperti itu. Ingatkan Kai jika dulu dia seekor burung yang takut ketinggian sampai dia bertemu Kyungsoo. Yang mengajarinya bagaimana cara terbang tinggi namun ingat rumah untuk kembali.
Hidup itu sangat singkat, ada banyak hal yang bisa dilakukan. Seperti dunia yang begitu luas, seekor burung layang-layang lahir ke dunia, dia belajar terbang hingga mampu berkelana. Suatu waktu dia akan kembali ke tempat asal.
END