SAKIT?

Park Jimin x Kim Taehyung

Slight! HopeV

By : Hulkjiminie

Rate : M

[!] warning : humu with bottom! V, smut, don't be plagiarism. Dan disini baik taetae atau jimin sama aja nistanya, karena gue suka banget kalo di suruh nistain bias sendiri wkwkw.

.

"ASTAGA PARK JIMIN! INI SUDAH JAM BERAPA KAU MAU BANGUN JAM BERAPA, HAH? DASAR ANAK BABI! BANGUN!" Teriakan seorang wanita paruh baya terdengar di seluruh penjuru kamar seorang pemuda berambut pirang acak-acakan yang sekarang terlihat terbangun malas dari tidur tampannya. Ia menguap malas, lalu menggaruk leher nya pun juga dengan malas-malasan—karena dasarnya pemuda bodoh itu memang pemalas.

"Ibu berisik. Aku sudah bangun." balasnya sambil menguap, dan menguarlah bau-bauan naga yang tak sedap di hirup oleh penciuman manusia itu membuat sang ibu makin murka. "Astaga Park Jimin tutup mulutmu ketika menguap! siapa sih yang mengajari mu jadi jorok begini? mana kamar berantakan lagi!"

Pemuda pemalas yang di panggil Park Jimin hanya memutar mata sipitnya yang setengah terbuka sok dramatis. Ia menatap datar sang ibu yang kini sedang mencomoti pakaian kotor yang bertebaran di bawah ranjangnya. Jimin tak peduli, lalu mencoba berbaring lagi— ahaha dia coba tidur lagi—

"JANGAN COBA-COBA KAU TIDUR LAGI ATAU UANG JAJAN MU KU POTONG!" Teriak sang ibu lagi. Membuat Jimin melotot hiperbolis! Uang jajan di potong? Bisa mati dia!

"Astaga ibu~ aku hanya lelah! Ngantuk—"

"Ngantuk kau bilang? ini sudah jam berapa? Lihat jam di samping mu!"

"Haishhhhh! Sebenarnya kau ini keturunan siapa sih? Malas nya minta ampun?—ASTAGA BEHA SIAPA INI YANG KAU MALING?!" sang ibu melotot frustasi ketika melihat benda keramat nan imut itu ia temukan di kamar anak laki-laki berandalnya ini. Sebuah bra merah muda dengan polkadot hitam di berbagai sisi. Sang ibu nyaris jantungan kalau Jimin yang sama-sama melototnya langsung bergerak merebut benda pusaka itu.

"Apa yang ibu pikirkan! Ini bukan apa-apa!"

Sang ibu mengedutkan pipinya geram. Bukan apa-apa mata nya Jimin itu buta atau terkena kolera? Jelas-jelas itu bra! Benda keramat yang hanya dimiliki wanita. Lalu bagimana bisa anak lelaki nya memilikinya?

"Katakan itu milik siapa? Apa kau pacaran?" pertanyaan iti semakin menyudutkan dirinya. Jimin menggeleng tidak mengiyakan. Jelas! Karena ia tidak punya pacar. Jujur saja benda itu sebenarnya adalah milik Hyuna Noona senior nya di sekolah yang telah ia curi sebulan lalu, ia seksi dan membuat Jimin naksir setengah mati pada dada seksinya dan ia lupa menyimpannya dengan aman.

"I-itu milik Shin Hye Noona—"

"ASTAGA PARK JIMINNNNNNNNNNN! SHIN HYE ITUUUU SEPUPU MU SENDIRI KENAPA KAU MALAH MENCURI BRA MILIK SHIN HYE! KAU DASAR ANAK MESUM! SIAPA YANG MENGAJARI MU HAH?!" teriak Sang ibu dengan nyaring karena kebohongan Jimin. Semua saudaranya adalah laki-laki dan satu-satunya sepupu perempuan yang sudah dewasa yang ia miliki adalah Park Shin Hye, dia adalah perempuan dan sudah bersuami.

