Sang mentari bersinar menandakan pagi telah menyambut. Sinarnya berbagi kehangatan bagi siapa saja yang terkena sinarnya.

Disebuah asrama yang cukup besar terlihat seorang pria berambut pirang tengah tidur dengan nyenyak nya sampai sinar sang mentari masuk melalui kaca jendela membangunkan sang pria.

Ia membuka matanya pelan, mengerjap menyesuaikan sinar sang Surya yang seenak jidatnya membangunkan sang pria.

"Hari yang merepotkan tiba!" Gumamnya pelan. Ia bangun dari acara tidurnya, melangkah gontai kearah kamar mandi hendak melaksanakan rutinitas paginya.

Beberapa saat kemudian ia keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk untuk menutupi sebagian tubuhnya.

Ia melangkah ke arah lemari pakaian, tangan kekarnya meraih baju yang selalu ia bawa ketika sekolah. "Sepertinya sudah siap!" Gumamnya pelan kemudian ia pergi menuju ke sekolah tempatnya belajar.

Diperjalanan ia berjalan santai, tak ada niat untuk terburu-buru walaupun waktu sudah telat. Tak apa, toh ia tak pernah telat walaupun berangkat setelat ini.

Ia menatap sekeliling melihat suasana damai pagi ini. Melirik kanan kiri dan binggo, ia melihat seorang gadis berambut pirang berdiri sendirian di ujung jalan yang ia lewati.

Sang pria mengenakan sebuah topi yang cukup untuk menyembunyikan rambut dan wajahnya berharap jika sang gadis tak mengetahuinya.

Ia berjalan melewati sang gadis dengan santai nya tanpa beban yang berarti. "Kau mau menghindari ku eh, Naruto-kun?" Dan sosok pria yang ternyata adalah Naruto harus menghela nafas pasrah karena rencana dalam mengelabui sang perempuan ternyata tak berjalan seperti apa yang ia rencanakan.

"Kenapa kau berada di sini Hilda?" Tanya Naruto tanpa menoleh ke arah sang gadis. Sang gadis hanya dapat menggembungkan pipinya kesal melihat sosok yang ia tunggu melontarkan pertanyaan yang terlalu mainstream mengingat hal ini adalah kebiasaan paginya.

"Bisakah kau berhenti menanyakan hal yang sama setiap paginya?,, Pertanyaannmu itu terlalu mainstream tau?" Ucapnya sembari berlari kecil mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh Naruto

"Dan bisakah kau berhenti melakukan aktifitas seperti ini setiap paginya Hilda?,, Aktifitasmu itu terlalu mainstream tau?" Naruto yakin kini wajah Hilda pasti sudah memerah menahan amarah karena Naruto membalikkan pertanyaannya.

"Itukan pertanyaan ku!" Tutur kesal Hilda, ia membuang muka ke arah lain membuat Naruto harus menghela nafas(lagi).

"Osh osh osh,, baiklah maafkan aku!" Ucap Naruto dengan wajah yang tak ada niatan untuk meminta maaf. Hal itu membuat Hilda bertambah kesal karena ekspresi tak berarti yang ditunjukkan Naruto.

"Apa seperti itu caramu meminta maaf?" Tanya Hilda masih dalam keadaan berpaling muka. "Baiklah!,, Bagaiman caraku untuk membuatmu memaafkanku?" Tanya Naruto pasrah dengan sifat yang menurut nya aneh dimiliki oleh sosok Hilda.

"Gendong!" Dan ucapan Hilda sukses membuat Naruto tersedak udara. Namun Naruto harus pasrah mengingat betapa mengerikannya jika Hilda marah.

"Ayo!" Ucap Naruto pelan, ia menghilang dan muncul secara tiba-tiba didepan Hilda membuat sang Hilda terkejut sampai ia tak menyadari ia tersandung batu yang membuatnya terjatuh mulus di punggung Naruto.

"Osh osh osh,, aku akan menggendongmu sampai sekolah!" Tanpa sadar, wajah Hilda kini tersenyum dihiasi rona merah yang semakin menebal di kedua pipinya.

