Tittle: Something Unexpected

Cast: Hwang Minhyun

Support Cast: Wanna One, NU'EST

Summary: Karena ulah dari seorang akgae fans, yang menukar obat alerginya dengan sesuatu, membuat Hwang Minhyun berubah menjadi seorang perempuan

-something unexpected-

Saat ini, Minhyun tengah berada di dalam kamarnya (kamar inap lebih tepatnya) tidak ada hal penting yang ia lakukan. Minhyun hanya berguling kesana-kemari diatas kasur, membuat kasur yang semula rapi, menjadi berantakan tidak karuan.

"Huaaaahhh... Aku bosan," Minhyun mulai merengek (lagi) sepertinya merengek adalah kegiatan baru (favorit) Minhyun kita pemirsa.

Ya... Seusai makan siang tadi, member NU'EST kembali ke kamar masing-masing. Sebenarnya, Minhyun mengajak (lebih tepatnya merengek) pada member NU'EST untuk ke pantai. Tapi ditolak dengan cepat oleh Jonghyun, tadi pagi mereka sudah bermain di pantai, lagipula sekarang matahari sedang terik-teriknya. Jonghyun tidak mau ambil resiko mendengar rengekan Minhyun yang kepanasan, karena terik matahari. Ya... Tentunya tidak semudah itu melarang dan membujuk seorang Hwang Minhyun.

Tentu saja, ada imbalan. dengan janji kalau malam ini, Jonghyun akan menemaninya tidur dikamarnya. Mendengar janji dari Jonghyun, Minhyun langsung tersenyum cerah. Membuat ketiga orang lainnya mendengus malas.

Minhyun mendudukkan tubuhnya, ia meringis melihat keadaan kasurnya yang sudah tidak berbentuk. Ia mengedikkan bahu tak acuh, nanti saja ia bereskan, ia sedang malas berberes saat ini. "Aha!.. Sebaiknya aku ke kamar Minki dan Aaron Oppa saja." Minhyun dengan semangat beranjak dari kasur. Namun, sedetik kemudian ia mengurungkan niatnya, ia baru ingat, kalau Minki dan Aaron sedang pergi. Entah kemana Minhyun tidak mau tau.

"Ah! Ke kamar bugi saja." Minhyun tersenyum girang. Dengan cepat ia melangkahkan kakinya ke luar kamar, menuju kamar Dongho dan Jonghyun.

Minhyun memasuki kamar yang ditempatin oleh Jonghyun dan Dongho dengan perlahan. Ia mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan, mengernyit bingung, saat tidak mendapati Jonghyun disana. Hanya ada Dongho yang tengah bersantai sambil menonton televisi, Minhyun menghampiri Dongho yang sedang duduk diatas kasurnya. Ia mencebil melihat Dongho yang terlalu fokus dengan tayangan di televisi, hingga anak itu tidak menyadari kehadirannya.

"Dongho..." Panggilnya manja sambil menaiki kasur.

"Hem," Dongho hanya menjawab panggilan Minhyun dengan gumaman tak jelas, membuat Minhyun semakin mencebil kesal. Ia mengguncang lengan Dongho dengan brutal, membuat sang empunya berteriak kesal. "YA! APA-APAAN HWANG MINHYUN!" ujarnya kesal.

"Isshh Dongho, diimana Jonghyun? aku lapar." Rengeknya manja.

Dongho menatap tak percaya pada Minhyun, ia menatap Minhyun dari atas kebawah, bawah keatas, membuat Minhyun mengernyit bingung.

"Kenapa kau melihatku seperti itu?" Minhyun berujar bingung.

"Kau ini sekarang perempuan 'kan Hwang..?" Dongho bertanya retoris, Minhyun menganggukkan kepalanya, "Iya, aku sekarang sedang jadi seorang wanita, memang kenapa?"

"Kita bahkan bari makan kurang dari satu jam yang lalu, Hwang. Kau sudah lapar lagi? Kau tidak takut gemuk?"

Minhyun menggelengkan kepalanya, anak itu memeluk lengan Dongho, lalu menyandarkan kepalanya pada bahu lebar Dongho. "Dongho, bahumu nyaman, seperti bahu Daniel," ujarnya sambil menelusupkan wajahnya di bahu Dongho. Dongho sendiri hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah manja Minhyun.

"Dongho, aku masih lapar." Minhyun kembali merengek.

