Disclamer: Naruto and all character is belong Masashi Kishimoto

Sasuhina, Gaahina fanfiction

Ooc, typo, dldr

.

.

.

.

.

Hinata menarik nafas panjang sebelum memasuki pintu kaca ganda yang akan membawanya pada loby perusahaan Uchiha Enterprise, sesaat setelahnya dia merasa beberapa orang memberikan tatapan berbeda-beda pada dirinya. Hinata sadar akan itu semua, karena keberadaan dirinya hari ini mungkin mengagetkan beberapa pihak. Berusaha memasang raut wajah tenang dan tetap anggun, Hinata mendekati meja resepsionis yang terbuat dari batu marmer besar dengan tulisan "Uchiha Enterprise" berwarna silver dibagian bawahnya.

"Permisi, saya Hyuga Hinata. Saya datang untuk menghadiri rapat pemegang saham, bisakah anda memberitahukan letak ruangannya?"

Sang resepsionis yang sedang mengecek sesuatu pada buku langsung mengalihkan perhatiannya pada Hinata, dan dengan sedikit tertegun ia akhirnya dapat menjawab dengan lancar.

"A-ah.. Nona Hyuga. Anda sudah ditunggu diruang rapat lantai 30, silahkan masuk lift yang berada ditengah." Ucap sang resepsionis menujuk ke arah lift yang berada diujung kiri ruangan besar tersebut.

"Terima kasih." Ucap Hinata dengan memaksakan sedikit senyum, lalu langsung berbalik dan berjalan sambil berusaha tidak menundukan wajahnya, karena bisikan orang-orang mengenai dirinya atau bisa dibilang ayahnya semakin terdengar. Tentu saja semua orang akan langsung mengenali siapa dirinya dengan sekali tatap pada matanya, meskipun dia tidak bekerja disini. Tapi mata ini yang dengan sangat jelas mencirikan bahwa dia memiliki darah Hyuga atau dengan kata lain adalah putri tunggal dari Hyuga Hiashi, General Manager perusahaan ini. Oh mungkin jabatan itu sudah berubah jadi mantan semenjak pemilik perusahaan ini melayangkan gugatan kepada ayahnya.

Hinata bersyukur tidak ada orang lain yang menaiki lift ini selain dirinya, sehingga perjalanan menuju lantai 30 menjadi lebih cepat, mungkin ini lift khusus para petinggi perusahaan karena di loby tadi memang terdapat tiga lift.

Setelah keluar dari lift Hinata merasa adrenalinnya meningkat kembali, karena sekarang dia sedang mengamati pintu ganda Mahoni dengan warna coklat elegan yang dipernis begitu mengkilap dengan handle pintu yang juga mewah dengan tulisan "Ruang Rapat Direksi" diatasnya. Hinata tahu dibalik pintu itu dia bisa saja mendapat masalah. Setelah meminta izin pada salah seorang yang Hinata pikir adalah sekretaris yang berjaga dilantai ini, Hinata diizinkan masuk kedalam ruangan tersebut. Sesaat setelah Hinata memasukin ruangan tersebut dan sedikit berjalan kearah meja bundar besar yang setidaknya dapat memuat 30 orang itu, tiba-tiba seseorang yang sedang menjelaskan prsentasi didepan berhenti berbicara karena kedatangan Hinata. Merasa dirinya mulai jadi pusat perhatian seluruh orang diruangan tersebut Hinata membungkuk untuk meminta maaf.

"Mohon maaf atas keterlambatan saya, dan juga telah mengganggu presentasi Anda, saya Hyuga Hinata. Silahkan Tuan dapat melanjutkan presentasinya." Hinata bersyukur dapat berbicara lancar ditengah kegugupannya ini.

"Ah.. Nona Hyuga, akhirnya datang juga. Tidak apa-apa kehadiranmu memang sudah ditunggu kami semua, silahkan duduk-- untuk mendengarkan semua kesalahan ayahmu." Lalu terdengar dengusan tawa meremehkan yang diikuti tawa meremehkan beberapa orang lainnya.

Dengan menahan amarah Hinata mengigit bibirnya dan dengan perlahan mendudukan dirinya pada satu-satunya kursi yang kosong tepat ditengah ujung meja bundar tersebut, Hinata lihat kebanyak orang disini adalah pria-pria seumuran dengan ayahnya tapi adapula beberapa yang terlihat masih muda. Kebayakan dari mereka menatap Hinata dengan pandangan merendahkan, dan ada juga yang memberikan tatapan menggoda yang menjijikan. Bahkan pria disamping Hinata terus menatapnya dari atas kebawah yang membuat Hinata tidak tenang duduk dikursinya.

