Beby Vee x KazekageLaxy

KAISOO Fanfiction

.

Summary : It's about love. Jangan dengarkan kata mereka. Cukup lihat aku, karena aku akan menyempurnakan dirimu... Kaisoo/GS

.

.

.

.

.

Plakkk~

Lelaki itu memejamkan matanya, menikmati sekali lagi bagaimana gadis didepannya ini menamparnya untuk kesekian kalinya didepan umum. Karna sudah biasa, bahkan rasa malunya sudah terlanjur hilang. Bisikan serta suara bising-bising orang-orang disekitarnya dia abaikan begitu saja. Sekali lagi, dia sudah terbiasa.

Ditolehkannya lagi kepalanya untuk menatap gadis mungil bermata bulat yang kini memandangnya dingin.

"Kyungsoo, dengarkan penjelasanku dulu kali ini."

Gadis bernama Kyungsoo itu mendengus, dia sudah merasa muak dengan kalimat yang terlontar dari lelaki tinggi didepannya.

"Kali ini apa lagi Park Chanyeol?" gadis itu berbicara pelan-pelan seolah mengejek lelaki didepannya.

"Apa kau akan berkata jika dia adalah rekan bisnismu? Teman wanitamu? Atau sekertarismu?" tanya Kyungsoo. Chanyeol sendiri diam, dia enggan menjawab karena Kyungsoo terlihat meremehkannya.

"Ya dia memang teman wanitaku."

"Tsk," Kyungsoo mendecih, diliriknya jalang dibelakang kekasihnya yang memakai pakaian bewarna merah dengan bagaian dada terumbar dengan murah, dan jangan lupakan bibirnya yang terpoles lipstick merah menyala. Cih.

"Benarkah?"

Chanyeol mengangguk. "Ya Kyungsoo percayalah." Yakin Chanyeol.

Kyungsoo merubah mimik wajahnya menjadi bersalah. Gadis itu mendekat kearah Chanyeol lalu mengusap pipi bekas tangannya tadi.

"Sebenarnya aku ingin percaya kepadamu." Kyungsoo memandang Chanyeol lalu menyeringai. "Tapi aku bukan gadis bodoh yang bisa kau bodohi begitu saja dengan mulut manismu. Terlebih ini sudah ketiga kalinya kau bermain dibelakangku. Jadi... mari kita akhiri, aku sudah terlalu muak denganmu."

Kyungsoo membalikkan badannya. Gadis itu pergi meninggalkan kekacauan yang telah dia buat. Bahkan dia hanya melambaikan tangannya saat Chanyeol memanggil-manggilnya. Lelaki tinggi itu juga mengejarnya, sayangnya Kyungsoo sudah terlanjur masuk kedalam mobil sahabatnya.

"Tertangkap basah lagi?" tanya sahabat Kyungsoo sembari mengemudikan mobilnya. Kyungsoo hanya mengangguk dan duduk diam disebelahnya.

"Apa kau patah hati Soo?"

Kyungsoo memutar matanya. "Omong kosong macam apa itu Sehun? Apa kau sedang membuat lelucon denganku?"

Sahabat Kyungsoo yang bernama Sehun itu mengedikkan bahunya acuh.

"Bukankah biasanya seperti itu? Jika seseorang melihat kekasihnya berselingkuh."

Kyungsoo mengangguk. "Ya mungkin orang lain. Tapi yang jelas itu bukan aku. Lagi pula aku bersyukur dengan begitu aku memiliki alasan untuk lepas dari sitiang bodoh itu."

"Wah, lihat siapa yang berbicara?"

Kyungsoo tersenyum kecil mendengar sindiran yang diucapkan oleh Sehun, setelahnya keduanya terdiam, menikamati keheningan yang terjadi diantara keduanya.

Tapi Kyungsoo tersadar ketika dilampu merah Sehun membelokkan mobilnya ke kiri padahal seharusnya mereka ke arah kanan jika ingin pulang.

"Kita mau kemana?"

Sehun tersenyum lebar. "Mencari bunga untuk Luhan Noona~"

Dan Kyungsoo hanya bisa memutar bola matanya malas menanggapi ucapan sahabatnya yang terlihat sangat bahagia, padahal setahunya bunga-bunga malang itu hanya akan berakhir terlempar ke tong sampah.