Tak ada yang bersuara ketika itu, ada rasa canggung saat keduanya ingin berkata. "Ne, Naru?" Dan akhirnya Hilda melawan rasa canggung itu untuk dapat bercengkerama dengan Naruto.

"Hm?" Hanya gumaman yang tak jelas yang keluar dari mulut Naruto. "Arigatou!" Cicit Hilda sembari meringkuk menyembunyikan wajah malunya ke punggung Naruto. Naruto tersenyum mendengar cicitan kecil dari Hilda, Naruto yakin sang Hilda kini tengah menahan malu walaupun ia siswa paling tegas diantara siswa lain angkatannya, tapi berbeda saat ia sedang bersama Naruto.

Sesekali Naruto terkekeh pelan membuat Hilda cemberut kesal. "Kau mengejekku ya?" Tanya Hilda sembari mengeratkan kaitan tangannya di leher Naruto. "Mungkin!" Dan jawaban itu sukses menciptakan pertigaan di kepala Hilda.

Hening, tak ada yang berucap. Selang beberapa lama mereka sampai ditempat tujuan, yaitu magic school academi. Terlihat para siswa maupun guru berlalu lalang kesana kemari, Naruto menoleh sekitar mencari sesuatu yang menarik dan binggo, zonk yang ia dapatkan.

"Ne Hilda!" Hanya dengkuran halus yang tertangkap oleh telinga Naruto. "Haaaah, kebiasaan buruk mu masih belum berubah ya?" Gumamnya entah pada siapa.

Naruto melangkahkan kakinya pelan hendak mengantar Hilda ke UKS guna memeriksa keadaannya. Jika dipikir pikir memang biasa sih ia tertidur lelap setiap kali ia digendong Naruto. Walaupun hal ini memang kebiasaan namun entah kenapa kekhawatiran selalu saja datang disaat seperti ini.

Langkah kakinya terhenti ketika dua orang laki-laki menghalangi langkahnya. Laki-laki pertama berperawakan tinggi, gagah dan jika dilihat dari penampilannya ia seorang bangsawan berambut pirang dan mungkin ia arogan. Yang kedua adalah seorang laki-laki berambut cokelat berpenampilan bangsawan juga.

Sejujurnya Naruto bingung melihat dua bangsawan yang terkenal di kerajaan ini menghalangi langkahnya. Namun karena kedua laki-laki tersebut merupakan bangsawan yang berambisi mempunyai Harem, Naruto tak heran lagi mengingat gadis yang ia bawa ini memiliki paras dan tubuh yang mempesona membuat semua orang tertarik untuk memiliki nya.

"Hey kau!" Ucap salah satu pemuda yang berada di depannya. Pemuda berambut cokelat berucap dengan nada keras namun hanya dibalas angkatan sebelas alis yang dilakukan Naruto.

"Lepaskan Hilda-senpai!,, Kau tak pantas menyentuh ataupun bercengkerama dengannya!" Lanjutnya menatap tajam Naruto. Dan ucapan dari pemuda cokelat itu sukses menarik perhatian para magician muda yang berada disekitar, entah itu siswa baru maupun para senpai. Yang jelas kini halaman sekolah sudah dikerumuni manusia.

"Hyoudo issei-kun,, bangsawan dari clan hyoudo yang mempunyai kemesumanmu tingkat akut!. Pernah memaksa seorang biarawati yang tengah beribadah di salah satu kuil yang didirikan clan hyoudo untuk menjadi salah satu dari anggota haremnya!" Ucap Naruto menjabarkan sosok cokelat yang berada di depannya. Sosok yang dipanggil issei itu menyeringai sombong.

"Sepertinya kau tahu banyak tentangku ya?,, Rakyat R-E-N-D-A-H-A-A-N?" Dan ucapan Issei sukses membuat semua orang yang berkerumun membulatkan matanya tidak percaya pasalnya belum pernah ada yang berurusan dengan Naruto walaupun ia merupakan siswa paling berbakat disekolah ini. Namun apa yang dipikirkan pemuda didepan mereka ini sampai mau berurusan dengan sosok Naruto?,

Naruto diam menyimak apa yang dibicarakan oleh solang hyoudo, disisi lain seorang pemuda raven menatap datar Naruto dengan mata yang berkilat tajam tanda kemarahan. Naruto melangkah kearah pemuda raven itu, ia menyerahkan tubuh Hilda tanpa berkata. Sang pemuda yang kita kenal dengan nama Sasuke itu mengangguk entah kenapa.

