Perfect Velvet

Chapter 5


"Jongin-sii.. apa sungguh tidak apa-apa temanmu itu kita tinggal sendirian disana?"

Jongin mengalihkan fokusnya dari jalan kepada Kyungsoo. lelaki itu tersenyum kecil sebelum kembali lagi memfokuskan pandangannya ke arah jalan.

"Yunho maksudmu? Tenang saja dia akan baik-baik saja disana."

"Tapi Jongin-sii, malam ini salju turun cukup lebat. Pasti udara diluar sana sangat dingin."

Jongin menghela nafas. Ia tidak menyangka jika Kyungsoo begitu baik hingga memikirkan Yunho yang mungkin saja kedinginan dihalte depan tempat kerja Kyungsoo. ia tadi memang mengusir paksa Yunho untuk pulang menggunakan bus atau taksi karena dia ingin berduaan saja dengan Kyungsoo didalam mobil.

Tapi sejak meninggalkan Yunho didepan halte, Kyungsoo tidak bisa duduk diam. Gadis itu selalu menengok kebelakang –mengecek keadaan Yunho. Ia terlihat begitu khawatir dan itu jelas membuat hati Jongin sedikit cemburu.

Oke, sebenarnya banyak cemburu.

"Kyungsoo sungguh. Yunho adalah laki-laki yang kuat, dia tidak akan kenapa-napa meski suhu udara disana minus 7 derajat. Apa kau tidak melihat jaket tebal Yunho tadi?"

"Tapi_

"Hey dengarkan aku." Jongin memotong perkataan Kyungsoo. ia menghentikan kendaraannya ketika lampu merah menyala. Ia lalu memutar tubuhnya untuk saling berhadapan dengan Kyungsoo.

"Yunho akan baik-baik saja. Aku bisa menjamin itu. Lagi pula dia akan senang jika harus pulang lebih awal dari tugasnya. Karena dia akan segera bertemu dengan anak dan istrinya." Jelas Jongin. Mencoba sepengertian mungkin menjelaskannya kepada Kyungsoo. ia memilih katanya sebaik-baiknya agar tidak menyinggung hati rapuh milik gadisnya.

"Oh jadi dia sudah memiliki anak?" Jongin mengangguk mengiyakan. "Ya, anaknya berusia 2 tahun."

"Ahhh pasti menggemaskan sekali." Ucap Kyungsoo sembari tersenyum membayangkan. Jongin yang melihat itu jadi ikut tersenyum sendiri.

"Kau menyukai anak kecil?"

Kyungsoo mengangguk cepat. "Tentu. Tidak ada alasan untukku tidak menyukai malaikat tanpa dosa seperti mereka."

"Tapi bukankah mereka merepotkan?"

"Tidak tidak." Jawab Kyungsoo cepat. "Merepotkan tidaknya itu tergantung dari kita yang menjalaninya. Jika kita menjalaninya setengah hati pasti akan terasa merepotkan, tapi jika kita menjalankannya dengan sepenuh hati maka tidak akan ada kata repot dalam kamus kita. Yang ada hanya rasa bahagia ketika kita bersama mereka."

Ucapan bijak Kyungsoo nyatanya mampu menembus hati Jongin dengan sangat dalam. Lelaki itu bahkan menyatakan dengan lantang didalam benaknya jika ia tidak salah memilih gadis untuk dicintai. Bukan hanya parasnya cantik, namun hatinya pun juga baik. Gadis itu benar-benar membuat Jongin terkesan untuk kesekian kalinya.

Jongin tersenyum sembari menganggukkan kepalanya. "Ya, kau benar." Sembari mengatakan itu, Jongin kembali membawa mobilnya untuk berjalan karena lampu jalanan sudah berganti menjadi hijau.

Setelah itu keduanya kembali hening. Mereka tidak memiliki topik apapun untuk dibicarakan lebih tepatnya. Sampai kemudian mobil Jongin masuk kesebuah kawasan kota yang lumayan padat jika malam menjelang ataupun saat ada perayaan seperti malam tahun baru ini.

Tempat makan yang menjamur dipinggiran jalan juga mulai dipenuhi dengan para muda-mudi atau pasangan bahkan ada beberapa keluarga kecil yang merayakan tahun baru disana. Dari sana Jongin mendapat ide untuk menghabiskan malamnya sedikit lebih lama dengan Kyungsoo. mungkin ia bisa lebih dekat lagi dengan gadis incarannya ini.