.

.

.

"Tunggu disini, aku hanya akan mengambil bunga disana."

Kyungsoo mengangguk, memilih menuruti ucapan Sehun yang menyuruhnya untuk berdiri dibagian depan kios bunga sedangkan sahabatnya itu masuk kedalam untuk membeli bunga.

Gadis itu berdiri sembari melihat-lihat bunga yang dipajang diluar, terlihat sangat cantik dan menarik membuat gadis itu tersenyum kecil karenanya.

Kyungsoo terus menyusuri untuk menikmati pemandangan bunga-bunga itu sampai atensinya harus teralihkan dengan seseorang yang tengah duduk dengan keranjang bunga dihadapannya. Matanya terpaku melihat betapa lihainya lelaki itu merangkai bunga-bunganya. Tanpa sadar, Kyungsoo kembali mengikis jaraknya untuk melihat lebih lebih dekat lelaki tersebut. Ketika ia semakin maju kedepan, gadis itu dibuat terkejut dengan suara pot bunga yang tanpa sengaja ia tendang. Gadis itu lantas panik dan saat kembali mengalihkan padangannya kedepan, matanya terkunci pada sepasang obsidian tajam namun memikat itu.

Keduanya memang terbatas dinding kaca sebagai pemisah namun tidak menghalangi keduanya untuk salin bertatapan. Namun fokus Kyungsoo yang menatap obsidian lelaki didepannya harus buyar tatkala sahabatnya itu sudah datang. Is, pengacau.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Sehun ketika mendapati Kyungsoo berdiri sembari melamun di dinding kaca.

Kyungsoo sendiri hanya menggeleng dan kembali mencari pemilik mata tajam tadi namun gadis itu harus berpuas diri ketika melihat siluet lelaki tadi yang berjalan kebelakang. Sedikit kecewa namun... ah sudahlah.

"Ayo pulang." Ucapnya kemudian mendahului Sehun untuk masuk ke mobil lelaki itu. Sedang Sehun sendiri hanya bisa menggaruk kepalanya karena tiba-tiba Kyungsoo berkata ketus kepadanya.

.

.

.

Suasana makan malam keluarga Wu bisa dibilang cukup senyap. Hanya terdengar suara sendok dan garpu yang beradu dengan piring kaca, ke-empat anggota keluarga disana seolah enggan memulai untuk membuka suara. Mereka semua memilih untuk fokus kepada hidangan makan malam mereka, sampai suara si bungsu memecah keheningan itu.

"Aku selesai." Ucap Kyungsoo sembari mendorong piringnya yang telah kosong. Gadis cantik itu sudah hendak beranjak dari sana namun harus terhenti saat si kepala keluarga beruara.

"Ku dengar kau kembali mencoba membatalkan pertunanganmu dengan Chanyeol. Ada apa?"

Kyungsoo menghela nafas, dengan terpaksa kembali duduk dikursinya. Sejujurnya Kyungsoo sudah tau kemana akhir dari percakapan ini karena dia sudah cukup sering berdebat dengan Ayahnya tentang masalah ini.

"Dia selingkuh dan aku tidak mau memiliki calon suami yang bermata kranjang."

Tuan Wu menggeleng, tidak setuju dengan ucapan putrinya. "Kau salah. Dia hanya rekan kerjanya, Chanyeol sudah menjelaskannya kepadaku tadi jadi jangan berlebihan."

Kyungsoo medengus bosan mendengar ucapan Ayahnya. Ia mengerti sekali dengan tabiat calon suaminya itu.

"Jadi dia mengadu lagi kepadamu? Dan aku juga tidak sebodoh itu untuk membedakan mana jalang mana rekan kerja. Jadi mari kita tutup pembicaraan kali ini."

Sekali lagi, Kyungsoo beranjak dari ruang makan yang mulai memanas itu. Dia terlalu muak jika harus berlama-lama disana. Namun ia harus kembali berbalik karena ucapan Ayahnya.

"Ya, tapi kau dan Chanyeol tetap bertunangan. Tidak ada bantahan."