"Osh osh osh,, jadi apa yang kalian inginkan dariku?" Tanya Naruto kalem. Ia tersenyum kearah dua sosok pemuda tahun pertama dari sekolah ini.

"Pertarungan!" Dan para siswa yang menyaksikan peristiwa didepannya harus kembali membulatkan mata tak percaya dengan apa yang kedua pria itu ucapkan secara serempak.

Berbagai ekspresi terukir di wajah mereka, ada yang sudah pucat pasi, ada yang memandang tertarik, dan ada juga yang sudah lari terbirit-birit.

"Hm hm hm, tidak!" Jawab Naruto mantap, sebuah seringai terpampang jelas di wajah kedua pria yang menantangnya bertarung.

Disisi lain terlihat seorang gadis berambut merah digerai sedang melihat 'pertunjukan' ditemani dua orang gadis bersurai hitam panjang dan hitam sebahu yang mengenakan kacamata kotak.

"Apa tidak apa-apa Rias?" Tanya seorang gadis berambut hitam sebahu. Sosok yang dipanggil Rias tersenyum misterius mendengar pertanyaan ambigu dari sosok yang berada di sisinya.

"Bukannya apa-apa sih, tapi... Hey, 'baka-hentai' itu menantang seseorang yang belum pernah tersentuh oleh siapapun. dan entah apa yang ia pikirkan?... Ohhh God, semoga saja rubah pirang itu tak berlebihan!" Lanjutnya mengumpat pelan melihat tindakan bodoh yang diambil dari bawahan sahabatnya itu.

"Hm,, aku tak mengira jika Issei dan Raiser berbuat senekat itu hanya karena ingin pengakuan darimu Rias!. Maksudku tidak ada seorang bodoh yang berani mengusik ketenangan sosok Naruto bukan?" Tanya dan jelas sosok gadis berambut hitam panjang berwajah cantik disamping kanan Rias.

"Aku hanya memberi tantangan saja Akeno!,, Tidak ada yang salah bukan?" Tanya Rias dengan wajah facepalm membuat kedua gadis disampingnya menciptakan pertigaan di kepala masing-masing.

"Aku mengerti,, tapi...KENAPA HARUS SI RUBAH PIRANG BAKA?" umpat kesal Akeno karena kesal dengan jalan pikir aneh sahabatnya yang satu ini.

"Ada apa ribut-ribut?" Dan ketiga gadis disana tersentak kaget mendengar ucapan yang kelewat datar terdengar dari arah belakang mereka. Sontak mereka menoleh ke arah sumber suara melihat siapa yang berucap. Sosok gadis berambut raven dengan tampang datar kini terlihat melangkah mendekati ketiga gadis itu.

Ekspresi berbeda-beda ditunjukkan masing masing gadis disana. Sosok berambut sebahu yang pucat pasi, Rias yang tetap memasang wajah facepalm dan Akeno yang tersenyum manis.

Mata sosok itu menoleh ke arah Naruto yang sedang dikerumuni para murid disana. "Jadi?" Tanya ambigu sosok itu sembari menoleh ke arah gadis berambut sebahu dibelakangnya. "Kenapa kau tidak menghentikan keributan disana Sona?" Tanya sosok itu kepada sosok yang berdiri dibelakangnya.

"Ano,, etto um" gumam tak jelas sosok gadis yang dipanggil Sona. Entah kenapa Sona merasa bahwa dirinya tengah berhadapan dengan dewa shinigami-sama.

"Issei dan Raiser menantang si rubah pirang agar mereka diakui oleh Rias!" Sembur Akeno dengan nada kesal sembari melirik Rias yang tersenyum tanpa dosa.

"Hm?,, Bukankah mereka dari tahun pertama?" Tanya sosok gadis raven tanpa menoleh ke arah lawan bicaranya. Pandangan matanya menyipit menatap Naruto yang kini masih lipat tangannya di depan dada.