"Baiklah Nona Hyuga, aku apresiasi atas keberanianmu menghadiri rapat ini. Setidaknya Tuan Hyuga selain menjadi pencuri aset perusahaan dia juga bisa menciptakan seorang putri yang cantik. Semoga dirimu tidak seperti ayahmu." Dan terdengar lagi suara gelak tawa dari beberapa orang disana. Hinata meremas tali tas selempangnya dengan sangat erat menahan amarah dan air mata, tapi dia tidak ingin menangis, dia tidak boleh menunjukan kelemahannya dihadapan semua musuhnya. Dia tidak ingin menangis karena dia percaya bahwa ayahnya tidaklah bersalah dan tidak mungkin melakukan perbuatan seperti itu. Dia sangat mengenal ayahnya, dan ayahnya bukan tipe orang yang akan melakukan segala hal demi harta.

"Baiklah Tuan Danzo, saya rasa cukup presentasi Anda, biar saya yang lanjutkan." Tiba-tiba Hinata menengok kearah suara maskulin yang terdengar sedikit keras tapi tegas. Dia melihat seorang pria dengan perawakan tinggi tegap dan bahu lebar berdiri menggantikan posisi pria yang disebut Tuan Danzo tadi. Pria ini terlihat lebih muda dengan setelan jas hitam yang begitu pas ditubuhnya sehingga siapa saja yang melihat kearahnya bisa langsung tahu pria ini memiliki tubuh yang atletis. Pria itu menatap langsung kemata Hinata dengan tajam, datar namun penuh intimidasi dan seperti singa yang sedang menilai buruannya. Hinata membasahi bibirnya karena tatapan pria itu, sungguh pria itu benar-benar menciutkan nyali Hinata untuk balas menatapnya tapi dia sudah janji untuk terlihat tegar dan kuat dihadapan semua orang untuk kedua orang tuanya.

"Perkenalkan aku Uchiha Sasuke, pemilik Uchiha Enterprise dan--salah satu orang yang dirugikan oleh ayahmu. Tapi sebelumnya aku turut berduka cita atas apa yang menimpa kedua orangtuamu, kurasa mayat mereka belum ditemukan. Nona Hyuga, bisa dikatakan bahwa aku kecewa pada Ayahmu, dia telah menjadi salah satu tangan kananku selama lima tahun terakhir ini. Tapi kau lihat apa yang ada dilayar ini?" Tanya Sasuke menaikan alisnya dengan maksud memerintah Hinata memahami apa yang sedang proyektor itu tayangkan. Dengan sekuat tenaga Hianta mencoba mengumpulkan konstrasinya untuk memahami chart dan tulisan yang ada dilayar tersebut, disana menampilkan grafik nilai saham perusahan Uchiha Enterprise yang turun 3.5% dari bulan lalu dan itu angka yang cukup besar bagi perusahaan besar multinasional seperti Uchiha Enterprise. Dan Hinata juga tahu bahwa semua orang diruangan ini berfikir itu adalah akibat Ayahnya.

"Jika kau tahu maksud semua ini, maka Ayahmu benar-benar sudah membahayakan citra perusahaan ini, beberapa investor tidak bisa mendapat pembagian keuntungan atas turunnya nilai saham ini, sehingga kita perlu memakai kas perusahaan. Dan kau tahu artinya apa? Ayahmu memiliki hutang yang sangat besar pada perusahaan ini!"

Sedikit jeda sebelum akhirnya Sasuke melanjutkan kata-katanya. Dia memperhatikan Hinata yang wajahnya mulai memerah atas hinaan yang terus dia ucapkan pada gadis itu.

"Tapi sayang Ayahmu tidak ada disini untuk memberikan penjelasan, dia beruntung karena sedang berada diluar negeri saat kasus ini terungkap, tapi kurasa dia juga kehilangan keberuntungannya karena pesawatnya meledak diatas laut. Kurasa itu hukuman dari Tuhan atas tindakan Ayahmu. Jadi kuberi kau pilihan, tanda tangani surat pernyataan yang ada dihadapanmu itu atau kau harus menanggung semua hutang Ayahmu sendirian." Dengan segera Hinata menunduk mencari surat yang dimaksudkan Sasuke dan secepat mungkin menangkap maksud surat tersebut.

"Aku tidak mau menandatanganinya!" Ucap Hinata dengan sedikit tegas dan tajam menatap balik Sasuke. Lalu ia bangkit berdiri sambil menggenggam erat surat tersebut. Semua orang mulai memperhatikan apa perkataan yang akan Hinata keluarkan.

