"Ikutlah denganku, Sasuke. Aku akan membawamu ke tempat yang menyenangkan."

Alis hitam berkerut. Iris kelam memandang sosok di hadapannya dingin. Itachi, sang kakak, hanya tersenyum menggoda.

Demi Tuhan, itu menjijikkan. Digoda oleh kakakmu yang menyebalkan ditambah kalimat ajakan ambigu, Sasuke heran kenapa ia tak langsung memuntahkan isi perutnya. Oh benar, ia masih menjaga imej tentu saja.

"Aku hampir memuntahkan isi makan siangku di wajahmu saat ini juga."

Nada sarkas tak luput dari pemuda berumur dua puluh empat tahun tersebut. Kilat amarah menusuk meski ekspresi tetap pasif.

Itachi terkekeh. Kemana kotak alat tulisnya? Melemparnya tepat di dahi sang kakak sepertinya ide bagus.

Helaan napas ditahannya. Ingat, ia masih menjaga wibawa. Tak mau si keriput ini bertambah senang. Membuat dirinya kesal sudah menjadi hobi Itachi.

Tangan alabaster merapikan mejanya. Beberapa dokumen masih berantakan.

Ini sudah pukul tujuh malam. Sudah seharusnya ia berhenti bekerja. Niat lembur sudah hilang. Melihat wajah sang kakak membuat suasana hatinya suram.

Lagi pula apa yang dilakukan Itachi disini? Pekerjaan seorang Vice President dari Uchiha.Corp tidaklah luang waktu. Dirinya yang hanya Chief Manager di salah satu cabang saja masih memiliki banyak dokumen yang belum terselesaikan.

"Kau perlu bersantai sejenak, Otouto."

"Kalau kau belum tahu, aku bisa bersantai jika tak ada kau disekitarku, Baka Aniki."

Pemuda berambut hitam panjang itu terkikik geli. Adiknya memang temperamen dengan sarkas yang khas. Hal itu membuatnya tak bosan menggoda Sasuke.

"Oh, ayolah, Sasuke. Kujamin kau akan senang dengan bar yang menjadi tempat langgananku."

Bar?

Tangan putih terhenti membereskan berkas. Reaksi bahwa ia tertarik. Sebelum kembali melakukan pekerjaan yang tertunda.

Seringaian terkembang di bibir sang kakak. Ia hapal kesukaan Sasuke akan minuman beralkhohol. Membuat rileks katanya.

Jika diingat, sudah cukup lama Sasuke tidak pergi minum-minum. Ia terlalu tenggelam pada pekerjaannya. Itachi sedikit memaklumi.

Tapi bekerja terlalu keras juga tidak baik bagi mental. Terkadang perlu bersantai juga, bukan?

"Baiklah."

Sang kakak menyeringai mendengarnya. Senang mendengar jawaban yang ditunggu.

Bangkit dari kursi, Itachi berjalan menuju pintu keluar. Tubuh tinggi semampai berbalik sebelum tangan berhasil menyentuh kenop pintu.

"Kutunggu kau di basement. Pakai mobil dan supirku. Aku tak mau masuk rumah sakit setelah pulang dari bar."

Sasuke mendengus.

"Aku tak mudah mabuk, Baka Aniki."

"Oh, bukan itu yang kukhawatirkan. Aku tahu kau akan menyukai bar ini dan akan ketagihan begitu mencicipi cocktail disana."

Alis hitam menukik naik.

"Jangan berlebihan. Semua cocktail sama saja."

"Tidak dengan yang satu ini."

Tanpa lanjut lagi, pemuda berumur dua puluh delapan tahun itu segera menghilang dari balik pintu. Hening melanda dengan tanda tanya pada sang adik.

Apa yang berbeda? Semua cocktail sama saja, menurutnya. Dengan resep, takaran dan cara pembuatan yang sama. Apa yang membuat bar ini berbeda dibandingkan bar lainnya?

x

x

x

x

x

Naruto disclaimer by Masashi Kishimoto

Warning : Cerita ini dibuat hanya untuk kesenangan belaka dan bukan untuk menjatuhkan karakter Masashi Kishimoto maupun untuk dikomersilkan.

Isi cerita berhubungan dengan konten dewasa. Dimohon bagi pembaca yang belum cukup umur atau dibawah 21 tahun tidak mencoba adegan apapun yang ada di dalam cerita.

x

x

x

x

x

Minuman keras dan merokok tidak baik bagi kesehatan anda. Sayangi tubuhmu.

