Chapter 5
"Peacemaker : Life of The Last Hokage."
Present by : Ichie Hilarion
Disclaimer :
Naruto © Masashi Kishimoto
DxD Highschool ©Ichie Ishibumi
Genre : Adventure, Drama, Humor, Martial Art, Adult Content, Etc.
Warning :Typo, Gaje, ide pasaran, OOC, Adult Theme, Newbie, Pair Pasaran, Lemon, Lime, Etc.
#NaruHaremMaybe #GodlikeNaru #DoujutsuNaru #EcchiMaybe #JinchurikiNaru #LemonMaybe
Summary : Saat kedamaian telah diraih. Nanadaime Hokage, Uzumaki Namikaze Naruto mencoba menyempurnakan Jutsu peninggalan Yondaime Hokage yang tidak lain ayahnya sendiri, Namikaze Minato. Karena menyempurnakan Jutsu warisan ayahnya, Naruto tidak sengaja mengubah alur takdir yang telah ditetapkan.
[Remake Naruto Yasei no Ninja]
Rate : M
Pair : (...)
Author Note : Sewaktu-waktu didalam cerita terdapat unsur 18+ Author berharap reader lebih bijak memilih bahan bacaan. Efek samping karena tetap membaca bagian 'Berbahaya' dan menghiraukan peringatan ini ditanggung sendiri ya, jangan marah-marah jika nanti kalian san*e tiba-tiba khukhukhu.. :-P
"Not like, don't read."
"Biasakan meninggalkan jejak setelah membaca."
Happy Reading..
.
.
.
Life of The Last Hokage ©™
.
.
.
Chapter Sebelumnya..
.
.
.
Kokabiel yang dari tadi merasakan aura seseorang yang sangat ia kenal, tersenyum tipis. "Bukankah tidak baik mengintip dari balik pohon Azazel-sama.."
"Hahaha aku lupa jika dirimu juga berada disini Kokabiel.. aku terlalu fokus melihat bocah pirang tadi mengalahkan pengguna longi.." ucapan Azazel terputus saat melihat Naruto yang seperti depresi..
"Kenapa bocah itu.. ?" lanjut Azazel menunjuk Naruto dengan dagunya.
Mereka serempak mengalihkan pandangannya kearah Naruto, yang saat ini terlihat seperti orang yang depresi. Pemuda pirang itu bergumam pelan dipelukan Hinata yang mencoba menenangkannya.
"Tidak mungkin.."
.
.
.
"Kita tidak mungkin mengalami ini.."
.
.
.
Mereka bertambah bingung mendengar ucapan Naruto. Keadaan pemuda pirang itu terlihat begitu tertekan.
.
.
.
"Kita tidak mampu menjaganya.."
.
.
.
"Kita pasti sedang bermimpi.."
Azazel dan Kokabiel saling berpandangan, mereka kemudian memandang Rias, Akeno, dan Issei. Ketiganya sama-sama mengangkat bahunya pertanda tak mengerti apa yang terjadi.
Mereka menundukkan kepalanya, iba melihat Naruto yang sepertinya terpukul. Keadaan Naruto ini menimbulkan tanda tanya besar dibenak mereka, miris. Mereka semakin mengkhawatirkan kemungkinan-kemungkinan terburuk yang terjadi, melihat Naruto yang sangat tertekan.
"Tidak mungkin.."
.
.
.
"Ini pasti mimpi.."
.
.
.
"Tidak mungkin kita bangkrut.."
"..."
"..."
-_-"
'Dobe..' batin semuanya menahan jengkel.
"TIDAK MUNGKIN KITA BANGKRUT!"
Teriakan frustasi Naruto menggema, membuat yang mendengarnya sweatdrop massal, tepar ditempat.
.
.
.
.
Chapter 5
.
.
.
.
Naruto memandangi pantulan dirinya di cermin, sudah lebih dari 10 menit ia melakukan hal itu. Hinata yang menyadari tingkah kekasihnya itu tersenyum geli, mengingat penampilan Naruto tidak seperti Naruto biasanya. Seragam Kuoh Akademi putih lengan pendek, celana panjang kain hitam, dan sepatu kets hitam sebagai pelengkap.
'Apa yang terjadi denganku..'
"Naruto-kun, sarapan sudah siap.." panggil Hinata mengembalikan Naruto ke dunia nyata.
"Haahh, apa boleh buat. Jalani saja, lagipula pasti banyak hal-hal menarik disana.." ucap Naruto menyemangati diri sendiri. Melangkah mengambil tas selempang miliknya, Naruto bergegas menuju meja makan untuk sarapan.
Hinata yang menunggu di meja makan juga sudah menggunakan seragam Kuoh Akademi yang sangat pas ditubuhnya. Pagi ini Hinata memasak makanan yang simpel, sup jamur dan teriyaki, dilengkapi dengan jus jeruk kesukaan Naruto. Tak butuh waktu lama, mereka menyelesaikan sarapannya dan langsung berangkat menuju Kuoh Akademi.
Dalam perjalanan Naruto terlihat tidak bersemangat, hal itu terbaca jelas dikedua mata Hinata. "Bersemangatlah Naru.. Hari ini hari pertama kita bersekolah, jangan cemberut begitu, senyum lah sedikit.." ucap Hinata menyemangati Naruto.