"Apa kau ingin menghancurkan nama baik Ayahku?! Surat ini adalah kebohongan! Kau tidak bisa terus menyalahkan semuanya pada Ayahku yang bahkan pengadilan belum memutuskan hasilnya! Ayahku tidak akan pernah melakukan hal tak bermoral seperti itu, aku kenal ayahku dan jabatan yang dia punya dia lakukan dengan penuh tanggung jawab, dia bahkan membatalkan acara keluarga karena dia harus pergi dinas keluar negeri demi perusahaan ini. Dan itu adalah saat terakhir aku bertemu Ayah dan Ibuku, lalu sekarang kau dengan seenaknya memintaku mengakui pada semua orang bahwa ayahku adalah koruptor yang bahkan itu belum terbukti kejelasannya!" Dengan sedikit terengah-engah Hinata mencoba menetralkan pernafasannya, dia memang sudah muak ditatap dengan pandangan merendahkan itu terus menerus. Orang-orang mulai berbisik satu sama lain atas penjelasan Hinata.

"Kami memiliki ratusan bukti, karena selama ini ayahmu lah yang melakukan pembukan perusahaan dan kami menemukan bahwa rekening ayahmu menerima dana sebesar apa yang seharusnya menjadi dana proyek baru perusahaan. Pengadilan hanya perlu waktu sebelum membuktikan Ayahmu memanglah bersalah. Nona Hyuga kau terlalu naif jika mengangap Ayahmu adalah orang baik-baik, seseorang bisa berubah jika menyangkut kekuasaan ataupun harta. Oleh karena itu, seluruh aset keluarga Hyuga akan diambil oleh perusahaan jika kau tidak mau menandatangi surat itu, termasuk mungkin bajumu itu, tapi aku tidak akan melakukan itu demi menjaga harga dirimu. Tapi itu juga jika memang kau masih memiliki harga diri." Ucapan Sasuke kali ini benar-benar membuat hati Hinata serasa disileti dengan pisau tajam, kenapa pria dihadapannya ini begitu berani mengatakan kata-kata itu pada seorang gadis. Berusaha menahan tangis yang tertahan ditenggorakan sehingga membuatnya sakit, Hinata berusaha berbicara meskipun dengan nada sedikit bergetar.

"Kau tidak bisa menghakimi seorang anak atas dosa Ayahnya. Dan aku yakin Ayahku tidaklah berdosa. Uchiha Sasuke dengarlah aku akan berusaha sendiri membuktikan bahwa ayahku tidak bersalah, sampai keputusan hakim keluar jangan harap aku mau menandatangi surat menjijikan ini. Ambilah apapun yang kau mau dari harta keluargaku aku tidak peduli." Hinata duduk kembali dengan kaki yang bergetar manghadapi semua ini.

"Baiklah jika itu maumu, kukabulkan. Hari ini juga pihak perusahaan akan mensita semua aset, rekening, dan free accses yang dimiliki keluargamu dan kau harus mulai memikirkan tempat tinggal barumu." Ucap Sasuke dengan pandangan semakin menusuk kemata Hinata yang sudah memerah.

"Baiklah Tuan-Tuan, kita sudahi pertemuan kali ini. Silahkan meninggalkan ruangan ini." Sasuke segera berbalik dan duduk kembali ke kursinya semula, sementara para pemegang saham dan pihak direksi perusahaan mulai keluar dari ruangan begitu pula Hinata yang berjalan dengan terburu-buru.

"Ehm... Sasuke apa tidak apa-apa bertindak seperti itu pada anak gadis seseorang. Kau tahu dia sekarang sendirian setelah kedua orangtuanya mengalami kecelakaan itu." Ucap seorang pria muda yang tak lain adalah asisten pribadinya Shikamaru Nara.

"Hanya karena dia seorang gadis, bukan berarti aku akan mentolerir kesalahan Ayahnya, karena Ayahnya yang kurasa sudah meninggal maka putrinyalah yang perlu merasakan hukuman." Ucap Sasuke serius.

.

.

.

Hinata berjalan dengan tergesa menuju lift dilorong besar itu sambil menundukan kepalanya, dia bisa mendengar ocehan-ocehan pria-pria tua itu merendahkan dirinya dari belakang.

"Hey Nona Hyuga, jika kau tidak memiliki rumah. Tidurlah denganku malam ini, hahaha..."

"Hey liatlah bokongnya saat berjalan, wah gadis itu memang memiliki tubuh yang layak."

"Layak untuk apa?"