Wow hebat sekali Park Jimin, kau mengakui kesalahan dan mengaku telah mencuri bra Shinhye? Dasar, tolol!

"Aduh ibu! Jangan pukul dong!" pemuda itu merengek secara tak elit. Tubuh penuh ototnya di pukuli sang ibu dengan bantal. Tak sakit memang, tapi sekarang pertanyaanya kenapa Jimin malah memekik layaknya wanita?

"Mandi sana! Sekarang ibu paham, kau pasti habis onani kan semalam! Mandi dan bersihkan dirimu! Dan sekali lagi ibu menemukan benda-benda macam itu lagi, ibu pastikan akan ibu bakar semua novel dan komik porno mu! Jangan kau pikir ibu tidak tahu, ya!"

BLAM!

Pintu di tutup dengan keras. Si pemuda berambut pirang mengusak wajahnya kasar.

Sungguh cara membangunkan pangeran tampan yang sangat elit.

Elit gundul mu!

.

.

.

Pemuda berambut pirang berantakan itu terlihat frustasi ketika mendapati bus yang biasa mengantarnya ke sekolah sudah berlalu sekitar lima menit lalu. Ia mengacak rambutnya yang sudah berantakan membuatnya makin berandalan. Kesal, pemuda ber-name-tag Park Jimin itu pun duduk di bangku halte untuk menunggu bis selanjutnya. Memasang headset dan menympali telinganya memainkan lagu rock kesukaannya Nirvana - Smells Like Teens Spirit kencang-kencang. Sebodo amat lah, lagipula dari awal dia bangun tadi pun sudah jelas ia akan telat masuk sekolah. Ini sudah ke 14 kalinya dalam sebulan dan Jimin tak tahu apa yang akan si guru konseling tua ubanan itu lakukan padanya nanti jika mengetahui ini semua.

"Bodo amat, bodo amat!" gumamnya. Lagipula ini sudah jam delapan kurang sepuluh menit, mau di apakan lagi? Mau memundurkan jam? Jam nya yang akan mundur waktunya tidak! Dan sekarang Jimin malah meruntuki otaknya yang malah memikirkan suatu hal tidak penting di saat yang genting. Tapi sebenarnya tidak genting juga, toh pada dasarnya Jimin tak peduli.

Jadi sebaiknya ia kemana?

Ting! Sebuah lampu pijar muncul di kepala penuh komik porno nya itu. Dengan cepat ia mencoba menghubungi seseorang yang biasa ia ajak mberandal, Jeon Jungkook.

To : Jungkook

' bro! Lagi dimana? Ayo bolos!'

Begitulah kira-kira isi SMS— yang dikirimkan Jimin untuk teman bodoh sekaligus premannya.

Ting!

'From : Jungkook

'Di sekolah. Lagi di belakang, merokok. Tidak ikut?'

Dengan cepat Jimin mengetik balasan untuk Jungkook.

To : Jungkook

'Gundulmu! Aku ada di halte depan komplek rumahku tolol! Aku belum berangkat'

Send.

Ting!

From : Jungkook

'Tidak usah berangkat. Tunggu aku di markas biasa! Aku ada sesuatu."

Tanpa pikir panjang Jimin menyeringai, haha—ia bisa senang-senang jika Jungkook sudah bilang begitu.

To : Jungkook

'Okay, on ma way.'

Setelahnya tak ada balasan dari Jungkook. Jimin pun menyandarkan punggung nya di sandaran kursi. Lalu menggaruk rambut nya yang agak berantakan itu malas-malasan. Ia masih mengantuk dan malas sekali. Wajahnya benar-benar mirip orang yang tak punya gairah hidup. Kemudian dari headset nya ia bisa mendengarkan lagu Muse - Hysteria. Ia mengetuk-ngetukkan sepatu bututnya ke trotoar menikmati hentakan-hentakan lagu rock kesukaannya itu—

"Christiannn!"