"Haahh, aku malas sekali harus kembali merasakan akademi lagi.." jawab Naruto melirik Hinata sejenak, kemudian melanjutkan langkahnya.
Naruto ingat penyebab ia harus melakukan hal merepotkan di akademi. Ia sebenarnya tak memiliki banyak pilihan, disaat kedai miliknya hancur berantakan. Dan lagi ini merupakan kesepakatan yang menguntungkan untuk dirinya dan Hinata.
.
Flashback
.
.
Naruto menatap miris kedai miliknya yang kini tak lagi berbentuk kedai makanan. Dinding bolong-bolong, atap retak, dan dapur berantakan imbas dari pertarungannya dengan Hakuryuukou sialan bernama Vali Lucifer itu.
"Melihat keadaan kedai yang seperti ini. Sepertinya akan membutuhkan banyak waktu dan biaya yang tak sedikit.." ucap Azazel memandang keadaan kedai yang beru-baru ini naik daun di kawasan kota Kuoh.
Naruto yang mendengar ucapan Azazel hanya mendesah pelan. Tangannya digenggam erat Hinata, seakan mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
"Aku harus menghubungi siapa jika ingin meminta pertanggungjawaban..?" tanya Naruto tanpa menoleh, masih memandang lantai kayu kedai miliknya.
Mereka yang mendengar ucapan Naruto hanya diam tak tahu harus menjawab apa. Rias yang ingin mengucapkan usulannya terpaksa harus menelan kembali kata-kata yang ingin ia ucapkan. Pasalnya, Azazel sudah berjalan mendekati Naruto yang dengan duduk bersandar di dinding kedai yang kebetulan tidak begitu rusak.
Diruangan ini terdapat beberapa orang selain Naruto, Hinata, dan Azazel. Mereka adalah murid Kuoh Akademi, Rias, Akeno, dan Issei. Kokabiel yang awalnya ada di sana harus pergi membawa Vali untuk memberikan pertolongan kepada Hakuryuukou itu.
"Aku sebenarnya heran denganmu.." ucap Azazel saat ia duduk bersila didepan Naruto. Pemuda pirang itu tak menggubris ucapan Azazel, tapi ia menatap malaikat jatuh itu tak mengerti.
"Bagaimana bisa seorang manusia yang tak memiliki mana mengalahkan Hakuryuukou masa ini.." lanjut Azazel saat menangkap raut kebingungan dari pemuda didepannya ini.
"Yah anggap saja suatu berkah dari Kami-sama.." balas Naruto seadanya.
Azazel yang mendengar ucapan Naruto menaikkan sebelah alisnya bingung. Da-tenshi itu menatap Naruto penasaran, ia benar-benar tidak merasakan adanya pancaran mana dari kedua orang didepannya ini.
Dari ketahanan tubuh, gerakan yang efesien, dan cenderung menyerang beberapa titik vital, itu bukanlah level dimana murid akademi berada. "Bagaimana jika aku memberikan penawaran menarik untuk kalian..?" tanya Azazel melihat tatapan kebingungan di wajah Naruto untuk yang kedua kalinya.
"Penawaran apa maksudmu ?" tanya Naruto curiga.
"Bagaimana jika kau masuk Kuoh Akademi sebagai perwakilan dari Grigori ?"
Tatapan tak percaya Naruto layangkan kepada Azazel. "Penawaran menarik apanya.. Bagaimana kami bisa membiayai kebutuhan hidup sehari-hari jika harus bersekolah.." ucap Naruto diakhiri dengan decihan kesal.
"Hey aku bahkan belum menjelaskan keuntungan dan kesepakatannya.. Dasar anak muda.." ucap Azazel mendengar jawaban Naruto.
"Untuk kebutuhan sehari-hari dan yang lainnya aku yang akan membiayai. Untuk kesepakatan lebih lanjut kita akan membicarakannya di Grigori. Bagaimana, apa kau tertarik ?"
Ketiga murid yang mendengar percakapan Naruto dan Azazel menatap mereka tertarik, terlebih untuk Akeno. Gadis yang menjadi salah satu wakil Grigori di Kuoh Akademi itu terlihat antusias, Grigori akan mendapatkan satu lagi wakilnya di Kuoh Akademi.
"Kau terima saja Naruto-san, lagipula banyak hal menarik yang akan kau temui di Kuoh Akademi nantinya." Ucap Akeno menyampaikan pendapatnya.
Azazel yang mendengar ucapan Akeno tersenyum menanggapi. Sepertinya anak perempuan dari rekan kerjanya ini memiliki ketertarikan sendiri terhadap Naruto.
Naruto memandang Azazel, ia mencari sesuatu yang mencurigakan dari tatapan malaikat jatuh itu, namun ia tidak menemukan apapun selain wajah pengharapan. Mengalihkan pandangannya, ia menatap Hinata meminta pendapat, namun hanya dibalas anggukan dan senyum dari Hinata.
"Haahh.. Baiklah lagipula aku penasaran apa yang membuat Kuoh Akademi menarik.." ucap Naruto setelah berpikir cukup lama, menimbang kemungkinan jika ia menolak tawaran Da-tenshi didepannya ini.