Kyungsoo berbalik, balas menatap Ayahnya dengan tajam. "Apa urusanmu dan apa hakmu mengatur hidupku?"

"Tentu aku berhak karena aku orangtuamu jadi turuti apa mauku Wu Kyungsoo."

Gadis itu menggeram marah dengan ucapan lelaki paruh baya didepannya. "Jangan panggil aku Wu. Sampai kapanpun aku tidak akan menjadi Wu karena namaku Do Kyungsoo bukan Wu Kyungsoo. Dan jangan belagak menjadi orangtuaku jika sebenarnya kau hanyalah Ayah tiriku. Jadi jangan atur hidupku. Permisi."

Gadis itu berbalik. Berjalan dengan langkah besar tanpa mengindahkan umpatan Ayah tirinya tentangnya, bahkan ia pun mengacuhkan panggilan dari ibu kandung serta kakak tirinya.

Kyungsoo sudah terlalu muak dengan keluarganya.

.

.

.

Siang yang terik saat Kyungsoo mengendarai mobilnya meninggalkan perusahaan, helaan nafas kasar keluar dari celah bibirnya yang berbentuk hati, menahan perasaan kesal yang membuncah. Ada beberapa hal yang membuatnya memilih meninggalkan perusahaan lebih cepat, salah satunya adalah karna kehadiran Chanyeol. Ya, lelaki itu memang datang, terus membujuknya dan meyakinkan dirinya bahwa tentang wanita simpanan itu hanyalah sebuah kesalah pahaman belaka, membuat Kyungsoo rasanya muak dan memilih pergi.

Cukup! Dia mulai merasa jengah dengan semua ini.

Kyungsoo meraih ponselnya, mencoba menghubungi sahabatnya, tentu saja Sehun. Dia ingin mengajak lelaki itu bertemu dan menceritakan semua kekesalannya pada lelaki itu.

"SEHUN!" Kyungsoo berseru begitu panggilan diangkat pada dering ketiga, ia yakin Sehun pasti akan mengoceh di sebrang sana karna seruannya yang keras, namun dia tidak peduli.

"Sial! Bisakah kau memberikan sambutan yang baik saat menelfon?" Kesal Sehun dari sebrang sana, sementara Kyungsoo memutar bola matanya malas.

"Kau dimana? Ayo bertemu! Aku membutuhkanmu."

"Tidak bisa!" Jawabnya dengan cepat.

"Tapi kenapa?" Kyungsoo setengah merengek, sementara Sehun hanya berdecak.

"Aku memiliki jam kuliah sebentar lagi, aku sangat sibuk kau tahu!"

"YA! Kau akan kuliah atau kembali mengekori Luhan seperti penguntit hah?"

"A–aku benar-benar kuliah tahu." Kyungsoo mengernyitkan alisnya, tentu saja suara gugup Sehun dari sebrang sana membuatnya tidak percaya. Kuliah apanya, lelaki itu pasti sibuk men –stalker Luhan. Dasar!

"Sudah ya, aku tutup, byeee!"

Sambungan terputus dan Kyungsoo mengerang, melempar ponselnya begitu saja ke kursi samping. Bibirnya terpout kedepan dengan begitu lucu, Sehun menyebalkan, awas saja. Padahalkan ia hanya ingin bertemu. Mobil melambat saat mendekati lampu merah, gadis itu menginjak rem dengan perlahan dan menunggu untuk beberapa saat sampai lampu berganti warna menjadi hijau dan dia membelokkan mobilnya ke arah kiri, arah yang salah jika akan menuju rumahnya. Entah apa yang membuatnya melakukan itu, namun mobilnya kini mencapai ke suatu tempat yang sama saat Sehun membawanya kemarin. Gadis itu turun dari mobilnya setelah memarkirkan kendaraan tersebut. Sejenak dia berdiri ragu didepan kios yang memajang berbagai macam bunga didepannya itu, benaknya bertanya, apa yang dia lakukan disini?

Namun Kyungsoo hanya mengangkat bahu, kemudian mendorong pintu kaca ganda tersebut hingga lonceng kecil diatasnya berbunyi. Ah, siapa tahu juga dia akan bertemu lelaki yang kemarin kan? Jika kemarin dia hanya mengamati dari luar dan dibatasi oleh dinding kaca, maka kali ini gadis itu bisa melihat langsung berbagai macam bunga yang terpajang didalamnya. Ada jenis anggrek putih dan ungu, bunga dahlia dan beberapa bunga mawar yang semerbak wangi dan begitu cantik.

