Keesokan harinya, saat ini aku sedang tiduran di futon peninggalan perjuangan Issei dan kawan-kawan.

Kepalaku mendongkak lurus menatap langit-langit ruangan. Aku sedang memikirkan kenangan kemarin antara aku dan Rias, dan aku sedikit meyayangkan jika dari kepergiannya, Rias tidak pernah keluar lagi untuk menyapaku.

Apakah aku keterlaluan? Tapi yang lebih penting, apakah aku salah menilai kepribadian Rias? Oh, tentu saja tidak. Sebulan terakhir mengenalnya, aku sudah cukup yakin jika gadis itu memiliki ego yang cukup tinggi, mungkin mengimbangi ego yang aku miliki.

Karakter seperti kami tidak pernah mau direndahkan oleh siapapun, kami akan sekuat tenaga untuk tampil lebih baik dan berusaha sangat keras untuk menyembunyikan kekurangan kami. Namun ketika itu tidak bisa diperbaiki, kami akan mencari pelampiasan untuk membalas perlakuannya yang membuat ego kami berkahir seperti itu.

Pernah suatu ketika dimasa SMA aku mengalami persaingan cinta segitiga, gadis yang aku sukai menyukai bishonen disekolah kami. Aku selalu berusaha mencari perhatiannya, namun gadis itu terus terpaku untuk orang tersebut. Aku tak pantang menyerah, melakukan pendekatan yang baik tapi entah kenapa gadis itu sangat kukuh mengabaikan segala usahaku. Sampai ketika bishonen itu menerima gadis itu dengan maksud untuk merendahkanku, aku sangat marah dibuatnya.

Apalagi ketika bishonen itu mengirimkan email berupa sebuah poto ketika dirinya mengambil keperawanan gadis yang aku sukai, aku berakhir mengutuk bishonen tersebut.

Dia sengaja membuat diriku seperti seorang pecundang.

Egoku berakhir hancur, hal itu membuatku langsung bersumpah untuk membalas perlakuannya 100x lipat.

Singkat cerita, bishonen itu sudah terlalu nyaman dengan Vagina gadis yang kusukai sehingga dia memutuskan untuk mengikatnya sebagai tunangannya. Nah, darisanalah aku mulai menyusun rencanaku.

Menyadari bahwa aku tidak menemukan celah untuk merusak hubungan mereka, aku mengalihkan perhatianku untuk menyerang titik lemah bishonen tersebut.

Ibunya.

Aku menghabiskan waktu hampir 3 bulan untuk mencari informasi tentang Ibunya, dan ketika aku mendapati celah kecil diantara rumah tangganya, aku memutuskan untuk menyelinap masuk kedalam keluarganya.

Dengan dalih kekurangan perhatian dari suaminya membuatku leluasa untuk menggoda Ibu bishonen tersebut. Dengan iming-iming janji kenikmatan, aku akhirnya berhasil merayu dan menjadi pacar gelapnya. Sampai beberapa bulan kemudian, dari perantara kedekatanku dengan Ibu bishonen itu aku perlahan bisa sedikit mendekati wilayah mantan gadis yang kusukai. Setelah menyiapkan rencana untuk menjebaknya, aku akhirnya berhasil membuatnya memergoki kami yang sedang melakukan hubungan seks.

Aku terus melakukan skenario yang sama untuknya, seolah kami secara sengaja membiarkannya menonton kami berhubungan seks.

Satu kali, dua kali, tiga kali dan terakhir kalinya mantan gadis yang aku sukai itu akhirnya tergoda dengan kenikmatan yang diterima calon Ibu mertuanya.

Mantan gadis yang kusukai itu mengirimiku email, dia menggodaku untuk berhubungan seks yang langsung aku terima karena sedari awal itulah rencanaku.

Dia mengatakan hubungan ini hanya berlaku untuk satu kali saja, namun pada kenyataannya, dari satu kali itulah kami memulai hubungan gelap dibalik punggung tunangan bishonennya.

Aku secara rutin menyediakan waktu serta perhatianku untuk memanjakannya.

Menyadari mantan gadis yang kusukai sudah terjerat surga dunia yang aku ciptakan, aku langsung melancarkan rencana terakhirku.