"Yeay! Kau pasti benar-benar terkejut saat mengetahui betapa menariknya Kuoh Akademi.." seruan kebahagiaan malah terdengar dari Akeno, ia tersenyum dengan sedikit seringai diwajahnya.
Setelah mengambil beberapa barang yang akan dibawa ke apartemen, Naruto menyimpan barang-barang tadi di kertas Fūin, untuk mempermudah membawa barang. Kemudian ia pulang untuk bersiap-siap menuju Grigori.
.
.
-Change Scene-
.
.
Saat ini Naruto berada di Grigori, sedangkan Hinata memilih tak ikut untuk menata beberapa barang yang tadi dibawa dari kedai yang telah hancur sekarang. Naruto menatap serius penjelasan tentang kesepakatan dan keuntungan yang ia peroleh dari kerja sama ini.
Setelah dijelaskan kesepakatan yang Azazel maksud, Naruto tak menemukan sesuatu yang mencurigakan, terlebih ia menyukai sikap Azazel yang mencintai ketenangan dan perdamaian. Tapi Naruto tak bisa percaya begitu saja, ia harus tetap berpikir netral. Sebenarnya ia malas untuk berhubungan dengan suatu fraksi, tapi mungkin kali ini tak apa asal bukan hal-hal yang merepotkan.
"Apa masih ada yang belum jelas..?" tanya Azazel setelah menjelaskan rencananya.
"Aku sebenarnya bingung dengan rencanamu.. Bukankah kau tak mendapatkan keuntungan apapun dari kerjasama ini.." ucap Naruto memandang Azazel datar. Ia tak mengerti dengan pemikiran pemimpin Da-tenshi ini.
"Kau bukan satu-satunya yang berkata seperti itu. Aku mencintai manusia lebih dari siapapun, aku sempat merasa bersalah ikut campur saat Great War terjadi ratusan tahun lalu.." jawab Azazel memandang keluar jendela, ia tersenyum mengingat ideologinya yang begitu mencintai makhluk bernama manusia.
"Saat aku belum terjatuh dulu, aku dan beberapa saudaraku diberikan perintah untuk melindungi umat manusia dari segala macam ancaman. Aku, Michael, Shemhai, dan Kokabiel diperlihatkan mengapa ayah begitu mencintai manusia."
Naruto yang belum mengerti masih mendengarkan cerita Azazel tanpa niat untuk mengeluarkan suaranya.
"Manusia adalah ras yang paling lemah, namun mereka juga adalah ras yang paling kuat.." Azazel sengaja menjeda ucapannya, ia mengalihkan pandangannya kearah Naruto. Ia tersenyum melihat wajah bingung pemuda pirang itu.
"Manusia adalah makhluk yang buruk melebihi iblis, tapi manusia juga merupakan makhluk yang sangat baik seperti malaikat itu sendiri.."
"Oke aku mulai pusing mencoba mengerti makna apa yang kau katakan tadi.." ucap Naruto tanpa memandang Azazel. Sedangkan Azazel sendiri terkekeh melihat respon yang Naruto berikan.
"Itulah manusia yang sebenarnya. Mereka lemah saat kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidupnya. Tapi manusia bisa menjadi yang terkuat saat memiliki tekad dalam hatinya."
Tubuh Naruto menegang saat mendengar ucapan Azazel. Ia merasa pernah mendengar ucapan yang kurang lebih memiliki makna yang sama.
.
'Tekad ya..'
.
Naruto tak membalas ucapan Azazel, ia tak tahu harus bagaimana menanggapi semua ini. Azazel yang melihat wajah kebingungan Naruto tersenyum, setidaknya pemuda ini memikirkan apa yang telah ia katakan tadi.
"Lupakan apa yang tadi kukatakan.. Intinya kau akan menjadi tangan kananku di Kuoh Akademi. Tugasmu hanya satu, mengangkat nama manusia ke tingkat tertinggi.."
"Aku yang mencintai manusia merasa sedih saat ras yang kucintai dipandang sebelah mata oleh ras dan mitologi lainnya. Kurasa menaklukkan Kuoh Akademi bukanlah sesuatu yang sulit.." ucap Azazel menyeringai.
"Secara tak langsung kau ingin aku menjadi yang terkuat agar dapat menarik perhatian dengan identitasku yang seorang manusia.." ucap Naruto memahami rencana Azazel.
"Tapi mengapa kau melakukannya sampai seperti ini.. Maksudnya, ini bukan untuk ras mu, tapi untuk manusia.. Aku sungguh tak mengerti pemikiran yang kau miliki.."
Azazel memandang Naruto dengan senyum tulus, "Suatu saat kau akan mengerti dengan ideologi yang kumiliki.."
Akhirnya Naruto menyerah untuk mencoba mengerti pemikiran yang dimiliki oleh pemimpin Da-tenshi ini. Ia menghela nafas sambil tersenyum menatap kearah luar jendela ruangan itu.
'Malaikat ternoda yang mencintai manusia heh..'
.
Flashback End..
.
"Kun.."
"..."
"Ruto-kun.."
"..."