"Hm, benar. Yang berambut cokelat adalah si mesum dari bangsawan hyoudo dan yang berambut blonde itu si playboy dari clan phenex!" Jawab Rias kepada sosok misterius itu. "Hm, kita lihat bagaimana kalian bisa mengatasi kebodohan seorang kitsune!" Gumam sang gadis pelan.

Disisi lain Naruto masih menolak ajakan bertarung dari dua orang didepannya. "Hey,, bisakah kita selesaikan dengan baik mengingat disini adalah lingkungan sekolah?" Tanya Naruto masih memasang wajah facepalm nya. Raiser dan Issei menggeleng serempak membuat Naruto sweadrop 'kompak amat' pikirnya nista.

Hening, tak ada yang bersuara. Hanya semilir angin dan kicauan burung yang terdengar.

Tap tap tap tap

Suara langkah-bukan, melainkan suara kaki yang berlari terdengar dari belakang Raiser dan Issei. Seluruh pasang mata menoleh ke arah sumber suara dan binggo, mata mereka terpaku melihat seorang malaikat berambut biru muda kini sedang berlari ke arah kerumunan.

Ekspresi yang berbeda-beda ditunjukkan masing masing wajah, ada yang sok cool, memandang sosok gadis layaknya malaikat yang tengah berlari ke arah kerumunan dengan tatapan mesum, dan ada juga yang sudah tepar di tanah dengan darah yang bercucuran melalui lubang hidungnya.

Namun berbeda dengan Naruto, ekspresi yang ia tunjukan adalah ekspresi pucat pasi entah apa sebabnya.

Sang gadis manis lompat tinggi ke arah Naruto dan. .

Bruuukkk

Sang gadis sukses mendarat tepat di dada bidang Naruto. Mereka terjatuh dengan tidak elitnya membuat semua pasang mata membulat tak percaya.

Bukan acara terjatuh nya yang membuat mereka terkejut, melainkan bibi dari sang gadis kini menempel erat di bibir Naruto.

Pikiran Naruto entah kemana ketika peristiwa itu terjadi. Ia tak bisa bergerak maupun berbicara, ia hanya dapat diam dengan mata membulat.

Dirasa cukup, sang gadis bangun dari acara jatuhnya dengan senyum menggoda yang melekat di wajah cantiknya.

Naruto ikut berdiri sembari memandang blank ke arah sosok berambut biru muda itu.

"Apakah itu sebuah ciuman?" Ucap Naruto membuat semua orang pulih dari acara terkejut nya dan memandang Naruto dihiasi sweadrop besar di masing-masing kepala mereka.

"Waaaah, tak ku kira setelah tiga-tidak, melainkan empat tahun kita tak bertemu kau masih bodoh seperti dulu ya?" Naruto memandang kesal ke arah gadis yang mencium nya, sang gadis membalas pandangan Naruto dengan wajah polos membuat para pria terpesona melihat betapa imutnya ia saat menunjukkan ekspresi polos itu. Sedangkan Naruto, jangan ditanya lagi, ia masih memandang kesak ke arah sang gadis.

"Hoy!,, Kenapa kau disini Estdeath?" Ucap Naruto memicingkan matanya menatap gadis yang bernama Estdeath di depannya. Estdeath hanya menggembungkan pipinya kesal mendengar pertanyaan yang lebih menjurus ke-tidaksukaan yang dilontarkan Naruto.

"Mou,, apakah oni-sama tak suka jika Est datang ingin menemui oni-sama?" Ucap Estdeath menggembungkan pipinya menambah keimutan bagi siapapun yang menatapnya.

Ingin rasanya Naruto mengumpat karena ucapan tak masuk akal dari Estdeath. "Haaaah, bukan begitu East-"

"Benarkah?" Estdeath memotong perkataan Naruto sebelum namenyelesaikannya. Hal itu membuat perempatan secara ajaib muncul di pelipis Naruto.

Duakk

"Ittai,, APA APAAN KAU MENJITAK KEPALAKU ONI-SAMA?" umpat kesal Estdeath karena dijitak oleh Naruto. Sedangkan si naganya memandang kepala Estddengan watadosnya.