Aku tahu, Ini sudah waktunya untuk mengakhiri permainan ini. Sebelum kabur meninggalkan Jepang, aku terlebih dahulu mengirimkan hasil rekaman amatir, beberapa poto telanjang penuh sperma, dan memo dengan tulisan 'Fuck you!' untuk si bishonen.

Singkat cerita, ketika aku sudah tiba di California, aku lekas melihat berita online dan menemukan sebuah berita yang sangat menarik.

-Skandal perselingkuhan segitiga menimpa salah-satu keluarga konglomerat Jepang-

Berita itu menempati rating tertinggi, mengguncang Jepang. Aku merasa sangat puas, rasa-rasanya tidak sia-sia aku berbagi hasil rekaman amatir dan beberapa poto tak senonoh kami ke beberapa paparazi freelance media Jepang.

Aku tahu mereka akan melakukan tugasnya dengan sangat baik.

Hampir enam tahun bersembunyi di California, dan setelah skandal itu sepenuhnya mereda aku memutuskan untuk kembali ke Jepang. Kali ini tujuanku bukan Konoha, aku memilih Kuoh untuk menjauhkan radar dari keluarga bishonen yang sebelumnya sudah kuhancurkan.

Tenggelam dalam kenangan masa lalu membuatku tersentak ketika mendengar suara gerasak-gerusuk dibalik pintu ruang pribadiku.

Apakah itu zombie? Tapi itu tidak mungkin! Akses untuk sampai dilantai 3 ini adalah dengan cara menaiki lift, dan tangga darurat yang aku yakin pintunya sudah kututup rapat.

Jadi kesimpulannya,,,

"Rias?"

Suara berisik tak jelas itu berhenti.

"Masuk saja, pintunya tidak dikunci!"

Selesai mengatakan itu indra pendengaranku bisa mendengar suara pintu yang perlahan terbuka. Aku yakin Rias membuka pintu itu dengan sangat hati-hati, tapi entah kenapa indra pendengaranku masih bisa mendengar suara sepelan itu.

Apakah virus aneh ini meningkatkan indra pendengaranku? Entahlah.

Beberapa detik berselang aku merasakan seseorang duduk disampingku, hal itu membuatku menoleh dan mendapati Rias yang terduduk sangat gelisah.

Aku bangkit mendudukan diriku sambil memandang Rias.

"Kau terlihat gelisah, apakah ada sesuatu yang perlu kau bicarakan denganku?" Aku pura-pura tak tahu, sebenarnya aku cukup percaya diri maksud kedatangannya kemari adalah untuk memperbaiki harga dirinya yang kemarin telah kurendahkan sedemikian rupa.

"Ano,," Dia menatap kesana-kemari sebelum kembali mempokuskan perhatiannya padaku. ",,A- aku disini ingin memperbaiki k- kerjasama k- kita."

"Tidak, terimakasih." Aku mengibaskan tanganku berusaha menolak. "Aku tidak ingin tersiksa seperti kemarin!" Aku menegaskan kembali kelemahannya dengan memberiku kepuasan.

Aku bukan orang suci, disamping itu aku juga sedang sekarat, oleh karena itu aku membutuhkan sedikit kompensasi berupa kenangan manis untuk mengantarkan nyawaku ke kematianku.

Menyimpan kenangan tentang bibirnya yang mengulum Penisku saja sudah lebih dari cukup.

"A- aku merasa sangat buruk, maafkan aku!" Dia menunduk sendu.

"Seharusnya akulah yang patut meminta maaf, aku mencoba mendesakmu tanpa tahu malu!" Batinku mendengus ringan. "A- aku,, aku hanya sedang putus asa, ya tahu? Kita tak tahu berapa lama lagi kita akan bertahan hidup, setidaknya sebelum aku mati, aku tidak ingin memikul rasa frustasi ini!"

Rias mendongkak, dia menatapku dengan mata yang berkaca-kaca.

"Apakah,, apakah kita semua akan mati?" Rias mulai menggigil ketakutan.

"Aku tidak tahu." Aku menggelengkan kepalaku. "Sudah lebih dari sebulan, kita bahkan tidak tahu apakah kekasihmu dan teman-temannya berhasil sampai di markas militer atau tidak (?). Kemungkinan buruk bisa saja terjadi, kita berdua tahu seberapa menyeramkannya dunia ini sekarang!"