"Selamat datang~" Seseorang muncul dari arah pintu, dia adalah wanita sekitar awal tiga puluhan yang begitu cantik dengan potongan rambut coklat sebahunya.

"Oh, h–hai.." Tidak menemukan lelaki kemarin, entah kenapa Kyungsoo merasa sedikit kecewa.

"Ada yang bisa kubantu? Apa kau membutuhkan buket bunga?" Gadis bermata bulat itu mengerjap, bingung harus menjawab apa. Sejujurnya dia sendiri juga tidak tahu apa yang membuatnya datang kemari, mungkinkah sosok lelaki yang tengah merangkai bunga tempo hari itu alasan keberadaannya disini?

"Um, sebenarnya–"

"Kami menyediakan beberapa bunga untuk dibuat dalam satu buket. Bisa sebagai hadiah untuk teman atau kekasih. Ah, jika mau kau juga bisa melihat pembuatannya langsung agar bisa mengoreksi bagaian mana yang menurutmu kurang."

"Benarkah?" Melihat pembuatannya langsung? Apa itu artinya lelaki kemarin yang akan melakukannya?

"Ya, kau juga bisa menunggu sampai buketnya jadi. Tidak terlalu lama, mungkin hanya dua puluh menit." Seketika, Kyungsoo merasa tertarik dibuatnya.

"Oke, jika begitu aku memesan satu." Wanita itu mengangguk dengan senyuman kemudian mengajak Kyungsoo untuk melihat beberapa bunga segar di atas etalase kayu.

"Pilihlah bunga mana yang kau inginkan." Kyungsoo berfikir, melihat-lihat dengan bingung. Ada banyak macam bunga, dia bukan ahlinya untuk memilih, mungkin berbeda dengan Sehun yang akan langsung tahu bunga mana yang akan cocok diberikan untuk Luhan. Namun karna ia membeli buket bunga hanya untuk iseng, ia memilih dengan asal. Mawar merah dan putih.

"Baiklah. Kau mau melihat proses merangkainya?"

"Ya." Wanita itu lalu mengajak Kyungsoo kesalah satu meja yang ada disudut, meletakkan bunga pilihan Kyungsoo dan mengambil beberapa peralatan sambil berteriak.

"Dongsaeng! Cepat kemari, ada pesanan bunga yang harus kau selesaikan." Dua detik setelah wanita itu berteriak, dari arah pintu muncullah seorang lelaki berkulit kecoklatan yang Kyungsoo lihat kemarin. Tanda sadar senyum gadis itu mengembang. Astaga, bagaimana bisa lelaki ini begitu tampan saat dilihat secara langsung seperti ini? Lihat bentuk tubuh tinggi dan atletis itu. Sial! Meski dia lebih pendek beberapa centi dari Chanyeol, namun Kyungsoo yakin jika badan lelaki itu lebih bagus dari milik Chanyeol. Selain itu, wajah tampannya itu seketika membuatnya mabuk. Sialan! Dia begitu menawan.

Lelaki itu mendongak, menatapnya sejenak sebelum memutuskan pandangan dan duduk tepat dibalik meja berisi bunga pilihan Kyungsoo. Tanpa berkata apapun, jemarinya yang kokoh itu mulai menggunting duri dari tangkai mawar dengan begitu teliti. Kyungsoo mendudukkan diri di sofa yang disediakan tak jauh dari sana, memandang lelaki itu dengan penuh minat.

"Ini teh mu." Obsidian Kyungsoo beralih pada si wanita yang kini sudah meletakkan secangkir teh didepannya. Alisnya mengernyit, kenapa dia mendapat teh? Seolah mengerti arti tatapan Kyungsoo, wanita itu tersenyum dengan manis.

"Kami memang memberikan secangkir teh gratis khusus untuk pelanggan yang menunggu buketnya langsung, seperti dirimu."

"Ah, begitu. terimakasih."