"Haaaah, osh osh. Sepertinya masalah kita sudah selesai jadi,, jaa Issei-kun, Raiser-kun!" Ucap Naruto kemudian ia melangkah pergi namun langkah kakinya di hentikan oleh Issei yang entah sejak kapan berada di depan Naruto dan memegang pedang di pinggang Naruto.

"Lepaskan!" Kini bukan nada ramah yang diucapkan Naruto, melainkan nada dingin penuh ancaman yang ia keluarkan. Issei menyeringai saat Naruto berucap. "Heh!, Pedang seperti ini masih kau bawa?,, Cih pedang karatan?"

Naruto hanya diam memandang tangan issei yang memegang pedang kesayangannya itu. "Aku peringatkan lagi!" Nada datar dari Naruto menyebabkan teror bagi siapa saja yang mendengarnya.

Dilain sisi, seorang tua dengan satu mata tertutup menyaksikan kejadian didepannya dengan pandangan datar, sesekali ia mengerutkan keningnya dan sesekali juga ia terkekeh lucu. "Hoooo, mari kita lihat seberapa takut kalian setelah mengetahui seperti apa Naruto itu!"

Issei tak menggubris ucapan Naruto, malahan ia menyeret pedang sehingga pedang itu keluar dari sarungnya. "Hohoho, lihat pedang karatan ini!. Bahkan seorang bayi pun mampu mematahkannya!" Ucapnya mengangkat pedang milik Naruto ke atas.

Cukup sudah kesabaran Naruto. Ia mencoba meraih pedang yang berada di Tangan issei namun issei selalu menghindar ketika Naruto ingin meraih pedangnya. "Kau tahu Issei!" Entah kenapa kini Issei bergidik mendengar perkataan Naruto yang kelewat datar itu.

"Kau membuatku muak!" Lanjutnya menatap tajam Issei. Kini dapat terlihat mata Naruto memperlihatkan kemarahan yang sangat dahsyat, di kening Naruto mendadak muncul simbol aneh yang seolah mengisyaratkan kalau ia sedang marah. Naruto mundur beberapa langkah, ia mengarahkan tangannya ke arah issei yang perlahan mengambil langkah mundur.

Dark magic:thousand knight

Puluhan, bukan-melainkan ratusan lingkaran sihir dengan skala kecil tercipta di sekeliling Naruto. Para siswa yang melihat itu mengambil langkah mundur. Hanya satu yang mereka pikirkan...takut.

Memang baru pertama kalinya melihat sosok yang menurut mereka baik sampai Semarah ini. Dan jika mereka dapat berucap, mereka pasti akan mengatakan kata 'monster' karena banyaknya lingkaran sihir yang Naruto ciptakan.

Seharusnya yang dapat melakukan sihir seperti ini hanyalah orang yang minimal di peringkat sama dengan jendral tapi, Naruto?. Entah bagaimana bisa ia menciptakan ratusan lingkaran sihir dalam waktu yang terbilang singkat itu.

Naruto mengayunkan tangannya ke arah issei, namun aktifitasnya dihentikan sebuah tangan putih yang memegang erat tangan Naruto. Ia menoleh ke arah sosok yang memegang tangannya, ia diam melihat siapa yang menahannya bahkan semua siswa yang melihat siapa dia hanya dapat menganga tak percaya.

"Cukup!" Kata pendek namun bermakna dalam terlontar dari bibir sosok misterius itu. Sosok wanita cantik berambut pirang bermodel kucir dua menatap Naruto datar. "'Gomenei, oka-sama" Naruto menunduk sebelum berucap, entah kenapa ia takut dengan sosok di depannya itu. Semua orang yang tengah berada di sana membulatkan mata, maksudku-, apa

"Kau terlalu berlebihan Naruto!"

"Ku ingatkan sekali lagi padamu issei!" Kata penuh dengan peringatan meluncur mulus dari bibir Naruto. "Jangan sekali-kali kau membuatku marah"

...

