Almost is Never Enough

Ditty Glint

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Pair : NaruHina

Rated : T

Genre : Romance, Friendship

Happy Reading!

Kecanggungan jelas terasa diantara Hinata dan Naruto setelah kejadian di waktu istirahat beberapa hari lalu. Awalnya mereka saling menghindar dan enggan untuk berkumpul bersama. Tapi setelah hari-hari berlalu mereka akhirnya mau berkumpul lagi bersama Sakura dan Kiba. Meskipun masih tak ingin bicara satu sama lain.

Lain halnya dengan Toneri, ia tidak segan-segan mendekati Hinata setelah kejadian itu. Lelaki keturunan Otsutsuki itu justru semakin gencar untuk mendapatkan perhatian Hinata. Meskipun jelas Naruto menatapnya tajam dari kejauhan setiap kali ia bersama Hinata. Toneri tak peduli.

Beda lagi dengan Sakura dan Kiba yang berusaha mencairkan suasana setiap ketegangan kembali terasa. Mereka mencoba bersikap biasa saja tanpa mengungkit-ungkit masalah Hinata dan Naruto. Tetapi mereka tetap mengkhawatirkan keadaan kedua sahabatnya, dan bersiap kapan saja jika sahabatnya itu bersedia bercerita.

Sakura sedikit banyak tahu dari cerita Hinata. Lalu dia menceritakannya ulang pada Kiba. Dan Kiba pun melakukan hal yang sama dari versi Naruto. Mereka tidak ingin mencampuri urusan kedua sahabatnya karena toh ini masalah hati. Mungkin yang bisa mereka lakukan adalah memberi nasehat atau masukkan.

Mereka sebenarnya tahu keduanya-Naruto dan Hinata- memiliki perasaan yang sama. Tapi, lagi-lagi biarkan mereka yang memutuskan akhirnya akan jadi seperti apa.

"...nata? Hinata!"

Mata Hinata mengerjap. Gadis itu mendongkak ke sumber suara yang memanggilnya. Dengan tatapan bingung, Hinata menjawab.

"Ya, Sakura?"

Sakura berdecak, "Jangan melamun terus, Hinata. Tidak baik."

"Ah.. Tidak. Aku hanya sedang memikirkan tugas kelompokku." Bohong. Nyatanya Naruto lah yang ada dipikirannya sejak tadi.

Sakura menghela napas, "Kalau begitu ayo cepat. Kau mau ganti baju tidak?" Sakura menjinjing kantong berisi baju olahraga nya.

Hinata mengangguk kemudian mengambil baju olahraga miliknya juga.

"Ayo! Waktunya sebentar lagi, nanti guru Guy marah," Ino yang berdiri di depan pintu kelas berseru mengingatkan pada mereka.

Mereka pun bergegas meninggalkan kelas menuju ruang ganti perempuan.

.

.

.

Priiiit

Suara peluit dari guru Guy menjadi pertanda agar semua murid bergegas masuk ke lapangan. Sontak mereka semua menghampiri guru yang hari ini berpakaian serba hijau itu. Guru Guy tersenyum cerah setelah murid-murid mengelilinginya.

"Baik anak-anak, karena minggu lalu kita sudah belajar teknik bola voli. Jadi, hari ini kita akan melakukan tes dengan pertandingan antar regu. Sebelumnya kalian pemanasan dulu setelah itu lari tiga putaran," ucap guru Guy memberi intruksi.

Ketiga puluh murid itu kemudian bersiap untuk melakukan pemanasan. Ada beberapa dari mereka yang menggerutu karena harus mengelilingi lapangan, ada yang bersemangat dan ada yang biasa-biasa saja.

"Ayo! Ayo! Mana semangat masa muda kalian?!" seru guru Guy.

.

.

.

Pertandingan ketiga dimulai. Regu yang bertanding adalah Sakura cs versus Karin cs. Sakura dan Hinata berada di regu yang sama. Dan entah bagaimana Karin dan antek-anteknya juga bisa satu regu menjadi musuh. Padahal pemilihan regu dilakukan secara acak.

Tapi, Hinata merasa beruntung karena berada dalam regu yang anggotanya lumayan jago dalam olahraga. Walaupun lawan mereka adalah gadis-gadis yang menyebalkan.

