Halo. Udah berapa abad gw gak nulis hahahaha...

Setelah lama gak ngikut Kpop lagi, akhirnya gw punya waktu buat ngintip bentar ke Kpop lagi. Mulai dari PD 101 yang lagi booming di kampus gw, hingga akhirnya gw tertarik nonton Stray Kids. Ada yang ngikutin juga?

YOK AH KALEAN KALEAN YANG SUDAH NONTON EP 5 MARI KITA BAPER BERSAMA ;;;;;;_;;;;;;;

.

.

Stray Kids | Jisung & Minho

bukan yaoi/bxb. mungkin nyerempet bromance?

- happy reading -

.

.

"Jisung-ie… sewaktu evaluasi, aku diminta melakukan rap dan kau menggenggam tanganku. Aku masih mengingatnya. Karena genggaman tanganmu, aku dapat melakukannya dengan baik. Ketika evaluasi kedua, aku tidak mampu melakukannya. Apa mungkin karena kau tidak menggenggam tanganku?"

.

.

-:-

.

.

(1)

"Hyung, mau air?"

Setiap pagi, saat Jisung memasuki ruang latihan, Minho pasti sudah ada disana, tengah menari ataupun sedang tepar karena lelah. Dan Jisung pasti menawarinya air mineral yang sengaja ia beli lebih banyak, meskipun Minho punya air mineralnya sendiri. Satu botol mana cukup untuk kerja keras Minho.

"Ah, terima kasih."

Minho orangnya tidak banyak bicara, tapi Jisung tidak masalah dengan itu. Sembari menunggu member lain datang, Jisung seringkali duduk melihat Minho latihan. Minho sering mengajaknya latihan berdua sambil menunggu yang lain, tapi Jisung menolak halus.

Ia suka melihat Minho menari.

Seakan-akan hyung yang satu ini memang tercipta untuk melakukan gerakan-gerakan rumit. Jisung tidak bisa membayangkan latihan seperti apa yang Minho jalani selama ini, sebab baginya menari itu sangat susah. Jisung lebih memilih menciptakan sebuah lagu ketimbang menghapal suatu koreo.

"Hei,"

Lama melamun, Jisung tak sadar kalau Minho sudah berdiri di hadapannya. Sambil menyeka keringat, Minho meminum air mineral yang Jisung berikan. Terengah-engah, ia menyodorkan tangannya pada Jisung.

"Ayo, latihan bersamaku."

Jisung gelagapan, rasanya ia masih mau bermalas-malasan sebentar lagi. "E-eh? Nanti saja, hyung—"

"Ayolah, temani akuuu… rasanya sepi bergerak sendiri." Ujar Minho sambil nyengir.

"Tapi, hyung…"

"Jisung-ie, tanganku mulai pegal, lho."

Terkekeh, Jisung pun mengalah. "Iya, iya, deh…"

Ia menggenggam tangan Minho yang kemudian menariknya bangkit. Tangan itu licin karena keringat, tapi terasa begitu hangat.

.

.

-:-

.

.

(4)

Di lain waktu, Jisung akan mendapati dirinya tengah dalam perjalanan membeli makanan bersama Minho. Mereka duduk di bus, sengaja mencari tempat paling belakang karena luas, kemudian mengobrol random.

"Kalau nanti kita debut dan terkenal… apa masih bisa naik bus dengan santai begini?"

Minho menaikkan alisnya, "Kalau kebetulan tidak ada penggemar, ya, aman-aman saja menurutku."

Jisung tertawa kecil dan menyenderkan kepalanya di kursi bus, "Aah… aku ingin sekali debut bersembilan."

"Kuharap begitu."

Jawaban tidak yakin dari Minho membuat Jisung menoleh cepat, "Maksud hyung?"

Minho mengusap-usap belakang kepalanya, "Ya… kau tahu sendiri kalau aku cuma bisa menari saja… masih banyak hal yang harus kupelajari, sementara waktunya tidak banyak. Dibanding semuanya, aku lah yang paling lemah."

"Hyung," Jisung menepuk pundak Minho dan meremasnya kuat, merasa amat tidak setuju, "menurutmu Chan-hyung itu orangnya bagaimana?"

Minho menoleh bingung, "Kenapa dengan Chan-hyung?" tapi ia menjawab juga. "Menurutku dia keren sekali. Dia bisa tahu kekurangan seseorang dan bisa membantunya menjadi lebih baik. Selain itu dia bisa melakukan apa saja, meskipun keberuntungannya buruk."

Mereka tertawa.

"Jadi hyung yakin pada Chan-hyung, 'kan? Hyung percaya dia itu hebat, 'kan?"

"Tentu." Minho menjawab mantap.

"Makanya, hyung…" Jisung tersenyum, "Chan-hyung memilihmu atas keinginannya sendiri, loh. Karena hyung itu spesial. Orang hebat seperti Chan-hyung saja mengakuimu. Jadi, jangan pernah ragukan kualitas dirimu, hyung…"

Jisung bisa merasakan bahu Minho yang bergetaran. Entah karena guncangan bus, atau hal lain. Minho tidak mau menatap Jisung, ia hanya menepuk-nepuk lutut Jisung pelan-pelan.

