Sihir,, siapa yang tak tahu kemampuan menakjubkan dari sebuah kata itu. Memanipulasi elemen,, menciptakan(memunculkan) yang tidak ada,, bahkan dapat menghancurkan apa saja. Kemampuan sihir dimiliki oleh para prajurit dari sebuah kerajaan,, walaupun beberapa orang awam memiliki dan dapat menggunakannya dengan baik. Konoha,, ibu kota dari sebuah negara yang terkenal akan kemampuan sihir yang dimiliki para prajuritnya,, disana tidak ada kata penyihir tak berpotensi karena yang mendidik para calon penyihir muda adalah ketiga Petapa legenda yang konon kekuatannya sama dengan satu datalion penyihir tingkat atas.

Setiap tahun kerajaan Konoha selalu membuka pendaftaran bagi rakyat yang minat dalam dunia sihir walaupun hanya sedikit yang mempunyai keminatan tersebut. Hiruzen Sarutobi,, raja dari Konoha yang memerintah selama kurang lebih dua dekade ini,, seorang raja yang bijaksana dan adil bagi semua orang entah dari kalangan bangsawan atau dari kalangan rakyat jelata. Didampingi oleh penasehat kepercayaannya,, Hiruzen duduk memandang arah kerumunan para remaja yang sudah siap untuk mengikuti ujian masuk ini.

Tempat seperti collesium kini menjadi tempat test itu berlangsung,, semua calon magician berkumpul mengenakan pakaian ala penyihir lainnya, walaupun ada sedikit yang mengenakan pakaian mencolok sih.

Sang raja yang sedari tadi duduk di singgasana tak jauh dari kumpulan itu perlahan berdiri,, kaki tuanya melangkah ke arah para calon magician muda disana. Entah kenapa tahun ini berbeda dari tahun tahun sebelumnya dimana tahun ini banyak sekali calon magician yang mendaftar ke sekolah.

"Ehm" sang raja berdehem meminta perhatian dan para calon magician pun menoleh ke arah sang raja. "Hari ini test akan segera dimu-"

"TUNGGU!" teriakan cempreng dari seseorang yang berlari dari arah pintu collesium itu menghentikan ucapan raja. Sang raja menoleh ke arah suara itu,, ia kenal suara itu. Sosok pria berambut pirang memakai kaca mata kotak yang tidak terlalu besar itu berlari ke arah sang raja,, terlihat ia memakai baju putih dengan motif lidah api biru di seluruh ujung bagiannya,, gambar berbentuk pusaran air di bagian belakang tepat ditengah punggungnya disertai sebuah pedang karatan yang bertengger manis di pinggang kirinya.

Sosok itu berhenti didepan sang raja dengan nafas terengah-engah kelelahan. "Jadi?" Ucap sang raja bertanya kepada sosok itu tanpa menoleh ke arah sosok pirang dibelakangnya.

"Maaf aku terlambat,, tadi ada gadis yang kelewat manis yang mencoba membunuhku" jawab sosok itu santai namun diberi tatapan tajam dari semua calon magician yang tengah berkumpul. Mereka berbisik bisik tak jelas entah itu menghujat kelakuan sosok pirang yang kelewat berani berkata dengan nada tak sopan kepada sang raja.

Sang raja hanya menghela nafas lelah mendengar bisik bisik dari para calon magician yang tak enak didengar itu. "Baiklah,, bisakah kau perkenalkan dirimu Naruto?" Kata sang raja melirik ke arah Naruto dengan ekor matanya. Sosok yang ternyata bernama Naruto itu mengangguk dan perlahan melangkah mensejajarkan badannya di samping sang raja.

"Oke,, namaku Naruto,, hanya Naruto. Aku adalah magician yang menempati kelas dark magic tingkat dua dengan kata lain aku adalah senpai kalian. Semua perkataanku adalah mutlak tak bisa di ganggu gugat" ucap Naruto memperkenalkan dirinya. Para calon magician disana mengerutkan keningnya bingung dengan orang yang tidak diketahui asal usulnya itu.

"Bagaimana kalau ada yang tidak menuruti perkataanmu?" Seseorang berambut coklat mengangkat tangannya dan bertanya kepada Naruto. Naruto hanya tersenyum mendengar pertanyaan dari calon juniornya itu.