Lihat saja permainan Karin cs, mereka benar-benar berambisi untuk mengalahkan regu Hinata. Terlihat jelas. Untung saja tim mereka bisa mengimbangi. Memang harus diakui Karin cs lumayan jago dalam permainan voli.

Dan entah bagaimana caranya Karin men-smash bola dan bola itu meluncur ke arah Hinata. Hinata yang tidak siap menerima serangan itu tak bisa bergerak di tempatnya. Sakura bersiap untuk menangkis bola itu tetapi dia kurang cepat.

Duakk!

Sukses! Bola voli menghantam wajah Hinata keras. Gadis itu terhuyung ke belakang lalu jatuh dengan bokong dan wajah yang terasa perih.

Tawa puas dari seorang Karin terdengar tak jauh darinya. Disusul tawa mengejek antek-anteknya yang begitu menyebalkan.

Hinata menutup wajahnya. Teman-temannya menghampiri gadis itu. Pertandingan berhenti.

"Astaga! Hinata kau tidak apa-apa?" tanya Sakura cemas.

Sambil terus menutup wajahnya, Hinata mengangguk.

"Biar kulihat." Sakura meraih tangan Hinata. Tapi si gadis Hyuuga masih tak mau memperlihatkan wajahnya. Malu bukan kepalang.

Kiba berlari menghampiri mereka, "Hinata baik-baik saja?"

Tak ada respon.

"Hinata?"

"Aku baik-baik saja," gumam Hinata dibalik tangannya. Suara Hinata bergetar.

"Ayo, bawa Hinata ke UKS," ucap guru Guy akhirnya setelah ia mengamati dari tadi.

Kiba dan Toneri yang sudah siap menuntun Hinata harus berhenti saat Naruto bergerak cepat menggendong Hinata ala bridal style. Membuat mereka melongo seketika.

Hinata terpekik kaget. Ia menurunkan sedikit tangannya untuk melihat siapa yang menggendongnya. Naruto! Wajahnya semakin memerah.

"Biar aku saja. Lagipula aku sudah selesai tes."

Guru Guy mengangguk. Meskipun ia bingung kenapa Naruto harus menggendong Hinata disaat gadis itu masih bisa berjalan dengan kedua kakinya sendiri.

Naruto melenggang pergi membawa Hinata setelah mendapat persetujuan dari guru Guy.

.

.

.

Tak ada obrolan diantara mereka. Hanya suara langkah kaki Naruto yang terdengar di sepanjang koridor sekolah. Hinata sibuk dengan detak jantungnya yang tak karuan karena berada dalam jarak sedekat ini dengan Naruto. Sedangkan Naruto, entahlah...

"K-kau bisa turunkan aku s-sekarang.." cicit Hinata.

Naruto bergumam tidak jelas. Ia tidak berniat menurunkan gadis itu. Hinata malu dan kesal setengah mati. Malu karena kini Naruto menatapnya dan kesal karena 'Mengapa jarak UKS terasa sangat jauh?!'

Gadis Hyuuga itu merutuk dalam hati kenapa ia tidak meminta Sakura saja yang mengantarnya.

Pintu UKS terbuka, memudahkan Naruto untuk masuk ke dalam ruangannya. Ruangan berbau antiseptik itu tampak kosong tanpa ada murid ataupun guru yang berjaga. Bahkan guru Shizune yang setiap hari ada pun kini entah kemana perginya.

Naruto segera menghampiri salah satu ranjang dan mendudukkan Hinata di sana. Ia sangat berhati-hati dan lembut memperlakukan gadis di dekapannya.

"Turunkan tanganmu," pinta Naruto ingin melihat apakah wajah gadis itu terluka atau tidak.

Hinata diam saja.

"Hinata.." intonasi Naruto berubah lembut.

Dengan hati-hati tangan tan miliknya meraih kedua tangan Hinata yang menutupi sebagian wajahnya. Diturunkannya tangan putih itu.

Naruto membelalak melihat darah yang mengucur dari hidung Hinata. Cepat-cepat ia mencari tisu dan memberikannya pada Hinata.

"A-arigatou."

Gadis itu menengadah sembari menutup hidungnya dengan tisu, menahan agar darah tak terus keluar.

Sementara itu Naruto terus memandangi Hinata. Menatapi wajah cantik gadis itu. Bulu mata lentik Hinata semakin terlihat jelas saat matanya terpejam. Hidung mancung-mungilnya memerah akibat hantaman bola voli tadi. Bibir ranumnya sedikit terbuka tanpa gadis itu sadari hal tersebut dapat membuat lelaki di hadapannya menahan napas.