"NARUTO-KUN!"
Naruto mengedipkan matanya mendengar Hinata yang berteriak di depan mukanya. "Eeh.. Kenapa kau berteriak begitu Hinata-chan.. Aku bisa tuli tau!"
"Mou! Naru-kun! Bersemangat lah jangan melamun di hari pertama kita di akademi. Kalau Naruto-kun bersemangat, nanti malam akan aku buatkan ramen.."
"Ramen.. ? Sungguh.. ?" tanya Naruto memastikan. Entah telinga nya sangat sensitif dengan kata ramen.
"Hu'um, janji.." jawab Hinata tersenyum manis membuat orang-orang yang melihatnya hilang fokus hingga menabrak tiang listrik.
"Uwoh! Baiklah, mari kita percepat perjalanan kita.." balas Naruto menggenggam tangan Hinata, menariknya berlari memasuki gerbang Kuoh Akademi.
Walaupun sudah hidup satu atap cukup lama bersama Naruto. Hinata masih belum mengerti bagaimana bisa hanya dengan diiming-imingi ramen, Naruto bisa langsung bersemangat seperti ini.
Naruto dan Hinata kebingungan mendapati keadaan akademi yang sepi. "Sepertinya kita agak terlambat Hinata-chan.. Ehehe.." ucap Naruto cengengesan. Hinata tak menggubris ucapan Naruto saat ia melihat dua orang perempuan berjalan didepan mereka.
"Ano.. Permisi.." ucap Hinata memanggil dua perempuan tadi.
Dua perempuan yang mendengar suara dibelakang mereka, membalikkan badannya menghadap dua orang yang belum pernah mereka lihat di akademi. Naruto yang berbeda dibelakang Hinata memperhatikan kedua perempuan yang Hinata panggil tadi.
Perempuan pertama memiliki surai pirang cerah seperti dirinya. Wajahnya tegas dan sepertinya ramah, walau hanya raut tanpa emosi yang terlihat. Tingginya mungkin hanya sampai telinga Naruto, agak tinggi dari Hinata.
Perempuan kedua, memiliki tinggi kurang lebih sama dengan perempuan pertama. Tubuhnya proporsional dengan dua tonjolan agak besar daripada perempuan pertama. Wajahnya cantik, ramah, dan hangat berbanding terbalik dengan temannya yang menampilkan wajah datar. Perempuan kedua ini memiliki surai biru dengan beberapa helai berwarna hijau.
"Apakah kalian murid baru disini ? Aku seperti tak pernah melihat kalian sebelumnya." Ucap gadis bersurai biru dengan senyum ramah diwajahnya.
"Iyaa, kami memang murid baru disini. Saya Hyuuga Hinata, dan pemuda pirang itu Namikaze Naruto, salam kenal.." Jawab Hinata tersenyum mengenal dirinya dan Naruto.
"Ah maafkan ketidaksopanan kami. Saya Xenovia Quarta Fuku-Kaicho Akademi Kuoh, dan dia.." ucap perempuan bersurai biru menyenggol perempuan pirang disebelahnya.
"Saya Arthuria Pendragon, Seito-Kaicho Akademi Kuoh.." tutur gadis pirang itu yang ternyata adalah ketua osis akademi. Arthuria memandang bergantian Naruto dan Hinata. Ia tidak merasakan adanya aliran mana dari kedua orang didepannya ini.
"Maaf Kaicho.. Fuku-Kaicho, bisakah kami meminta tolong untuk diantar ke ruang kepala sekolah.." ucap Hinata meminta pertolongan mereka karena memang tidak mengetahui dimana ruang kepala sekolah.
"Baiklah, aku yang akan mengantarkan kalian, karena Kaicho memiliki urusan mendadak.." ucap Xenovia membuat alis Arthuria tertekuk, sebelum ia mengangguk berpamitan dan melangkah pergi meninggalkan ketiganya.
"Silahkan pimpin jalannya Fuku-Kaicho.." akhirnya mereka melanjutkan perjalanan ke ruang kepala sekolah diantar oleh Xenovia.
Setelah menyelesaikan urusan administrasi dan pembagian kelas, Naruto dan Hinata berjalan menuju kelas yang mereka tempati. Hinata dan Naruto ditempatkan pada kelas yang berbeda, Hinata di kelas X-C sedangkan Naruto berada di kelas X-D yang konon katanya ditempati banyak murid bermasalah.
Tak ada masalah berarti di hari pertama mereka bersekolah, semuanya berjalan dengan lancar. Setidaknya itu yang Naruto pikiran saat istirahat, sebelum ia bertemu dengan sosok yang sangat ia kenal. Pemuda arogan yang menyebut dirinya 'Hakuryuukou terkuat sepanjang masa'.
"Vali Lucifer.." geram Naruto.
Vali yang mendengar namanya dipanggil, mencari asal suara. Mendapati sosok yang pernah mempermalukan harga dirinya berdiri tegak dengan tatapan tajam, pemilik White-one itu balik menatap tajam.
"Makhluk rendahan.."
Mereka saling pandang, bertukar tatapan tajam syarat permusuhan. Vali sebenarnya tertarik dengan kekuatan pemuda pirang itu, bagaimana bisa ia mengalahkannya saat dirinya tidak merasakan aliran mana mengalir dalam tubuh pemuda pirang itu.