"Kyungso-sii, apa kau memiliki acara penting malam ini dirumah?"

"Aku? Ah tidak ada. Aku hanya akan berdiam diri dan menunggu pergantian tahun didalam kamarku. Ada apa?"

"Tidak ada. Aku hanya merasa sedikit lapar. Apa kau mau makan malam denganku? Ku dengar disekitar sini ada kedai ramyeon yang enak."

Jongin menggigit bibir bawahnya. Lelaki itu sesekali melirik Kyungsoo yang duduk disebelahnya. Ia hanya takut jika Kyungsoo akan menolak ajakannya. Karena jika sampai Kyungsoo menolaknya maka Jongin tidak akan memiliki muka untuk kembali berhadapan dengan Kyungsoo.

Namun Jongin dapat bernapas lega ketika mendengar Kyungsoo menerima ajakannya.

"Tentu. Aku juga belum makan malam sebenarnya."

Gadis itu terkekeh kecil dan menular kepada Jongin yang juga ikut terkekeh dibelakang kemudi. Ia kemudian mulai mempercepat laju mobilnya menuju kedai ramyeon yang pernah Yunho ceritakan kepadanya. Karena sejujurnya ia tidak pernah datang kesana, jangankan datang kesana. Makan ramyeon pun ini pertama kalinya utuk Jongin.

Ia mungkin bisa saja mengajak Kyungsoo makan direstoran mahal langganannya, namun jika melihat dari gelagat Kyungsoo maka bisa dipastikan jika gadis itu akan menolak tegas ajakan Jongin. Dan berhubung Jongin tidak mau menyianyiakan kesempatannya berdua saja dengan Kyungsoo ia lebih memilih kedai ramyeon yang pernah diceritakan Yunho ketika tangan kanannya itu makan bersama istrinya ketika kencan pertama mereka.

Jongin sendiri mencoba peruntungannya, barang kali dengan begitu ia juga bisa menyusul Yunho dan Jaejong setelah makan di kedai ramyeon itu bersama Kyungsoo. hehe...


Perfect Velvet


Kyungsoo turun dari mobil Jongin ketika mobil lelaki itu berhenti tepat didepan rumahnya. Tidak lupa membawa bingkisan berisi cake yang tadi Jongin berikan padanya dengan dalih ganti dari perfect velvet yang gadis itu berikan.

Sejujurnya jika mengingat cake yang ia berikan kepada Jongin cukup membuat Kyungsoo malu. Karena tadi ia memberikan cake dengan dekor yang hancur sedang Jongin membalasnya dengan memberikan sebuah cake yang sangat cantik.

Sama-sama jenis red velvet cake juga sebenarnya namun dilihat dari paperbagnya Kyungsoo bisa melihat jika cake itu berasal dari toko roti terbaik yang berada di Seoul. Tidak hanya terbaik tapi juga termahal karena pernah sekali Kyungsoo melihat list harga toko roti itu di internet ia dibuat tercengang ditempatnya. Bayangkan saja macaroon yang biasanya dijual dengan harga 2000 won disana dijual dengan harga 12000 won. 6x lipat lebih besar. Sedang untuk sepotong red velvet cake bisa dihargai dengan harga 25000 won tergantung dekornya. Lalu berapa yang harus dibayar untuk seloyang penuhnya? Kyungsoo bahkan tidak dapat mengira-ngiranya.

Ketika kaca mobil dibuka, Kyungsoo merunduk untuk melihat Jongin.

"Oppa terimakasih karena telah mengantarkanku dengan selamat sampai dirumah."

Ahh~ pipi Kyungsoo sedikit merona jika memanggil Jongin dengan sebutan oppa. Tadi memang saat keduanya makan ramyeon mereka sepakat untuk mengganti nama panggilannya agar lebih akrab. Mereka bahkan juga saling menukar nomer ponsel. Karena Jongin berdalih barang kali nanti ada sesuatu kedepannya jadi mereka bisa saling menghubungi untuk meminta bantuan. Dan Kyungsoo yang dasarnya polos mengangguk-angguk saja, menyetujui.

"Juga terimakasih untuk cakenya. Seharusnya oppa tidak perlu memberikan ini untuk ganti cake pemberianku karena rasanya cake ini benar-benar tidak setimpal dengan cake hancurku."

Jongin tersenyum sembari menggelengkan kepalanya.

"Seharusnya aku yang bilang begitu. Terimakasih karena sudah menemaniku makan malam dan maaf karena membuatmu sedikit terlampat pulang kerumah. Dan lagi untuk cake itu, sungguh bahkan cakemu lebih cantik untukku. Jadi kurasa itu tidak seberapa."