Jimin tanpa sadar menoleh. Ia samar-samar mendengar orang memanggil-manggil nama Christian itu. Tapi Jimin tak peduli, toh namanya bukan Christian—

"Christiannnn!" ia makin nyaring. Jimin mengernyit dan menoleh ke arah samping kiri dan kanannya. Tak ada orang di samping kiri maupun kanannya lalu ia memperhatikan orang yang berlalu lalang disekitarnya tak ada yang merespon lelaki yang tengah berlari ke arahnya—TUNGGU!

SET!

Jimin agaknya menyadari sesuatu.

Itukan lelaki yang itu. Itu, yang itu. Tapi yang mana ya? Jimin memang pelupa, tapi ia kayaknya pernah melihat dia. Tapi dimana?

"CHRISTIANNN!" Lelaki sinting itu mendadak lebih dekat. Dan Jimin mampu menangkap potret wajah lelaki itu lebih jelas—

SIAL! DIA HARUS KABUR!

"CHRISTIAN!"

Jimin pun dengan langkah seribu bangun dari tempat dimana ia duduk dan berlari sekencang mungkin untuk menjauh. Dia kan lelaki pasrah yang kemarin ia lecehkan dan ia curi dompetnya? Ngapain dia mengejarnya seperti itu? Wahh—agaknya Jimin akan di laporkan polisi dengan kasus berlapis jika lelaki itu menangkapnya.

"TAKSI!"

Tangan Jimin langsung melambai ketika melihat taksi dan langsung menyetopnya. Dan saat taksi itu berhenti pemuda itu langsung masuk ke dalam taksi.

"Christiann berhenti!"

Dari kaca mobi Jimin bisa melihatnya. Pemuda yang mengejarnya tadi menjerit frustasi. Jimin pun menghela nafas lega.

Hhh—selamat.

.

.

.

Hoseok melirik Taehyung yang terlihat frustasi. Memandangi ponsel dan melamun bukan sesuatu yang dilakukan orang normal. Dan Taehyung adalah orang normal yang melakukannya.

"Hhh—" Hoseok menghela nafas lelah setelah membaca proposal yang tadi Taehyung berikan padanya.

"..." Taehyung masih tak bergerak. Masih terlihat bodoh karena memandangi ponsel bodohnya.

"Taehyung-ah." panggilnya.

Yang di panggil menoleh sekilas.

"Aku punya kenalan dokter spesialis kejiwaan jika kau mau mengenalnya," ucapnya kalem.

Taehyung masih diam. Matanya masih tak terbaca.

"Kau ingin aku pacaran dengan dokter spesialis kejiwaan?"

"Bukan, bukan itu! Maksud ku kau bisa kesana untuk memperiksakan diri. Kau—"

"Kau mempertanyakan kewarasanku?" selorohnya tanpa mau mendengar ucapan Hoseok selanjutnya.

"Bukan, aku tidak bermaksud begitu. Kau bisa konsultasi, itu maksudku!"

Mata Taehyung memicing. "Kau tak bilang begitu. Lagipula kenapa kau menyuruhku ke dokter sakit jiwa? Bukankah masalah seperti ini aku harus ke psikiater? Apa kau mulai berpikir kalau aku gila?"

"Aku tidak bilang! Tidak ada yang bilang kau gila."

"Kheh! Dengan mengatakan itu secara tidak langsung kau mengataiku gila!"

"Tapi kau memang kelihatan membutuhkannya,—"

"Tapi aku tidak gila!" nada bicara Taehyung meninggi, ia membentak Hoseok.

"Tapi tidak ada orang waras yang tiba-tiba mencekik orang lewat, tidak ada orang waras yang terus menyebut-nyebut nama orang tak dikenal terus menerus, dan tak ada orang waras yang terus-terusan bergantung pada obat tidur dan obat sakit kepala!" kini Hoseok balas dengan nada tak kalah tinggi. Taehyung menggeram kesal,

"Kau tahu apa? Kau tak tahu apa-apa!"