"NARUTO-SAN!"
Teriakan cempreng mengalihkan perhatian keduanya. Naruto maupun Vali melihat pemuda bersurai cokelat berlari menghampiri mereka, lebih tepatnya kearah Naruto.
"Issei.. Ada apa kau kemari ?" tanya Naruto bingung kenapa Issei kemari.
Pemuda bersurai cokelat itu tak langsung menjawab, ia memberikan selebaran kertas kearah Naruto. "Aku disuruh memberikan ini padamu.."
Naruto menerima selebaran yang dipegang Issei, membacanya sebentar kemudian memandang Issei bingung. "Klub ekstrakurikuler..? Apa ini..?" Vali yang merasa dilupakan mendecih pelan, kemudian pergi meninggalkan Naruto dan Issei, karena ia akan mendapatkan masalah jika menyerang murid akademi diluar pertandingan resmi.
"Itu dari Kaicho, kalian diwajibkan mengikuti minimal satu kegiatan tambahan sekolah."
"Kalian ?" tanya Naruto.
"Iyaa, kau dan Hinata-san.." jawab Issei ditanggapi dengan anggukan kepala Naruto.
"Sejak kapan kau masuk akademi ?" tanya Issei yang saat ini berjalan disamping Naruto.
"Hari ini.. Dan mengapa kau tanya seperti itu ? Bukankah kemarin-kemarin kau memang tak melihatku di akademi.."
Issei mengangguk, "Aku baru pulang dari misi. Mangkanya aku tanya sejak kapan kau masuk akademi.."
"Misi ? Jadi di akademi ini ada yang seperti itu yah.." ungkap Naruto mengangguk, ia baru menyadari bahwa Akademi Kuoh memiliki sistem pendidikan seperti ini.
"Iya, misi ini digunakan untuk menaikkan ranking kita di Tabel kesiswaan.. Dan lagi setelah misi berhasil, kita akan diberikan bayaran seperti yang tertera di papan list misi di gedung hardskill.."
"Hah..? Ranking.. Tabel kesiswaan.. Gedung Hardskill.. Apa sih yang kau katakan.. Aku benar-benar tak mengerti.." ucap frustasi tak mengerti dengan apa yang Issei katakan. Ia menjambak pelan rambut pirangnya, banyak hal yang tak Naruto ketahui dari akademi ini.
Saat ini Naruto berjalan bersama Issei di lorong akademi. Ia memaksa pemuda mesum itu untuk menjelaskan apa saja yang harus diketahui di Kuoh Akademi, walaupun jam istirahat telah berakhir 5 menit yang lalu. Awalnya Issei tak ingin membolos pelajaran, tapi berhubung Naruto mengatakan 'Jika kau mau menjelaskan semua yang perlu diketahui di akademi, maka semua hutangmu aku anggap lunas'. Kapan lagi mendapatkan kesempatan berharga seperti ini, akhirnya Issei menjelaskan semua yang ia ketahui tentang Kuoh Akademi.
.
.
Pertama adalah ranking, dimana setiap murid memiliki ranking nya sendiri. Ranking ini merupakan tolak ukur kekuatan para murid disini. Ranking dapat ditingkatkan melalui misi yang diselesaikan, peningkatan nilai akademik maupun praktek, dan pertarungan. Meningkatkan ranking melalui pertarungan merupakan salah satu cara tercepat untuk menaikkan peringkat di tabel kesiswaan, atau menyelesaikan permasalahan.
Pertarungan ini diadakan secara resmi, diawasi guru, kepala sekolah, dan beberapa murid penting. Pemenang pertarungan ini akan mendapatkan sesuatu yang dipertaruhkan. Contoh, murid peringkat pertama menantang murid peringkat ketiga untuk memperebutkan sebuah lahan kosong untuk basecamp di akademi, tanpa mempertaruhkan peringkatnya. Maka jika peringkat pertama kalah, maka ia tak akan kehilangan peringkatnya, sesuai kesepakatan.
Intinya pertarungan resmi ini diadakan untuk memperebutkan sesuatu sesuai kesepakatan.
Dalam susunan ranking di tabel kesiswaan, 10 besar diberikan hak keistimewaan yang tidak dimiliki oleh murid lain.
Gedung Hardskill adalah tempat dimana murid mempersiapkan semua kebutuhan selama berada di akademi. Dari bahan makan sampai senjata yang mendukung gaya bertarung murid. Di gedung ini juga terdapat ruangan khusus untuk mengambil misi.
"Sungguh ternyata banyak hal menarik berada di akademi ini.." ucap Naruto setelah hampir dua jam Issei dipaksa untuk menjelaskan semua yang ada di Kuoh Akademi.
"Huhh, kau enak hanya mendengarkan.. Mulutku terasa kram dua jam menjelaskan, apalagi harus berkali-kali aku menjelaskan.." ucap Issei menggerutu karena susah menjelaskan semuanya pada pemuda pirang itu.
Naruto terkekeh mendengar gerutuan pemuda bersurai cokelat itu. "Berarti jika kita mengambil misi, maka kita akan mendapat ijin tidak mengikuti pelajaran ?"