"Kau benar… maafkan hyung, ya, Jisung-ie. Aku akan bekerja keras."

Jisung merasa ada sesuatu yang bergelenyar di perutnya, naik ke dada, kemudian ke pipi, hingga ia merasa matanya mulai panas dan berair. Jisung tertawa lagi lalu mengulurkan tangannya, mengajak Minho melakukan tos.

"Berhenti meminta maaf, hyung ini selalu begitu. Mulai sekarang semua hal akan menjadi lebih sulit, tapi kalau bersama yang lain, rasanya aku bisa melakukan apa saja. Jadi, ayo debut bersama, hyung."

Minho mengangguk, "Ya, ayo debut bersama…"

Ditepuknya telapak tangan Jisung, dan digenggamnya erat-erat. Meski Minho lebih banyak diam, dari genggaman tangan itu, Jisung tahu, hyung-nya memikirkan mereka berdelapan lebih dari yang mereka kira.

.

.

-:-

.

.

(5)

Kemudian, evaluasi kedua datang.

Dan Minho tereleminasi.

.

.

.

.

-:-

.

.

.

.

(2)

Di suatu sore yang tenang, Minho pernah berkata,

"Jisung-ie… kalau nanti kau ada di panggung dan aku menonton, aku akan teriak paling kencang."

Jisung memukul pundak Minho main-main, "Hyung bicara apa? Hyung juga akan ada di panggung, tepat di sebelahku."

.

.

.

.

-:-

.

.

.

.

(3)

Di hari lain, Minho pernah meminta,

"Jisung-ie, bisa tolong genggam tanganku?"

Jisung menoleh, mendapati Minho menjulurkan tangan kanannya dengan semburat merah di pipi. Jisung tertawa kencang.

"Jangan tertawa!"

"Habis hyung lucu, hahahaha…."

Minho baru akan menarik tangannya lagi, tapi Jisung menyambarnya kebih dulu dan menggenggamnya erat.

"Aku akan melakukannya sebanyak yang hyung minta. Serahkan saja padaku, hyung!"

Minho tersenyum lebar, "Kau benar. Kalau bersama, rasanya aku bisa melakukan apa saja."

Jisung cengengesan, "Makanya… ayo debut bersama—"

.

.

-:-

.

.

(5)

Jisung membuka mata.

Hal yang pertama kali ia lihat adalah tembok putih yang tertimpa cahaya matahari pagi. Sekelilingnya hangat. Sayup-sayup ia dapat mendengar Felix tertawa dari dapur, dan suara Chan-hyung beradu mulut dengan Changbin.

Minho-hyung… sudah tidak ada, ya…

Jisung menggerakkan tangannya, menggenggam udara. Minho bilang karena genggaman tangan Jisung, ia bisa melakukan rap dengan baik. Setelah evaluasi pertama, Minho jadi sering meminta genggaman tangan Jisung setiap kali ia merasa gugup. Minho selalu berkata bahwa Jisung telah menyelamatkannya berkali-kali. Minho tidak pernah sadar bahwa sebenarnya, Jisung lah yang lebih membutuhkan genggaman itu.

Jisung terkekeh, diusapnya ujung matanya yang berair.

"Hyung… terima kasih."

.

.

.

.

.

-:-

.

.

.

.

.

(0)

Tempat ini bising.

Teriakan penonton, omongan staf, dan detak jantung yang begitu kencang membuat Jisung kehilangan fokus. Mereka bersembilan, berbaris di atas panggung debut, menunggu dinding di depan mereka terangkat naik agar mereka bisa menyapa penonton sebagai Stray Kids.

Jisung berada di ujung, merasa di sisi kirinya terasa begitu dingin karena tidak ada orang. Namun di sisi kanannya, ada Minho.

"Aku gugup sekali," Jisung dapat mendengar Minho berbisik, "bagaimana kalau rap-ku berantakan?"

Jisung melihat, bagaimana raut wajah Minho terlihat takut dan khawatir. Takut menjadi beban, khawatir akan tanggapan fans. Jisung menjulurkan tangannya, menelusupkan jemarinya diantara jari-jemari milik Minho yang bergetar hebat.

Hangat.

"Hyung…" Minho menoleh, Jisung tersenyum hingga deretan giginya nampak, "semua akan baik-baik saja."

Lampu sorot di belakang Minho membuat Jisung silau. Minho terlihat surreal, nampak mustahil nyata seperti bayang-bayang. Namun meski tidak bisa melihat ekspresi Minho, Jisung dapat merasakan kalau Minho tengah tersenyum padanya.

"Terima kasih, ya, Jisung-ie."

.

-:-

"All the time we believed that the world is in our hand.

We were wrong. Maybe it wasn't.

Cause you're holding my hand now."

NoisyCell – Innocence

-:-

.

A/N

EPISODE 5 KURANG AJAR UDAH SENENG2 MAKAN DAGING EH DIBUAT BAPER SAMA VIDEO-NYA MINHO TTTT_TTTT bagian Chan udah berair ini mata… pas ke Jisung langsung banjir TTTT_TTTT please debut as 9. Please.