"Ya." Rias menjawab singkat. Dia terlihat sedikit terhuyung, mungkin memikirkan apa yang aku sampaikan tadi. "Kita bisa menunggunya sekitar dua bulan lagi, dan setelah itu,,," Rias berhenti, tenggorokannya tercekat tidak mampu menyelesaikan ucapannya.

"Persediaan makanan kita sudah habis dan aku harus mengambil lagi dari gudang supermarket, bukan begitu?" Aku berkata sinis kearah Rias. "Sejujurnya aku tidak ingin lagi masuk kedalam sana, aku hampir mati menjadi kudapan mahluk menjijikan itu!" Aku bergidik main-main.

Mendengarku berkata seperti itu Rias menatap syok. Apakah sebelumnya dia tidak memikirkan resiko yang aku terima?

"A- aku,,,"

"Jangan hawatir, bukankah aku akan melindungimu?" Aku memotongnya. "Meskipun aku merasa takut, tapi aku harus melakukan itu demi mendapatkan makanan untukmu bertahan hidup. Aku telah berjanji unt-"

"Naruto-san!"

Aku terkejut ketika dia melompat kearahku, memeluk tubuhku dan menangis dibahuku.

"A- aku sangat bodoh dan egois, maafkan aku!" Dia masih terisak sambil mengutuk dirinya sendiri.

Apakah berhasil? Batinku menyeringai, didalam sana dia melompat-lompat sambil menghambur-hamburkan bunga menyambut kemenangannya.

Banyak orang yang berkata bahwa aku adalah seorang Dewa dalam seni mempermainkan sebuah kata-kata, dan itu memang kenyataannya.

Kekasihku sekarang adalah seorang Katolik yang sangat taat, dia memegang teguh keyakinannya tentang menyimpan keperawanannya untuk pernikahan kita nanti (Kalian tahu kan jika pikiran hampir semua cewek taat seperti itu (?), cewek taat akan selalu merasa yakin jika kekasihnya saat ini akan berakhir menjadi pengantinnya). Akan tetapi, dengan beberapa kata dariku keimanannya seolah runtuh dan terjun bersamaku kedalam jurang kesenangan yang penuh dosa.

"Hey, disini aku yang berbuat egois, jangan merendahkan dirimu sendiri!" Aku menyelanya membuatnya menolak dan menggelengkan kepala.

"Naruto-san sudah bekerja keras mendapatkan makanan, untuk itu,,, aku,," Rias berhenti sesaat untuk menatap kedua mataku. ",,Aku seharusnya bekerjasama dengan sedikit lebih baik lagi." Dia menyatakan tanpa ragu membuatku berbunga-bunga.

Aku tahu maksudnya, aku mengerti karena itulah Penisku sedikit terbangun hanya memikirkan hal tersebut.

"Um, jadi?"

"A- aku akan membantu meringankan stres Naruto-san!"

"Kau tidak perlu melakukan apa yang tidak kau inginkan!"

"T- tidak, tidak. A- aku ingin melakukan,,, ini."

Meskipun dia mengakhirinya dengan suara lirih, pendengaranku cukup nyaring untuk menangkap apa yang dia katakan.

"Uh, sial!" Aku sedikit mengeluh, menempatkan tangan kananku untuk meunjukan Penis dibalik celana katunku. "Lihat apa yang kau katakan itu? Kau berhasil membangunkannya!" Rias menunduk dan langsung memerah ketika kedua mata blue-greennya menatap tanganku yang mengelus Penis dibalik celanaku.

"A- apakah i- itu,,,"

"Mendengar seorang gadis cantik sepertimu mengatakan hal-hal kotor seperti itu? Tentu saja ini membuatku sedikit bergairah!"

"J- jadi?"

Aku menyeringai melihat Rias yang meneguk ludahnya sendiri.

"Kita bisa memulainya, kan?" Aku lekas membuka ritsleting celana katunku, menunjukan Penis semi ereksiku dihadapan Rias.

Menoleh kembali aku menemukan Rias sedikit menegang sebelum tangan kanannya terulur untuk menyentuh Penisku.