"Kenapa kau tanya lagi sih! Kan sudah aku jelaskan semua tadi!" bukannya menjawab, Issei malah memarahi Naruto karena pertanyaannya.
"Hehehe kan aku hanya memastikan, dan maksudnya keistimewaan bagi peringkat 10 besar itu apa ?" tanya Naruto lagi, merasa bingung.
"Setahuku mereka diberikan hak-hak khusus, dan lagi peringkat 10 besar diberikan tiga permintaan dari akademi. Uwooh aku tak bisa membayangkan jika aku mendapat tiga permintaan itu.. Ehehe.."
Naruto bisa melihat senyum Issei yang menjijikkan baginya. Entah apa yang ia pikirkan, Naruto tak ingin menebak imajinasi apa yang saat ini ada di kepalanya.
Bletak!
"Itteeii.."
"Hentikan senyum mesum diwajahmu itu brengsek!"
"Hoii Issei, bagaimana dengan berbagai ras yang bersekolah disini ? Apakah tidak menimbulkan kekacauan ?" Lanjut Naruto setelah memberikan jitakan di kepala Issei.
Host dari Issei itu mendelik mengelus-elus kepalanya yang sepertinya benjol. "Jangan seenaknya menjitakku Naruto-san, nanti kalau aku tidak mesum lagi bagaimana..?" omel Issei yang sepertinya agak tidak nyambung.
"..."
"Jangan banyak alasan, jelaskan saja kadal mesum!"
"Baik-baik.." ucap Issei menghela nafas.
"Akademi ini memang dihuni banyak ras, Iblis, Malaikat jatuh, malaikat, dan manusia.."
"Malaikat juga bersekolah disini..?" potong Naruto yang dihadiahi pelototan tajam Issei.
"Jangan memotong penjelasan orang kuning!" ucap Issei kesal karena penjelasannya dipotong.
"Ehehe.. Maap maap, lanjutkan, lanjutkan.." Naruto cengengesan melihat Issei yang mendengus karena ucapannya dipotong tiba-tiba.
"Ya mereka bersekolah disini untuk mempererat aliansi yang mereka jalin. Contohnya Himejima Akeno, dia adalah perwakilan dari malaikat jatuh. Rias Gremory, perwakilan ras iblis. Memang sih tidak ada fraksi manusia, tapi bisa dibilang Kaicho mewakili ras manusia.."
"Arthuria Pendragon..?" tanya Naruto.
"Iya, Kaicho adalah sosok sempurna dalam segala hal. Apalagi dia menduduki posisi ketiga tabel kesiswaan. Sebenarnya ada beberapa lagi perwakilan ketiga fraksi, tapi aku beri contoh mudahnya saja."
"Jika untuk ketiga fraksi sih tidak ada masalah, hanya saja mereka seperti membentuk kelompok-kelompok berdasarkan ras-nya masing-masing."
Issei mengakhiri penjelasannya dengan mengangguk-angguk seperti meyakinkan diri atas apa yang ia sampaikan.
"Ngomong-ngomong, kau ada dikelas apa Issei ?" tanya Naruto penasaran, pasalnya ia seperti sudah sering melakukan misi dan banyak pengetahuan mengenai Kuoh Akademi.
"Oh.. Aku berada di kelas XI-B bersama Rias dan Akeno." Jawab Issei dengan senyum mesum membayangkan Rias dan Akeno yang menggunakan busana minim berlari ke arahnya.
"NANI!?" teriak Naruto tak percaya.
"Ada apa sih.. Kenapa kau terkejut begitu, memangnya kau berada di kelas mana ?"
"Hufft, aku berada di kelas X-D.." ucap Naruto masih tak percaya, ternyata Issei adalah senpai-nya di Kuoh Akademi.
"Hehehe.. Ternyata kau masih di kelas 10 Kouhai-kun khukhukhu.."
Bletak!
"Wadaaaw!"
"Jangan panggil dengan sebutan itu kadal mesum!" ucap Naruto mengeluarkan aura tak nyaman, ditambah kedua matanya telah berubah menjadi Sharingan.
Issei yang melihat mata merah Naruto bergidik ngeri, ia tertawa cengengesan dengan tangannya membentuk simbol peace.
Issei tak habis pikir, bagaimana bisa Naruto membolos pelajaran di hari pertamanya di akademi. "Hey Naruto-san, tidak masalah kah kau membolos pelajaran di hari pertamamu..?" ucap Issei agak khawatir kepada pemuda pirang yang sudah ia anggap teman dekatnya itu.
"Huh, siapa bilang aku membolos pelajaran..?" tanya Naruto bingung.
"Kau ini bagaimana sih.. Bel istirahat kan sudah berbunyi 2 jam yang lalu, jika kau dan aku disini bukanlah kita sedang membolos pelajaran.." ucap Issei menggelengkan kepalanya.
"Ehehe.. Apa kau lupa kemampuan yang aku miliki..? Aku kan bisa membuat klon.."
.
Dong
.
Jawaban Naruto membuat Issei melebarkan matanya mengingat Naruto bisa membuat dirinya menjadi banyak.