Mereka pergi ke daerah Roppongi. Wilayah ini memang terkenal banyak bar.

Bukannya Sasuke tak pernah mendatangi beberapa bar disini, tapi semuanya hampir sama.Yang berbeda hanya konsep dan tata ruang saja.

Mobil sedan hitam mewah berhenti di salah satu gedung yang tak terlalu tinggi. Mungkin sekitar tiga lantai. Papan nama bertuliskan "Myoboku Bar" terpampang di depannya dengan lampu yang menerangi.

Sekilas tampak biasa saja. Bahkan tak tampak seperti bar. Karena menuju pintu masuknya saja harus melalui jalan kecil. Tak cukup untuk dilalui kendaraan roda empat.

Sasuke mengerutkan alisnya. Tak yakin dengan bar yang ditunjukkan Itachi.

"Kau yakin disini tempatnya? Tempat ini bahkan tak seperti bar."

Itachi hanya tertawa kecil. Wajar jika adiknya ini ragu. Bar terpelosok begini meski di tengah-tengah Roppongi tentu tak meyakinkan. Ditambah lagi ada beberapa rumah berjajar di depannya.

"Aku tak tahu kini kau menjadi orang yang hanya menilai dari luarnya saja. Aku tak akan membawamu ke tempat yang tak jelas."

Iris hitam memandang skeptis pada sang kakak. Itachi sangat sering membawanya ke tempat yang 'tak jelas'. Menurut versinya.

Kekehan geli terdengar dari mulut pemuda berambut panjang sebahu yang diikat. Dua tangan terangkat.

"Oke, kuakui aku pernah membawamu ke tempat tak jelas. Tapi tidak dengan tempat ini. Kujamin itu. Ayolah, Sasuke. Aku sudah susah payah memesan tempat disini."

Memesan?

Kalimat itu tentu membuatnya bingung. Kenapa untuk ke bar biasa ini saja sampai susah payah begitu? Sasuke tak mengerti.

Satu tangan menarik pundaknya. Membawa tubuh Sasuke yang tak jauh berbeda dengan Itachi untuk masuk ke dalam.

Menapaki tangga kecil, keduanya melangkah. Sekilas Sasuke bisa melihat pintu di sebelah kirinya. Berisi banyak sekali manusia berkumpul di dalam dengan alunan musik pop berhiaskan lampu warna-warni. Bahkan ada juga orang asing.

Apakah ini bar-nya?

Namun mereka kembali menaiki tangga menuju lantai atas. Dibalik pintu coklat berpelitur nan elegan itulah terdapat sebuah bar dengan suasana yang lebih tenang.

Sinar lampu lebih terang dengan alunan musik jazz mengalun. Sofa-sofa merah tersusun rapi dengan meja kecil di tengahnya. Bar Stool hitam panjang tertata dengan kursi-kursi tinggi berjejer. Berbagai macam bentuk dan ukuran minuman beralkohol terpampang rapi di belakangnya.

Ruangan ini tampak lebih luas karena tidak terlalu penuh akan lautan manusia. Berbeda dengan ruangan di bawah.

Meski hampir semua kursi tampak penuh, namun tak seliar ruangan bar sebelumnya. Semua yang ada disini seperti orang-orang berkelas.

Kedua pemuda Uchiha ini duduk di depan Bar Stool. Tampak sang bartender yang tengah membuat minuman, beralkohol tentunya.

Sang bartender hanya seorang diri melayani puluhan pelanggan yang ada dalam ruangan ini. Rambutnya berwarna pirang pendek dengan kulit tan eksotis dibalik kemeja putih dan rompi hitam. Garis wajah nan dewasa dengan tiga goresan di masing-masing pipinya semakin menambah karisma. Bibir tipis tak luput dari senyuman ramah.

Iris hitam Sasuke memperhatikan seksama gerakan si bartender yang lihai membuat cocktail. Caranya mengambil botol minuman dan meraciknya hingga menuangkan ke dalam gelas tampak begitu tenang.

Tak sadar pandangannya terus melekat pada si bartender pirang.

"Master, aku pesan seperti biasa."

Itachi memanggil sang bartender dan memesan. Pria berambut pirang itu hanya tersenyum sesaat sebelum mengambil beberapa alkohol seperti Dark Rum, Brandy, Bourbon Whiskey dan Champagne lalu menuangkannya ke dalam Shot Glass (sloki) sebagai takaran. Ia mencampurkannya serta ditambahkan es batu, lemon dan ceri ke dalam gelas Brandy.