Dongho megkesah panjang, "Aku tidak punya makanan Min, coba cari di tas Jonghyun, biasanya kan anak itu selalu menyediakan makanan untukmu." Ujarnya sambil mengelus pucuk kepala Minhyun, Minhyun sendiri hanya diam menikmati usapan tangan besar Dongho dikepalanya.

"Malas Dongho, ambilkan untukku,"

Dongho menggeram, saat Minhyun terus merengek menyerukan kata lapar. Demi Tuhan! dia malas sekali menghadapi sikap Minhyun yang satu ini. Dia tidak bukan Jonghyun, Daniel, maupun Seongwoo, yang selalu sabar menghadapi tingkah manja Minhyun. "Berhentilah merengek Min, kau mau aku cium?" Dongho mencoba menggertak Minhyun agar anak itu diam, namun tidak berhasil, Minhyun sama sekali tidak mengidahkan ucapannya. Ia masih saja merengek lapar, ditambah lagi satu rengekan ia ingin ke pantai, membuat Dongho pusing seketika.

Dengan emosi yang sudah di ubun-ubun, Dongho mendorong Minhyun hingga jatuh terlentang, sehingga pelukannya pada lengan Dongho terleoas dengan paksa. Dongho mendekatkan tubuhnya kearah Minhyun, membuat anak itu gelagapan. "Do-Dongho, a-apa yang kau lakukan?" Minhyun bertanya gugup.

"Aku sudah menyuruhmu diam Min, kau tidak mau mendengarkanku, kau ini kenapa cerewet sekali sih? Dan lagi... Apa kau tidak takut hanya berdua denganku didalam kamar ini? Kau tau benar aku ini lelaki dewasa Hwang, aku bisa saja berbuat yang macam-macam padamu." Dongho bersmirk, Minhyun membelalakan matanya mendengar ucapan Dongho, Minhyun mengalihkan pandangannya kemana saja agar tidak bertatapan langsung dengan tatapan tajam milik Dongho.

Minhyun nyaris menangis, saat Dongho semakin merapatkan tubuh mereka. Dongho mengarahkan bibirnya menuju bibir Minhyun. Minhyun memejamkan matanya ketakutan, dia tidak pernah melihat Dongho yang seperti ini, apa dia sudah kelewatan? tapi biasanya walaupun marah, Dongho paling-paling akan meneriakinya, tidak sampai seperti ini. Tanpa bisa dicegah, cairan bening itu meluncur dengan bebas dari kedua mata Minhyun yang terpejam.

Dongho mengusap airmata Minhyun dengan lembut, ia nyaris terbahak melihat kondisi Minhyun saat ini. Anak itu memejamkan matanya dengan erat, airmata mengalir deras dari kedua matanya. "Min, berhentilah menangis, bukalah kedua matamu, aku hanya bercanda maafkan aku." Dongho berujar dengan lembut.

Perlahan, Minhyun membuka kedua kelopak matanya. Sontak Minhyun menangis sesegukan, saat melihat tatapan lembut yang ditunjukan Dongho untuknya.

"Hey, hey... Min, kenapa menangis? Aku hanya bercanda maafkan aku." Dongho mengelus pipi Minhyun.

Minhyun menelusupkan wajahnya di dada Dongho, ia memeluk Dongho dengan erat, "Dongho, jangan seperti itu lagi... Aku takut." berujar serak karena efek habis menangis.

"Maafkan aku, aku hanya pusing mendengarkan rengekanmu. Dan juga... Aku memperingatkanmu Min, kau sekarang seorang wanita, jangan terlalu nemplok sana-sini dengan laki-laki. Apalagi dengan Jonghyun, Daniel, maupun Seongwoo. Kau tau bukan? Meraka adalah lelaki dewasa, kita tidak tau apa yang ada difikiran mereka saat kau membuat skinship terlalu intim dengan mereka. Aku menghawatirkanmu Min." Dongho menasehati Minhyun dengan lembut, Minhyun itu sensitif, manja, cengeng. Jika berbicara atau menasehatinya harus dengan kata-kata lembut. Jika tidak, anak itu akan murung seharian penuh.

"Dongho.. Maaf," Minhyun mencicit pelan.