Suara lonceng terdengar dari pintu masuk, itu artinya ada seorang pelanggan. Segera saja wanita itu membawa nampannya dan berniat pergi dari sana, tapi sebelum itu dia memperkenalkan dirinya.

"Ohya, namaku Kim Nayoung dan dia," telunjuknya terarah pada lelaki yang sibuk dengan pekerjaannya tersebut. "dia adalah adikku, Kim Jongin."

Kim Jongin, Kim Jongin.

Kyungsoo melafalkan nama itu didalam hati, memandang lelaki tersebut sambil menyesap tehnya. Ada keinginan tak tertahankan untuk mendekati lelaki itu, seolah ada energy magnet yang lelaki itu keluarkan dan memaksanya untuk mendekat. Akhirnya, Kyungsoo meletakkan cangkir tehnya, tungkainya melangkah perlahan membuat silletonya mengetuk lantai dengan suara ketukan teratur, berdiri sekitar dua meter didepan Kim Jongin. Lelaki itu bergeming, mungkin dengan sengaja menghiraukan kehadirannya. Tangan berototnya bekerja dengan begitu cermat, dia memotong ujung tangkai yang panjang, mengikatnya dengan begitu rapi menggunakan pita sebelum memotong bagian bunga yang dirasanya jelek.

"Kau merangkai dengan baik," Kyungsoo berkomentar, menunggu reaksi Jongin. Namun lelaki itu hanya mendongak sejenak sebelum kembali menunduk tanpa ekspresi apapun. Itupun tanpa menatapnya. Kyungsoo mengerutkan keningnya, sial. Lelaki ini mengabaikannya?

"Sejak kapan kau belajar merangkai seperti ini?"

"…."

Lagi, Kyungsoo hanya mendapati dirinya bicara seorang diri. Itu membuatnya kesal karna baru kali ini dia diabakan oleh seorang lelaki. Dia merasa kesal, namun itu membuatnya tertantang untuk mendekati lelaki ini.

"Kau mengabaikanku dan membiarkan aku bicara sendiri, kejam sekali." Kali ini lelaki itu mendongak, tapi Kyungsoo belum bisa merasa senang karna lelaki itu malah berkata,

"Apa kau ingin menuliskan sebuah surat didalam buketmu?" Alis gadis cantik itu mengernyit, sebelum dia terkekeh kecil dengan cantik. Mengundang kerutan kecil di dahi Jongin.

"Apa kau ingin menuliskan sebuah surat atau tidak?" Jongin mengulangi pertanyaannya dan Kyungsoo mengangguk. Dia mendapatkan sepucuk kertas berwarna dan sebuah bolpoin, sambil melirik kearah Jongin, dia menuliskan beberapa patah kata dikertas tersebut.

"Ini." Kyungsoo mengembalikan kertas surat yang sudah terlipat itu pada Jongin, lelaki itu lalu menyelipkannya di sela-sela bunga dan mulai membungkusnya dengan cantik. Kyungsoo masih memperhatikan dengan penuh minat. Tak beralam lama, Jongin sudah menyelesaikan pekerjaannya.

"Semuanya lima puluh ribu won." Lelaki itu meletakkan bunga pesanan Kyungsoo diatas meja kasir, kemudian berlalu begitu saja setelah memberikan lirikan tajam pada Kyungsoo. Bukannya takut atau kesal, Kyungsoo malah terkekeh dibuatnya.

"Oh, pesananmu sudah selesai?" Nayoung kembali, kemudian berdiri dibelakang meja kasir untuk memberikan struk pembayaran pada Kyungsoo.

"Ya, adikmu membuatnya dengan cepat." Kyungsoo membuka tasnya dan mengeluarkan beberapa lembar won sementara Nayoung tertawa.

"Ya, dia sudah melakukannya sekitar dua tahun lamanya, jadia dia terbiasa dan menjadi ahli."

"Ah, begitu."

"Ini, bunga milikmu." Kyungsoo menerima bunga tersebut beserta kembaliannya sebelum melangkah keluar dari kios itu.

"Terimakasih, datanglah kembali lain waktu."