"Kalau begitu aku pulang dulu. Kau segera masuklah Kyungsoo karena udara diluar benar-benar dingin."

Kyungsoo mengangguk sebelum kemudian melambai kearah mobil Jongin yang mulai bergerak maju meninggalkan tempatnya berdiri. Gadis itu kemudian masuk kedalam halaman rumahnya. Ia juga mengucapkan salam ketika sampai didalam.

Ketika melewati ruang tamu ia bisa melihat ibunya tengah duduk sembari menyilang kaki dan tangannya yang bersedekap dada diatas sofa.

"Kau diantar lagi oleh lelaki itu? Bukankah dia lelaki yang sama yang mengantarmu beberapa minggu lalu?"

"Ibu aku_

"Dan apa itu?" Nyonya Do langsung merebut bingkisan ditangan Kyungsoo. wanita itu tertawa ketika melihat isi bungkusan yang dibawa oleh putrinya itu.

"Wow dia benar-benar kaya ya? Lihat dia bahkan memberikan ini kepadamu. Good job Kyungsoo, setidaknya kau bisa memelorotinya dan menjadi sedikit berguna untuk orangtuamu."

Setelah menepuk kepala Kyungsoo dua kali, Nyonya Do melenggang pergi membawa cake yang diberikan Jongin untuk Kyungsoo tadi.

Sedang Kyungsoo merunduk ditempatnya. Menghela nafasnya berkali-kali. Mencoba menahan emosinya agar tidak terlepas lalu membuatnya menangis lagi.

Ia mencoba menjadi gadis baik dengan memberi pengertian jika memang sejak dulu orangtuanya ingin menikmati hidup dengan mewah. Jadi dia tidak boleh tersinggung ataupun sakit hati dengan permintaan ibunya. Karena meski disuruh berapa kalipun Kyungsoo tidak akan melakukan perintah ibunya untuk satu hal itu.


Perfect Velvet


Jongin terbangun terlalu pagi. Lelaki itu bahkan mendahului munculnya matahari pagi. Entah kenapa pada tanggal 1 januari ini ia merasa begitu bersemangat untuk memulai hari. Ia bahkan yang biasanya memiliki masalah untuk bangun dari tempat tidurnya ketika tanggal merah tiba, kini sudah bersiap dengan sepatu lari untuk berolahraga disekitar kompleks perumahannya.

Ia menyapa tiap-tiap pelayan yang juga sudah bangun untuk membersihkan tiap-tiap sudut rumahnya. Membuat para pelayan dibuat tercengang akan sapaan Jongin pagi ini. Karena setau mereka Jongin adalah majikan yang dingin. Jangankan untuk menyapa, mengangguk kepala ketika mereka membungkuk saja itu sebuah anugrah yang tidak ternilai harganya.

Jongin selesai berlari memutari kompleks tepat pukul 7 pagi. Ia segera mengakhiri kegiatannya itu lantaran matahari mulai terasa panas juga banyaknya orang-orang yang sudah memulai aktifitasnya membuat keadaan kompleks menjadi ramai tidak sehening tadi. Jadi Jongin memilih untuk pulang kerumah, mandi.

Sesampainya dirumah lelaki itu mengernyit ketika mendapati sebuah mobil BMW yang familiar terparkir tepat didepan pintu masuk rumahnya. Ia melangkahkan kakinya dengan segera dan benar saja ia mendapati ibunya tengah duduk dikursi ruang tamu dengan sebuah majalah ditangannya.

"Apa yang ibu lakukan dirumahku sepagi ini?" tanya Jongin heran. Sedang Nyonya Kim yang melihat putranya datang segera berdiri dari duduknya meninggalkan majalah fashion yang tadi ia baca untuk menyambut putra semata wayangnya.

"Ahhh kau sudah pulang Jongin-ah? Bagaimana lari pagimu?"

Jongin mendengus, memilih meneruskan langkahnya untuk kedapur mengambil minuman dingin. Lelaki itu bahkan tidak memperdulikan ibunya yang mengekorinya dibelakang sana.

"Sebenarnya apa yang ibu lakukan disini?" ucap Jongin setelah berhasil menegang setengah botol air dingin yang diambilnya.

Sedang Nyonya Do mengedikkan bahunya ketika melihat putranya memandanginya dengan datar.