"Kenapa minta maaf? Kau tidak salah, hanya saja, kurangi sedikit skinship yang terlalu intim Min. Kami ini lelaki dewasa, kami bukan para maknae-line Wanna One yang masih polos. Yang biasa saja jika kau peluk. Dan juga, kurangi memakai pakaian yang terlalu terbuka seperti ini"

Minhyun semakin merapatkan tubuhnya pada Dongho, dia memeluk Dongho dengan erat, dan mengalungkan tangannya pada leher Dongho. Jika sedang dinasehati Dongho, Minhyun merasa sedang dinasehati seorang kakak. Walaupun ia, Dongho, Jonghyun, dan Minki lahir di tahun yang sama, tapi Dongho dan Jonghyun lebih dewasa darinya dan Minki. Minhyun suka saat Dongho memberitakukan sesuatu dengan sangat lembut, seperti sekarang.

"Tsk... Aku barusan bilang apa Min?" Dongho mencoba melepaskan pelukan Minhyun pada lehernya.

Minhyun mengerang tak peduli, "Eungghhh... Dongho diamlah, aku ingin memelukmu, anggap saja pelukan adik ke kakaknya," ujarnya semakin mengeratkan pelukannya pada leher Dongho. Dongho pasrah saja saat dirinya dijadikan guling oleh Minhyun, "Tsk... Kau ini memang benar-benar ya," Ujarnya sambil mengusak rambut Minhyun dengan gemas.

ooo

Dorm Wanna One

Semenjak pertengkarannya dengan Jisung tadi pagi, Daniel dan Jisung menjadi perang dingin. Tidak ada kata yang terucap dari mereka berdua. Daniel juga tidak berniat sama sekali untuk meminta maaf kepada Jisung, membuat member tertua Wanna One tersebut kesal bukan main, dan yang lebih parahnya lagi kekesalan tersebut berimbas pada member lain. Tanpa terkecuali, termasuk Sungwoon.

Daniel sendiri saat ini sedang tidak ada di dorm, ia sedang shooting CF sedari siang. Setidaknya semua member Wanna One (minus Minhyun dan Ong) merasa sedikit lega, karena dengan tidak adanya Daniel di dorm, bisa mengurangi kadar perang dingin mereka berdua.

"Ya! Jihoon!, Woojin!, Guanlin! Bereskan stick games kalian! Atau aku akan membakarnya, sekalian psp nya juga!" Jisung berteriak saat melihat keadaan ruang tengah dorm Wanna One yang berantakan, karena nama-nama yang disebutkan barusan, melenggang begitu saja setelah bosan bermain games.

Ketiga orang yang diteriaki dengan cepat keluar dari kamar mereka, mereka buru-buru merapikan ruang tengah serapi mungkin, agar tidak disemprot kembali oleh leader mereka.

Jisung menatap bengis pada Tinga maknae-line dihadapannya. Ia memijit-mijit pangkal hidungnya, berharap bisa mengurangi rasa pusing yang tiba-tiba menyerangnya.

"Jisung hyung, hyung maafkan kami, kami janji tidak akan seperti itu lagi," Jihoon berujar sambil menunndukkan kepalanya, ia merasa bersalah saat melihat wajah lelah Jisung barusan. Ia tau, hyung tertua mereka itu sedang banyak pikiran, seharusnya ia meringankan beban Jisung, bukan malah membuatnya terus marah-marah.

Jisung mengangkat tangannya kedepan, "Tidak ini bukan salah kalian, maafkan aku yang terus memarahi kalian sejak siang, tak seharusnya aku melampiaskan kekesalanku pada kalian." Ujarnya tak enak.

"Tidak hyung, kami tau hyung sedang banyak pikiran, tengan Minhyun noona, belum lagi tentang Daniel hyung. Aku tau, Daniel hyung menyukai -ah, tidak! Lebih tepatnya mencintai- Minhyun noona 'kan, hyung,?" Ujar Guanlin menatap Jisung serius. Jisung yang ditatap seperti itu hanya bisa mengkesah. Maknae mereka memang terlalu pintar, dan terlalu dewasa.

"Guanlin, apa yang kau ucapkan itu serius?" Jihoon bertanya sanksi.

Guanlin menganggukkan kepalanya, " Ya, itu serius Jihoon hyung, Daniel hyung memang menyukai Minhyun noona." Guanlin meyakinkan Jihoon.

"Tapi... Kau tau darimana?" Woojin bertanya bingung.