Naruto memegang dagunya sembari manggut manggut gaje

"Mungkin kau akan tertusuk oleh pedang dibawah dagu mu itu" jawabnya santai sembari menunjuk ke arah dagu orang yang bertanya dan sontak semuanya terkejut bukan main karena perkataan Naruto memang benar adanya. Padahal mereka tidak melihat lingkaran sihir yang tercipta tapi entah bagaimana bisa pedang itu tercipta.

"Sejak kapan?" Spontan pertanyaan dari sosok yang hampir mengalami 'kematian' itu disambut gelak tawa dari Naruto dan para guru lainnya. Entah apa yang lucu namun itu membuat para calon magician disana kebingungan sendiri.

"Apakah kalian baru menyadarinya?" Bukan jawaban yang mereka dapat,, melainkan pertanyaan yang dilontarkan dari Naruto. "Sejak kalian masuk ke collesium ini" lanjutnya tenang menghilangkan tawanya berbeda dengan calon magician didepannya yang masih memutar keras otaknya

"Collesium ini dipenuhi energi magic yang kental,, Konon yang membuat collesium ini yang memasangnya" lanjut Naruto menjawab kebingungan para calon magician di depannya.

Berpikir kritis,, semuanya hanya dapat terdiam mencerna apa yang diutarakan pria yang notabene senpai mereka ini.

"Magic maker" selang beberapa lama seseorang berkata dengan ambigu. Sosok pria berambut seperti buah nanas disertai wajah yang seakan mengatakan 'mendokusai' mengeluarkan apa yang dipikirkannya sejak tadi.

Nara Shikamaru,, putra dari bangsawan Nara Shikaku yang terkenal akan sihir bayangan mereka dilengkapi dengan otak yang ber-IQ tinggi. Bahkan kepintarannya diakui oleh Danzo yang notabennya adalah penasihat kerajaan masa kini. Walaupun semua yang berasal dari clan Nara mempunyai kecerdasan yang begitu tinggi namun berbeda dengan Shikamaru yang mungkin hampir menyaingi ayahnya dalam hal berpikir.

"Hohoho,, kita lihat siapa yang berbicara. Anak dari rusa pemalas disana eh?" Tanya Naruto dengan nada menyindir sembari menunjuk seseorang yang mirip dengan Shikamaru,, namun yang membedakan adalah sosok itu terlihat lebih tua dan mempunyai bekas luka di bagian wajahnya. Sedangkan yang ditunjuk hanya menguap lebar sembari memasang wajah 'terserah-apa-katamu' kepada Naruto.

"Ck,, mendokusai" jawab sosok itu malas.

Hening

"Hoy,, kapan kita mulai ujiannya kuning" setelah beberapa saat keheningan melanda,, gadis berambut pirang panjang berucap dengan nada kesal.

Naruto hanya tersenyum mendengar ucapan 'lembut' gadis itu,, namun senyum itu tak bertahan lama saat setelah Naruto menoleh ke arah sang raja dan di balas anggukan oleh sang raja.

Kini bukan lagi senyum yang terpatri di wajah Naruto,, melainkan wajah datar nan dingin disertai hawa hitam pekat yang menguar dari seluruh tubuhnya. Entah kenapa para calon magician itu bergidik ngeri melihat senpai mereka yang mengubah kepribadian 180° itu.

Mata biru yang tadinya seindah laut kini berubah menjadi sayu, beku. "Siapa yang akan maju pertama. Test ini akan aku uji langsung,, barang siapa yang bertahan lebih dari satu menit ia akan langsung masuk ke kelas dua. Namun siapa yang kalah kurang dari sepuluh detik ia akan di uji ulang. Dan untuk ujian yang ke dua mungkin akan lebih menyakitkan dari ujian pertama ini" ucapan Naruto disambut tegukan ludah para calon siswa disana. Entah kenapa kini sifat Naruto berubah sepenuhnya.

Tap tap tap

Seseorang berambut hitam bermodel pantat ayam melangkah santai disertai pandangan yang tak kalah datar. Ia memandang Naruto sembari menaruh kedua tangannya disaku celana. Naruto menatap siapa sosok yang melangkah ke arahnya ,, wajah yang tak asing bagi nya.