Issei sedang merenung di ruang kelasnya mengingat kejadian pagi tadi yang kelewat menakutkan. Jika saja ia tahu jika sosok senpai-pirangnya semengerikan itu, pasti Issei tak mungkin memenuhi permintaan Rias.

Memang Riaslah yang memintanya menantang Naruto, namun ini juga kesalahan Issei karena menginginkan gadis tercantik angkatannya ini menjadi anggota haremnya.

"Hufftt!" Hanya helaan nafas lelah yang ia keluarkan. Para siswa yang berada di kelas menoleh ke arah Issei. Satu yang dapat di katakan para siswa...kasihan.

Tentu, mengingat tadi pagi entah kenapa wajah Issei menjadi pucat layaknya mayat. Tak hidup dan tak mati.

"Sepertinya Hyoudo-kun kalah ya?" Tanya seorang gadis yang tengah duduk disamping Issei dengan nada mengejek. Gadis berambut merah yang memerintah Issei untuk membuat kesalahan besar.

Issei memandang wajah cantik Rias tanpa ada keinginan untuk menjawab, ia memandang Rias datar."aww,, apakah kau sudah menyerah untuk mendapatkan ku?" Tanya Rias dengan senyum menggoda.

"Aku masih meminta hal yang sama, yaitu kalahkan Naruto-senpai dan aku akan menjadi milikmu sepenuhnya!" Jelas Rias dengan senyum manis berharap sang Issei tergoda. Issei tak bodoh menerima permintaan yang hampir membuatnya terbunuh.

"Cukup Rias!. Jika itu kemauanmu aku tak akan melakukannya!" Jelas Issei dengan nada tegas. "Walaupun aku memang menginginkanmu menjadi salah satu haremku,, tapi aku tak akan menerima permintaan jika itu membuat Naruto-senpai marah!"

"Kau membuat oni-sama marah?" Issei tersentak tak kala ucapan yang kelewat datar terdengar di telinganya. Issei menoleh ke arah sumber suara dan binggo, ia melihat pemuda berambut raven kini tengah berjalan ke arahnya.

"H-hai Sasuke-san!" Ucap Issei terbata karena berbicara dengan putra dari jenderal Kerajaan didepannya. "Aku tak percaya?, Seorang yang membuat oni-sama marah seharusnya tak akan kembali dalam keadaan utuh" jelas Sasuke serius. Semua siswa yang tengah berada di ruangan itu menoleh memandang Sasuke dengan pandangan tertarik, namun tak sedikit pula yang sudah berwajah pucat karena takut

"Dan seingatku hanya satu orang yang dapat menghilangkan kemarahannya!" Ucap ambigu Sasuke, kemudian ia pergi meninggalkan tanda tanya besar di masing-masing kepala siswa yang berada di ruangan itu.

...

UKS

Hilda tengah tertidur pulas di ruang UKS, wajah damai layaknya seorang bayi itu memungkinkan semua pria untuk langsung menerjang sosok Hilda yang tengah tertidur.

Selang beberapa lama, Hilda terbangun, matanya mengerjap pelan. Terakhir yang ia ingat adalah ia berangkat bersama Naruto, dan ia tertidur.

"Kau sudah bangun?" Hilda menoleh ke arah suara yang tiba-tiba berucap dan, Hilda melihat seorang gadis berambut panjang digerai sembari tersenyum menggoda.

"Akeno?" Gumam tak jelas Hilda ketika sosok yang berucap itu sahabatnya, Akeno. "Kau tertidur dipunggung Naruto-kun dan akhirnya kau sampai disini!" Jelas Akeno kepada Hilda yang tengah mengingat kembali kejadian pagi tadi.

Hening sesaat setelah Akeno menjelaskan kejadian pagi tadi, ia menatap ke arah jendela yang terbuka memperlihatkan pemandangan kota yang begitu ramai orang berlalu lalang.

"Bagaimana kemajuanmu dengan Naruto-kun?" Pertanyaan Akeno membuat Hilda terkejut, tidak biasanya ia bertanya tentang dirinya saat ia sedang dekat dengan sosok pria, tapi kenap kali ini ia bertanya?. Jujur, Akeno adalah seorang yang menutup diri dalam hal hubungan maupun berdekatan dengan yang namanya pria, dan juga ia tak pernah tertarik dengan pria semasa hidupnya Ini.