Chatham Artillery Punch. Salah satu cocktail yang diakui sebagai minuman berjenis punch terkuat sepanjang sejarah. Tak heran karena persentase alkohol tinggi dari berbagai jenis minuman keras yang dicampur dalam satu gelas.

Segera sang bartender menyajikannya pada Itachi. Warna jingga menghiasi gelas transparan tersebut. Uchiha sulung itu menyesap dengan nikmat.

Mata terpejam merasakan sensasi alkohol yang mengalir di kerongkongannya. Desahan pelan terdengar dari bibir sang kakak.

"Seperti biasa cocktail buatanmu sangat memuaskan, Master. Kau benar-benar mengerti apa yang disukai pelangganmu."

Tawa kecil nan renyah tertangkap gendang telinga. Suara serak dan berat menyusul kemudian.

"Dan seperti biasa kau sangat pandai memuji, Itachi-kun."

Senyuman bisnis ramah terpampang jelas dari sang Master. Kini Sasuke dapat melihat jelas iris biru yang menghiasi kedua bola mata bartender itu.

Begitu indah membuatnya tak dapat bereaksi apapun ketika kedua mata mereka bertemu. Senyum ramah masih menghiasi wajahnya.

"Kulihat hari ini kau membawa orang lain."

"Ah, ya, ini adikku. Namanya Sasuke."

Sasuke hampir hanyut menyerap pemandangan sosok di depan mata jika saja Itachi tak menyentuh pundaknya. Tentu dengan nada bangga yang sedikit kentara.

Senyuman itu kian berkembang. Namun Sasuke berhasil berkedip dan kembali dari trans.

"Halo, Sasuke-san. Aku adalah pemilik Myoboku Bar ini. Namaku Uzumaki Naruto. Salam kenal."

Jeda sesaat. Ekspresi Sasuke tetap pasif tanpa berubah sedikit pun. Hanya dia dan Tuhan yang mengerti isi pikirannya saat ini.

Mengapa ia dipanggil dengan suffiks '-san' sementara Itachi menggunakan '-kun'? Begitu akrabnya mereka. Ada rasa tak suka menyusup dihatinya.

"Uchiha Sasuke. Salam kenal."

Perkenalan singkat selalu menjadi andalannya. Lebih praktis dan tak perlu berbasa-basi.

Senyuman masih bertengger nyaman pada bibir si pria pirang. Sesekali tangannya membersihkan meja dengan lap tangan.

"Apa kau ingin memesan sesuatu? Beer? Cocktail? Whiskey? Atau mungkin Wine?"

Iris biru menatap lurus pada bola mata hitam si bungsu Uchiha. Wajah tampan berkulit bagai putih porselen itu tetap pasif. Tak berusaha untuk terbuka akan isi hati dan pikirannya.

Satu tangan pemuda itu memangku di atas meja bar. Dagu bertengger elegan pada telapak tangan.

"Bagaimana kalau kau membuatku terkejut, Naruto-san? Aku tidak mudah mabuk. Kakakku bilang kau sangat ahli memuaskan pelanggan. Mungkin kau bisa memberiku minuman yang tak biasa."

Hening melanda. Musik jazz tak sampai pada gendang telinga. Tangan tan yang tadi sibuk pun berhenti. Sebelum akhirnya sebuah seringaian terkembang di bibir sang bartender.

Tantangan yang menarik, pikirnya. Kedua tangan berhenti melakukan aktifitasnya dan memangku santai di atas meja bar yang memisahkan mereka.

Kekehan halus terdengar. Menggema di telinga si Uchiha bungsu. Vibra suara serak itu dengan mudahnya masuk ke setiap pori-pori tubuh Sasuke.

Iris azure setengah terpejam beradu pandang dengan lawan bicaranya. Bulu mata lentik mengedip sesekali. Bibir sang bartender hampir tak pernah lepas dari senyumannya.

"Tantangan yang menarik, Sasuke-san," ucapnya dengan nada lebih rendah dan berat. Ia tampak bergumam sesaat. "Baiklah. Kalau begitu, apa kau takut dengan api?"

Satu alis terangkat. Perlahan ekspresi datar berganti dengan bibir tertarik membentuk seringaian.

"Tidak. Api kecil tak akan membuatku takut. Kau bisa tenang."

