My Love

Cast; Kang Daniel, Hwang Minhyun, Bae Jinyoung, Lee Daehwi

Support Cast; Choi Minki, Im Youngmin, Takada Kenta, Kim Sanggyun, Kim Jonghyun, Ha Sungwoon, Ong Seongwoo, Yoon Jisung, Kang Dongho, and others.

Sebelumnya saya mau peringatin, kalo ini FF NielHwang, so yang nggak suka jangan maksain baca, okay :) jadilah pembaca yang cerdas :)

_

Seoul Juni 2017

Seorang anak kecil, yang berusia sekitar kurang lebih lima tahun, tengah mengerucutkan bibirnya tanda dia sedang merajuk. Dia melipat kedua tangannya didepan dada. Bagaimana tidak, di sekolahnya sudah bubar dari lima belas menit yang lalu. Tapi, ibunya belum juga menunjukkan tanda-tanda akan datang. Teman-temannya sudah pulang, dan di jemput oleh Ibu mereka. Tapi dia masih disini, duduk di bangku di depan sekolahnya sendirian. Anak itu duduk sambil mengayunkan kakinya, guna mengusir rasa bosan yang menghinggapinya.

Anak kecil itu memandang sebal, tatkala melihat siluet seseorang yang sudah ditunggunya sejak tadi, sedang berlari menuju kearahnya. Dia adalah Hwang Minhyun, ibu dari Hwang Jinyoung anak kecil yang sedari tadi terus mengerucutkan bibirnya.

"Jinyoungie, maafkan mama sayang ...mama telat menjemputmu, di tempat mama berkerja sedang ramai tadi" Minhyun berujar dengan napas tersenggal.

"Mama lama sekali jemput Jinyoung, teman-teman Jinyoung sudah pulang dari tadi" Bocah yang dipanggil Jinyoung itu berujar dengan nada merajuk. Bibirnya maju lima centi kedepan, jangan lupakan kedua tangannya yang dia silangkan di depan dada, tanda bahwa dia benar-benar kesal.

Minhyun menatap anaknya memelas. Caffe di tempatnya berkerja memang sedang ramai tadi, wajar saja ini sudah memasuki jam makan siang. Pengunjung akan meningkat tiga kali lipat saat jam makan siang, di bandingkan jam biasa. Minhyun menghembuskan napasnya dengan keras. Anaknya harus di beri pengertian sepertinya. Minhyun duduk di samping anaknya, dia mengangkat Jinyoung ke pangkuannya. Minhyun mengusak rambut Jinyoung dengan sayang.

"Jinyoungie, dengar... Maafkan mama yang telat menjemputmu, mama benar-benar tidak bisa meninggalkan pekerjaan mama tadi ...Kasihan paman Youngmin, paman Kenta , dan paman Sanggyun jika mama meninggalkan Caffe, sedangkan mereka sedang kerepotan" Minhyun berhenti sejenak, lalu dia melanjutkan kata-katanya "Jinyoungie anak baik bukan? kalau Jinyoungie anak baik, Youngie tidak boleh merajuk hanya karena mama telat menjemput. Youngie tau kan, mama harus berkerja sayang. Kalau mama tidak berkerja, Jinyoungie tidak akan bisa beli mainan lagi, mama tidak akan bisa membelikan Jinyoung mainan" Minhyun mencoba memberi pengertian pada anak semata wayangnya.

Jinyoung memandang Ibunya dengan mata yang berkaca-kaca. Dia merasa bersalah, karena sudah merajuk hanya karena telat di Jemput. Bocah itu langsung berhambur memeluk Ibunya. Dia menangis sambil menggumamkan kata maaf berulang kali.

Minhyun tersenyum kecil, melihat Jinyoung yang mengangis dipelukannya. Anaknya ini, anak yang cerdas. Jadi tidak susah untuk memberinya pengertian. Minhyun melepaskan pelukan anaknya, lalu mengusap air mata Jinyoung dengan kedua ibu jarinya. Jika sedang menangis seperti ini, anaknya benar-benar menggemaskan. Die menciumi seluruh wajah Jinyoung dengan gemas, yang membuat anak itu tertawa karena geli.