"Jadi?,, Kau yang pertama kali maju eh?" Kata Naruto menyeringai senang. Entah kenapa ia senang ketika melihat siapa yang maju itu. "Hm" hanya gumaman ambigu yang terdengar dari sosok pria itu.

"Aish,, dingin layaknya Uchiha lainnya eh?,, Oy paman Fugaku, apakah semua anakmu itu memang berwajah datar seperti ini?" Ucap kesal Naruto menatap kearah seseorang yang berdiri tegap di samping sosok Shikaku di belakang sang raja.

Fugaku Uchiha,, jendral perang kepercayaan sang raja sekaligus sebagai ketua dari divisi keamanan kerajaan Konoha.

Ingin rasanya Fugaku mengumpat karena sifat Naruto yang berubah ubah namun ia harus mempertahankan wajah Uchiha nya agar harga dirinya tidak turun. terkadang sifat Naruto tegas, konyol, dingin cuek dan lainnya,, sebenarnya ia tak masalah dengan sifat tak pasti Naruto namun yang menjadi masalahnya perubahan sifat nya yang tak kenal tempat dan waktu itu yang membuat seorang Fugaku kesal.

Sekedar informasi,, Naruto dan para Uchiha lainnya mempunyai hubungan yang cukup baik mengingat Naruto sudah tinggal di mansion Uchiha saat ia berumur lima tahun. Sebelumnya Naruto dirawat oleh sang raja sendiri,, entah apa sebabnya sang raja merawat seorang yatim-piatu seperti Naruto namun setelah Naruto berusia lima tahun ia memilih untuk ikut bersama jendral perang terpercaya itu.

Naruto disana mendapat banyak sekali pengalaman mulai dari pengalaman dalam bertarung dan pengendalian dalam hal sihir maupun emosi,, yah walaupun emosinya jika dilihat orang lain tidak seimbang sih.

Sang raja hanya menggeleng pelan melihat perubahan sifat dari Naruto itu. "Naru-chan,, bisakah kau serius dalam masalah ini?" Oke,, sekarang Fugaku sudah tak dapat mempertahankan wajah Uchiha nya bahkan seorang Danzo kini sudah terkikik geli. Ucapan yang tak seharusnya dilontarkan seorang raja kini keluar begitu saja dari mulut sang raja. Semua orang juga dalam keadaan yang sama dimana mereka harus menahan tawa mereka karena ucapan sang raja.

Naruto hanya menghela nafas lelah mendengar perkataan yang kelewat absur dari sang raja itu. "Haaah,, baiklah kita lanjutkan tes kita yang tertunda" tempat itu kini dilanda keheningan setelah Naruto mengucapkan kata katanya.

"Setelah dipikir pikir lagi mungkin kita tak akan mengadakan tes masuk" ucapan Naruto membuat semua calon magician disana bingung. "Karena ini akan memakan waktu yang lama jadi-"

"Selamat datang di magic school academi"

... ...

Para calon magician yang tadinya berada di collesium kini sudah berada di aula academi tempat kebiasaan para siswa berkumpul. Selang beberapa lama terlihat seorang gadis berambut raven berwajah datar keluar dari dalam sekolah memandang satu persatu calon siswa didepannya.

"Selamat datang di magic school academi,, namaku Uchiha Satsuki,, dari namaku pasti kalian sudah mengetahui perihal diriku jadi cukup untuk perkenalannya" ucap gadis bernama Satsuki datar nan dingin menambah kesan cantik(menurut para pria) yang berada disana.

Uchiha Satsuki,, Putri Uchiha Fugaku sekaligus kakak kandung dari Sasuke Uchiha. Ia merupakan penerus klan Uchiha selanjutnya. Sebenarnya yang patut menjadi heires adalah kakaknya namun berhubung kakaknya di kandidat-kandidat menjadi penasihat raja selanjutnya ia tidak dapat mengambil haknya itu.

"Tidak banyak yang dapat aku bicarakan mengingat tugasku yang masih menumpuk diruanganku,, jadi langsung ke intinya saja. Kalian akan dibagi menjadi beberapa kelompok yang akan ditempatkan dimana asrama kalian. Kami sudah membaginya dan kalian bisa melihatnya di dinding pengumuman. Untuk yang keberatan bisa menemui ku secara pribadi di ruangan ku atau kalian bisa menemui rubah yang tadi menyambut kalian di collesium" ucap Satsuki dan kemudian berlalu.