"Gampang saja hyung, itu semua terlihat dari perlakuan Daniel hyung yang selalu care terhadap Minhyun noona, Daniel hyung juga selalu menatap Minhyun noona dengan tatapan memuja."

"Benarkah? Tapi-

"Anak-anak, bisakah kita hentikan pembicaraan ini, lebih baik kalian tidur. Manager bilang, besok kita sudah mulai ada jadwal, pihak YMC akan mengeluarkan pernyataan bahwa Minhyun akan istirahat sementara dari jadwal, karena masalah kesehatan." Jisung berujar panjang, ia tersenyum puas saat ketiga maknae itu mengangguk faham, dan mulai berjalan memasuki kamar yang mereka tempati bersama Minhyun dan Jaehwan.

"Tuhan! Kepalaku terasa berdenyut, setiap kali memikirkan masalah-masalah ini. Belum lagi masalah ku dengan Daniel, hahh... Minhyunie, liburan lah dengan baik disana, lupakan sejenak masalah yang menimpamu." setelah berujar demikian, Jisung juga memasuki kamarnya (kamarnya bersama duo OngNiel lebih tepatnya).

oOo

Seperti yang sudah dijanjikan, sore harinya, ke Lima member NU'EST menghabiskan waktu mereka dengan bermain dipantai. Minhyun dan Minki adalah orang yang paling heboh saat mereka menginjakkan kaki di pasir pantai. Ketiga member lainnya hanya bisa menggeleng maklum melihat tingkah lauk maknae line NU'EST itu. Sudah terlalu biasa melihat mereka yang terlalu excited seperti ini.

"Min, jangan terlalu dekat dengan air." Jonghyun memperingati Minhyun yang sedikit lagi akan masuk ke dalam air. Bisa gawat jika anak itu terkena air laut, Jonghyun tidak punya banyak persediaan obat alergi Minhyun.

Minhyun sendiri hanya bisa memberengut saat mendengar larangan dari Jonghyun, "isshh Jjong masa aku tidak boleh bermain air, sih." Minhyun menggerutu sebal.

"Hey! Nona Hwang, kau itu seharusnya tau batasan dirimu, kau lupa? Kau itu punya alergi terhadap yang asin-asin, bahkan keringatmu sendiri saja bisa membuat alergimu kambuh," Minkin berujar- atau lebih tepatnya mengejek Minhyun- karena dia berujar seperti itu sambil bermain air laut. Membuat Minhyun mendengus.

Sebuah ide gila terlintas dibenaknya, membuat Minhyun tersenyum, "Minki, aku ingin ikut masuk ke dalam air." Minhyun berkata semangat, beruntung Minki berada tidak jauh darinya, dan bisa mendengar kata-katanya barusan.

"Tidak Min! Jangan ambil resiko, bisa gawat kalau kulitmu terkena air laut!" Minki memperingatkan.

"Masa bodo Ren, itu urusan nanti, sekarang aku mau ikut kau bermain air!" Dan setelahnya Minhyun benar-benar melakukan apa yang dia katakan, ia benar-benar masuk ke dalam air, membuat Minki menjerit menyuruhnya ke tepi pantai, jeritan Minki menarik perhatian ketiga member lainnya, mereka terlihat kaget melihat Minhyun yang sudah dengan senyum cerahnya masuk bermain di dalam air.

Jonghyun menatap Minhyun dengan datar, ia beranjak meninggalkan area pantai, dan kembali ke resort mereka. Dongho dan Aron hanya diam, merek tau, Jonghyun sedang marah, walaupun anak itu hanya diam.

Tepat sesuai dugaan, alergi Minhyun kambuh sesaat dia masuk kedalam air laut. Padahal, tidak lebih dari Lima menit ia bermain di air. Tapi alerginya dengan cepat menyebar, ditambah lagi, tadi Minhyun memakai celana pendek yang hanya setengah paha dan atasan baju tanpa lengan. Membuat sebagian besar kulitnya bersentuhan langsung dengan air laut.

Sekarang Minhyun tengah berada di kamar yang ditampati oleh Jonghyun dan Dongho. Ia telah mandi dan berganti baju, sudah minum obat juga. Minhyun menolak kembali kekamarnya, karena Jonghyun sudah janji akan menemaninya tidur malam ini. Minhyun menunduk takut saat tatapan matanya tak sengaja bersiborok dengan tatapan tajam milik Jonghyun. Minhyun tau, dia kekanakan, seharusnya ia menurutu kata-kata Jonghyun. Tapi yasudahlah, semuanya sudah terjadi, dia pasrah menerima kemarahan Jonghyun.