Tak ingin mengotori pikirannya, mata safir Naruto beralih menatap pelipis Hinata yang berkeringat. Tepat saat setitik keringat meluncur jatuh dengan indahnya menelusuri pipi lalu garis rahang Hinata dan leher jenjangnya yang terekspos karena rambut indigonya yang hari ini ia ikat.

Mata Naruto kini terpaku pada leher putih Hinata yang mengkilap karena keringat.

Seksi.

Naruto meneguk ludah.

"N-naruto?" Hinata melihat Naruto berjengit saat ia memanggilnya.

"Ah, y-ya?" gugup Naruto.

Amethys Hinata menatap Naruto bingung. Menyadari Naruto yang bergerak gelisah. Lelaki itu meneguk ludah sekali lagi.

Tiba-tiba Naruto menarik selembar tisu dan mengelap keringat dan debu di wajah Hinata. Lalu menyingkirkan anak rambut yang menempel di pipi Hinata.

Gadis itu tertegun.

"Harusnya kau lebih berhati-hati," ucap Naruto lembut sembari menyelipkan anak rambut ke belakang telinga Hinata.

"Um," Hinata bergumam. Masih sulit bicara karena kini jantungnya berpesta pora. Ia menunduk menyembunyikan rona merah saat jari Naruto menyentuh pipinya.

"Dan jangan dekat-dekat dengan Toneri lagi."

Hinata menatap penasaran, "kenapa?"

"Nanti kau dibenci banyak gadis. Kau tahu kan dia punya banyak penggemar? Termasuk Karin yang tadi memang sengaja memukul bola ke arahmu."

"Mungkin karena aku tadi melamun terus, aku jadi tidak memperhatikan bolanya."

"Memang apa yang kau pikirkan?" tanya Naruto sambil menatap tepat bola mata amethys Hinata.

Hinata memutus kontak mata, tak tahan menatap safir indah milik Naruto.

Naruto menghela nafas karena tak kunjung mendapat jawaban dari gadis manis di depannya. Apalagi sekarang Hinata tak ingin melihatnya.

Lelaki berambut blonde itu meraih tangan Hinata. Menarik tisu dan membersihkan debu yang ada di telapak tangan Hinata.

"Hinata.." Naruto berkata lirih.

"Maafkan aku. Harusnya waktu itu aku tidak bersikap kasar padamu. Aku sudah menyakitimu."

"Aku juga sudah membuatmu takut. Maafkan aku."

Hinata mengangkat wajahnya. Hatinya berdesir melihat kesedihan dan penyesalan di mata Naruto. Safir biru itu sekarang berubah sayu. Hinata tak suka.

"Tidak apa-apa Naruto-kun. Justru harusnya aku berterima kasih. Karena jika kau tidak ada, mungkin Toneri sudah melakukan hal yang buruk padaku."

Wajah tan Naruto kembali cerah, safirnya berkilat bahagia. Ia tersenyum mendengar kalimat yang Hinata ucapkan. Hinata pun ikut tersenyum pada akhirnya.

"Kalau begitu sebagai permintaan maafku, bagaimana kalau aku traktir tiket Akatsuki Land hari minggu?" pinta Naruto bersemangat. Ia memegang kedua tangan Hinata erat.

"Eh?" Hinata terlonjak kaget.

.

.

.

TBC

Hai, readers. Masih adakah dari kalian yang nunggu cerita ini? Semoga masih ada. Gimana ceritanya? Apa alurnya terlalu lambat? Atau malah kecepatan? Oh iya, cerita ini gak sampai NH dewasa ya. Mungkin cerita ini bakal selesai setelah Hinata nyatain perasaannya. Karena ya setelah itu kalian tahu kan endingnya bakal seperti apa dari ff ku yang judulnya 'Long Time No See'. Jadi aku gak janji kalau ceritanya bakal lanjut sampe mereka dewasa.

Oh iya, aku mau promosi akun wp ku. Di sana aku udah publish satu cerita oneshoot yang gak aku publish di sini. Masih cerita Hinata, sih. Hehehe. Follow ya (et)DGlint! Soalnya aku ada rencana mau bikin cerita tapi bukan ff. Hehehe -ketahuan banget followersnya gak ada- :'3 Jangan sungkan juga kalau mau di follback, ya! ^^