"Memang apa salahnya jika seorang ibu datang kerumah putranya?"

Jongin berdecih, "Ya, akan salah jika itu ibu. Aku tau ibu kemari bukan hanya untuk mengunjungiku. Jadi katakan apa maumu sekarang dan segera pergi setelahnya."

"Hahhh~ kau memang yang paling mengerti ibu." Wanita tua itu menghembuskan nafasnya sebelum kemudian beralih untuk duduk dikursi meja makan. Membiarkan Jongin tetap berdiri memandangnya dari belakang meja dapur.

"Jongin, apa kau tidak berniat menikah?"

"Tidak."

"Kenapa? Beberapa hari lagi kau akan mencapi usia 28 tahun. Dan 2 tahun lagi kau akan menginjak kepala tiga. Lantas apa yang membuatmu enggan untuk segera menikah. Bahkan dari yang ku dengar, selama ini kau bahkan tidak pernah berkencan jadi_

"Jika ibu berniat menjodohkanku dengan salah satu putri kolega ibu, maka mimpi saja. Karena sampai kapan pun aku tidak akan pernah menerimanya." Potong Jongin.

Namun jangan sebuat Nyonya Kim seorang pebisnis yang handal jika akan menyerah begitu saja setelah tolakan dari putranya. Karena ia akan terus mengejar Jongin sampai mengatakan iya dengan rencananya.

"Hey dengarkan ibu dulu. Kau belum tau saja betapa cantiknya putri tuan Song. Dia juga pintar dan baik hati. Ditambah_

"JIKA KU BILANG TIDAK YA TIDAK. APA IBU TIDAK DENGAR?!" lelaki itu menaikkan nada suaranya. Bahkan ia memotong perkataan ibunya dengan bentakan. Persetan dengan sopan santun Jongin sudah tidak memiliki sikap itu kepada orang tuanya sejak mereka tidak menghadiri pemakaman neneknya 8 tahun yang lalu.

"Secantik apapun dia, sebaik dan sepintar apapun gadis itu aku tidak perduli. Karena sampai kapanku aku tidak akan pernah meliriknya sedikitpun. Itu jawabanku, jadi sekarang pergi dari sini."

Nyonya Kim berdiri. Mencoba mengalah kepada putranya. Ia rasa suasana hati Jongin sedang tidak baik jadi mungkin ia bisa membicarakannya lain kali dengan anaknya tersebut. Barang kali Jongin mau merubah jawabannya.

"Baiklah ibu akan pergi sekarang. Tapi ibu akan kembali lagi nanti ketika pikiranmu sudah tenang dan bisa memutuskan dengan benar."

Nyonya Kim sudah berbalik melangkah pergi meninggalkan Jongin didapur sendirian. Namun langkahnya harus terhenti ketika mendengar jawaban Jongin.

"Jangan kembali dan jangan pernah kesini lagi."

Ia mengepalkan tangannya sebelum kembali menyambung langkahnya. Masih memegang teguh ambisinya untuk menjodohkan Jongin dengan putri rekan bisnisnya. Dengan cara apapun, ia harus bisa membuat perjodohan itu terlaksana. Karena kerajaan bisnisnya akan semakin berjaya jika Jongin benar-benar menikah dengan putri dari Tuan Song.

Bukankah ini juga untuk masa depan Jongin juga?


Perfect Velvet


Pagi ini ketika sudah menginjak pukul 8 pagi, suasana kediaman keluarga tuan Do tidak seperti biasanya. Jika biasanya pada pukul segini, para penghuni rumah akan memulai aktifitasnya dengan berangkat kerja dan meninggalkan rumah menjadi kosong.

Namun pagi ini berbeda. Mereka semua berkumpul bersama dengan wajah serius diruang keluarga. Hanya putra pertama keluarga tersebut yang masih berada di Busan serta putri terakhir keluarga tersebut yang tidak terlihat disana. Selebihnya mereka semua ada disana.

"Ibu bagaimana? Jika aku tidak dapat mengembalikan uang itu maka aku akan terancam dipidana." Suara putra ke-tiga keluarga Do satu-satunya yang terdengar.

Sedang anggota lainnya hanya bisa menghembuskan nafas berat. Ikut pusing memikirkan masalah dari salah satu anggota keluarganya.

"Jinwoo tenanglah. Ibu, ayah dan kakakmu Junhoe juga tengah berpikir untuk menyelesaikan masalahmu jadi tunggu sebentar."