"Mama, Jinyoungie lapar" Jinyoung berujar manja.

Minhyun terkekeh geli, melihat tingkah anaknya ini. Jika hanya berdua dengannya, anaknya ini akan menjadi anak yang manja. Tapi berbeda jika ada orang lain di sekitar mereka. Jinyoung akan jadi anak yang pendiam dan irit bicara, walaupun irit bicara, tapi dia itu seorang anak yang jahil.

"Baiklah sayang, ayo kita pulang mama sudah terlalu lama keluar. Kasihan paman Youngmin, paman Kenta, dan paman Sanggyun, jika mama keluar terlalu lama" Minhyun membantu Jinyoung turun dari bangku yang didudukinya.

"Ayo Mama!" Jinyoung berseru semangat.

Minhyun menggandeng tangan anaknya, mereka berjalan dengan santai, menuju caffe di tempatnya berkerja.

Minhyun menatap Jinyoung dengan lekat. Dia baru sadar anak semata wayangnya sudah sebesar ini. Rasanya baru kemarin dia melahirkan Jinyoung, tapi anaknya sudah besar dan pintar.

Semata wayang? Minhyun hanya bisa tersenyum kecut, jika mendengar semua orang mengatakan Jinyoung anak semata wayangnya. Tapi secara tidak sadar dia juga sering mengatakan Jinyoung anak semata wayangnya. Dia merasa menjadi ibu yang jahat jika mengatakan Jinyoung adalah anak semata wayangnya.

'Sayang, kau pasti sudah besar sekarang. Sama seperti hyung mu, apa kau baik-baik saja? Apa dia... mengurusmu dengan baik? Mama sangat merindukanmu' Minhyun berujar dalam hati.

Butuh waktu sekitar lima belas menit, untuk Minhyun, dan anaknya sampai di Caffe tempat Ia berkerja. Minhyun bergegas masuk kedalam, saat melihat teman-teman patner kerjanya yang sedang kerepotan. Karena, memang di jam seperti ini pengunjung lebih banyak dari pada pagi atau sore hari.

"Sayang, Jinyounie lewat belakang saja yah. Mama harus kembali bekerja. Nanti, akan mama antar makan siang untuk Jinyoungie"

Jinyoung hanya menganggukan kepalanya, lalu masuk lewat pintu belakang. Dia mendudukan dirinya diruangan khusus untuk instirahat para karyawan caffe.

"Oh... Jinyoungie sudah pulang"

Jinyoung menolehkan kepalanya, saat mendengar seseorang memanggil namanya. Ternyata paman Youngmin yang memanggil namanya.

"Ya, paman" Jawabnya Singkat.

"Apa kau sudah makan?" Tanya

"Belum"

Youngmin berdecak kesal, saat mendengar jawaban-jawaban singkat, yang di keluarkan dari mulut mungil keponakannya itu. Anak ini memang sangat irit bicara.

"Ya! Hwang Jinyoung! bisakah kau hilangkan kebiasaan irit bicaramu itu" Youngmin berujar sengit.

"Tidak"

Youngmin mengusap dadannya, guna meredakan emosi yang tiba-tiba muncul. Anak ini memang pelit bicara. Dia menatap Jinyoung dengan sengit.

"Hah... Kau ini, memang selalu menguji iman ku, setauku Minhyun hyungitu orang yang ceria, dan pandai berbicara. Tetapi, kenapa anaknya sangat irit bicara seperti ini, kau sebebarnya meniru gen siapa sih" Youngmin berujar frustrasi.

Jinyoung tak ambil pusing, dengan ocehan pamannya. Dia mengambil air minum dari tas nya, lalu meminumnya dengan santai. Tanpa menghiraukan Youngmin yang terus menceramahinya agar sedikit lebih ramah jika di tanya seseorang.

Minhyun masuk dengan nampan berisikan beberapa macam makanan ditangannya. Dia menghampiri anaknya yang memasang tampan bosan saat diceramahi oleh Youngmin. Minhyun terkekeh geli melihat anaknya yang menatapnya dengan ekspresi memelas.