Kekehan kembali keluar dari bibir si pirang. Keduanya memiliki satu pikiran.

'Menarik,' pikirnya.

"Tung-Jangan bilang-" suara Itachi terdengar terkejut namun terpotong oleh sang bartender.

"Baiklah. Harap menunggu sebentar, Sasuke-san."

Pria bertubuh tegap namun tampak ramping itu segera mengambil beberapa gelas dengan bentuk yang berbeda.

Ia menaruh gelas cocktail dan sebuah sedotan khusus di depan Sasuke. Mengisinya dengan Sambuca dan Kahlua (Coffee Liqueur) masing-masing satu sloki ke dalamnya. Mengisi hampir setengah gelas.

Diatas bibir gelas ditaruh lempengan besi lalu menaruh gelas Wine terbalik. Kali ini Shot Glass juga ditaruh terbalik.

Naruto kini mencampur masing-masing satu sloki Baileys dan Blue Curacao ke dalam gelas yang berbeda. Lalu ia menyalakan api kecil menggunakan lighter tepat ke dalam gelas cocktail. Api biru mulai menyala di dalamnya.

"Flaming Lhamborghini? Sasuke, kau yakin?"

"Apa aku pernah tak yakin?"

Lirikan malas diberikan oleh si bungsu pada sang kakak. Itachi tahu bukan itu yang ia maksud. Pertanyaan itu lebih ditujukan pada dirinya sendiri.

Flaming Shot Drink bukanlah jenis minuman yang disajikan dengan biasa. Kadar alkohol tinggi dengan api biru menyala diatasnya sangatlah berbahaya.

Bukan hanya karena sensasi panasnya api tapi juga membuat si peminum lebih cepat mabuk. Tak banyak pecinta minuman beralkohol yang sanggup meminumnya.

"Master, kenapa kau menyajikan ini pada adikku?"

Sedikitnya nada khawatir terdengar jelas disana.

Senyuman menenangkan diberikan oleh Naruto pada pelanggan setianya tersebut. Tangan kanan memegang gelas berisi campuran Baileys dan Blue Curacao yang tadi dibuatnya.

"Ini tidak berbahaya, Itachi-kun. Lagipula Sasuke-san tampaknya menyukai ini."

"Tapi-"

"Tak perlu kau pedulikan dia, Naruto-san. Kita lanjutkan saja."

Iris hitam memandang lekat pada sang bartender. Keduanya saling pandang dengan seringaian yang terkembang.

Itachi hanya memperhatikan kegilaan yang ditunjukkan oleh kedua pria di depannya. Sadar bahwa kini beberapa pelanggan yang hadir mulai mendekati mereka untuk melihat Sasuke meminum Flaming Lhamborghini-nya.

Perlahan tangan tan Naruto menuangkan isi gelas yang dipegangnya ke atas Shot Glass yang tersusun. Cairan di dalamnya membasahi susunan gelas di atasnya hingga akhirnya api biru ikut menyambar cairan tersebut dan membakar seluruh permukaan Wine Glass dan Shot Glass.

Beberapa orang terpukau melihatnya. Pertunjukan Flaming Shot Drink ini sangatlah jarang terjadi. Karena memang tak banyak orang yang sanggup meminumnya. Terutama mayoritas orang Jepang yang tak memiliki toleransi tinggi terhadap minuman keras.

Mengambil sedotan yang tadi diberikan, Sasuke memasukkan ujungnya ke dalam Cocktail Glass yang terbakar api. Meminum isinya perlahan.

Sensasi panas dan terbakar luar biasa menggerogoti kerongkongan. Kadar alkoholnya terasa begitu tinggi berkali lipat. Orang biasa akan langsung mabuk setelah meminum ini. Tapi tidak dengan Sasuke.

Sisa cairan di dalam gelas hanya tersisa sangat sedikit. Ia tak akan meminumnya hingga benar-benar habis. Bisa terbakar paru-parunya nanti. Namun api masih menyala di antara susunan gelas bertingkat.

Pelanggan yang hadir bertepuk tangan melihat aksi Sasuke. Kagum melihat pemuda tampan itu dapat meminum cocktail berbahaya tersebut. Ditambah ekspresi si raven yang tak banyak berubah, membuat banyak orang bertanya sampai dimana batas toleransi tubuhnya terhadap minuman keras?

Sang bartender, Naruto pun ikut bertepuk tangan. Kini deretan gigi putih yang berbaris rapi menghiasi ekspresi wajahnya.