Gadis bermata bulat itu kini sudah berada di luar kios, membiarkan dua orang remaja berseragam masuk. Dia melihat hasil kerja Jongin dan mengagumi tangan dingin lelaki itu yang membuat rangkaian bunga yang begitu cantik. Sebuket bunga mawar merah dan putih dengan sepucuk surat terselip didalamnya. Kyungsoo menyeringai, lantas memasuki mobilnya dan melaju pergi menuju kesuatu tempat, ke kantor pos.

.

.

.

"Kyungsoo tunggu," Chanyeol melangkah lebar, menahan lengan Kyungsoo yang langsung menepisnya dengan kasar.

"Sebenarnya apa yang kau inginkan?" Gadis bermata bulat itu mendengus, moodnya pagi ini sudah dibuat hancur saja saat Chanyeol datang kerumahnya, duduk dimeja makan dan sarapan bersama keluarganya. Mungkin tidak masalah jika lelaki itu tidak melakukan apapun yang mengganggunya, namun sialnya Ayah tirinya selalu saja memuji-muji Chanyeol dan terus menekannya agar mempercepat pernikahan. Melupakan fakta bahwa lelaki itu baru saja ketahuan selingkuh, seberapapun dia mengelak bahwa wanita tempo lalu hanyalah rekan kerjanya, Kyungsoo tidak akan pernah percaya lagi. Ch, dia fikir siapakah Wu itu hingga menyuruhnya harus menikah dengan Chanyeol? Meski mereka sudah bertunangan, namun Kyungsoo tidak akan pernah sudi menikah dengan lelaki ini. Chanyeol itu lelaki tukang selingkuh. Pertunangan mereka juga karna keterpaksaan, korban simbiolisme bisnis yang kejam.

"Apa kau akan ke kantor? Aku akan mengantarmu."

"Tidak perlu," Kyungsoo hendak pergi namun Chanyeol kembali menahannya, membuatnya merasa sangat marah.

"Biarkan aku yang mengemudikan mobilnya."

"Yeol, kubilang tidak perlu." Namun lelaki tiang itu bersikukuh, dia merebut kunci mobil ditangan Kyungsoo dan menyeretnya menuju Mc-Laren putih dihalaman. Kyungsoo hanya mendengus, mau tak mau dia memasuki mobilnya dan duduk di samping Chanyeol yang sudah menyalakan mesinnya.

"Kau fikir kemana aku akan pergi?" Kyungsoo berucap dengan kesal saat mobil sudah melaju di jalan raya.

"Kau akan ke kantor kan?" Chanyeol berkata dengan begitu percaya diri, membuat Kyungsoo merasa muak. Lihat bagaimana cara lelaki itu tersenyum dengan lebar. Tampan tapi bajingan.

"Bodoh! Maka bertanyalah sebelum kau dengan seenak jidat mensabotase kunci mobilku. Aku tidak akan ke kantor, aku akan ke bandara. Mengerti?"

Chanyeol mengernyitkan alisnya, terkejut tentu saja. Untuk apa Kyungsoo ke bandara? Apakah dia memiliki tamu atau clien?

"Ke bandara? Kau ingin menjemput seseorang, apakah itu tamu atau clien?"

"Bukan urusanmu." Lelaki jangkung itu mendesah, tidak menjawab perkataan ketus tunangannya. Dia lebih memilih untuk mengalah dan melajukan mobilnya menuju bandara, mengira-ngira siapakah yang akan tunangannya jemput di bandara.

Tak butuh waktu lama untuk Chanyeol mencapai bandara, lelaki itu lalu keluar dari mobil, berniat membukakan pintu untuk Kyungsoo namun gadis itu sudah keluar duluan dan berjalan mengacuhkannya. Menghela nafas, lelaki tinggi itu kemudian berjalan mengekor dibelakangnya. Keadaan bandara sangat ramai, Kyungsoo beruntung karna dia datang tepat waktu. Saat pengumuman kedatangan pesawat dari London terdengar, segera gadis itu berjalan semangat menuju ruang tunggu, meninggalkan Chanyeol yang terdiam mematung di tempatnya.

London? Jangan-jangan Kyungsoo menunggu–

"Baekhyun!" Kyungsoo melambai dengan semangat saat seseorang yang dia tunggu akhirnya muncul, menyeret kopernya yang sangat besar. Gadis mungil dengan mata sipit serta rambut coklat sebahunya.