Para siswa baru kini berbondong bondong menuju ke arah dinding pengumuman. Setelah mereka membaca kertas yang menginformasikan dimana mereka ditempatkan,, mereka pergi ke asrama masing masing.

Satsuki side

Di Sebuah ruangan luas dengan interior yang bisa dibilang mewah kini sosok gadis yang tak lain adalah Satsuki sedang duduk santai sembari membaca buku yang ada di mejanya. Di ruangan itu pula terlihat beberapa gadis lainnya yang sedang sibuk dengan buku mereka masing masing.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu membuat para gadis yang berada di ruangan itu menghentikan aktifitasnya dan menoleh ke arah pintu tak jauh dari tempat mereka. Pintu terbuka memperlihatkan seorang pria berambut pirang jabrik dengan pipi dihiasi tiga guratan layaknya kumis kucing melangkahkan kakinya masuk.

Satsuki hanya menghela nafas melihat siapa yang datang,, entah kenapa ia merasa hari ini adalah hari yang paling sial menurutnya. "Apa yang membuatmu berada disini Uzumaki-san" ucapan formal dari gadis Uchiha itu membuat sosok yang dipanggil Uzumaki menyipit kan matanya.

Sosok itu kemudian menghela nafas lelah mendengar ucapan formal dari gadis Uchiha didepannya. "Hanya mengunjungi gadis merepotkan dan bisakah kau tidak memanggilku menggunakan marga itu?,, " ucapan ambigu yang entah diutarakan kepada siapa itu membuat wajah para gadis disana memerah menahan amarah. Tentu saja karena mereka merasa jika mereka juga seorang gadis.

"Apa-apaan ucapanmu itu Uzumaki?" Ucap gadis berambut pink berdada err rata,, tingginya hanya sebatas pundak Naruto yang entah sejak kapan sudah berada di depan Naruto. Naruto menunduk memandang wajah gadis itu sembari tersenyum manis,, sang gadis terpaku melihat betapa indahnya mutiara biru yang dimiliki seorang Naruto tanpa kaca mata. Jujur saja ini kali pertama ia melihat sosok Naruto yang menurutnya aneh, cerobah, konyol itu tanpa mengenakan kaca mata yang selalu Naruto bawa.

"Oh ayolah Sakura,, lama kelamaan sifatmu akan seperti gadis berkaca mata berkepala tomat disana tau" balas Naruto sembari menunjuk gadis yang berada di samping Satsuki,, sang gadis hanya menatap Naruto dengan tatapan tajam tertutup kaca mata merah tanpa mau berkomentar apa apa. Lamunan gadis itu buyar ketika Naruto berucap.

Menggeleng kepalanya pelan,, Sakura lalu melangkah menjauh disertai rona merah yang menempel jelas di kedua pipinya. Naruto hanya menatap bingung ke arah Sakura yang melangkah kembali ke tempat duduknya dengan wajah yang merona. Ia mengangkat bahu tak peduli kemudian melangkah ke arah meja Sasuke yang masih memandang nya datar.

"Jadi?" Ucap Satsuki to the point. Naruto hanya menghela nafas panjang,, ia melemparkan sebuah stopmap berwarna jingga ke arah Satsuki. "Jika kau menyetujuinya datanglah kepadaku" entah sejak kapan nada suara yang digunakan Naruto Berubah menjadi datar dibumbui keseriusan yang melekat di wajah tampannya. jujur Satsuki dan semua gadis yang berada disini lebih suka sifat Naruto yang menurut mereka konyol dan pembuat onar sebab mereka seperti berhadapan dengan orang asing ketika Naruto bersikap seperti ini. Walaupun mereka sering mendapati sifat Naruto yang seperti ini tapi entah kenapa ada rasa canggung di antara mereka.

"Haaaah,, baiklah aku mungkin membutuhkan waktu untuk berpikir" kata Satsuki pasrah sembari menghela nafas lelah. Naruto hanya memandang datar ke arah Satsuki,, sedangkan Satsuki yang dipandang hanya memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Oke,, maaf mengganggu waktu kalian. Jaa ne" ucap Naruto kemudian melangkah pergi menuju pintu keluar.