"Aku salut padamu, Sasuke-san. Kau berhasil menghabiskan Flaming Lhamborghini buatanku."

Mendengar pujian dari si pirang itu membuat dadanya kian terbakar. Mungkinkah karena efek meminum Flaming Cocktail tadi? Atau mungkin efek lainnya?

Sasuke berdeham pelan mencoba membuat suaranya tak bergetar. Bagaimanapun sensasi panas masih menyerang organ dalamnya.

Ia melihat tangan tan menggenggam segelas air dingin dan diberikan padanya. Iris obsidian memandang sosok sang bartender. Tak menyiakan, tangan putih menggenggam gelas beserta jemari berkulit tan.

Oh, punggung tangan Naruto begitu halus. Senyuman menenangkan menjadi bonus bagi iris kelamnya. Tampaknya ia berhasil membuat pria dewasa ini terkesan.

Menganggukan kepala pelan tanda apresiasi, ia mulai meminum air yang diberikan. Rasa panas yang bertabrakan dengan sensasi dingin sempat membuatnya sedikit berjengit.

"Terima kasih, Naruto-san. Minuman yang kau berikan cukup membuatku terkejut. Aku terkesan."

Tubuh semampai itu sedikit menunduk dan menaruh tangan kanan di dada kirinya. Memberi hormat selayaknya gentlemen . Gestur apresiasi.

"Suatu kehormatan bagiku dapat memuaskanmu, Sasuke-san."

Kalimat itu bermakna ganda ditelinga si bungsu Uchiha. Boleh saja jika ia berasumsi lebih, 'kan?

Mendengarnya Sasuke memberikan seringaian menawan. Kekehan terdengar. Membalas ekspresi yang ditunjukkan si pemuda Uchiha.

Sedangkan Itachi memandang keduanya dari samping. Interaksi keduanya tampak berbeda. Ya, ia cukup mengenal keduanya dengan baik.

Dan saat ini mereka tidak seperti biasanya. Terlalu tak biasa.

"Kalau begitu boleh kupesan Black Russian?"

Alis Itachi terangkat. Tak sangka adiknya masih ingin minum meski ia tahu seperti apa panas pada kerongkongannya kini.

"Tentu. Segera kusiapkan."

Dengan cepat dan lihai tangan pria dewasa itu mengambil gelas Old Fashioned dan mengisinya dengan pecahan es batu berukuran pas. Mengambil botol Vodka dan Kahlua lalu dituangkan ke dalam gelas hingga tercampur lalu menghasilkan warna hitam kecoklatan. Menambahkan sedotan kecil ke dalamnya, minuman itu segera dihidangkan di depan Sasuke.

"Selamat menikmati, Sasuke-san."

Lagi-lagi senyuman ramah itu. Membuat ketiga garis di masing-masing pipinya kian jelas kentara. Tak luput kerutan di matanya pun semakin terlihat.

Terdengar beberapa pelanggan yang memanggilnya dan memesan beberapa minuman. Terinterupsi dengan mudahnya, kontak mata pun terputus.

Iris mata hitam mendelik tajam ke arah para pelanggan. Mendengus kesal sebentar sebelum ia meminum pesanannya.

Menyesap sedikit. Rasa panas alkohol namun aroma kopi bercampur Vodka menyerbu indra penciuman dan lidahnya.

Terkejut sesaat dengan sensasi yang dirasakannya, Sasuke tertegun. Ia heran mengapa cocktail ini begitu mudah melalui kerongkongannya. Bagaimanapun Black Russian mengandung Vodka dengan takaran cukup tinggi.

Tangan putihnya menggoyangkan gelas yang tergenggam apik pada jemari panjang. Sinar lampu menyinari isi cocktail miliknya.

"Ada masalah, Sasuke-san? Apa kau menyukainya?"

Sempat tersentak, segera Sasuke kembali tenang menjawab, "Oh ya, tentu. Ini sangat nikmat. Kurasa kakakku tak hanya besar mulut mengenai kemampuanmu, Naruto-san."

"Hey, apa maksudmu, Otouto?"

Terdengar Itachi protes dengan nada kesal. Pria berambut hitam panjang itu kembali menyesap punch pesanannya.

Kekehan geli terdengar lagi dari sang bartender pirang. Saat tak ada pesanan pria itu membersihkan meja bar dan juga gelas-gelas.