"Justru aku lebih tahu! Maka ikuti kata-kataku!"

Taehyung makin geram dengan Hoseok. Rahangnya makin mengeras akibat emosinya.

"Terima kasih saranmu. Tapi perlu ku tekankan padamu, aku tidak gila!"

Setelah mengatakan itu, pemuda cantik itu langsung berdiri dari kursi nya dan melenggang cuek keluar dari ruangannya tanpa peduli dengan Hoseok yang menggeleng frustasi—

BLAM!

Oh, dan tak lupa dengan bantingan pintu itu juga.

.

.

.

Menjijikkan. Batin pemuda tampan bername tag Jeon Jungkook ketika melihat teman idiotnya tengah tertidur layaknya babi kekenyangan di sofa hitam apartemen kumuhnya . Ya, si Park Jimin memang begitu, setelah makan ayam goreng yang dia pesan ia kekenyangan dan pasti akan berakhir dengan dia tidur layaknya manusia minim dosa. Apalagi pada dasarnya Jimin itu pemalas luar biasa.

"Oi, pemalas! Bangun!"

"Hngg!" kaki pendeknya malah mencoba mensleding kakinya. Dasar bangsat! Umpat Jungkook dalam hati.

"Woi! Park Jimin brengsek! Komik hentai mu di bakar ibumu!—"

"HAHH? MANA!MANAAA?! MANA!?—"

Byurr

"ANJINGG, KAU JEON JUNGKOOK APA YANG KAU LAKUKAN?!" Jimin berteriak murka ketika Jungkook menyiramnya dengan air kotor. Sementara pelaku utama malah menyeringai menjijikkan.

"Salah sendiri. Datang-datang malah enak-enakan makan langsung tidur, kena diabetes baru tahu rasa kau!" ucap Jungkook dengan mudahnya. Sementara Jimin sebagai responnya hanya mengangkat sebelah bibirnya seolah mengatakan 'mana aku peduli'.

"Diabetes itu penyakit orang tua!" balas Jimin kesal.

"Kata siapa? Huh? Otak mu saja yang sempit untuk mengikuti berita masa kini! Makannya punya otak jangan di jejali dengan video porno terus, begitu kan jadinya!?" ejek lelaki yang lebih muda.

"Hey! Mulut mu belum pernah di sleding ya?!" Jimin menunjuk muka Jungkook dengan ekspresi kesal luar biasa. Dan Jungkook malah nyengir garing.

"Memangnya bisa ya? Kaki mu kan pendek! Apalagi kalau kau benar-benar kena diabet karena kebiasaan makan tidur mu hahahah jangan lah! Nanti salah-salah kaki mu lecet terus makin parah kan bisa kena amputasi. Mending kalau kaki, kalau yang luka di leher bisa-bisa lehermu yang di amputasi!"

Buakhhhh!

"ADUHHHH SIALAN PARK JIMIN KEPALAKUUU KENAPA KAU MEMUKULKU DENGAN SEPATUU!"

Kini gantian Jimin yang menyeringai ketika ia berhasil menimpuk kepala Jungkook dengan sepatunya.

"Tanyakan sama mulut lancangmu, idiot!"

"Kau kejam!"

"Ya! Lalu mau apa hah?!"

Jungkook masih terdiam kesal sambil terus-terusan mengelus kepalanya yang nyeri. Karena mau bagaimanapun sol sepatu boots itu keras. Dan Jimin memukulnya dengan itu, bukankah itu sialan?

"Sekarang kita mau apa disini?" tanya Jimin sambil mencomot kerupuk pedas yang sudah agak melempem di toples. Jungkook masih terlihat menjeda kata-katanya agak berpikir—

"Geng Yoongi menantang geng kita, bagaimana menurutmu?"

Kini gantian Jimin yang terdiam sambil mengunyah kerupuk. "Aku tak bisa mengambil keputusan apa-apa, karena Namjoon tetap yang mengambil keputusan disini."