"Sayang, Mama membawakan makan siangmu. Maaf jika kau harus menunggu lama"

"Tak apa, Ma" Jinyoung tersenyum manis.

"Jika dengan Ibu mu saja kau bersikap manis" Youngmin berujar sarkastik.

Minhyun tersenyum geli, mendengar ucapan Youngmin. Youngmin selalu seperti ini jika berhadapan dengan Jinyoung. "Youngmin, Kau tau bukan bagaimana sikap Jinyoung ?" Ujarnya disela-sela menyuapi Jinyoung.

"Ya, aku tau ...Dia hanya mau bersikap manis pada Mamanya" Youngmin menjawab sekenanya.

"Kau tau... tapi kau masih mempermasalahkan itu"

"Aku hanya bosan melihatnya yang irit bicara Min"

"Itu memang sudah sifatnya sejak lahir Youngmin"

"Baiklah-baiklah, aku mengaku kalah. Kalau begitu aku kedepan saja" Youngmin berlalu meninggalkan Minhyun, dan Jinyoung.

"Mama, Jinyoungie selesai"

Minhyun mengalihkan perhatian pada anaknya. Dia tersenyum melihat semua makanan yang dibawanya telah habis. Jinyounh memang tidak sulit dalam urusan makan. Bisa dibilang anaknya ini mau pemakan segala :D

"Sayang, kau disini saja okey jangan kemana-mana. Mama harus kembali berkerja. Jadilah anak baik" Minhyun berujar sambil membereskan peralatan makan yang di pakai anaknya tadi.

"Iya, Mama" Jinyoung menganggukkan kepalanya.

"Good Boy" Minhyun mengelus rambut Jinyoung dengan sayang.

-MY LOVE-

Seoul Agustus 2012

Disebuah ruangan yang di dominasi oleh warna serba putih. Seorang lelaki cantik, tak sedikitpun mengalihkan pandangannya dari kedua bayi kembar yang berada di dalam babybox. Bayi yang baru beberapa jam yang lalu menghirup udara bebas, bayi yang baru beberapa jam dia lahirkan. Lelaki itu adalah Hwang Minhyun, Bibir tipisnya tak henti menyunggingkan sebuah senyuman. Siapa saja yang melihatnya pasti akan ikut tersenyum, dan ikut merasakan kebahagiaan yang tengah di rasakannya saat ini.

"Selamat datang sayang... Semoga kalian bisa menjadi anak yang membanggakan kelak" Minhyun mencium kedua kening putra kembarnya bergantian.

Ceklek

Minhyun mengalihkan perhatiannya, saat pintu ruangan tempat ia di rawat dibuka oleh seseorang. Dia tersenyum melihat siapa yang datang. Seorang lelaki yang tak kalah cantik dengannya. Yang hanya berbeda beberapa tahun darinya. lelaki yang sudah dia anggap sebagai hyung. Lelaki yang telah menyelamatkan hidup seorang Hwang Minhyun.

"Minhyun, apa kau sudah baikan?" Lelaki itu bertanya setelah meletakkan bingkisan yang dibawahnya di atas nakas.

Lelaki tersebut mendudukkan dirinya di kursi yang berada disamping ranjang Minhyun. Dia tersenyum melihat kedua bayi yang berada di pelukan Minhyun.

"Aku sudah baikan hyung, terima kasih kau selalu membantuku disaat aku susah hyung" Minhyun berujar tulus.

Lelaki tersebut berdecak malas, mendengar kata-kata yang siucapkan Minhyun. Dia menatap sebal pada Minhyun "Ck... Berhenti mengucapkan terima kasih Hwang Minhyun! Kau adikku, sudah sewajarnya aku membantumu"

Minhyun tersenyum, melihat Hyung nya yang menatapnya dengan tatapan sebal. Betapa dia sangat beruntung, bisa kenal dengan lelaki ini. Minhyun berhutang sangat banyak kepadanya. Minhyun berjanji, suatu nanti dia pasti akan membalas kebaikannya.

"Baiklah, aku adalah adikmu" Minhyun berujar singkat.