Iris hitam si bungsu Uchiha tak pernah lepas dari gerak-gerik pria bermarga Uzumaki tersebut. Ia memperhatikan bagaimana bartender dewasa itu melayani pelanggannya. Atau bagaimana dia berinteraksi dengan mereka.

Sedikitnya Sasuke mulai tertarik dengan pria itu.

Cling.

Suara gelas yang berdenting dengan meja bar. Sasuke melirik pada sosok di sebelahnya. Itachi baru saja menghabiskan gelas pertamanya.

"Master, apa Kyuu-chan hari ini ada?"

Kyuu-chan?

Alis Sasuke berkerut bingung. Itachi mencari seseorang disini? Jadi si kakak bodoh itu memang memiliki tujuan lain rupanya.

Sasuke hafal akan sifat Itachi yang sangat efisien. Kakaknya itu tidak akan mengajaknya begitu saja hanya dengan tujuan mencari hiburan. Dan terbukti bahwa si sulung juga ingin menemui orang lain.

"Ara, kalau kau mencari Kurama, dia ada di bawah. Hari ini karena banyak pelanggan yang memesan di lantai atas, aku memintanya untuk mengurus lantai bawah."

Itachi menganggukan kepala. Pria jangkung itu segera bangkit dari duduknya.

"Aku titip adikku padamu, Master."

"Aku bukan anak kecil, Baka Aniki."

Geraman kesal terdengar dari tenggorokan si bungsu. Iris hitam memandang tajam pada sosok kakaknya yang hanya melambaikan tangan sambil berlalu keluar.

"Ah, Itachi-kun. Kumohon agar kau tidak membuat kekacauan dengannya."

Ekspresi Naruto tampak sedikit khawatir meski senyuman tak pernah pudar dari bibirnya. Itachi menengok sebentar sambil menyeringai.

Lagi-lagi Sasuke harus mengerutkan alis. Itachi membuat kekacauan dengan seseorang yang disebut Kurama atau Kyuu-chan itu? Baru kali ini ia mendengarnya.

Pasalnya sang kakak adalah tipe orang yang ramah meski terkadang suka jahil. Ia bersikap begitu hanya kepada orang yang dirasa nyaman baginya.

Jadi, siapa sebenarnya orang yang ingin ditemui Itachi ini?

Terdengar Naruto yang menghela nafas.

"Ah, kuharap mereka tidak membuat kekacauan," desah Naruto.

"Siapa yang ingin ditemui oleh Itachi, Naruto-san?"

Iris biru itu memandang pada sosok pemuda di depannya. Pandangan keduanya saling mengunci tanpa berkedip.

Senyuman ramah kembali diberikan Naruto.

"Ia ingin bertemu dengan bartender yang kupekerjakan disini. Namanya Kyuubi Kurama."

"Ada hubungan apa di antara keduanya? Hal yang langka aku melihat Itachi bersemangat begitu."

Naruto tertawa kecil. Namun ekspresi khawatir tampak jelas disana.

"Kau adiknya, kupikir kau tahu."

Sasuke mendengus.

"Aku tidak begitu tertarik dengan kehidupan pribadinya. Jadi aku tak pernah mencari tahu."

"Begitu rupanya," ujarnya sambil tertawa.

Tawa itu begitu lepas. Membuat Sasuke sedikit terpukau karenanya. Pria ini begitu menarik.

"Jika dilihat dari sisi Itachi-kun, ia menganggap Kurama sebagai sosok yang menarik."

"Aku bisa melihat itu."

Naruto menganggukan kepalanya. Lalu ia melanjutkan lagi.

"Berbeda dengan Kurama, ia menganggap Itachi-kun sebagai... yah... pengganggu. Atau begitulah kira-kira."

Telunjuk panjang menggaruk pipi bergarisnya. Ekspresi tak enak terpampang jelas. Mungkin karena ia merasa menjelek-jelekkan Itachi di depan sang adik. Walaupun penilaian itu bukan berasal darinya.

"Kurasa aku mengerti perasaan orang bernama Kurama ini."

Sempat terkejut, sebelum Naruto bersandar pada meja bar sambil menyeringai kecil pada Sasuke.

"Ah, tampaknya Itachi-kun juga sangat menyayangimu ya, Sasuke-san."

"Kalau kau pikir ia menyayangiku dengan cara menjahiliku, tampaknya kau pun sudah mengerti bagaimana sifat kakak bodohku."

Sebuah tawa terlepas dari bibir Naruto.