Wajahnya menampakan kejujuran, mendengar nafasnya yang terengah-engah membuatku semakin bergairah.

"Aku hanya menyentuhnya, dan ini semakin keras!"

"Aku sudah bilang kalau kau adalah seorang gadis yang sangat cantik, pria manapun tidak akan bisa bertahan mengabaikan kecantikanmu!" Aku sedikit menggombal, membiarkan Rias tahu bahwa dialah yang membuatku seperti ini. "Sekarang, bisakah kau menggerakan tanganmu?"

Rias mengangguk, dan tangan kanannya mulai berayun perlahan naik-turun menstimulasi saraf Penisku.

Berselang lima menit dan Penisku sudah sepenuhnya tegak Rias mulai beringsut dan memposisikan dirinya diantara kedua kakiku. Dia membungkukan tubuhnya, wajahnya tepat didepan Penisku yang tegak berkedut-kedut.

Kedua mataku terasa tertarik menatap bibir merah plumnya yang sedikit terbuka. Berapa banyak kesenangan yang akan kudapatkan dari mulut seksinya itu?

Aku beringsut semakin dekat, Penisku tidak sabar dan langsung menabrak mulutnya yang terbuka.

"Kau sangat cantik, Rias!" Mencoba memamerkan pesonaku aku tersenyum sambil menyampirkan salah-satu anak rambut yang menghalangi pandangan Rias.

Pipinya memerah dan Kedua mata blue-green itu meleleh. Setelah itu Rias membuka mulutnya untuk menjulurkan lidahnya menyapu kepala Penisku.

"Y- ya~" Aku melenguh, kemudian meletakan tangan kananku untuk beristirahat diatas kepala Rias.

Rias tersenyum mendengar respon itu dariku. Dia menjilatnya kembali, satu kali, dua kali dan ketiga kalinya dia langsung menurunkan mulutnya untuk memasukan kepala Penisku kedalam mulutnya.

"Riaaaasss~" Aku menahan nafas ketika merasakan putaran lidahnya menyapu lubang Uretraku. "Lebih dalam!" Rias semakin menurunkan kepalanya untuk melahap Penisku. Hanya setengah, kemudian kepalanya berayun naik-turun menghadirkan sensasi yang sebbelumnya terasa hangat menjadi semakin panas.

"Nmmmpuuuu~"

Pinggangku sedikit dipaksakan untuk menyambut gerakan mulutnya, pada saat yang sama aku menggunakan kekuatan tanganku untuk mendorong kepala Rias untuk semakin menyelam kedalam pangkal pahaku.

Lidahnya yang kecil didorong tergencit dan sudut mulutnya direndam oleh Air liurnya yang terhambat oleh ketebalan Penisku.

"J- jangan gunakan gigimu!" Aku merasakan beberapa Pensiku sedikit digaruk oleh beberapa giginya, dan jika itu dilanjutkan hanya akan menghasilkan sebuah kesakitan yang tidak ingin aku bayangkan.

Rias menyingkirkan giginya dan akupun langsung kembali membantunya untuk menggerakan kepalanya naik-turun.

"Ah~ uh~ ah~"

"Munnnuuuuuuu~"

Ini adalah Masturbasi termegah!

"Ngu ,,,,, gupo ,,,,, juru!"

Ketika aku kembali mengerahkan sedikit kekuatanku untuk menekan kepalanya, kedua mata Rias membelakak dengan Air mata yang mulai tergenang didalamnya.

Aku tahu seberapa sulitnya melahap Penis sebesar ini, kekasihkupun sampai saat ini tidak bisa melahap seluruh Penisku, dan tentunya aku tidak bisa memaksakan Rias menuruti egoku.

Dia hanya mampu melahap setengah Penisku, dan untuk pertama kali aku akan memakluminya.

Maka dari itu, untuk membayar ketidakpuasanku akupun sedikit mempercepat gerakan kepalanya.

"Ujuuuummm~ ,,, Nomuuuhhh~"

Ini berbeda dengan apa yang kurasakan bersama kekasihku. Mulutnya sama-sama kecil, namun perasaan asing yang dialami mulut Rias terhadap Penis besarku menjadikan sensasi ini tidak ada duanya.