Lelaki itu tersenyum manis mendengar ucapan Minhyun. Dia beranjak dari duduknya, lalu mendekati Minhyun. Dia menatap kedua keponakannya dengan intens. Dia berdecak kagum, bagaimana Minhyun bisa melahirkan bayi yang tampan dan imut seperti ini. Apa Minhyun setiap hari memakan gula(?) sehingga anaknya bisa tampan dan imut. Kalau begini dia jadi ingin cepat-cepat punya anak juga kan.

"Min, bagaimana bisa kau punya anak dengan paket lengkap seperti ini" Lelaki itu berujar tidak jelas.

Minhyun mengerutkan keningnya, sat mendengar ucapan hyungnya itu. Apa maksudnya dengan paket lengkap? "Apa maksudmu paket lengkap hyung?"

"Tsk kau ini... bagaimana tidak paket lengkap, yang satu sangat imut, dan yang satu sangat tampan. Astaga Min, kau membuatku ingin punya baby"

Minhyun terkekeh geli, mendengar ucapan hyungnya itu "Cepatlah menikah hyung agar kau punya baby"

"Yah! Kau meledekku! Kau bahkan tidak perlu menikah untuk mempunyai baby"

Minhyun seketika terdiam, saat mendengar kata-kata yang dilontarkan lelaki tersebut, ekspresi nya berubah sendu. Dia tersenyum kecut

"Ya, Kau benar Sungwoon hyung. Aku bahkan tidak perlu menikah untuk mempunyai baby. Tapi kau jangan mengikuti ku hyung, cukup aku yang mengalami hal seperti ini" Minhyun mengusap air matanya yang mengalir tanpa diperintah.

Senyum pahit terpatri di bibir tipisnya, kala mengingat kejadian beberapa bulan yang lalu. Andaikan dia bisa memutar waktu, dia akan memperbaiki semuanya. Semua kesalahan yang telah dilakukannya.

Ha Sungwoon gelagapan, saat menyadari ucapannya yang dilontarkannya membuat adiknya kembali mengingat kejadian kelam beberapa bulan yang lalu. Dia merutukki mulutnya yang terkadang berbicara tanpa berpikir.

"Minhyun maaf, hyung tidak bermaksud-

"Aku tau hyung ...aku tau kau tidak bermaksud membuatku mengingat masa itu, tapi... Sekuat apapun aku menyangkal itu memang kenyataannya . Aku melahirkan Si kembar tanpa adanya pernikahan" Minhyun berujar dengan suara bergetar. Dia mendongakkan kepalanya agar air matanya tak jatuh kebawah mengenai Si kembar.

Sungwoon mengambil alih Si kembar ke dalam gendongannya. Dia meletakkan Si kembar ke dalam box bayi yang berada di samping kanan Minhyun.

Sungwoon menatap sendu Minhyun, yang menangis sambil menutup mulutnya dengan tangan yang terbebas dari selang infus. Dia mendekati Minhyun, dan memeluknya dengan erat. Berharap bisa memberikan kekuatan untuk adiknya itu.

"Min ...apa kau menyesal telah mempertahankan Si kembar"

Minhyun reflex melepaskan pelukan erat hyung nya, saat mendengar kata-kata yang di ucapkan hyungnya. Dia menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju "Aku tidak menyesal telah mempertahankan Si kembar hyung. Aku hanya menyesal, mengapa Si kembar harus lahir tanpa seorang ayah" Minhyun berujar dengan air mata yang terus mengalir dari kedua mata teduhnya.

"Kalau begitu, jangan mengingat masa lalu lagi. Jadikan Si kembar sebagai tujuan hidupmu. Lupakan masa lalu, dan hiduplah untuk masa depan"

"Tapi... Aku tidak sanggup bila harus membesarkan Si kembar seorang diri" Minhyun berujar lirih.

Sungwoon mengerutkan keningnya mendengar ucapan Minhyun. Dia menatap Minhyun dengan bingung. "Kau tidak sendiri Min, hyung akan membantumu mengurus dan membesarkan Si kembar"

"Tidak hyung, aku sudah cukup banyak merepotkanmu. Sudah saatnya aku mandiri, aku tidak mau terus-terusan menjadi beban di hidupmu hyung"

"Min, dengar... aku tidak pernah sedikitpun merasa terbebani. Kau sudah ku anggap sebagai adikku... tidak, kau memang adikku sekarang"

"Aku tetap tidak mau, hyung" Minhyun berujar final.