Setidaknya, Minhyun bisa sedikit lega Jonghyun tidak akan memukulnya dengan fisik seorang wanita seperti sekarang. Ya... Walaupun dengan fisik laki-laki pun, Jonghyun tidak akan mungkin memukulnya.

"Kau tau? Apa yang kau lakukan tadi itu sangat kekanakan,"

Minhyun semakin menunduk takut, saat mendengar Jonghyun berbicara dengan nada datar, "maaf Jjong," Minhyun mencicit pelan.

"Maaf? Apa kata maaf bisa menyembuhkan alergimu? Apa kata maaf bisa membuat ruam-ruam merah dikulitmu hilang?" Minhyun semakin menunduk takut, Jonghyun sangat jarang, bahkan hampir tidak pernah. Ini pertama kalinya Minhyun melihat Jonghyun semarah ini, Minhyun tau, dia sudah kelewat batas tadi.

"Jonghyun, maafkan aku." Pecah sudah tangis Minhyun, ia mengangkat kepalanya dan menatap Jonghyun dengan linangan air mata, "Aku tau, aku kenakan, aku bodoh, tapi aku mohon maafkan aku" Minhyun terisak.

Kalah, Jonghyun kalah mendengar tangis Minhyun. Ia mendekat kearah Minhyun dan menarik anak itu kedalam pelukannya, Jonghyun mengelus rambut panjang Minhyun, berharap anak itu dapat tenang.

"Ssst... Berhantilah menangis, Min. Kau akan menambah alergimu, aku tidak mau matamu bengkak." Jonghyun menenangkan Minhyun yang menangis sesegukan dipelukannya.

Butuh waktu Tiga puluh menit menenangkan Minhyun yang menangis, Jonghyun merenggangkan pelukannya pada Minhyun saat anak itu mulai tenang. Ia meringis saat melihat kelopak mata Minhyun yang mulai membengkak. "Min, minumlah obat alergimu, ambil di tas ku, aku akan keluar sebentar bersama Dongho. Jangan kemana-mana Min, tidak udah keluar kamar. Minki juga sudah tidur karena kelelahan." Ujarnya sambil mengusap jejak Air mata Minhyun dipipinya.

Minhyun mengangguk mendengar ucapan Jonghyun, ia akan menuruti kata-kata Jonghyun, Minhyun tidak mau lagi melihat Jonghyun marah. Cukup tadi saja, Jonghyun marah ternyata mengerikan.

Setelah berujar demikian, Jonghyun melenggang keluar dari kamar. Minhyun bergegas turun dari kasur, ia melangkah mendekati koper dan tas milik Jonghyun yang tak jauh dari kasur. Minhyun membongkar isi tas Jonghyun, guna mencari obat alergi yang selalu diminumnya.

Minhyun mengernyit, saat melihat sebuat amplop kecil berearna cokelat yang sangat mencurigakan. Amplop tersebut menggembung seperti ada sesuatu didalamnya, Minhyun mengambil amplop tersebut, menimang antara membukanya atau tidak.

Akhirnya Dengan rasa penasaran yang tinggi, Minhyun membuka amplop tersebut, ia mengernyit saat mendapati isinya sebuah surat? Entahlah Minhyun tak yakin, dan sebuat botol kecil, terlihat seperti botol obat alergi miliknya. Minhyun dengan cepat membuka surat yang ada ditangannya, ia membaca kata demi kata dengan seksama, tidak ingin ada yang terlewat.

Tangan Minhyun bergetar, sesaat setelah ia selesai membaca surat tersebut, tidak banyak kata yang tertulis. Namun sukses membuat jantung Minhyun berdetak berkali-lipat. Ia menggeleng tak percaya, berharap ini sebuah kebohongan.

Minhyun dengan cepat membuka botol yang masih ia genggam, ia terdiam menatap isi dari botol tersebut. "Tidak mungkin, ini pasti bohong, Jonghyun tidak mungkin berbuat seperti ini padaku, Jonghyun sangat menyayangiku."Lirih Minhyun.

Perlahan tapi pasti, cairan bening meluncur dengan bebas dari kedua mata Minhyun. Ia menatap tak percaya dua benda yang ada ditangannya. Minhyun berharap ini hanya mimpi. Jonghyun, Jonghyunnya, yang selalu menyayanginya, mengapa tega melakukan ini kepadanya.