"Tentu saja untuk kugunakan, hahaha. Tapi sayang Ayahnya hanya penipu."

Mendengar semua ocehan itu membuat Hinata ingin menangis saja, tapi tindakan yang paling parah adalah ketika seorang pria menampar bokongnya dengan keras, hal itu reflek membuat Hinata berbalik dan marah lalu ingin menampar orang yang melakukan itu padanya, tapi suara seorang pria dengan keras menghentikan aksinya.

"Apa yang kalian semua lakukan disini?!" Nada tegas dan mengancam Sasuke, membuat beberapa pria tua tersebut yang ternyata para manager perusahaan ini mengelak dan segera pamit masuk kedalam lift. Sehingga menyisakan Hinata yang terdiam mengepalkan tangannya menatap tajam Sasuke yang sedang berhadapan dengannya.

"Kau membuat keributan bagi perusahaan ini."

Apa dia bilang? Hinata yang membuat keributan, apakah pria itu buta sudah jelas-jelas jika Hinata yang diganggu pria-pria tua itu. Sebenarnya Hinata ingin meneriakan kalimat-kalimat itu dihadapan Sasuke, tapi gadis itu jadi sangat gugup ditatap Sasuke sedekat ini. Jika tadi diruang rapat ia berani meninggikan suaranya, maka saat ini dia hanya berjarak setengah langkah dihadapan pria ini membuat Hinata merasakan degupan jantungnya bertalu dengan cepat. Dia bisa melihat lebih jelas ternyata Uchiha Sasuke memang benar-benar tampan, pantas ia dinobatkan sebagai bujangan paling diincar di Jepang. Hinata hanya pernah melihat wajahnya sesekali dimajalah bisnis yang Ayahnya baca, dan sekarang pria itu terus menatapnya tajam dengan mata obisidia indah itu, pria itu memiliki alis tebal yang rapih, rahang tegas, dan hidung mancung sempurna yang membuat beberapa orang merasa tidak diberikan keadilan. Hinata tiba-tiba tersadar dari lamunanya saat Sasuke berdeham cukup keras, Hinata harus menengok keatas karena dia satu kepala lebih rendah dibanding Sasuke.

"Jika kau tidak salah melihat merekalah yang menggangguku, lain kali ajarkan para pegawaimu untuk bersikap lebih bermoral pada seorang gadis." Ucap Hinata sambil mendelikan matanya lalu berbalik untuk menekan tombol lift didekatnya, tapi tangan yang akan menekan tombol turun itu terhenti saat tangan yang lebih kekar darinya menahannya sehingga membuat Hinata membalikan badan lagi pada sosok pria gagah yang dia delikan tadi hingga hampir menabrak dada bidangnya.

"Heh... Kau lucu Nona. Kalau begitu ingatkan Ayahmu untuk mengajari putrinya berpakaian lebih sopan jika ingin anaknya selamat dari para pria mesum." Hinata melotot mendengar penjelasan Sasuke, pria ini selau berusaha membuat dirinya kesal. Untuk apa dia menyalahkan Ayahnya, tidak ada hubungannya sama sekali. Hinata pikir tidak ada yang salah dengan pakaiannya, dia hanya mengenakan rok span dibawah lutut dan kemeja krem. Tapi mungkin letak kesalahannya adalah pakaian ini dia beli tahun lalu dan ini satu-satunya setelan paling formal yang dia punya, sehingga kemeja dan rok spannya benar-benar membentuk lekuk tubuhnya yang memang luar biasa menggoda dibagian yang tepat, terutama pada bagian dada dan pinggul yang seluruh teman kampusnya pun selalu bilang mereka akan tergoda dengan aset itu jika Hinata memakai pakaian ketat.

"Dasar pria brengsek, kau tahu kaulah yang mesum. Lihat sekarang siapa yang menatap terus kearah dadaku?! Dan kau tidak berhak menyalahkan apapun pada Ayahku." Hinata sekarang benar-benar berbalik dengan kecepatan kilat dan langsung menekan tombol lift untuk membawanya ke loby, untungnya dengan cepat pintu lift terbuka. Setelah Hinata memasuki lift dia segera menutup pintu lift, tapi hal itu terasa sangat lama karena Sasuke yang terus mempehatikan dan menatap matanya dengan tajam seakan ada aliran listrik yang muncul dari kedua mata masing-masing orang tersebut, karena Hinata membalasnya tidak kalah sengit. Dengan menutupnya pintu lift itu seakan keduanya memukul genderang perang masing-masing.

Tbc

My first story, hope you enjoy it, and give some feedback. Voment pleaseeee...

By Chichiyulalice