"Yahhh, tidak ada yang istimewa, hanya saja-" Hilda menggantung kalimatnya membuat Akeno menatap lekat ke arah Hilda, "aku rasa ia berbeda dari segi sikap maupun dalam hal ketertarikan!. Saat seorang pria melihatku, hanya tatapan nafsu yang mereka tunjukkan namun Naruto berbeda. Didalam mata birunya aku tak melihat nafsu maupun ketertarikan kepadaku!" Jelas sang Hilda melanjutkan perkataannya.

Akeno memejamkan matanya berpikir, apa ada seorang yang seperti itu?, Maksudku pria yang tidak tertarik dengan Hilda yang notabennya bunga di sekolah sekaligus gadis yang digadang-gadang kecantikannya melebihi ibu dari Asuka senju sekaligus manusia tercantik di kerajaan ini.

"Aku tak percaya dengan semua yang kau katakan Hilda!" Akeno mengutarakan pendapatnya mengenai apa yang Hilda ucapkan. "Jangan lupakan dua tahun lalu saat kau menjalin hubungan dengan si mesum Hyoudo!" Lanjutnya mengingatkan kejadian dimana ia hampir direnggut kesuciannya oleh Hyoudo issei.

Hilda memandang datar ke arah Akeno, ia tak suka jika nama itu disebut didepannya. Setelah kejadian itu Hilda membenci Issei maupun klannya. Jika saja ia mempunyai kekuasaan ia pasti akan membabat habis Issei beserta klannya itu.

"Jangan kau sebut bajingan itu di depanku Akeno!, Walaupun kau seorang Hime-sama tapi aku tak ada urusan jika itu menyangkut Issei!" Hardik Hilda kepada Akeno, Hime-sama?, Hm misteri misteri. Akeno hanya menyeringai saat setelah Hilda berucap.

"Lupakan itu, bagaimana tanggapanmu mengenai Naruto?" Tanya Akeno kepada Hilda, hal itu membuat Hilda menoleh ke arah Akeno. "Kenapa kau tertarik?" Tanyanya dengan nada penasaran.

Akeno menarik nafasnya dalam, ia berjalan ke arah jendela, menatap keluar sembari menikmati desiran angin sepai yang menerpa wajah cantiknya. "Entah kenapa aku merasa bahwa aku mengenalnya!" Dan perkataan Akeno sukses membuat Hilda terkejut. "Maksudmu?", Tanyanya kepada Akeno. Akeno tersenyum menanggapi pertanyaan Hilda, "lupakan itu!" Ucap Akeno kemudian ia keluar dari ruangan itu meninggalkan rasa penasaran yang diterima Hilda.

...

Another where

Terlihat seorang pemuda berambut uban tengah menatap ke seluruh penjuru arah, ia menatap sekolah yang ia gunakan sebagai tempat belajarnya dengan intens. Seringai, ia menyeringai tak kala matanya menemukan sosok pemuda berambut pirang jabrik bermata biru yang tengah duduk di kursi sebuah taman ditemani gadis bersurai biru muda.

"Yoo taichou...aku tak sabar bertemu denganmu lagi!"

Another side

Seorang pria berambut hitam pendek dengan pakaian yang terbilang seksi tengah terlelap di atas sebuah batu dekat dengan air terjun. Ia membuka matanya pelan, sesekali ia tersenyum entah kenapa.

"Yoo taichou...tak lama lagi kita akan berkumpul kembali, dan saat itu akan segera tiba...

.

.

.

.

.

.

Tbc

Yak,, welcome back to Ryuki's home. Yaaakkkk disini adalah ch selanjutnya dari fic prince of magic:seven soldier shins yang merupakan hasil re-make prince of magic.

Setelah saya baca ulang ternyata banyak kesalahan yang terjadi di dalamnya dan ini adalah...TADAAAAA hasil re-makenya.

Gomen karena ficnya gaje dan banyak typo bertebaran. Osh sekian jangan lupa review-nya dan fov, maupun follow karena itu akan sangat berguna bagi kelangsungan fic ini. Jaa ne