"Kyungsoo!" Dia balas melambai, lalu berlari kecil untuk memeluk sahabatnya yang sangat dia rindukan tersebut. Sudah berapa lama mereka tidak bertemu? Empat tahun? Lima tahun? Sepertinya lima tahun.

"Kyungsoo, aku merindukanmu." Baekhyun melepas pelukannya kemudian mencubit kedua pipi gembil Kyungsoo dengan gemas. "lihat, pipimu bahkan masih sangat bulat."

"YA!" Kyungsoo cemberut, lalu memukul bokong Baekhyun. "lihat, pantatmu juga masih kecil sama seperti dulu."

Kali ini Baekhyun yang mendelik sementara Kyungsoo balas tertawa. Kedua sahabat itu masih melepas rindu mereka, mengabaikan keberadaan Chanyeol yang mematung tak jauh dari mereka.

"Ayo kuantar kau pulang. Ah, sebelumnya akan kukenalkan kau pada seseorang." Kyungsoo lalu mengajak Baekhyun pada Chanyeol.

"Dia adalah Park Chanyeol." Saat mata sipit itu menuju kearah yang Kyungsoo tuju, saat itu juga diameter matanya bertambah, terkejut.

.

.

.

"Jadi, kalian sudah bertunangan?" Baekhyun bertanya dengan pelan, tidak bisa menyembunyikan perasaan terkejutnya. Dia melirik lelaki didepan kemudi dan Kyungsoo disebelahnya dengan begantian. Jadi, dua manusia didepannya ini sudah terikat?

"Begitulah." Kyungsoo menjawab dengan malas, tidak begitu peduli. Dia lalu membalikkan badannya menatap Baekhyun yang terdiam.

"Ada apa Baek?"

"Ah, tidak. Memang kenapa?"

"Kau diam, apa ada sesuatu?" Ekor mata Baekhyun melirik sosok Chanyeol sebelum menggeleng.

"Tidak tidak, mungkin aku hanya lelah." Kyungsoo mengangguk, lalu meminta Chanyeol agar mengantarkan Baekhyun pulang kerumah orang tuanya.

Sementara itu Baekhyun diam-diam menarik nafasnya panjang, cukup terkejut dengan kenyataan yang baru saja dia tahu. Lima tahun meninggalkan Korea, ternyata ada banyak hal yang sudah berubah. Termasuk lelaki didepan kemudi yang diam-diam meliriknya melalui kaca spion diatasnya. Entah apa hubungan keduanya, hanya mereka yang tahu.

.

.

.

Jongin mengernyit begitu petugas pos datang mengantarkan buket bunga yang jelas-jelas dia rangkai siang tadi. Jika tidak salah, bunga ini adalah pesanan si wanita bermata bulat yang banyak bicara tadi, dengan heran lelaki itu lalu membawa buket bunganya memasuki kios setelah sebelumnya menandatangani bukti penerima.

"Bukankah itu bunga pesanan gadis tadi?" Nayoung bertanya dengan heran di balik meja kasir dan Jongin menjawabnya dengan mengangkat bahu.

"Aku juga tidak tahu." Jawabnya. Dia lalu duduk di sofa yang di khususkan untuk pelanggan, berfikir sembari mengamati buket bunga ditangannya. Dia ingat sekali buket bunga ini adalah pesanan gadis bermata bulat tadi, lalu apa maksudnya dengan mengirimkan buket ini kepadanya? Jongin mencoba tidak peduli, namun matanya kemudian melirik pada sepucuk surat yang terselip diantara bunga-bunga mawar tersebut. Jika buket ini tertuju padanya, artinya surat ini demikian? Dengan penasaran lelaki itu kemudian meraih sepucuk surat tersebut dan menemukan sederet kalimat singkat disana.

'Kim Jongin, jangan terlalu acuh dan mengabaikanku. Karna aku, Do Kyungsoo akan mendekatimu mulai saat ini'

.

.

.

.

Tbc.

Yuhuuuuu, thank to reading :) sekarang go chek ke akun ffn nya kazekagelaxy ya buat ff collab kita yang satunya, tingkyuuuu :*