"Dia minta kita menerima tantangan Yoongi."

"Kau serius?"

"Ya.. Jam tiga sore di dekat taman kota. Kita akan tawuran disana."

"Tapi jujur saja aku kali ini tak paham kenapa geng Yoongi menantang geng kita?"

"Tentu saja untuk menentukan geng mana yang paling kuat!"

Jimin terkekeh. "Kekanakan sekali.."

"Kenapa kau malah berkomentar begitu? Kau takut?"

Jimin sedikit tertawa karena ucapan Jungkook barusan. Takut? Hah? Dia pikir Namjoon itu akan jadi apa jika tanpa ada dirinya di geng mereka. Namjoon itu tak bisa apa-apa jika tanpa Jimin.

"Bicara apa kau ini hah? Takut? Aku hanya malas. Geng Yoongi itu kekanakan, ngapain di ladeni. Kayak kurang kerjaan!" balas Jimin malas.

"Kau pikir hanya kau yang malas? Aku juga, bodoh!"

Si pemuda berambut pirang kusut terlihat tak perduli. Ia malah menaikkan kedua kakinya ke atas meja lalu menyilangnya. "Aku tidak ikut lah. Ngapain, sayang sekali kalau wajah mulus ku jadI korbannya."

Jungkook terlihat menatap teman gilanya ini sekilas lalu membuat ekspresi muntah. Jijik sekali saat melihat teman nya ini mulai bernarsis ria.

"Itu sih terserah kau. Aku tidak mau ikut campur kalau Namjoon benar-benar akan menangani mu!"

Jimin menulikan pendengarannya. Ia kembali menutup matanya. Mulai tidur lagi. "Persetan, setan saja kayaknya juga gak mau peduli tuh!"

.

.

.

Ini sudah ketiga kalinya Taehyung menenggak obat sakit kepala. Taehyung sendiri tak mengerti apa yang terjadi pada kepalanya akhir-akhir ini. Ia jadi lebih sering berteman dengan obat sakit kepala dan obat tidur ketimbang berteman dengan manusia. Apa ia sebenarnya terkena penyakit berbahaya seperti kanker otak? Seperti yang beberapa hari lalu ia membaca artikel di internet. Tapi itu sungguh mengerikan sekali jika ia benar-benar terkena kanker! Ia bahkan masih sering berbuat dosa daripada berbuat kebajikan.

"Tuan.." seorang pelayannya terlihat menginterupsi Taehyung yang masih menyentuh gelasnya.

"Permisi, saya mau mengganti seprai Tuan.." ucapnya dengan lembut. Taehyung melirik pelan ke arah seprai bed nya yang terlihat kumal dan kotor karena 'noda' semalam bekas mimpi basahnya dengan Christian bejat sialan bajingan itu. Taehyung menelan ludahnya lalu bangkit dari tempat ia duduk. Membiarkan pelayannya melepasi seprai nya yang kotor itu. Terkadang Taehyung harus menahan malu karena para pelayannya pasti berpikir tidak-tidak dengan dirinya. Mereka pasti berpikir kalau Taehyung itu maniak atau pedophilia haus belaian.

"Cuci yang bersih dan bersihkan kekacauan ini, aku mau kembali ke kantor." ucap Taehyung datar. Dan para pelayannya mengangguk menurut.

Melihatnya Taehyung langsung melenggang cuek keluar dari kamarnya. Ia ingin kembali ke kantor.

.

.

.

Jimin menghembuskan asap rokok yang sedari tadi jadi temannya. Dan sahabat gilanya,— Jungkook terlihat juga sedang merokok sambil memegang tongkat baseball. Seringai terkutuk terpajang di bibir tipisnya membuat Jimin muak.

"Aku ngantuk!" ucap Jimin malas.

Jungkook berdecih. "Masih sempat-sempatnya kau ngantuk di saat kita mau tawuran. Gila ya?!'