Sungwoon menghembuskan napas lelahnya. Minhyun memang keras kepala. Jika sudah berkeinginan, maka hal itu tidak dapat dibantah. Tinggal selama enam bulan membuat Sungwoon faham akan hal itu.

"Baiklah jika itu kemauanmu aku hanya bisa mendukungmu Min... Jadi, apa yang akan kau lakukan untuk selanjutnya?"

"Aku akan mencari pekerjaan hyung, dan aku akan mencari tempat tinggal sendiri. Bagaimanapun juga aku tidak mungkin selamanya bergantung padamu" Minhyun berujar mantap.

Sungwoong hendak protes, namun diurungkannya saat melihat tatapan memohon Minhyun. "Lalu? kau aka melakukan apa lagi?"

"Aku... aku memutuskan... akan menyerahkan salah satu dari Si kembar kepada Ayahnya ...aku ingin Ayahnya tau, bahwa dirinya memiliki seorang putra. Walaupun yang dia tau hanya salah satu dari Si kembar" Minhyun berujar sendu.

"Hwang Minhyun! Apa kau sadar dengan apa yang kau katakan!" Sungwoon berujar penuh emosi, dia tidak habis pikir dengan jalan pikiran Minhyun.

"Aku sadar hyung... Sangat sadar ...Aku tidak sanggup jika harus mengurus mereka seorang diri. Aku ingin membagi tanggung jawabku pada Ayah si kembar"

"Min, kau bilang, ayah Si kembar bahkan tidak tau dengan mu. Setelah kejadian itu, kau bilang, kau pulang lebih dulu. Dan bukankah kau bilang kau tidak mengenal Ayah Si kembar, begitu pun sebaliknya. Bagaimana bisa kau mempercayakan Salah satu dari si kembar untuk kau titipkan pada ayahnya, pikirkan ini baik-baik Min. Jangan sampai kau menyesal di kemudian hari" Sungwoon berujar penuh emosi.

"Tidak akan... Aku sudah memikirkan ini dari jauh-jauh hari hyung. Inilah yang terbaik, aku ingin, anakku mendapatkan pengakuan dari Ayahnya"

"Terserah padamu... Lakukan apapun yang ingin kau lakukan. Aku tidak akan peduli lagi padamu" Sungwoon berujar sambil melangkahkan kakinya keluar dari ruang rawat Minhyun.

"Maafkan aku hyung, aku sudah memikirkan ini dari dulu, setidaknya, dia harus tau keberadaan anaknya. Walaupun hanya satu" Lirihnya sambil menatap Box bayi kembarnya dengan senduh.

Dia beranjak dari kasurnya menuju box bayi kembarnya, dia mengusap pipi kedua putra nya dengan sayang. Sebenarnya dia tidak mau kehilangan salah satu putranya. Tapi, dia harus melakukannya. Niat awalnya adalah, setelah anaknya lahir dia akan memberikan anaknya kepada Ayahnya. Dan dia ingin melanjutkan hidupnya, dia ingin membuang jauh-jauh masa lalunya.

Namun, Tuhan berkehendak lain. Tuhan memberikan Minhyun bayi kembar, mungkin Tuhan sudah mempunyai takdir yang indah untuknya. Jadi dia memutuskan untuk memberikan salah satu putranya kepada ayah nya. Minhyun memang sudah memikirkan ini dari jauh-jauh hari. Jadi, dia yakin dia tidak akan menyesal ini yang terbaik untuk anaknya.

"Sayang mama harap kau tidak membenci mama jika kau sudah besar nanti" Minhyun berujar lirih.

TBC or END?

Me's Note;

Ini remake dari Ff saya di WP dengan cast SVT jadi... Kalo ada yang pernah baca, ya itu author yang sama :D hayooo mau dilanjut nggak ni? Kalo mau Review nya dong :)