Issei menolehkan kepalanya cepat, menatap Naruto dengan tatapan horor. Seakan mengerti arti tatapan Issei, Naruto mengangguk. "Aku menyuruh klon ku mengikuti pelajaran. Jadi disini hanya kau yang membolos pelajaran.." jawab Naruto dengan seringai licik, ia tersenyum puas melihat wajah terpuruk Issei lengkap dengan efek awan mendukung dan petir di atas kepalanya.
'Sepertinya jam terakhir adalah pelajaran Kokabiel-sensei..' batin Issei tiba-tiba mematung dengan wajah pucat memandang Naruto dengan mata memicing tajam.
.
.
.
"KUNING BRENGSEK!"
.
.
.
Life of The Last Hokage ©™
.
.
Hari pertama bersekolah di akademi Kuoh tak begitu merepotkan bagi Naruto. Selain mendapatkan banyak informasi, ia juga berhasil menjahili Issei. Tinggal tunggu kabar, hukuman apa yang akan Issei dapatkan dari Kaicho yang terkenal galak se-akademi.
Saat ini Naruto berada di ruang tengah apartemen yang ia tempati. Hinata sedang asyik menonton acara televisi yang baru-baru ini jadi acara favorit gadis Hyuuga itu.
"Hinata-chan, aku akan mengunjungi Kurama sebentar ya.."
Hinata yang mendengar ucapan Naruto mengalihkan perhatiannya, "Memang ada apa Naru-kun ingin menemui Kurama ?" tanya Hinata penasaran.
"Tidak ada.. Hanya menyapa kawan lama, kurasa dia rindu padaku karena sudah lama aku tidak berbicara padanya.."
"Baiklah Naru.." balas Hinata kembali menonton acara televisi.
Naruto mengambil posisi bersila di lantai, mengosongkan pikiran ia menutup kedua matanya memasuki alam bawah sadarnya.
.
Mindscape
.
Saat membuka matanya, Naruto melihat rubah ekor sembilan yang tertidur dengan ekor melambai-lambai kesana-kemari. Dengkurannya terdengar sampai ke telinga Naruto, benar-benar rubah pemalas.
"Hoii Bola bulu!" Naruto berteriak menepuk-nepuk moncong Kurama yang bergetar karena mendengkur. Tak ada respon berarti dari rubah ekor sembilan itu, ia tetap menutup matanya seakan tak terganggu dengan panggilan Naruto.
"Bangun bola bulu pemalas!" kembali Naruto berteriak, namun kali ini memukul keras moncong Kurama, hingga terdengar geraman dari rubah itu.
"Ggrrr.." membuka matanya, Kurama menemukan sosok pemuda pirang dengan senyum cengengesan didepannya.
"GROOOOAAAARR!"
Bukannya lari ketakutan, Naruto malah tertawa terbahak-bahak saat auman Kurama beserta angin kencang berhembus kearahnya.
"Huahaha! Mulutmu perlu pengharum bola bulu! Mungkin 2 kaleng pengharum ruangan cukup Hahaha!" kembali Naruto tertawa setelah mengucapkannya.
"Ggrrr.. Ada apa kau kemari bocah..?" tanya Kurama mengambil posisi duduk melipat kedua kaki depannya.
Naruto kemudian melompat keatas kepala Kurama. Ia ikut berbaring diatas, menyamankan posisinya diantara bulu-bulu halus Kurama.
"Tidak ada.. Mungkin kau merindukanku karena lama tidak berbicara padaku hehehe.." ucap Naruto cengengesan.
"Kheh.. Jangan bilang kau merindukanku.. Kau tahu aku jijik mendengarnya.." balas Kurama ketus.
"Haah.. Mungkin kau benar juga.. Lama kita tidak berbicara setelah terakhir kali saat mengalahkan Hakuryuukou brengsek itu!" ucap Naruto mengingat-ingat kembali saat terakhir berbicara melalui link mereka.
"Yaa aku masih ingat, kau meminta bantuan ku. Tapi kau malah menggunakan mata iritasi itu.." dengus Kurama sambil menghina Sharingan, mata kebanggaan klan Uchiha itu.
"Entahlah.. Aku malas berdebat denganmu." Balas Naruto tak menanggapi hinaan Kurama.
"Apakah tidak ada yang bisa kau lakukan bocah ?" tanya Kurama saat Naruto saat diam berbaring diatas kepalanya.
Diam cukup lama, Naruto mulai memikirkan misinya untuk menjadi yang terkuat di Kuoh Akademi. "Apakah yang kulakukan ini benar Kurama ? Maksudnya, dengan menjadi posisi pertama di Kuoh, aku bisa menaikkan pamor ras manusia..?"
Kurama diam memikirkan pertanyaan Naruto, jika dipikir-pikir itu bisa saja terjadi. "Jika masalah benar atau salah, kita jalani saja toh kita tak tahu apa yang akan terjadi nantinya.." Kurama mengambil nafas, kemudian melanjutkan ucapannya.
"Untuk menaikkan pamor ras manusia, sebenarnya aku setuju dengan malaikat jatuh yang kau temui beberapa hari yang lalu. Jika kau menjadi yang terkuat di kuoh, namamu akan terkenal begitu pula dengan ras manusia, karena notabenenya kau adalah seorang manusia tulen.." ucap Kurama menjelaskan.