Ah, tawa itu begitu menghanyutkan. Bagaimana bibir itu menyeringai lebar. Membuat mata birunya setengah bersembunyi dibalik kelopak mata. Ditambah tiga garis dipipinya yang semakin jelas.

Kenapa ekspresinya ini membuat Sasuke tak dapat melepaskan pandangan sedikit pun? Sasuke tak mengerti, tapi ia ingin mencari tahu.

"Lalu, apa maksudmu dengan kekacauan yang kau peringatkan padanya tadi?"

"Ah, yaa... mengenai itu..."

Kali ini Naruto menggaruk kepalanya. Meski Sasuke yakin kalau itu bukan karena gatal.

"Kurama itu cukup temperamen. Ia mudah sekali marah hanya karena hal kecil. Dan tampaknya Itachi-kun tertarik pada Kurama karena itu. Mereka sempat membuat bar-ku mengalami kerugian karena Kurama yang mengamuk."

"Aku tidak akan heran jika itu terjadi karena ulah Itachi."

Naruto menghela napas berat. Alisnya berkerut kesal mengingat hal itu.

Itachi adalah salah satu pelanggannya yang setia. Ia tidak ingin membuat pemuda berambut panjang itu tersinggung. Meskipun si sulung itu yang mengganti semua kerugian yang dilakukan oleh Kurama setelahnya.

Namun bukan itu poinnya. Sejak itu ia berusaha memperingatkan pemuda Uchiha tersebut agar tidak berlebihan menggoda Kurama.

Naruto tidak mempermasalahkan barang yang hancur, namun ia berusaha menjaga reputasi bar miliknya. Jika dibiarkan pelanggan akan kabur karena merasa tak nyaman dan ia tak mau itu terjadi.

Ia juga tidak bisa sembarangan memecat Kurama dari bar-nya. Pemuda temperamen itu sangat bertalenta sebagai bartender dan cukup disukai banyak pelanggan karena aksinya.

Ya, Kurama dapat melakukan Flair Bartending dan memikat pelanggan dengan tekniknya.

Flair Bartending yakni trik-trik khusus yang digunakan bartender untuk memukau pengunjung pada saat menyajikan minuman. Seperti melempar botol (juggling), memutar botol atau shaker, menyulut minuman dengan api ataupun melakukan close-up magic, yang biasa dikenal dengan dengan bar-magic.

Sang pemilik Myoboku Bar ini juga selalu memperingatkan anak buahnya itu agar bisa mengontrol emosi. Bagaimanapun seorang bartender dituntut untuk persuasif dan tidak mudah terbawa emosi.

Harus menyajikan minuman terbaik namun juga harus memiliki ilmu berkomunikasi tinggi. Banyak dari pelanggan yang datang hanya untuk melepas penat dan masalah yang ditanggungnya. Adalah tugas bartender untuk membuat mereka melupakan semua itu sejenak dan bersenang-senang.

Yang kurang dari Kurama hanya temperamennya saja. Sedikit disayangkan memang, tapi Naruto memaklumi itu. Bagaimanapun Kurama terbilang cukup muda, dia seumuran dengan Itachi.

Mengingat bagaimana latar belakang Kurama, ia mengerti bahwa kedewasaan memang butuh proses panjang. Bersyukur mereka berdua tidak pernah menghancurkan propertinya lagi.

"Tak usah kau pikirkan mereka, Naruto-san. Jika barang-barangmu dirusak lagi, berikan saja tagihannya pada Itachi."

"Ara, aku sudah pernah melakukan itu. Sebaliknya Itachi-kun tampak senang."

Sasuke berdecak sebal mendengarnya. Kakak berengseknya itu memang pandai membuat orang sebal. Membenamkan pukulan pada wajah keriput itu tak akan membuat jalan pikirannya menjadi normal.

Baru kali ini ia mendengar Itachi membuat keributan yang merugikan. Ah, tapi, kakaknya itu memang selalu merugikan orang lain. Rugi waktu kalau bagi Sasuke. Karena Itachi sering mengganggunya.

Tapi sekarang, untuk kali ini saja meski ia tidak akan mengakui hal itu pada Itachi. Kali ini si kakak tidak membuang waktunya.

Karena beruntung baginya, ia bisa bertemu dengan bartender berkarisma ini. Jujur saja, Sasuke penyuka sesama jenis alias gay. Dan tipenya sangat tak biasa. Ia menyukai pria yang lebih dewasa.