Membuang puntung rokoknya yang tinggal setengah, Jimin mengaruk rambut kumalnya malas. "Terserah, aku cuma ingin semua ini selesai, pulang ke rumah dan menghisap rokok ganja yang Namjoon janjikan!"

"Dasar gila!"

Jimin terkekeh lagi.

Tak lama setelah pembicaraan bodoh mereka datanglah para pecundang- pecundang yang kemarin menantang geng Namjoon yang berarti menantang Jimin dan Jungkook.

"Mana ketua mu, huh?" tanya si ketua geng sampah itu.

"Dia ada urusan.." jawab Jimin datar.

"Apa dia takut pada Min Yoongi?" desis pemuda itu lagi.

Jungkook menahan tawa. "Hey, dude. Apa katamu? Takut? Kita tidak pernah takut pada siapapun. Apalagi pada cecunguk seperti dirimu!"

"Lalu mana Namjoon. Aku ingin menghancurkannya, kenapa yang datang kalian—babu nya Namjoon?" tunjuk pemuda putih bernama Min Yoongi,

"Bangsat! Kita bukan babu—"

"Jangan terprovokasi! Atau kita kalah!" Jimin menarik bahu Jungkook yang sudah mulai terbakar emosi karena ucapan Yoongi tadi. Jungkook menatap nyalang ke arah Yoongi yang terlihat menyeringai keji.

"..see? Kau mudah sekali terprovokasi Jeon Jeongguk." kekeh Yoongi. "Sekarang aku mau Namjoon kemari, atau kau dan geng tolol mu yang aku hancurkan!" ia mendesis keji sambil menunjuk para anggota geng Namjoon yang berdiri di belakang Jimin dan Jungkook.

Jimin menyeringai dan meludah meremehkan. "Sudah ku bilang dengan atau tanpa Namjoon aku tidak takut dengan siapapun, termasuk kau!"

"Baiklah, bersiaplah untuk hancur!"

.

.

.

"Sial! Sial! Sial!" Taehyung mengumpat tertahan ketika melihat kaca spionnya yang menampilkan mobil polisi yang tengah gila-gilaan mengejarnya. Ia menancap gas mobilnya terus-menerus. Ia pusing dan sakit kepala dan tak sadar jika spedometer mobilnya sudah menyentuh angka 100 km/jam. Gila, Taehyung lagi-lagi mengumpat.

Ini semua karena sakit kepala bodohnya dan otak bodohnya yang kadang-kadang menjengkelkan itu. Bagaimana bisa ia lupa arah jalan ke kantor dan melawan arah jalan satu arah? Dasar gila, gila, gila. Taehyung mengerang, dan langsung tancap gas ketika lampu merah menyala. Dan lebih gilaya para polisi itu masih mengejarnya.

"Bajingan sialan! Kenapa aku sial sekali sih!" geramnya sambil mencengkeram setir mobilnya.

Wiuw wiuw wiuww!

Dari dalam mobil Alphard-nya Taehyung bisa mendengar jelas sirine mobil para polisi itu terdengar bergaung-gaung dan menyakiti telinga bodohnya—

"BODOHHH!"

Mata Taehyung membola ketika melihat pemandangan pasar tumpah di hadapannya. Entah kenapa sekarang ia terlihat seperti aktor film action daripada seorang CEO sebuah perusahaan ekspor impor terbesar di Korea. Entah skandal macam apakah yang akan pers terbitkan esok ketika melihat dirinya seperti orang bodoh gila-gilaan nyetir di jalan raya tanpa aturan.

"Minggir!" Taehyung berteriak gila di dalam mobilnya. Padahal ia tahu tak akan ada yang mendengarnya.

"AAAAAAAAAAAAA!"

"MOBIL BANGSAT SIALL! ORANG SETRESSS!"

"BAJINGAN DAGANGANKUUU!"

"CENDOLKUUUUUU!"

BRAKKK!

SINGHHH!