"Min, apa kau sudah meminum obatmu?"

Minhyun menegakan tubuhnya dengan cepat saat mendengar suara Jonghyun, ia berbalik menghadap kearah Jonghyun dengan kedua benda yang tadi ia temukan masih berada digenggamannya. Ia semakin terisak saat mendapari ekspresi terkejut Jonghyun, semua sudah terjawab, Jonghyun memang yang melakukan semuanya.

Jonghyun menghampiri Minhyun dengan cepat, ia menggenggam tangan Minhyun yang langsung dihempaskan dengan keras oleh anak itu. "Min, aku bisa jelaskan semuanya."

"Apalagi yang akan kau jelaskan Jjong? Semuanya sudah jelas, atas dasar apa kau melakukan ini Jjong? Kenapa kau mengorbankanku Jjong? Tidak cukupkah dengan posisiku yang sekarang di Wanna One? Kenapa kau melakukan ini, apa salahku Jjong?! Apa kau membenciku sehingga mempertaruhkan aku agar NU'EST bisa meraih kesuksesan?! APA SEBESAR ITU OBSESIMU PADA POPULARITAS JJONG?! JAWAB AKU! APA KAU MEMBENCIKU SEHINGGA KAU MELAKUKAN INI! KAU INGIN AKU KELUAR DARI NU'EST?"

PLAKK

"KIM JONGHYUN!"

BUG

Tepat saat Jonghyun menampar Minhyun, saat itu Juga Dongho, Minki, dan Aron memasuki kamar inap Jonghyun dan Dongho. Mereka khwawatir, saat mendengar pertengkaran Minhyun dan Jonghyun. Jadi mereka memutuskan untuk melihat keadaan 2hyun. Namun apa yang mereka lihat sungguh tidak pantas, Jonghyun yang menampar Minhyun dengan kuat membuat emosi Dongho memuncak, dan berakhir membalas Jonghyun dengan pukulan keras.

Minki bergegas menghampiri Minhyun dan memeluknya. Ia meringis saat melihat Minhyun yang hanya diam dengan pandangan kosong, sepertinya Minhyun terlalu shock mendapat perlakuan seperti itu dari Jonghyun.

"Kim Jonghyun! Aku tidak tau apa masalahmu dan Minhyun, tapi aku benar-benar tidak mengampunimu jika kau memakai kekerasan! Kau tau benar Minhyun sekarang bukan seorang lelaki, dia seorang perempuan, dan aku benci jika seorang lekaki bermain kekerasan pada perempuan" ujar Dongho penuh emosi. Ia menatap benci Jonghyun yang sedang terbaring di lantai kamar akibat pukulannya.

"Dongho, tenangkan dirimu, kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah, kita bicarakan masalah ini baik-baik." Aron menenangkan Dongho yang benar-benar sangat emosi saat ini. Ia berulang kali mengusap punggung Dongho, berharap bisa sedikit mengurangi emosi anak itu.

"Aku ingin pulang," ucapan lirih itu sukses menarik perhatian semua orang yang ada diruangan tersebut.

"Min, tapi ini sudah malam, kita pulang besok, oke." Aron mencoba membujuk Minhyun. Ia mengkesah saat melihat Minhyun menggeleng dengan kuat.

"Aku ingin pulang sekarang juga! Jika kalian tidak mau pulang, aku akan pulang sendiri." ujarnya final, membuat Aron dan Minki gelagapan, berbeda dengan Dongho dan Jonghyun yang hanya diam.

-TBC-

NOTE;

OMG haha... apaan itu diatas nggak ngerti wkwk... satu persatu konfliknya bakal aku keluarin yeorubuh heheu, bukan Minhyun vs Jonghyun aja, tapi vs Ong, sama Daniel juga bakal aku keluarin :D pokoknya aku adil, mereka mesra-mesraannya dapet semua, konfliknya juga harus adil do ya, ye kan wkwk... isi surat yang dibaca Minhyun bakal diungkap di chap depan :)

maaf kalo semakin gaje :v btw aku up ff ini di wattpad juga loh temen-temen :) jangan lupa mampir kesana ya :)

jangan lupa review nya kalo mau di lanjut. jangan cuma baca doang :)

see you next chapter

2018-01-23