Oh, ia bukan seorang Father Complex hingga mempengaruhi orientasi seksualnya. Sang ayah adalah orang yang dingin meskipun tak pernah mempermasalahkan orientasi anak-anaknya. Hal itu karena beliau selalu hidup di negara barat yang tidak terlalu mengambil pusing orientasi seksual per orangan.

Sehingga kini ia dan Itachi memiliki orientasi homoseksual dan biseksual. Dan tak pernah ada masalah dengan keluarganya.

Ya, Sasuke seorang pecinta sesama jenis. Ditambah lagi menyukai pria dewasa yang memiliki karisma, bentuk tubuh ideal dan pribadi menarik. Oh, ia bisa melihat jelas bokong berisi dibalik celana bahan berwarna hitam. Membayangkan bagaimana nikmatnya meremas organ kenyal itu tak salah, bukan?

Bartender ini adalah tipe idealnya. Tak salah jika ia mencoba mendekatinya, 'kan? Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mencari tahu semua tentang pria pirang ini.

"Kau tak perlu mengkhawatirkan Itachi. Aku akan senang hati membantumu dengan menghajarnya."

Ia menyeringai membayangkan wajah sang kakak yang hancur ditangannya. Memang perlu dilakukan dalam waktu dekat.

Tawa renyah terdengar dari si pirang. Kenapa tawa yang lepas itu begitu bersinar dan membuatnya selalu terpaku di tempat?

Iris hitam memandang tanpa berkedip. Ekspresi pasif tak berubah. Namun hati bergemuruh tak terabaikan berkecamuk dalam dada.

"Oh, astaga, Sasuke-san. Kau tak perlu melakukannya. Kurasa Kurama selalu menghajar Itachi-kun jika aku tak melihat."

Ah, benar rupanya. Pria ini sudah mengenal dekat sang kakak. Sudah sangat hapal dengan perangainya.

Ada rasa tak suka kembali menyusup ke relung hati. Kenapa Itachi baru membawanya ke tempat ini sekarang? Kenapa tidak sejak dulu?

Ia tahu Naruto bukanlah tipe yang disukai Itachi. Kakaknya itu menyukai tipe liar yang sulit ditaklukan. Ia senang melihat reaksi marah dari seseorang yang dianggapnya menarik.

Karena itu sudah sejak lama Sasuke melatih emosinya. Ia tak ingin memberikan kesenangan lebih lama pada si sulung Uchiha.

Yang terpenting sekarang adalah mencoba mendekatinya lebih dulu. Meski ia tak tahu berada diposisi mana pria bernama Naruto ini. Tapi ia bisa merasakan bahwa bartender pirang ini juga gay sama sepertinya.

Yang pasti ia tak akan kalah memberikan posisi seme pada incarannya.

"Kau boleh memanggilku Sasuke tanpa ada tambahan apapun. Karena kurasa kita akan lebih sering bertemu."

Kekehan kecil terdengar. Seringaian lebar begitu cemerlang. Memperlihatkan garis tegas pada matanya yang menyipit. Ia serasa digoda meski Sasuke tahu Naruto hanya tertawa biasa.

"Izinkan aku yang pertama menyambutmu di Myoboku Bar ini. Selamat datang dan nikmati waktumu disini, Sasuke. Aku akan selalu menanti kehadiranmu."

Lihat bagaimana pria pirang ini menggodanya. Oh, Sasuke yakin tidak salah membaca pesan yang diberikan. Ia berani bertaruh bahwa Naruto pun tertarik padanya.

Ya, ia tak akan melepaskan sang bartender ini. Perlahan Sasuke menyesap tiap tetes Black Russian yang ada di tangannya.

Pemuda Uchiha itu tak dapat menemukan kata selain sempurna untuk malam ini. Cocktail yang nikmat ditambah pemandangan sosok pria yang menarik.

Tampak jelas bayangan dirinya bersama si pirang di masa mendatang. Naruto akan menjadi miliknya.

x

x

x

x

x

Continue

x

x

x

x

x

Niatnya dibikin one shot tp ternyata pertemuannya aja bs hampir 4k words...

Ini bakalan agak panjang kayaknya... utk update lbh cepat bs liat di akun wattpad saya di @akaneko13 dengan judul yg sama...

Sekali lagi, bagi pembaca dibawah umur 21 tahun dimohon untuk tidak mencoba minuman beralkohol dan merokok. Cerita ini hanya fiktif belaka.

Thanks for reading n mind to review?