Mata Taehyung makin ingin keluar ketika melihat toko pakaian dalam wanita di hadapannya. Sialan!

"Minggir!"

Si penjual pakaian dalam mnjerit histeris sementara sirine polisi di belakangnya masih mengaung-ngaung liar seiring mobilnya yang terus melaju menerjang apapun di hadapannya.

"Bangsat!"

Benda-benda nista seperti beha dan cede bermotif polkadot pink cantik menyakiti matanya. Sialan! Benda itu menghalangi pandangannya.

"Hoi BRENGSEKKK! HENTIKAN MOBIL BODOHMUUUU! ANJINGGGGG!"

"BEDEBAH TERKUTUKKK!"

Taehyung tak peduli. Pokoknya tak peduli. Adrenalinnya terpacu cepat. Mendadak ia sedikit menaikkan ujung bibirnya membentuk sebuah seringai keji yang membuatnya lupa diri.

"Hahahahah! Persetan! Yang penting aku tidak di tilang!" kekehnya tanpa dosa.

Dan lagi-lagi dengan wajah polosnya Taehyung memacu mobilnya dengan kecepatan super. Entah kenapa ia merasa hidup dengan keadaan ini. Memyetir mobil kencang-kencang, memyeringai sampai giginya kering—

"Christian.."

Ia secara tiba-tiba menyebut nama itu. Lalu tersenyum misterius.

"Aku ingin ketemu kau lagi,"

Oh, tidak dia mulai lagi.

Menyeringai lagi.

"Kalau aku tidak ketemu kau lagi, aku akan menabrakkan mobilku ke pohon.."

"Christian. Christian.." Taehyung kembali terbayang mimpi tolol nya semalam. Ia di sentuh oleh lelaki yang ia beri nama Christian itu. Ia tak tahu kenapa ia memanggilnya seprti itu, mumgkin juga karena Taehyung sendiri tak tahu nama asli pemuda itu. Ia pirang, berdagu panjang, punya bisep bagus dan—ohh Taehyung ingin mendesah keras kalau mengingatnya.

'Christian..' gumamnya. Lalu menggeduk-gedukkan kepala nya ke setir mobil keras-keras, karena masih sempat-sempatnya ia memikirkan hal mesum di saat seperti ini.

"Holly Shyyydddd!" Taehyung makin mendesis dosa ketika merasakan nyeri di selakangannya, ternyata dia ereksi.

Dan parahnya ia ereksi di tengah-tengah ia sedang memacu gas mobilnya kuat-kuat—

"BAJINGAN MOBIL SIAPA ITU!"

"MINGGIR OI MINGGIRRRR!"

"SIALANNN! OIII"

"HUWAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!"

SREETTTT

Taehyung mengerem mobilnya mendadak dan berhasil berhenti di antara bocah-bocah SMA berseragam acak-acakan yang saling membawa tongkat baseball dan balok kayu—apa bocah-bocah ini akan tawuran? Ia menarik nafas dan membuangnya tak beraturan, jantungnya berpacu lebih cepat. Taehyung bahkan takut kalau benda itu copot dan keluar dari sarangnya.

"Huh~"

Namun saat ia mengangkat wajahnya Ia langsung menatap bocah-bocah ingusan yang sedang menatapnya dengan wajah sulit diartikan.

"HOI KELUAR KAU TOLOL!"

DUAK! DUAK!

Kaca mobilnya di ketuk keras oleh benda keras. Taehyung melotot, jangan sampai kaca mobilnya pecah. Dasar bocah-boca ingusan!

"KELUAR KAU BEDEBAH! ATAU MOBIL INI AKAN KITA BAKAR!"

Sial! Pakai ngancam lagi! Akhirnya dengan nyali sebesar biji sawi, Taehyung membuka pintu mobilnya pelan-pelan. Dan akhirnya Taehyung sudah berada di luar mobilnya dengan jantung berpacu lebih cepat dari yang ia alami tadi.