Sepeninggalan Naruto ruangan itu mendadak dilanda keheningan,, hanya diam yang menghampiri. "Ano,, apa aku boleh bertanya kaichou" ucap tiba tiba seorang gadis berambut cokelat sebahu memakai seragam sekolah berwarna merah muda yang berbeda dengan yang lainnya. Jika seragam sosok itu merah muda maka sebaliknya dengan Satsuki dan lainnya yang mengenakan seragam berwarna hitam.

"Tanyakan saja Anzu!"

Anzu Uzuki,, seorang gadis dari rakyat jelata yang beruntung karena mempunyai kapasitas mana yang tergolong lumayan besar untuk seukuran rakyat biasa. Walau hanya seorang jelata namun ia mempunyai pemikiran layaknya seorang bangsawan maka dari itulah ia dapat menjadi anggota dewan siswa yang hanya terdiri dari para bangsawan ini.

"Aku penasaran dengan siapa itu Naruto. Ia seorang pengguna sihir type dark namun ia tak pernah sekalipun menunjukkannya. Dan juga kenapa para Uchiha dan kebanyakan pengawal maupun jendral kerajaan seperti begitu mengenalnya?" Tanya Anzu serius sembari memandang kaichou nya itu.

Satsuki diam mendengar pertanyaan yang sulit untuk ia jawab keluar begitu saja dari mulut seorang Anzu didepannya. Jujur ia tidak tahu menahu siapa itu Naruto dan dari mana ia berasal. Ia hanya tahu sejak Naruto berumur lima tahun ia sudah berada di mansion Uchiha dengan ayahnya yang menjadi walinya.

"Entahlah,, sebenarnya aku tak tahu menahu tentang Naruto. Yang aku tahu sedari kecil ia sudah berada di mansion ku,, tapi ia pergi dari mansion saat usianya sebelas tahun dan kembali lagi saat usianya lima belas tahun. dan untuk kekuatan aku pun tak mengetahuinya" jawab Satsuki pelan. Entah kenapa ada kekecewaan yang terlihat dari nada bicara seorang Uchiha yang terkenal akan sifat dingin dan cuek itu..

...

Naruto berjalan penuh ketenangan menyusuri lorong sekolah,, melihat situasi apa ada masalah atau tidak. Matanya menangkap gadis manis berambut pirang sedang termenung di taman sekolah yang saat itu tengah sepi.

Tanpa sadar kaki Naruto melangkah ke arah gadis itu, ia bersiul siul lalu duduk di samping sang gadis. Sang gadis sepertinya tidak mengetahui Naruto yang duduk disampingnya. Buktinya ia masih saja melamun dengan tatapan mata kosong.

Naruto menghela nafas melihat gadis yang tak kunjung menyadari kehadirannya. Ingin rasanya ia menyapa sang gadis namun dilihat situasi yang tak menguntungkan ia mengurungkan niatnya.

Sang gadis masih termenung melamun. Naruto kembali menghela nafas panjang "haaaah, sampai kapan kau akan melamun ditempat ini nona?" Tanya Naruto menyapa sang gadis yang masih termenung. Sang gadis tak kunjung merespon perkataan Naruto.

Dirasa tak ada gunanya,, Naruto pergi dari tempat itu meninggalkan sang gadis yang masih dalam dunianya sendiri. Tanpa disadari Naruto, sang gadis menoleh ke arah Naruto dengan pandangan sulit diartikan.

"Kau masih tidak mengingatku ya?" Gumam sang gadis menatap punggung Naruto yang semakin jauh darinya. "Siapa bilang aku tak mengingatmu alexis?"

Sang gadis harus dibuat terkejut saat seorang pria memeluknya dari arah belakang. "N-naru" gumam sang gadis menyadari suara siapa yang berada di belakangnya.

"T-tapi" ucapan Alexis terhenti ketika tubuh berjalan Naruto melebur menjadi sesuatu yang...gelap.

Naruto tersenyum ke arah sang gadis. Ia melepaskan pelukannya lalu duduk manis di samping Alexis. "Osh osh osh,, imouto ku ini sudah tumbuh besar ya?" Ucap Naruto menepuk pelan punggung sang gadis.