Mulut kecilnya hanya melakukan gerakan pasif tanpa memiliki teknik apapun, namun tetap saja, sensasi mulutnya itu tidak membutuhkan waktu lama sampai perasaan ejakulasiku akan datang.

"A- aku akan cummmm!~ Berhenti dan tarik keluar mulutmu!~"

Tidak ada reaksi, apakah dia tidak mendengarku? Apakah dia juga menginginkan mencicipi spermaku? Sial,,,

"CUMMMIIINNGGG!"

Spluuurrrt!

Ketika Penisku memuntahkan semua benihnya, aku merasakan cahaya berkilau putih menyamarkan kesadaranku.

"E- eh?"

Rias tersentak, mulutnya menggembung dan memuncratkan cairan sperma lewat sudut bibirnya. Dia secara refleks mencoba menarik dirinya, namun dia seolah tertahan dan kembali menumbuk Penisku untuk membuat sperma yang tertampung didalam mulutnya kembali muncrat keluar.

Aku berkedip, menunduk dan langsung melebarkan kedua bola mataku.

"Nuuuuuuuu~"

"Ah, maafkan aku!"

Sialannya aku ternyata masih menahan kepala Rias dengan kuat. Aku benar-benar lupa melepas kepalanya, dan itulah yang menjadi alasan kenapa Rias tidak merespon untuk menjauhkan dirinya sendiri.

"Uuuu ,,, Hoek!"

Ketika aku melepas tanganku Rias langsung melepaskan diri dan memuntahkan sperma yang tertampung dimulutnya.

Inilah akibatnya karena aku terlalu menjiwai adegan ini!

"Apa kau baik-baik saja?" Aku beringsut mendekatinya, memijat tengkuknya untuk membantunya memuntahkan sperma yang tertinggal didalam tenggorokannya.

Menelan sperma partner yang tidak kau cintai sangatlah tabu, hanya pelacur dan bintang porno yang bersedia melakukan hal seperti ini.

Kesimpulannya, kesalahanku sangatkah seurius!

Aku tidak akan terkejut jika dia akan melabrakku dengan beberapa bahasa kasar. Namun apa yang aku pikirkan tak kunjung terjadi, Rias hanya menatapku polos seperti seorang anak kecil yang kehilangan permen lolipopnya.

"Ahh, N- Naruto-san ,,, apakah,, apakah kau sudah merasa baik?" Rias bertanya, sementara tangannya sibuk menyeka mulut penuh sperma dengan lengan bajunya.

Aku menahan nafas ketika menatap cairan kental nan putih itu menarik benang bermula dari lengkungan mulutnya menuju lengan bajunya. Ditambah ketika dia selesai membersihkan itu, Rias menjilat bibir bawahnya membuatku semakin menginginkannya.

"Naruto-san!"

Tegurannya membuatku tersadar, aku berkedip-kedip dan setelah itu aku tersenyum sembari mengatakan,,,

"Yah, aku merasa sangat baik!"

oooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo

Naruto bukan pria brengsek, namun dia hanya memiliki ego dan harga diri yang terlalu tinggi. Disamping itu, dia juga sangat mencintai seks Nfufufufu~.

Hellow, yang aku maksud bukan diameter lingkarannya! Penis rata-rata itu memiliki lingkar 4,6 inci - 4,8 inci (Bukan rata-rata pria Asia). Jadi, apakah salah aku menginginkannya memiliki 6 inci? Perlu pembuktian, coba kalian buat lingkaran dari ibu jari dan telunjuk kalian, nah dari situ coba kalian buat renggangan 2-3 cm, seperti itulah lingkar Penis Naruto.

Nah, berbicara tentang TAMAT. Cerita-cerita mengenai zombie agak susah diprediksikan, Residen Evil saja punya banyak series, adapun serie World War Z tamatnya ketika umat manusia menemukan perlawanan atas Virus, dan entah bagaimana dengan cerita ini (?). Namun yang menjadi poin yang pasti dari cerita ini adalah, cerita ini merupakan cerita hiburan horror yang dikemas dalam bentuk Seinen, Fantasy, Mature, Adult, Smut dan lain sebagainya.

Semoga kalian semua menikmati karyaku ini, dan terimakasih!