Jinwoo mendengus. Mengacak rambut coklatnya menjadi berantakan. Ia benar-benar stress karena bossnya menyuruhnya untuk mengembalikan uang-uang yang telah ia curi selama ia bekerja menjadi manajer keuangan. Jika ia tidak bisa mengembalikan semuanya maka bisa dipastikan ia akan menerima pidana. Dan jika ia sampai dipidana maka ia akan gagal menikahi kekasihnya bulan depan. Sialan, dia benar-benar tidak menyangka akan ketahuan padahal dia sudah bermain secantik mungkin untuk menutupi korupsi-korupsinya diperusahaan.

"Ayah bagaimana? Apa ayah tidak bisa menjual rumah ini saja?" tanya Jinwoo mencoba mencari solusi lain. Namun yang ia dapat adalah gelengan dari ayahnya.

"Ayah tidak mungkin menjual rumah ini. Jika kita menjual rumah ini maka nanti kita akan tinggal dimana."

"Lalu aku harus bagaimana? Apa kalian semua tega membiarkanku dipenjara dan pernikahanku batal bulan depan? Apa kalian tega? Jawab aku!"

"Jinwoo tenanglahhh~" Nyonya Do mencoba menenangkan. Namun Jinwoo tetap berontak menolak usapan dari ibunya.

"Aku tidak bisa tenang ibu. Bagaimana aku bisa tenang jika aku terancam akan dipenjara!"

Putra ketiga keluarga Do itu benar-benar marah. Kepalanya bahkan terasa seakan ingin pecah karena masalah ini. Ia menyumpahi siapapun yang membongkar kecurangannya kepada atasannya.

Sedang Junhoe yang sedari tadi diam dan duduk tenang disofa paling kiri mulai membuka suaranya.

"Tenanglah Jinwoo. Kita akan menemukan jalan keluarnya." Ucap Junhoe setelah lama memperhatikan.

"Jalan keluar apa hyung? Jalan keluar kita hanya dengan menjual rumah ini sedang ayah tidak mengijinkannya. Jadi apa jalan keluarnya? Apa dengan aku dipenjara akan menjadi jalan keluar? Lucu sekali,"

"Kita tidak perlu menjual rumah ini ataupun kau masuk dalam bui. Jalan keluar kita hanya satu, yaitu atasanmu."

"Atasanku?" Jinwoo memandang tak mengerti kearah Junhoe. "Maksudmu hyung?"

"Bukankah atasanmu suka gonta ganti teman tidur?"

"Ya, dia memang_ h-hyung... j-janggan bilang jika..."

Junhoe menyeringai sebelum mengerling kearah Jinwoo. "Apa kau mengerti sekarang?"

Jinwoo mengangguk. Lelaki itu kemudian bangkit dan memeluk Junhoe. "Kau yang terbaik hyung. Sungguh kau kakak terbaikku."

Junhoe tergelak sembari menepuk pundak Jinwoo. "Ya untuk itu kita harus bergerak cepat sebelum Kwangsoo hyung pulang." Jinwoo mengangguk. Menyetujui usulan dari kakak lelakinya.

Sedang ayah serta ibunya yang tidak tau hanya memandang penuh tanya kepada dua orang anaknya yang tengah tertawa bahagia.

"Sebenarnya apa yang kalian sedang rencanakan?" tanya Nyonya Do penasaran.

Sedang Junhoe dan Jinwoo hanya membalasnya dengan senyuman kecil.

"Ibu akan tau nanti." Jawab Junhoe sembari membawa matanya melirik kelantai tiga rumahnya.

'Bukankah ini saat yang tepat membuatmu menjadi berguna Kyungsoo-ya?'


To be continue


*Rasio usia antar cast:

Jongin : 28 tahun (singel)

Kyungsoo : 18 tahun (singel)

Kwangsoo : 39 tahun (have a fiancee)

Junhoe : 33 tahun (singel)

Jinwoo : 27 tahun (have a fiancee)


Hohohoho... beby vee datang kembali~

Akhirnya udah sampe chapter 5 fiuhhh~

Baby vee mau ngucapin terimakasih buat yang udah review, reading, follow + favoritin ini ff.

Karena gak ada yang mau beby vee omongin lagi, see yaaa~

Love, beby vee


Ps. Eh yang inget sama ff beby vee yang "A Complicated Friendship". Beby vee up part 3 nya di wp. Sooo, go check akun Veebeby_ karena part 3 yang baby up sekarang beda sama part 3 yang beby vee pernah up diffn dulu. Terima kasih^^,