"Sejujurnya aku juga tak menyukai jika manusia dipandang sebelah mata, seperti saat melawan Hakuryuukou kemarin. Jika saja aku bisa keluar, sudah aku robek mulut arogannya itu" gumam Kurama yang amarahnya sedikit bergejolak mengingat pertarungan melawan Vali.
"Begitu ya.. Lalu apa yang harus aku lakukan selanjutnya ?" tanya Naruto menghasilkan tatapan bodoh diwajah Kurama.
"Entah kenapa kau makin bodoh setelah bergaul dengan bocah mesum itu-"
"Hoey!"
"-Tak perlu dijelaskan seharusnya kau sudah paham. Apa yang kau lakukan jika ingin kuat ?" lanjut Kurama memancing logika Naruto yang kadang tak jalan.
"Tentu saja berlatih, memangnya apa lagi.."
"Kurasa kau sudah mengerti, kalau begitu mulai besok kita-"
"Aku akan kembali dan tidur.."
"-Latihan di.." Kurama tak melanjutkan kalimatnya, ia menghela nafas mencoba menghilangkan rasa kesalnya.
Kurama menegakkan tubuhnya tiba-tiba, membuat Naruto terjatuh karena tak siap. Bukannya menangkap Naruto yang terjatuh, Kurama malah mengarahkan kakinya menginjak Naruto, sehingga..
Poofft
Naruto berubah menjadi kepulan asap, menghilang dipaksa kembali ke dunia nyata oleh Kurama.
.
Mindscape End
.
"HUWAAA!"
Naruto membuka matanya berteriak terkejut saat dirinya dipaksa keluar dari alam bawah sadarnya. Nafasnya tak beraturan karena perpindahan yang dipaksakan itu.
"Bola bulu pemalas tukang tidur.." omel Naruto mengeluarkan sumpah serapah menghujat rubah pemalas yang berada dalam tubuhnya.
"Aku dengar bocah brengsek!"
Terdengar suara berat Kurama berdecak saat Naruto mengeluarkan sumpah serapah nya tadi.
"Ehehe.." tawa Naruto saat mendengar balasan Kurama.
.
.
"Hmmn.. Sudah selesai Naru ?"
Pemuda pirang itu tersenyum tulus melihat Hinata terbangun. Ternyata Hinata menungguinya sampai tertidur di sofa. Naruto mengangguk mempertahankan senyumnya menjawab pertanyaan Hinata. Ia mengalihkan pandangannya melihat jam dinding.
"Heh.. Sudah selarut ini.." gumam Naruto saat melihat jam menunjukkan pukul setengah dua belas malam.
Naruto menegakkan tubuhnya, berjalan mendekati Hinata yang masih berbaring di sofa. "Gendong.." ucap Hinata manja, menatap Naruto dengan mata sayu khas orang bangun tidur.
"Tanpa kau minta sayang.." balas Naruto membawa Hinata dalam gendongan bak putri.
Sesampainya di kamar, Naruto meletakkan Hinata lembut diatas kasur. Ia juga membaringkan tubuhnya disebelah Hinata, dimana Hinata berbaring dengan lengan kiri Naruto sebagai bantal.
Lengan kiri gadis Hyuuga itu diletakkan dibahu kanan Naruto, seperti memeluk Naruto dari samping. "Oyasumi Naru.." ucap Hinata menyamankan posisinya dipelukan Naruto.
"Oyasumi Hime.." kemudian mereka menutup mata masuk dalam dunia mimpi dengan saling memeluk.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Continue...
.
.
.
Author Note :
Disini saya menggabungkan School Magic dengan beberapa mitologi, jangan tanya kenapa karena itu terlintas begitu saja saat saya sedang mencari inspirasi di rumah mantan (?)
Disini saya juga telah membocorkan satu orang yang menduduki posisi tiga besar tabel kesiswaan. Jujur saya agak sulit menemukan ide, Chapter depan saya sudah niat minimal akan saya buat 4k words. Saya nggak akan banyak bacot yang mau baca silahkan baca, yang mau flame atau mencaci silahkan nggak akan saya tanggapi. Jangan harap saya update dalam satu minggu ini, saya ada kegiatan sosial relawan distributor bantuan dari pihak swasta untuk bencana wabah yang lagi booming ini.
Saya minta doa supaya selalu diberikan kesehatan dalam bertugas. Semoga wabah ini cepat berlalu, amin.
.
.
.
10 teratas tabel kesiswaan :
–
–
Arthuria Pendragon
–
–
–
–
–
–
–
Terimakasih sudah rela berkunjung apalagi menyempatkan waktu untuk membaca sebuah karya tulis yang sangat jauh dari kata baik.
Setelah membaca biasakan meninggalkan jejak. Tinggalkan review, tanggapan, maupun usulan ide yang menurut kalian menarik.
Ichie Hilarion pamit undur diri.
Ramaikan Fanfiction, jangan malu berfantasi, terus berkarya.
Jaa na..
.
.
.
.
Kamis, 2 April 2020.