"Naru-"

"Ni-san!" Ucap Naruto memotong ucapan sang gadis.

Alexis diam mendengar perkataan menuntut dari Naruto. "Kau bukan kakak ku!" Ucapnya pelan membuat Naruto menaikkan sebelah alisnya bingung.

"Sejak dulu kau-kau bukanlah kakak ku!. Walau Oka-sama memintaku memanggilmu oni-sama tetap saja kau bukan kakakku!" Ucap Alexis pelan bahkan hampir tak didengar oleh Naruto. Namun jangan kalian pikir Naruto tak mendengar walau samar-samar.

Naruto diam mendengar Alexis berkata. "Osh osh... terserah mu saja lah." Pasrah Naruto menghadapi sikap Alexis yang terbilang keras kepala itu.

Asuka senju atau lebih dikenal dengan nama Alexis senju, putri dari salah satu legenda sanin aka Tsunade senju. Mempunyai penampilan tinggi, berwajah cantik berdada err besar dengan senyum yang selalu terpatri di wajahnya.

Menurut Naruto Alexis itu gadis merepotkan, suka memaksa dan...merepotkan. walaupun sudah sebelas tahu ia tak bertemu sosok Alexis namun ia masih menganggap Alexis sosok seperti itu.

Alexis tersenyum mendengar perkataan pasrah yang keluar dari mulut Naruto. "Naru-"

"Kapan kau diperbolehkan keluar dari istana?" Saat Alexsis ingin berucap,, Naruto memotong terlebih dahulu ucapan Alexis.

"Sejak kau pergi dari istana!" Ucap Alexis cepat dengan senyum yang terpatri di wajah cantiknya. Naruto menaikkan sebelah alis mendengar jawaban gadis yang seharusnya memanggil Naruto'ni-san'

"Hoooo,, jadi kau bukan lagi putri manja yang hanya bisa menangis karena hal sepele eh?" Naruto yakin sekarang Alexis sudah mengumpat keras dalam hati mengingat dulu ia sering seperti itu.

Alexis mendengus kesal mendengar ejekan dari Naruto. "Hufffttt,, apakah sifat jahilmu masih kental seperti dulu?" Naruto terkekeh mendengar pertanyaan aneh dari sosok yang seharusnyaenjadi adiknya.

Naruto mengangkat bahu tanda tak tahu, ia bangkit dari acara duduknya dan ia pun melangkah pergi. "Osh...baiklah berhubungan aku sedang banyak pekerjaan jadi aku akan pergi dulu jaa!"

Cup

Sebelum Naruto melangkah, ia lebih dulu mencium kening sang Alexis menyebabkan sang empu merona merah. "Jaa" ucap Naruto keras di sela larinya.

Alexis diam ditempat tak ingin bergeming. Otaknya masih memproses apa yang baru saja terjadi dengan wajah yang masih terlihat merona. Ia menengadah ke arah langit menatap warna biru seindah mata Naruto.

"Naruto...-kun" ia tersenyum lembut setelah menggumamkan perkataannya. "Tidak buruk" lanjutnya pelan lalu ia melangkah pergi dari tempat itu.

...

Another where

"Seorang gadis bersurai biru memakai baju ala bangsawan sedang berjalan pelan melewati para warga yang berlalu lalang ke sana-kemari. Sesekali sang gadis tersenyum misterius membuat para warga memandang aneh kepada sang gadis namun sang gadis tak menanggapi, malahan ia terus berjalan santai.

"Sekolah kah?,, Sepertinya tak lama lagi kita akan bertemu eh, oni-sama!"

.

.

.

.tbc

Oshhh,, fic baru karya Ryuki yang tertamvan ini akhirnya publish jga:v

Yqk dan fic kali ini juga menceritakan tentang hal magic sama seperti yang sebelumnya. Entah kenapa otak Ryuki merespon cepat jika itu hal-hal yang berbau magic

Ufufufufu,, dan untuk Chara saya ambil dari beberapa anime lain selain Naruto N dxd antara lain Yu-Gi-Oh, seven deadly shine(mungkin), and banyak lagi.

Ok mungkin pertemuan kali ini sampai disini saja mengingat Ryuki ada pekerjaan :v

Sekian jaa ne

Jangan lupa Review-nya ya. Fav B follow juga diharapkan;v