"Dasar bedebah! Kau ini bisa bawa mobil tidak?!" desis pemuda pucat kesal.

"Maaf, aku tidak sengaja."

"Tidak sengaja kau bilang? Kau hampir membuat geng ku celaka bodoh!" teriaknya membuat Taehyung menunduk ketakutan. Astaga demi apapun anak di depannya ini hanyalah bocah SMA tapi kenapa Taehyung malah ketakutan begini?

"Tapi—"

"Tidak ada tapi, kita apakan orang ini?"

"KEROYOK SAMPAI MATI!"

"PERKOSA SAJAA!"

Taehyung ingin lari, ia ketakutan dan menggigil sendiri. Ia sudah berkeringat dingin, apalagi tatapan mereka seolah sedang menelanjanginya—

"Kalau kau ku bunuh, mungkin aku akan menyesal karena kau sangat manis.." bisik si pemuda pucat berwajah SWAG. Sementara para gengnya terlihat tertawa dengan ucapan si ketua.

"Pergi kau bocah ingusan!" Taehyung mendorong bahu si bocah pucat menyebalkan itu supaya pergi dari hadapannya.

"Menarik, aku suka uke yang sok dewasa."

"Tidak! Apa yang kau lakukan!" teriak Taehyung ketakutan. Ia makin ketakutan ketika pemuda swag itu kini malah mendekatkan wajahnya ke wajah Taehyung—

"Hey dude, stop. Dia milikku.."

Bahu pemuda swag itu di dorong mundur oleh seseorang. Dan membuatnya menjauh dari Taehyung,

"Hey! Apa yang kau lakukan Park Jimin!" si pemuda swag meraung murka dan menunjuk wajah pemuda yang ia panggil Park Jimin tadi. Sementara yang di panggil Jimin terlihat mengorek telinganya malas.

"Kurang jelas kataku tadi, Min Yoongi? Dia milikku, tuli!" ulang Jimin lebih jelas.

"Aku yang menemukannya duluan!"

"Hah? Hahahah, oh sayang apa kau mengenalnya?" mata Jimin kini menata tepat ke mata Taehyung yang kini sedang menatap dirinya dengan tatapan datar namun penuh puja.

Taehyung menggeleng.

Dan Jimin menyeringai.

"See?" ucap Jimin penuh penekanan. "Dia milikku.."

DORR!

Suara sebuah senapan mengagetkan semua bocah-bocah ingusan yang berada di sana. Mereka menoleh kebelakang dan mendapati rombongan polisi siap untuk menciduk mereka—

"LARIIIIIII!" Yoongi menginterupsi semua orang di sana. Jimin menggenggam jemari Taehyung erat. Mereka semua berlari dan menyisakan Taehyung yang masih loading karena kehadiran Christian-nya. Apalagi ia kini tengah menggengam tangannya.

Sekali lagi. Menggenggam.

Meng-geng-gam.

Oke, itu berlebihan.

"Ikut aku, sayang.." ucap Jimin.

Taehyung menatap Jimin lama. Kedip. Kedip.

"Ayo kita lari atau kita terciduk polisi.."

Polisi?

Oh ia baru ingat dia tadi di kejar polisi.

.

.

.

To be continue

Huahahaha adakah yg mulai sebel dan kzl sama gue? Wkwkwkw maap banget, plot ff ini sungguh menyiksa jika tidak segera gue tulis. Dan awalnya gue mau publish ff gue yang babo tapi yang jadi duluan malah ini. Aduhhh! Dan chapter lalu gue bilang end? Gue cuma ragu aja siapa tau gue jadi buntu dan kesusahan ide jadi cuma buat jaga2 aja sih. Dan disini jm jk jadi bad boy beneran. Mereka beneran brengsek dan mereka bener" cocok jadi partner in crime gitu. Dan mungkin ni ff bakal panjang urusannya. Hhahaha. Udah ah cukup sekian. Ngomong gak pentingnya. Babay~